3.4.3 Analisis data pasang surut
Data pasang surut yang diperoleh dari hasil pengukuran Lampiran 4 dianalisis dengan menggunakan metode Admiralty Beer 1997. Analisis ini
bertujuan untuk mendapatkan nilai konstanta harmonis pasang surut yaitu : S ,
K
1
, S
2
, M
2
, O
1
, P
1
, N
2
, M
4
, MS
4
. Nilai konstanta pasang surut tersebut selanjutnya digunakan untuk memperoleh tipe pasang surut dan tunggang pasang
surut untuk penentuan kedalaman dan pembuatan peta batimetri. Tipe pasang surut ditentukkan berdasarkan bilangan Formzal F yang
dihitung dengan menggunakan persamaan Beer 1997: 15
dimana: F = bilangan Formzahl
O
1
= amplitudo komponen pasang surut tunggal utama yang disebabkan gaya tarik bulan,
K
1
= amplitudo komponen pasang surut tunggal utama yang disebabkan gaya tarik bulan dan matahari,
M
2
= amplitudo komponen pasang surut ganda utama yang disebabkan gaya tarik bulan
S
2
= amplitudo komponen pasang surut ganda utama yang disebabkan gaya tarik matahari
Berdasarkan nilai F, maka tipe pasang surut kemudian dikelompokkan sebagai berikut;
F ≤ 0,25
= pasang surut tipe ganda 0,25 F
≤ 1,5 = pasang surut campuran condong tipe ganda 1,5 F
≤ 3,0 = pasang surut campuran condong bertipe tunggal F 3.0
= pasang surut tipe tunggal
3.4.4 Analisiscitra
Pengolahan awal pada citra dilakukan untukkoreksi terhadap kesalahan geometrik. Kesalahan geomterik merupakan kesalahan distribusi spasial dari nilai-
nilai piksel yang terekam oleh sensor yang terjadi akibat berbagai faktor. Koreksi
geometrik dimaksudkan untuk mengoreksi distorsi spasial obyek pada citra sehingga posisi obyek yang terekam sesuai dengan koordinat di lapangan real
world coordinate. Data raster umumnya ditampilkan dalam bentuk ”raw” data yang memiliki kesalahan geometrik sehingga perlu dikoreksi secara geometrik ke
dalam sistem koordinat bumi. Koreksi geometri dilakukan dengan cara pengambilan Ground control point
GCP yang disebut titik kontrol di bumi yang dilakukan dengan proyeksi Universal Tranverse Mercator UTM sebanyak 32 titik kontrol Lampiran 5
dengan menggunakan Global Positioning System GPS. Pengukuran titik kontrol dilakukan pada lokasi-lokasi yang kodisinya dianggap tidak berubah dari tahun
1990 – 2008, seperti simpangan jalan dan jembatan pada lokasi penelitian. Titik kontrol tersebut menjadi titik ikat pada semua citra Landsat yang akan dianalisis
sehingga didapatkan citra yang sesuai dengan kondisi yang sebenarnya di lapangan di muka bumi.
Penentuan garis pantai dilakukan dengan menggunakan citra tahun 1990, 1999, 2003 dan 2008. Citra satelit yang telah dikoreksi secara geometrik
digunakan untuk menentukan garis pantai yang dilakukan dengan komposit RGB 542. Dari hasil komposit warna ini, selanjutnya dilakukan deliniasi garis
pantai pada setiap citra. Hasil deliniasi garis pantai dari citra akan menghasilkan garis pantai pada
tahun 1990, 1999, 2003 dan 2008. Garis pantai tersebut kemudian dikoreksi terhadap pasang surut. Koreksi garis pantai terhadap pasang surut dilakukan
dengan cara : 1 Mula-mula ditentukan kelerengan pantai tan
β dengan menggunakan persamaan Gambar 4:
16
Gambar 4 Penentuan kelerengan pantai.
2 Menentukan selisih tinggi muka air pada saat perekaman citra dengan MSL ∆η, seperti pada Gambar 5.
Gambar 5 Penentuan posisi muka air pada saat perekaman citra. 3 Menentukan jarak pergeseran garis pantai hasil koreksi pasang surut x
dengan menggunakan persamaan : 17
4 Jika perekaman citra dilakukan pada saat tinggi muka air laut lebih besar dari pada MSL keadaan pasang, maka garis pantai digeser sejauh x meter ke arah
laut. Sebaliknya jika keadaan surut maka garis pantai digeser sejauh x meter ke arah darat.
3.5 Desain Model