HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pengambilan data pengaruh massase ektrimitas dengan aromaterapi lavender terhadap penurunan tekan darah pada lansia hipertensi di Kelurahan Grendeng Purwokerto telah dilaksanakan selama 14 hari yang di mulai pada tanggal 15 Desember – 29 Desember 2013. Responden dalam penelitian ini adalah 38 orang. Massase ektremitas denga aroma terapi lavender ini diberikan selama 10 menit sebanyak 3 kali dalam satu minggu. Penilaian tekanan darah dilakukan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan massase ektrimitas dengan aroma terapi lavender. Adapun hasil penelitian dijelaskan sebagai berikut:

1. Analisis Univariat

a. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah penderita hipertensi di Wilayah Kelurahan Grendeng Purwokerto. Sampel pada penelitian ini berjumlah 38 orang. Gambaran umum responden penelitian ini dapat dilihat dari beberapa karakteristik sebagai berikut:

1) Usia Karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan usia di Posyandu lansia Kelurahan Grendeng bulan Desember 2013 (n=38)

No..

Usia

Jumlah (n)

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dketahui bahwa sebagian besar presentase usia responden termasuk usia lanjut 55-60 tahun sebanyak 25 orang (65,8%), dan usia 61-65 tahun sebanyak 13 orang (34,2 %) .

2) Jenis Kelamin Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 4.2 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di

Posyandu lansia Kelurahan Grendeng bulan Desember 2013 (n=38)

No. Jenis Kelamin Jumlah (n) Presentase (%)

38 100 Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa sebagian

Jumlah

besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 35 orang (92,1%) dan responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 3 orang (7,9%).

2. Analisis Bivariat

a. Gambaran tekanan darah pada lansia sebelum dilakukan massase ektrimitas dengan aroma terapi lavender

Tekanan darah responden sebelum dilakukan masasse ektrimitas ddengan aroma terapi lavender selengkapnya disajikan pada tabel berikut: Tabel 4.3 Gambaran tekanan darah responden sebelum diberikan

intervensi di Posyandu lansia Kelurahan Grendeng bulan Desember 2013 (n=38)

Variabel

Min-Max 95%CI Tekanan

Median

SD

140-180 143.96- Darah

150.25 Sistolik Sebelum

Tekanan

80-100 86.13- Darah

91.24 Diastolik Sebelum

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui tekanan darah sebelum diberikan intervensi pada responden memiliki nilai minimal untuk tekanan sistolik yaitu 140 mmHg dan untuk tekanan diastolik memiliki nilai minimal 80 mmHg. Hasil estimasi interval penelitian disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata tekanan darah sistolik responden 143.96- 150.25 mmHg dan tekanan diastolik 86.13- 91.24mmHg.

Tekanan darah responden setelah dilakukan massase ekstrimitas dengan aroma terapi lavender selengkapnya disajikan pada tabel berikut: Tabel 4.4 Gambaran tekanan darah responden setelah diberikan

intervensi di Posyandu lansia Kelurahan Grendeng bulan Desember 2013 (n=38)

Variabel

Min-Max 95%CI Tekanan

Median

SD

120-160 131.03- Darah

136.86 Sistolik Sesudah Tekanan

81.60- Darah

70-90

85.77 Diastolik Sesudah

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui tekanan darah setelah diberikan intervensi pada responden tekanan sistolik memiliki nilai minimal 120 mmHg dan untuk tekanan diastolik memiliki nilai minimal 70 mmHg. Tekanan sistolik setelah diberikan massase ekstrimitas dengan aroma terapi lavender memiliki nilai maksimal 160 mmHg dan untuk nilai diastolik setelah diberikan massase ekstrimitas memiliki nilai maksimal 90 mmHg. Hasil estimasi interval penelitian disimpulkan 95 % diyakini rata-rata tekanan darah pada responden

c. Perbedaan tekanan darah sebelum diberikan massase ekstrimitas dengan aroma terapi lavender dan setelah diberikan massase ektrimitas dengan aroma terapi lavender dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.5 Perbedaan tekanan darah sebelum diberikan massase

ekstrimitas dengan aroma terapi lavender dan setelah diberikan massase ektrimitas dengan aroma terapi lavender di Posyandu lansia Kelurahan Grendeng bulan Desember 2013 (n=38)

