Jeneberang kearah utara, sedangkan gelombang yang datang dari arah barat laut membangkitkan arus menyusuri pantai ke arah selatan.
2.3 Angkutan Sedimen di Pantai
Laju angkutan sedimen sejajar pantai merupakan faktor utama dalam mengevaluasi perubahan garis pantai Hung et al. 2008 dan Elfrink Baldock
2002. Untuk mempelajari angkutan sedimen akibat gelombang, maka daerah dekat pantai dapat dibagi dalam tiga wilayah yaitu daerah offshore zone, surf zone
dan wash zone Horikawa 1988. Offshore zone adalah daerah yang terbentang dari garis dimana gelombang pecah sampai laut lepas. Surf zone adalah daerah
yang terbentang antara bagian dalam dari gelombang pecah dan batas naik- turunnya gelombang di pantai. Dalam daerah ini angkutan sedimen terutama
disebabkan oleh gelombang pecah dan arus yang diinduksi oleh gelombang. Wash zone adalah daerah yang dibatasi oleh garis batas tertinggi naiknya gelombang dan
batas terendah turunnya gelombang di pantai.
Arah angkutan sedimen di sepanjang pantai dapat berupa angkutan sedimen dari pantai ke laut atau dari laut ke pantai yang dapat terjadi oleh gerakan
gelombang dan arus balik dasar serta arus tegak lurus pantai. Angkutan sedimen sejajar pantai Long shore transport yaitu angkutan sedimen sepanjang pantai
atau biasa disebut angkutan sedimen sejajar pantai yang berkaitan erat dengan arus menyusuri pantai.
Dalam mengestimasi perubahan garis pantai, maka diperlukan suatu evaluasi kuantitatif laju angkutan sedimen pada setiap titik di grid horizontal dua
dimensi. Untuk tujuan ini, angkutan sedimen yang terjadi di daerah pantai dibagi menjadi angkutan sedimen lintas pantai cross-shore transport dan angkutan
sedimen sejajar pantai longshore transport. Mekanisme angkutan sedimen dibagi dalam dua tipe yaitu Horikawa 1988:
• Angkutan sedimen dasar bed load transport adalah gerakan material sedimen pada dasar perairan yang terseret oleh arus secara menggelinding, bergeser dan
saltasi. • Angkutan sedimen suspensi suspended load transport adalah gerak material
sedimen melayang yang terhanyut oleh aliran.
Madsen dan Grant 1976 dalam Horikawa 1988 membuat hubungan antara besar angkutan sedimen lintas pantai yang tak berdimensi dengan
parameter shields dengan mengembangkan hasil yang diperoleh oleh Brown 1950 dalam kasus aliran searah. Pendekatan ini menghasilkan laju transpor
sedimen rata-rata terhadap setengah periode gelombang, tanpa arah transpor sedimen ke pantai atau ke lepas pantai dan nilai laju transpor pada setiap fase satu
periode gelombang, yaitu : 6
dimana: Q
l
= angkutan sedimen menyusur pantai m
3
det = Amplitudo dari
= Parameter shield u
m
= kecepatan maksimum orbital gelombang mdet u = kecepatan orbital gelombang mdet
C
f
= koefisien gesekan dasar pantai ρ
s
= Massa jenis sedimen kgm
3
= percepatan gravitasi mdet
2
d
50
= diameter sedimen rata-rata mm Ozasa dan Brampton 1980 merumuskan angkutan sedimen menyusuri
pantai untuk digunakan dalam mengamati perubahan garis pantai dengan menggunakan metode one-line. Metode one-line adalah model dua dimensi yang
menghitung perubahan garis pantai dengan cara mengamati pergerakan posisi garis pantai dengan asumsi bahwa profil pantai tidak berubah. Laju angkutan
sedimen menyusuri pantai didasarkan pada komponen fluks energi gelombang pada daerah gelombang pecah. Persamaan angkutan sedimen menyusur pantai
dinyatakan sebagai: 7
dimana: H
bs
= tinggi gelombang signifikan pada saat pecah m C
gb
= kecepatan group gelombang pada saat pecah ms
A
d
= koefisien kalibrasi
= Koefisien empiris = kelerengan pantai
Shibutani et al. 2007 menghitung laju angkutan sedimen sejajar pantai untuk mengamati perubahan garis pantai dengan menggunakan persamaan Ozasa
dan Brampton 1980. Hung et al. 2008 menggunakan persamaan angkutan sedimen sejajar
pantai yang dibuat oleh Komar dan Inman 1970 untuk mengamati perubahan garis pantai di sekitar pemecah gelombang. Persamaan angkutan sedimen ini
didasarkan pada flux energi gelombang yang dinyatakan sebagai berikut: 8
dimana: Q
l
= angkutan sedimen menyusur pantai m
3
det = flux energi gelombang pada saat gelombang pecah
= Koefisien empiris n = porositas sedimen
= percepatan gravitasi mdet
2
θ
b
= sudut gelombang pecah derajat ρ
s
= Massa jenis sedimen kgm3 ρ = Massa jenis air kgm
3
2.4 Perubahan Garis Pantai