Sight dan Ussance pada Transaksi Letter of credit

59 tanggal satu sebesar USD 10.000, kemudian bank membayar USD 10.000 dengan kurs pada saat itu. Bank membayarnya dari rekening beban bank Muamalat, atau dari tagihan, rupa-rupa dan lain sebagainya dan sudah dikurskan. Namun utang nasabah terhadap bank tetap dalam bentuk dollar, jadi nasabah masih berutang USD 10.000. Pada saat nasabah memiliki uang rupiah, pada tanggal 10, maka uang rupiah tersebut harus dikonversi terlebih dahulu dalam bentuk dollar sebanyak USD10.000.

D. Analisis Manajemen Risiko pada Bank Muamalat Indonesia

Manajemen risiko pasar pada khusunya risiko kurs valuta asing untuk bank syariah sangat terbatas. Instrumen manajemen risiko yang ada dan berkembang masih menggunakan instrumen konvensional yang di dalamnya masih mengandung unsur-unsur yang tidak dibolehkan ada pada bank syariah. Metode penanganan risiko kurs yang biasa digunakan adalah dengan hedging. Meskipun hedging merupakan konsep yang biasa digunakan pada lembaga keuangan konvensional, namun bukan berarti tidak ada sama sekali bank syariah yang menggunakan hedging sebagai instrumen lindung nilai agar risiko pasar yang dihadapi bank dapat teratasi, dan bank bisa mempertahankan eksistensinya. Pada manajemen risiko kurs valuta asing, Bank Muamalat Indonesia memiliki cara tersendiri untuk mengendalikan kurs nilai tukar. Metode hedging memang belum digunakan pada Bank Muamalat Indonesia, karena konsep hedging masih diolah dan sedang dipersiapkan di BI untuk dapat digunakan di 60 Bank Muamlat Indonesia. Meskipun Bank Muamalat Indonesia belum menggunakan hedging, bukan berarti bank tidak memiliki manajemen risiko kurs. Pada hal ini Bank Muamalat memang telah menyiapkan metode manajemen risiko tersendiri dengan cara memiliki analis khusus untuk menentukan open position valuta asing. Jadi, meskipun tanpa menggunakan hedging bank tetap bisa mengendalikan risiko yang akan terjadi. Sehingga bank tetap bisa mendapatkan keuntungan dari transaksi valuta asing. Strategi yang dibuat oleh analis dalam pengendalian posisi nilai tukar memang tidak selamanya tepat. Salah prediksi pastinya pernah terjadi dalam manajemen risiko kurs valuta asing ini. Akan tetapi, bukan berarti yang telah menggunakan hedging dalam transaksi valuta asingnya lalu assetnya akan benar- benar terlindungi. Institusi yang menggunakan hedging dalam kegiatan manajemen risikonya, awalnya juga telah memprediksikan bahwa kejadian yang akan terjadi seperti ini. Namun ketika ternyata kenyataan berbanding terbalik dengan prediksi awal, berarti ia juga akan kehilangan apa yang diharapkannya. Misalnya seorang importir memiliki kewajiban berupa utang luar negeri dalam bentuk USD untuk waktu tiga bulan yang akan datang, dan diprediksikan sampai dengan tiga bulan ke depan rupiah akan melemah dan USD menguat. Kemudian importir melakukan hedging secara forward untuk tiga bulan ke depan. Setelah deal dengan harga yang ditentukan, ternyata pada saat jatuh tempo pembayaran