Variabel

Z hitung p value Tekanan

Min-max

Mean±sd

Sistolik Sebelum Tekanan

133.95±8.865 -5.634 0.000 Darah

120-160

mmHg

Sistolik Sesudah Tekanan

Diastolik Sebelum Tekanan

83.68±6.334 -2.819 0.005 Darah

70-90

mmHg

Diastolik Sesudah

Syarat uji t test berpasangan tidak terpenuhi karena data tidak berdistribusi normal maka data dianalisa dengan menggunakan uji statistik Wilcoxon dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05). Berdasarkan hasil uji ini, didapatkan nilai p value < α (0,000 < 0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima. Data analisa tersebut dapat

B. Pembahasan

1. Analisis Univariat

a. Karakteristik Berdasarkan Usia Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar presentase usia responden termasuk usia lanjut 55- 60 tahun sebanyak

25 orang (65,8%). Hipertensi cenderung meningkat dengan bertambahnya usia. Harison, Wilson dan Kasper (2005) menyatakan bahwa semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari orang yang berusia lebih muda. Hipertensi pada usia lanjut harus ditangani secara khusus. Kondisi yang berkaitan dengan usia ini adalah produk samping dari keausan arteriosklerosis dari arteri-arteri utama, terutama aorta, dan akibat dari berkurangnya kelenturan. Mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian diri. Bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40%. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan serta tekanan darah meningkat

b. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 35 orang (92,1%) dan responden yang yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak

3 orang (7,9%). Harrison, Wilson dan Kasper (2005) mengatakan bahwa penderita hipertensi lebih banyak diderita oleh perempuan yang berusia 50 tahun ke atas, padahal jumlah penderia hipertensi pada usia muda lebih banyak terjadi pada laki- laki. Hal ini disebabkan karena wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya

Penjelasan di atas mengungkapkan bahwa estrogen berperan penting mampu menurunkan tekanan darah pada wanita muda. Saat siklus menstruasi terjadi, tekanan darah akan menurun, ini terjadi ketika fase luteal akan berubah menjadi fase folikular. Setelah wanita tidak menstruasi lagi atau post menoupause maka tidak akan terjadi perubahan fase menstruasi di atas, dari fase luteal berubah menjadi fase folikular sehingga tekanan darah tidak menurun dan justru cenderung naik (Staessen, 2003).

2. Analisis Bivariat

a. Gambaran tekanan darah pada lansia sebelum dilakukan massase ekstrimitas dengan aroma terapi lavender

Sebelum dilakukan massase ekstrimitas dengan aroma terapi lavender, peneliti melakukan penilaian tekanan darah menggunakan spygnomanometer . Klasifikasi tekanan darah yang dipilih yaitu rentang grade 1 yang dimulai dari tekanan darah sistolik 140 mmHg dan sampai rentang 200 mmHg. Tekanan darah pada responden, tekanan sistolik yang tertinggi adalah 180 mmHg dan diastolik tertinggi yaitu 100 mmHg. Tekanan darah sistolik terendah 140 mmHg dan diastolik terendah 80 mmHg.

75

Hipertensi yang dialami responden terjadi karena dipengaruhi oleh berbagai macam faktor risiko baik yang bisa dikontrol seperti aktivitas olahraga, merokok, mengkonsumsi garam dapur, obesitas, dan stress serta faktor resiko yang tidak dapat dikontrol seperti usia, jenis kelamin, dan keturunan (genetik) (Aisyah, 2009). Menurut hasil observasi peneliti, paling banyak faktor pemicu lansia terkena hipertensi yaitu mengkonsumsi garam natrium yang berlebih dan kurangnya aktivitas olahraga seperti aktivitas olahraga serta faktor risiko yang tidak dapat dikontrol karena bertambahnya usia mereka. Untuk responden laki-laki faktor risiko utama yaitu seringnya merokok. Promosi kesehatan dan penyuluhan kesehatan penting untuk diterapkan di wilayah Kelurahan Grendeng Purwokerto agar hipertensi dapat diminimalkan dengan mengurangi faktor risiko penyebab hipertensi yang dapat dikontrol seperti aktivitas fisik, merokok dan konsumsi garam natrium.

