HARGA PERHITUNGAN SENDIRI (HPS)
BAB IV HARGA PERHITUNGAN SENDIRI (HPS)
1. KETENTUAN UMUM
a. Harga Perkiraan Sendiri (HPS) atau Owner Estimate (OE) adalah harga yang dikalkulasikan secara keahlian berdasarkan data terbaru yang dapat dipertanggungjawabkan yang digunakan sebagai acuan dalam menilai kewajaran harga penawaran dan sebagai acuan dalam hal negosiasi harga.
b. HPS dibuat oleh Unit ST dan dikoordinasikan dengan Unit Kerja terkait serta disahkan oleh pejabat yang berwenang.
c. Pembuat/penyusun HPS atau OE harus mempunyai kualifikasi sebagai berikut:
1) Memahami dokumen pengadaan dan seluruh tahapan pekerjaan yang akan dilaksanakan;
2) Menguasai informasi/kondisi lapangan dan lingkungan di lokasi pekerjaan;
3) Memahami dan menguasai berbagai metode pelaksanaan dan mengetahui mana yang paling efisien;
Tidak pernah terlibat pelanggaran kode etik profesi;
5) Diutamakan yang telah mendapatkan penataran mengenai pengadaan barang dan/atau jasa termasuk pembuatan/penyusunan HPS atau OE untuk pekerjaan jasa konsultansi.
d. HPS tidak boleh memperhitungkan biaya tidak terduga, biaya lain-lain yang tidak jelas peruntukannya dan pajak penghasilan penyedia barang dan/atau jasa (PPh).
e. Biaya-biaya yang tidak terkena PPN dan keuntungan penyedia barang dan/atau jasa harus dipisahkan.
f. Biaya-biaya yang volume dan penggunaannya belum jelas tidak diperhitungkan sebagai biaya pasti tetapi dimasukkan dalam biaya cadangan (provisional sum), dengan besaran sejumlah tertentu atau maksimum sebesar 20% (dua puluh persen) dari total nilai kontrak. Penagihannya berdasarkan realisasi sesungguhnya, namun tidak boleh melampaui jumlah yang disepakati dalam biaya cadangan. Penggunaannya harus benar-benar terkait dengan pekerjaan induknya, yang dinyatakan dalam berita acara.
g. Untuk pengadaan barang-barang impor diupayakan dengan pola cost insurance freight (CIF) dan biaya pajak-pajak impor ditanggung oleh PT AP II.
PT ANGKASA PURA II (PERSERO)
Paraf
h. HPS atau OE yang dibuat berdasarkan mata uang asing, menggunakan kurs tengah pada saat penyusunan.
i. HPS tidak boleh melebihi pagu anggaran yang tersedia. j.
Pagu anggaran bersifat terbuka, tidak rahasia, dan dapat diumumkan. k.
Dalam penyusunan HPS, pembuat HPS harus melengkapi informasi mengenai sumber data harga dan dasar perhitungan HPS.
l. HPS atau OE dipergunakan untuk menilai kewajaran harga penawaran peserta lelang dan digunakan sebagai dasar evaluasi penawaran.
m. Pembuatan/perubahan HPS atau OE setelah pembukaan penawaran harga tidak dibenarkan, hal tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi rekayasa besarnya HPS atau OE yang mengacu kepada harga penawaran.
2. DATA/REFERENSI PENYUSUNAN HPS
HPS dibuat dan disusun secara cermat dengan menggunakan data/referensi dasar dan pertimbangan antara lain, namun tidak terbatas pada:
a. Daftar harga atau penawaran harga pabrik, agen tunggal atau agen yang ditunjuk oleh pabrik, toko, bengkel, fabrikator atau sumber lain yang dapat dipertanggungjawabkan;
b. Harga pembelian/Kontrak terakhir dengan memperhatikan perkembangan harga dan/atau faktor inflasi;
c. Sumber informasi (tertulis) yang dapat dipertanggungjawabkan; misalkan perkiraan perhitungan biaya yang dilakukan oleh konsultan perencana ( engineer’s estimate);
d. Harga pasar setempat pada waktu penyusunan HPS;
e. Daftar harga dan tarif dari instansi yang berwenang, contoh: 1)
Buku Acuan Harga Satuan Perencanaan Pekerjaan Konstruksi Provinsi; 2)
Jurnal Daftar Harga Satuan Bahan Bangunan Konstruksi dan Interior.
f. Hasil perbandingan dengan kontrak sejenis, baik yang dilakukan dengan instansi lain maupun pihak lain;
g. Hasil analisa harga satuan pekerjaan ( cost structure).
