B. KENDALA YANG DIHADAPI DALAM PENYELESAIAN MEDIASI
Dalam penanganan proses mediasi ini, tidak semuanya dapat berjalan dengan mulus dan sesuai kehendak yang diinginkan. Kadang kala ada beberapa
hal yang menjadi kendala tidak berhasilnya proses mediasi ini. Penyelesaian sengketa pertanahan melalui mediasi studi kasus Kantor
Pertanahan Deli Serdang terdapat kendala-kendala sebagai berikut : 1. Persiapan untuk mempertemukan kedua belah pihak :
a. Para pihak cenderung kurang terbuka dalam penjelasan duduk permasalahan tanah.
b. Dengan tidak adanya keterbukaan para pihak, mengakibatkan sulitnya bagi mediator untuk merumuskan permasalahan secara detail, termasuk dalam
mempersiapkan bahan selain persiapan prosedur untuk melakukan mediasi terhadap pokok sengketa dan resume telaahan.
2. Kegiatan mediasi : a. Perbedaan kepentingan dan adat istiadat mengakibatkan sulitnya mengatasi
hambatan hubungan antar pihak. b. Perbedaan tersebut mengakibatkan mediator akan kesulitan untuk mencairkan
suasana diantara kedua belah pihak yang bersengketa suasana akrab 3. Kedudukan Mediator :
a. Mediator Badan Pertanahan Nasional Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang dalam hal-hal tertentu berdasarkan kewenangannya authoritas
mediator autoritatif dapat melakukan intervensicampur tangan
Universitas Sumatera Utara
mengakibatkan sulit untuk memberikan pemahaman dugaan apriori kepada para pihak yang bersengketa.
b. Sebagai akibat dari intervensi ini, para pihak yang bersengketa sulit untuk meminta ketegasan mengenai kesediaan untuk menyelesaikan secara mediasi
oleh mediator Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang
4. Dalam pengaturan Pelaksanaan Mediasi : Perumusan Aturan Pelaksanaan Mediasi yang disusun berdasarkan kesepakatan
para pihak ataupun inisiatif mediator dengan persetujuan para pihak, mungkin akan mengundang perdebatan panjang, sehingga diperlukan mediator yang ahli
dan terbiasa menangani pelaksanaan mediasi, dimana hal ini belum dimiliki Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang
5. Menyamakan Pemahaman dan Menetapkan Agenda Musyawarah a. Sulit menarik benang merah permasalahan sengketa yang ditangani agar
proses negosiasi terfokus pada persoalan isu yang ditangani karena kadang terjadi kesalahpahaman baik mengenai permasalahan maupun pengertian
yang terkait dengan status tanah negara dan individualisasi serta pengertian mengenai bekas HGU
b. Dalam proses musyawarah, diskusi, negosiasi terkadang dapat melebar keluar dari fokus persoalan sehingga mediator harus dapat menjaga agar
tidak terpancing atau terbawa larut dengan pembicaraan para pihak.
Universitas Sumatera Utara
6. Indentifikasi Kepentingan Kepentingan yang menjadi fokus mediasi dapat menentukan kesepakatan
penyelesaiannya. Karena kepentingan dalam mediasi selain dilihat dari aspek hukum juga harus dilihat dari aspek lain sepanjang tidak melanggar hukum,
sering disalah artikan oleh kedua belah pihak, sehingga menyulitkan mediator untuk melakukan indentifikasi.
7. Generalisasi opsi-opsi Para Pihak a. Dalam pelaksanaan mediasi, generalisasi terdapat kelompok opsi-opsi yang
tidak dibedakan dari siapa, tetapi bagaimana cara menyelesaikan opsi tersebut melalui negosiasi dan para pihak dapat mengajukan opsi-opsi
penyelesaian yang diinginkan, sehingga dengan adanya opsi-opsi ini,dalam proses tawar menawar akan alot dan tidak tertutup kemungkinan dapat
terjadi dead lock gagal. b. Kadang kala opsi-opsi yang diberikan para pihak sering tidak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan, mengakibatkan mediator dapat menganulir atau meniadakan opsi tersebut, dan diantara para pihak tidak
setuju dengan opsi tersebut disebabkan adanya konflik kepentingan secara perorangan pribadi.
