sembilan pasang struktur mikrorubulus luar dengan pola “cartwheel” pada bagian tepi dari aksonema. Sedangkan dua pasang mikrotubulus lainnya terletak pada
bagian tengah aksonema. Mikrotubulus ini saling terhubung oleh bahan elastis yang disebut neksin dan jari - jari radial. Ballenger, 2003
Gambar 2.2 Struktur Normal Silia. Sumber: Munkholm Mortensen, 2014. Mucociliary Clearance: Pathophysiological Aspects. Halaman 172. Gambar 1
2.1.3.2. Palut Lendir mucous blanket Palut lendir dihasilkan terutama oleh kelenjar serosa dan kelenjar goblet,
yang memiliki ketebalan 12 m – 15 m. Palut lendir terletak pada bagian ujung dari silia dan berfungsi sebagai lubrikan, pelindung dari substansi higroskopik,
dan menjerat partikulat – partikulat kecil. Ballenger, 2003 Dalam keadaan sehat. pH palut lendir sedikit asam. Palut lendir ini disusun
oleh glikoprotein 2.5 - 30, garam 1 - 2, dan air 95. Sedangkan immunoglobulin merupakan protein yang dominan 70. Mukus dijumpai di
semua bagian hidung kecuali vestibulum nasi dan sinus paranasal. Pergerakan dari silia mendorong mukus beserta partikel yang terjerat menuju ke faring dan
esofagus. Ballenger, 2003 2.2. Sistem Transpor Mukosiliar
2.2.1. Fisiologi Sistem Transpor Mukosiliar
Hidung berperan dalam proses penciuman dan juga sebagai jalan masuknya udara menuju traktus respiratorius bagian bawah conducting portion.
Universitas Sumatera Utara
Dalam keadaan sehat, mukosa hidung mempunyai kemampuan untuk menyaring dan melembabkan udara yang masuk. McDowell 2010
Sistem Respiratorik memiliki beberapa mekanisme untuk melindunginya dari kemungkinan efek yang merugikan dari partikel di lingkungan dan pathogen
virus, bakteri, dll yang dapat masuk ke sistem ketika bernapas. Pada traktus respiratorius atas, mukosiliar yang melapisi cavum nasi merupakan lini pertama
dalam mekanisme pertahanan sistem respiratorik. Adanya rambut halus pada cavum nasi berfungsi sebagai mekanisme pertahanan untuk menyaring partikel
yang terinhalasi dari lingkungan luar. Lini kedua sistem pertahanan pada hidung berupa mucus yang melapisi tulang turbinasi dan sinus yang akan menjerat
partikel yang melewati hidung. Kedua mekanisme ini menjerat 80 - 85 partikel berdiameter 5 sampai 10 mikrometer . Partikel ini nantinya ditranspor
oleh silia ke faring untuk ditelan. McDowell, 2010 Ketika udara melewati hidung, cavum nasi menjalankan fungsinya
memanaskan, melembabkan dan menyaring udara yang masuk. Udara dihangatkan oleh radiasi dari pembuluh darah mukosa dan dilembabkan oleh
kadar air pada mukus yang tertransudasi secara langsung dari pembuluh- pembuluh darah pada hidung. Sedangkan penyaringan partikel – partikel besar
dilakukan oleh rambut – rambut dan vibrissae pada cavum nasi. Guyton, 2006; Walsh, Kern, 2006
Saat udara masuk ke hidung, udara akan berbenturan dengan concha, septum, dan dinding faring yang menyebabkan terjadinya turbulensi udara. Saat
udara mengalami benturan, maka udara mengalami perubahan arah gerak. Partikel – partikel di udara memiliki momentum dan massa yang lebih kecil dibandingkan
udara sehingga tidak dapat mengubah arah geraknya secara cepat. Hal ini menyebabkan pertikel tersebut membentur permukaan dan terperangkap di palut
lendir dan kemudian ditranspor oleh silia. Guyton, 2006
2.2.2. Patofisiologi Terganggunya Sistem Transpor Mukosililiar