PT ANGKASA PURA II (PERSERO)
Paraf
3. PENYUSUNAN HPS UNTUK PENGADAAN JASA KONSULTANSI
a. HPS dibuat pada saat akan melaksanakan pengadaan yang terdiri dari dua komponen pokok, yaitu: biaya personil ( remuneration), dan biaya langsung non personil ( direct reimbursable cost) yang meliputi antara lain: biaya untuk sewa kantor, biaya perjalanan, biaya pengiriman dokumen, biaya pengurusan surat ijin, biaya komunikasi, tunjangan perumahan, dan lain- lain.
b. Dalam penyusunan HPS atau OE, biaya langsung non personil tidak melebihi 40% (empat puluh persen) dari total biaya, kecuali untuk jenis pekerjaan konsultansi yang bersifat khusus, seperti: pemetaan udara, survei lapangan, pengukuran, penyelidikan tanah, dan lain-lain.
c. KAK dan HPS atau OE digunakan sebagai acuan dalam evaluasi penawaran, klarifikasi, dan atau negosiasi dengan calon konsultan terpilih. Dimungkinkan adanya perbedaan hasil negosiasi terhadap KAK dan HPS atau OE seperti kualifikasi, jumlah penggunaan tenaga ahli ( person-month), satuan biaya personil sepanjang tidak mengubah sasaran, tujuan dan keluaran/ output yang dihasilkan dan tidak melampaui anggaran tersedia, yang dipertanggungjawabkan secara keahlian.
4. PENGADAAN BARANG DAN/ATAU JASA YANG TIDAK MEMERLUKAN HPS
Dalam keadaan tertentu, HPS tidak diperlukan antara lain:
a. Penyedia jasa yang dilakukan oleh Pemerintah.
b. Pengadaan barang dan/atau jasa dengan tarif yang telah ditetapkan oleh Pemerintah.
c. Pengadaan barang dan/atau jasa yang tarifnya bervariasi sesuai dengan kualitas keahliannya antara lain Kantor Akuntan Publik, Konsultan Hukum, Pengacara, Notaris, Karya Seni Non Konstruksi.
5. TATA CARA MENGHITUNG HPS
a. HPS atau OE adalah harga satuan per jenis pekerjaan/barang (HSP) x volume pekerjaan/barang.
b. Untuk menghitung HSP atau OE dilakukan dengan cara: 1)
Pengadaan Barang
HSP = (Hst+Tr+K) + PPN (Hst+Tr+K) + Atr
PT ANGKASA PURA II (PERSERO)
Paraf
Dimana: HSP = harga satuan per jenis pekerjaan Hst = harga satuan loko pabrik Tr = biaya transportasi sampai dengan tujuan Atr = biaya asuransi untuk transportasi K = keuntungan PPN = pajak pertambahan nilai
2) Pekerjaan Pemasangan
HSP = (Bp+K) + PPN (Bp+K) + Ap
Dimana: HSP = harga satuan per jenis pekerjaan Bp = biaya satuan pemasangan Ap = asuransi pemasangan K
= keuntungan PPN = pajak pertambahan nilai 3)
Pekerjaan Gabungan (Pengadaan dan Pemasangan)
HSP = (Hst+Tr+Bp+K) + PPN (Hst+Tr+Bp+ K) +Ap+Atr
Dimana: HSP = harga satuan per jenis pekerjaan Hst = harga satuan loko pabrik Tr
= biaya transportasi sampai dengan tujuan Bp = biaya satuan pemasangan Ap = asuransi pemasangan Atr = asuransi transportasi K
= keuntungan PPN = pajak pertambahan nilai 4)
Pekerjaan Sipil
HSP = (Hst x Vol+K)+PPN (Hst x Vol+K)+ Ap
Dimana: HSP = harga satuan per jenis pekerjaan Hst = harga satuan loko pabrik Vol = volume pekerjaan
PT ANGKASA PURA II (PERSERO)
Paraf
Ap = asuransi pemasangan K
= keuntungan PPN = pajak pertambahan nilai Biaya satuan pemasangan pada huruf b dan c, dan harga satuan
pekerjaan pada huruf d harus memperhitungkan faktor-faktor: a)
harga satuan bahan;
b)
biaya upah/tenaga;
c) biaya peralatan (termasuk biaya peralatan khusus bila ada); d)
biaya pembongkaran/pemindahan.