Kurangnya aktivitas fisik dapat mengakibatkan hipertensi yaitu karena terjadinya penurunan cardiac output (curah jantung) sehingga pemompaan ke jantung menjadi lebih kurang. Kurangnya latihan aktvitas fisik dapat menyebabkan terjadinya kekakuan pembuluh darah, sehingga aliran darah tersumbat dan dapat menyebabkan hipertensi (Aisyah, 2009). Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler

Merokok menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Perokok dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis. Merokok meyebabkan hipertensi karena nikotin yang terkandung di dalam rokok memiliki kecenderungan untuk menyempitkan pembuluh darah dan arteri yang dapat menyebbkan plak. Plak menyempitkan pembuluh darah. Nikotin juga memiliki kemampuan untuk merangsang produksi hormon epinefrin juga dikenal sebagai adrenalin yang menyebabkan pembuluh darah mengerut (Hopkinson, 2011).

b. Gambaran tekanan darah pada lansia setelah diberikan massase ekstrimitas dengan aroma terapi lavender

Pemberian perlakuan massase ekstrimitas dengan aroma terapi lavender kepada responden yang mengalami hipertensi dilakukan selama 10 menit sebanyak 3 kali dalam seminggu. Dari 47 lansia penderita hipertensi yang memenuhi kriteria inklusi dipilih 38 responden yang dijadikan sampel. Distribusi frekuensi responden menunjukkan tekanan darah setelah dilakukan intervensi tekanan

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa 38 responden mengalami penurunan tekanan darah sistolik dan 19 responden mengalami penurunan tekanan darah diastolik. Tidak ada responden yang mengalami peningkatan tekanan darah sistolik dan tujuh responden mengalami peningkatan tekanan darah diastolik. Tidak ada responden yang mengalami perubahan tekanan darah sistolik dan 12 responden tidak mengalami perubahan tekanan darah diastolik.

c. Perbedaan tekanan darah sebelum diberikan massase ekstrimitas dengan aroma terapi lavender dan setelah diberikan massase ekstrimitas dengan aroma terapi lavender

Data analisa menyimpulkan ada pengaruh massase ekstrimitas dengan aroma terapi lavender terhadap penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi di Kelurahan Grendeng Purwokerto. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tarigan dalam Ayunani (2012) yaitu salah satu cara terbaik dalam menurunkan tekanan darah yaitu dengan terapi pijat. Sejumlah studi menunjukkan bahwa terapi pijat yang dilakukan secara teratur dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik, menurunkan kadar hormon stres kortisol, menurunkan kecemasan sehingga tekanan darah akan turun dan fungsi tubuh akan semakin

78

membaik. Penelitian dari Holand (2001) menyatakan intervensi pijat (massage) kepada pasien yang berada di ruang rehabilitasi memberikan efek berupa menghilangkan kecemasan, rasa tenang dan kondisi rileks. Massase ekstrimitas dengan aroma terapi lavender ini akan memberikan pengaruh baik terhadap berbagai macam sistem dalam tubuh salah satunya yaitu system kardiovaskuler. Saat dilakukan intervensi berupa massase ektrimitas dengan aroma terapi lavender, tekanan darah naik. Tekanan darah sistoliknya misalnya 140 mmHg, setelah di massase dengan aroma terapi lavender akan tetap. Tetapi, setelah dua hari kemudian tekanan darah tersebut akan mengalami penurunan. Apabila massase ekstrimitas dengan aroma terapi lavender ini dilakukan secara rutin dan berulang, lama- kelamaan penurunan tekanan darah akan berlangsung lama. Itulah sebabnya massase ekstrimitas dengan aroma terapi lavender yang dilakukan secara teratur bisa menurunkan tekanan darah. Jenis intervensi yang efektif untuk menurunkan tekanan darah adalah massase dengan frekuensi pemberian intervensi 3-5 kali seminggu dengan lama intervensi 10-15 menit sekali pemberian intervensi (Jaelani, 2009).

