Tujuan Penulisan. Metodologi Penulisan. Sistematika Penulisan.

dimaksudkan untuk mendapatkan informasi secara lengkap agar dapat menentukan kesimpulan yang akan diambil sebagai langkah penting. Sebagaimana rumusan masalah di atas dan untuk mengetahui kesimpulan yang akan penulis ambil setelah itu, maka metode yang akan digunakan adalah metode tematik atau metode maudhû`i yaitu mengumpulkan ayat-ayat yang bertemakan taqlîd. Secara teknis penulisan skripsi ini bersandarkan pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Desertasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2007 ” dan Pedoman Buku Fakultas Ushuluddin dan Filsafat 2007.

E. Sistematika Penulisan.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan suatu sistematika yang di dalamnya terdiri dari bab-bab yang satu sama lain saling berhubungan, yaitu : Pada bab pertama pendahuluan Bab ini yang menjadi pengantar umum kepada skripsi. Berisi Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Metodologi Penulisan, dan Sistematika Penulisan. Pada bab kedua pandangan umum tentang taqlîd. Pada bab ini penulis mengemukakan tentang definisi taqlîd, kosa kata taqlîd, dan pembagian taqlîd. Pada bab ketiga penulis mencoba mengenal lebih jauh tentang tema taqlîd aqidah dalam al-Quran. Seperti beberapa aspek yang diperintahkan untuk ber- taqlîd, Aspek-aspek yang dilarang untuk ber-taqlîd dan analisa tentang terma taqlîd dalam al-Quran. Pada bab keempat penulis akan mengambil kesimpulan berdasarkan hasil kajian dari bab kedua dan ketiga serta memberikan saran-saran jika dibutuhkan.

BAB II PANDANGAN UMUM TENTANG

TAQLÎD A. Definisi Taqlîd a. Menurut Bahasa Kata taqlîd berasal dari bahasa Arab, dari kata kerja fi’il Qallada – Yuqallidu – Taqlidah 1 , sepanjang bahasa artinya bermacam-macam, menurut letak dan rangkaian katanya, di antaranya adalah : “Menyerahkan – Menghiasi – Menyelempangkan – Meniru – Menuruti seseorang dan Menerima Piutang”. Misalnya : Ia menghiasi leher dengan kalung Ia menyerahkan pekerjaan, Ia menyelempangkan pedang Ia meniru padanya demikian . Ia menurut seseorang tentang itu Ia menerima piutang dari fulan 2 . Ada juga sebagian ulama ahli bahasa yang menjelaskan kata taqlîd diambil dari kata Qilâdah yang artinya kalung atau rantai yang diikatkannya pada lainya. 1 A. W. Munawwir, al-Munawwir Kamus Arab – Indonesia, Surabaya : Pustaka Progressif, 2002, h. 1147. 2 KH. Moenawar Chalil, Kembali Kepada al-Quran dan al-Sunnah, Jakarta: Bulan Bintang, 1989, h. 340. Dalam bahasa Indonesia kata taqlîd dapat diartikan peniruan, keikutan atau pegangan kepada suatu paham pendapat ahli hukum yang sudah, tanpa mengetahui dasar atau alasan. Ber-taqlîd berarti : 1. Berpegang kepada pendapat ahli hukum yang sudah-sudah. 2. Tunduk atau percaya pada kata orang mengikuti atau menuruti orang lain meladeni. 3. Meniru atau mengikuti suatu paham tanpa mengetahui dalil-dalil ataupun alasan. 3 Kata taqlîd juga sering diartikan mengikuti, kemudian makna kata mengikuti sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah ikut atau turut serta, ikut-ikutan, mengikuti saja pikiran, perbuatan orang lain, mengikuti, menurutkan sesuatu yang berjalan dahulu, yang telah ada 4 b. Menurut Istilah Adapun definisi taqlîd menurut istilah, sebagaimana para ulama memberikan pengertian sebagai berikut : 1. Imam Abu Abdillah Khuwaz Mandad al-Maliki berkata : “Taqlîd artinya pada syara adalah kembali berpegang kepada perkataan yang tidak ada alasan bagi orang yang mengatakannya.” 2. Imam al-Ghazali taqlîd adalah : 3 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988, cet. 1, h. 887. 4 Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 323.