8. Negoisasi akhir : Tawar menawar terhadap opsi yang telah ditetapkan timbul kondisi yang
tidak diinginkan, sehingga negosiasi sering dilakukan secara berulang-ulang dalam waktu yang berbeda sulit untuk merumuskan waktu penyelesaian
Universitas Sumatera Utara
proses penyelesaian memakan waktu yang lama, mengakibatkan kegagalan negosiasi akan terjadi
Selain kendala-kendala yang tertera diatas, kadang kala timbul pula kendala- kendala diluar perkiraan, kendala yang juga dapat membuyarkan proses mediasi
antara para pihak yang bersengketa. Kendala yang dimaksud adalah kendala dalam masa proses mediasi dimana dapat lahirnya pihak ketiga diluar mediator yang dapat
memberi pengaruh atas keberhasilan proses mediasi ini. Kendala yang dimaksud adalah :
1. Hadirnya pihak ketiga yang merasa dirugikan apabila proses mediasi ini berhasil dimana kepentingan pribadinya akan terasa terusik, sehingga pihak ketiga akan
berusaha sedaya upaya untuk menggagalkan proses mediasi ini. Misalnya adalah sengketa antara individu dengan individu, dimana tanah yang
menjadi sengketa sebelumnya memberi keuntungan pribadi bagi pihak ketiga ini. 2. Timbulnya pengaruh dari orang-orang atau individu, kelompok lain yang
memberikan masukan yang salah bagi salah satu pihak yang bersengketa, dimana dengan kegagalan proses mediasi ini akan menguntungkannya.
Misalnya ada kelompok masyarakat yang dirugikan apabila kedua pihak yang bersengketa dapat menyelesaikan sengketa ini dengan jalur mediasi maka tanah
yang menjadi sengketa tidak akan dapat dimanfaatkan lagi oleh kelompok masyarakat ini.
3. Timbulnya kepentingan pribadi salah satu pihak yang bersengketa disebabkan ego yang tinggi dan keinginan menang sendiri untuk menguasi tanah yang menjadi
Universitas Sumatera Utara
sengketa tersebut. Faktor ini biasanya timbul seiring proses mediasi, hal ini bisa saja timbul dari saudara sendiri, istri dan pihak-pihak lain yang mengambil
keuntungan dari sengketa ini. Misalnya pengaruh seorang istrisuami dapat juga mempengaruhi proses mediasi
ini. Hal ini biasanya terdapat dalam sengketa tanah warisan. 4. Selama proses berlangsung, kadang dapat juga hadir pihak ketiga yang juga
mengklaim bahwasanya dia juga memiliki hak yang sama dengan kedua belah pihak yang bersengketa. Penyebabya bisa saja karena tidak adanya informasi bagi
kedua pihak yang bersengketa sebelumnya bahwa tanah sengketa tersebut juga telah di miliki oleh pihak ketiga ini.
Khusus untuk kendala yang terakhir ini kendala keempat jarang terjadi hal seperti ini, namun tidak tertutup juga kemungkinan dapat terjadi karena permasalahan
sengketa tanah yang beragam di Sumatera Utara ini dapat juga memungkinkan hal ini terjadi.
Apapun kendala yang menjadi bagian dari gagalnya suatu proses mediasi ini kedepan kiranya dapat diminimalisasi agar himbauan dari Kepala BPN sesuai dengan
Keputusan Kepala Badan Pertanahan RI No.11 Tahun 2009 Tentang Kebijakan dan Strategi Kepala BPN RI Menangani dan Menyelesaikan Sengketa, Konflik
dan Perkara Pertanahan Tahun 2009, dapat berjalan sesuai dengan fungsinya sehingga meminimalisir penyelesaian sengketa pertanahan melalui jalur
litigasi.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan