angsur memipih apabila buah menjadi tua. Biji berbentuk oval dan pipih, kulit biji berupa  selaput  tipis  yang  melebar  dan  memanjang  membentuk  sayap.  Biji
sebanyak 12-36 tersusun dalam dua baris yang berhimpitan di dalam polong kayu. Daun  tunggal  tersusun  melingkar  pada  ranting  sebanyak  4-8,  berbentuk  lonjong
atau  bulat  telur,  ujung  daun  membulat,  panjang  15-20  cm  lebar  6-8  cm.  Batang memiliki  kulit  luar  rata  tetapi  kasar,  tebal  kulit  batang  1-2  cm,  tidak  berbulu,
bergetah putih, kayu berwarna putih sampai kuning, halus dan tidak berteras. Pohon  berpenampilan  besar  dan  tinggi,  dengan  tinggi  pohon  dapat
mencapai 60 meter, diameter 260 cm, bentuk batang silindris, tidak berbanir, kulit batang abu-abu atau kehitam-hitaman, tajuk tipis atau jarang.
Berdasarkan  kebutuhannya  terhadap  naungan  jelutung  termasuk  pohon yang  membutuhkan  naungan  pada  waktu  muda,  tetapi  kemudian  memerlukan
cukup cahaya untuk pertumbuhan selanjutnya.
2.1.3   Penyebaran dan Tempat Tumbuh
Di Indonesia pohon jelutung terdapat di Sumatra, Bangka, Belitung, Riau, Kalimantan  dan  Sulawesi.  Menurut  Foxworthy  1927  dalam  Puslitbang  1994
jelutung tumbuh di tanah organosol, khususnya di hutan rawa gambut.
2.2 Mikoriza
Mikoriza  adalah  asosiasi  simbiotik  yang  esensial  untuk  satu  atau  kedua mitra,  antara  fungi  khususnya  yang  hidup  dalam  tanah  dan  tanaman  dan  akar
atau organ lain yang bersentuhan dengan substrat dari tanaman hidup, terutama bertugas  untuk  memindahkan  hara.  Mikoriza  terdapat  dalam  organ  tanaman
spesifik  dimana  hubungan  intimnya  tercipta  sebagai  akibat  perkembangan serempak  tanaman-fungi  Brundrett  2004.  Dalam  fenomena  ini  fungi
menginfeksi  dan  mengkoloni  akar  tanpa  menimbulkan  nekrosis  sebagaimana biasa  terjadi  pada  infeksi  fungi  patogen,  dan  mendapat  pasokan  nutrisi  secara
teratur dari tanaman Rao 1994.
2.2.1   Tipe-tipe mikoriza
Menurut  Fakuara  1990  berdasarkan  infeksinya  serta  bentuk  dan  tidak terbentuknya selubung hifa dapat dibedakan tiga bentuk mikoriza yaitu :
Ektomikoriza  yaitu  mikoriza  yang  pada  permukaan  luar  akar  terbentuk  selubung jalinan hifa fungi.
Endomikoriza  yaitu  fungi  pembentuk  mikoriza  berkembang  hanya  dalam sel-sel korteks akar dan tidak terbentuk selubung hifa pada akar.
Ektendomikoriza  yaitu  struktur  yang  memiliki  kedua  ciri-ciri  tersebut.  Adanya fungi di sel-sel korteks dan juga terbentuknya hifa pada permukaan akar.
Marx  dalam  Fakuara  et  al.  1993  menyatakan  bahwa  semai  yang  akarnya bermikoriza  lebih  tahan  terhadap  patogen  akar  dibandingkan  dengan  semai  yang
tidak  bermikoriza.  Mekanisme  yang  memungkinkan  dapat  meningkatkan ketahanan terhadap patogen akar adalah sebagai berikut :
1. Pemanfaatan  surplus  karbohidrat  di  dalam  akar  sehingga  stimulan  untuk
patogen akar berkurang. 2.
Hifa mantel jadi penghambat bagi penetrasi patogen akar. 3.
Mengeluarkan sekresi antibiotik yag mengahambat patogen akar. 4.
Sepanjang rizosfir terdapat perlindungan oleh populasi mikroorganisme.
2.2.2   Fungi Mikoriza Arbuskula FMA
Istilah  endomikoriza  adalah  digunakan  untuk  membedakan  tipe  mikoriza ini  dari  ektomikoriza,  karena  pada  endomikoriza  biasanya  tidak  ada  sarung
miselium  fungi  di  sekitar  akar  yang  terinfeksi  mikoriza  seperti  halnya  pada  akar yang terinfeksi ektomikoriza Fakuara 1988
Karakteristik  utama  dari  FMA  ialah  biotrof  obligat  yang  berarti  bahwa setiap tahap daur hidupnya harus berasosiasi dengan tanaman hidup. Sebagaimana
halnya fungi berfilamen pada umumnya, perbanyakan FMA berlangsung melalui diferensiasi  dan  perkecambahan  spora  atau  dengan  perpanjangan  miselium  yang
menembus  tanah  dan  akar.  Diferensiasi  spora  terjadi  melalui  penggelembungan interkalar atau apical pada hifa Nusantara et al. 2008.
FMA  dapat  dibedakan  dari  ektomikoriza,  karena  beberapa  karakteristik  Setiadi 1989 yakni :
1. Perakaran yang terinfeksi tidak membesar.
2. Fungi  membentuk  struktur  lapisan  hifa  tipis  pada  permukaan  akar,  tetapi
tidak setebal mantel pada ektomikoriza.
3. Hifa  yang  menyerang  masuk  ke  dalam  individu  sel  jaringan  korteks  dan
endodermis. 4.
Adanya  struktur  khusus  berbentuk  oval  yang  disebut  vesikula  dan  sistem percabangan hifa yang disebut arbuskula.
2.2.3.   Peranan Fungi Mikoriza Arbuskula FMA
Peranan Fungi Mikoriza Arbuskula FMA sebagai agen pengendali hayati sudah  banyak  dibuktikan,  namun  bagaimana  mekanismenya  belum  diketahui
dengan  baik.    Dalam  upaya  memahami  mekanisme  pengendalian  hayati  patogen tular  tanah  oleh  FMA,  pengetahuan  tentang  keragaman  genetik  FMA  dari  sisi
agen pengendali hayati sangat penting Sukarno dan Setiadi 2001.
2.3 Bakteri