Penurunan tekanan darah ini terjadi karena pembuluh darah mengalami pelebaran dan relaksasi. Pemberian massase secara rutin akan melemaskan pembuluh-pembuluh darah, sehingga tekanan darah

79

menurun sama halnya dengan melebarnya pipa air akan menurunkan tekanan pipa air tersebut. Gerakan massase yang dapat menurunkan tekanan darah adalah mengusap (Efflurage) Effleurage merupakan kata dari bahasa Perancis yang dapat berarti strocking (mengusap). Gerakan ini merupakan teknik paling sederhana dalam proses pemijatan, dan dapat dilakukan di seluruh bagian tubuh. Selain itu, mengusap (effleurage) juga merupakan gerakan berirama yang khususnya dipakai untuk menurunkan pengeluaran hormon kortisol, sehingga pengurangan stres dapat terjadi karena adanya respon rileks. Selain itu gerakan friction yaitu gerakan melingkar kecil-kecil dengan penekanan lebih menggunakan ibu jari. Gerakan ini bertujuan untuk penyembuhan ketegangan otot dan akibat asam laktat yang berlebih. Apabila dilakukan gerakan ini asam laktat berlebih akan berkurang, sehingga peredaran darah dalam pembuluh darah dapat bejalan dengan lancar. Gerakan massase yang lain berupa meremas (petrisage) atau merupakan istilah umum yang diberikan untuk segala jenis pijatan dengan teknik menekan, meremas, dan menggulung otot dibawah kulit. Ini juga mencakup teknik meremas. Gerakan ini merupakan gerakan mengusap tingkat sedang yang dilakukan setelah mengusap (effleurage) dan berperan untuk menggetarkan (vibration), dan memukul (tapotement). Gerakan tersebut mempunyai fungsi yang sama yaitu untuk mengurangi ketegangan otot (Belder & Mahrer,

80

2007). Dalam hal ini, massase ekstrimitas dengan aroma terapi lavender dapat menghasilkan relaksasi oleh stimulasi taktil jaringan tubuh menyebabkan respon neuro humoral yang komplek dalam The Hypothalamic-Pituitary Axis (HPA) ke sirkuit melalui jalur sistem saraf. Adaptasi stres diatur oleh kapasitas HPA untuk mensekresikan hormon seperti kortisol dan endorphin yang mengurangi aktivitas sistem saraf simpatik dan meningkatkan respon saraf parasimpatis. Kortisol adalah hormon stress yang utama dan produk akhir dalam saraf simpatis. Sedangkan aroma terapi lavender bekerja merangsang sel saraf penciuman dan mempengaruhi kerja sistem limbik dengan meningkatkan perasaan positif dan rileks. Sewaktu menarik nafas rangsangan bau mendatangi sel-sel pengindra lewat difusi melalui udara. Molekul bau terikat langsung melalui reseptor pembau atau ke protein pengikat spesifik yang membawa bau ke reseptor dan menyebabkan saraf menyalakan potensial aksi. Seluruh peristiwa disampaikan ke sistem limbik yang bertanggung jawab terhadap emosi dan otak mendaftar sebagai bau yang spesifik otak kemudian mengeluarkan serotonin yang membuat perubahan fisiologis pada tubuh, pikiran dan jiwa dan menghasilkan efek menenangkan pada tubuh. Dengan demikian, kerja jantung tidak membutuhkan tekanan kuat untuk memompa dan peredaran darah ke seluruh tubuh akan maksimal (Remington, 2002).

Dari hasil penelitian yang telah saya lakukan, menunjukkan bahwa tekanan darah responden mengalami penurunan tekanan sistolik dan penurunan diastolik. Pembandingan penelitian dengan Nugroho (2012) tentang efektifitas pijat refleksi kaki dan hipnoterapi terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi menyatakan hal yang sama bahwa terjadi penurunan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik.

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti masih memiliki keterbatasan. Adapun beberapa keterbatasan penelitian yaitu:

1. Variabel Confounding dalam penelitian ini seperti pola makan, stress, aktivitas fisik, serta genetik dalam penelitian ini tidak dapat dikendalikan sepenuhnya, sehingga masih banyak faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah pada lansia.

2. Jumlah responden yang terbatas. Hal ini dikarenakan adanya kriteria tertentu untuk menjadi responden dalam penelitian.