5) Pekerjaan Jasa (Konsultansi/Supervisi) a)
Pekerjaan Jasa Konsultan Dalam Negeri
HSP = {(MM x BR) + BLNP} + PPN {(MM x BR) +
BLNP}
Dimana: HSP = harga satuan per jenis pekerjaan MM = man-month BR = billing rate BLNP = biaya langsung non personil PPN = pajak pertambahan nilai Penetapan PPN untuk BLNP berdasarkan ketentuan yang
berlaku.
b)
Pekerjaan Jasa Konsultan Luar Negeri
HSP = {(MMHo x BRHo) + (MMInd x BRInd) + BLNP} + PPN {(MMHo x BRHo) + (MMInd x BRInd) + BLNP}
Dimana: HSP = harga satuan per jenis pekerjaan MMHo = man-month di head office MMInd = man-month di Indonesia BRHo = billing rate di head office BRInd = billing rate di Indonesia BLNP = biaya langsung non personil PPN = pajak pertambahan nilai
PT ANGKASA PURA II (PERSERO)
Paraf
c)
Pengadaan Barang Import
HSP = (NI + PPN Im + PPn.BM + PPh Im+ HC) x
Kurs + K + PPN
Dimana: NI
= CIF + BM
CIF
= C&F + As C&F = FOB + Fr HSP = harga satuan per jenis barang NI
= nilai impor PPN Im = pajak pertambahan nilai impor PPn.BM = pajak penjualan barang mewah PPh Im = pajak penghasilan impor
HC = handling cost, adm. cost, transport etc.
= keuntungan PPN = pajak pertambahan nilai CIF
= cost insurance freight C&F = cost & freight As
= bea masuk FOB = free on board Hal-hal yang harus diperhatikan untuk pengadaan barang impor: (1) Pengertian barang impor adalah barang yang tidak
diproduksi di Indonesia dan tidak tersedia di pasaran dalam negeri pada saat dilakukannya pengadaan;
(2) Agar diperhitungkan adanya bea masuk dan kewajiban- kewajiban impor lainnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
(3) Kalau penawar ( bidder) membuka letter of credit (LC) atas permintaan PT AP II, perlu juga diperhitungkan biaya-biaya sebagai akibat pembukaan LC tersebut;
(4) Biaya pengangkutan/transportasi dapat diperkirakan dengan menggunakan referensi resmi dari Departemen Perhubungan atau instansi lain yang terkait dan badan usaha-badan usaha jasa angkutan;
PT ANGKASA PURA II (PERSERO)
Paraf
(5) Perhitungan nilai asuransi menggunakan referensi tarif yang berlaku pada bisnis perasuransian;
(6) Keuntungan ditentukan sesuai dengan tingkat kesulitan pekerjaan dan jenis kontrak dengan maksimal 10% (sepuluh persen);
(7) Biaya-biaya dalam rangka pengeluaran; (8) Barang dari pelabuhan (darat/laut/udara).
6. HAL-HAL LAIN YANG PERLU DIPERHATIKAN
Untuk perkerjaan yang pelaksanaannya lebih dari satu tahun ( multiyears project) bila dianggap perlu diperhitungkan faktor penyesuaian harga ( price adjustment) baik untuk kenaikan atau penurunan dengan ketentuan penghitungan sebagai berikut:
a. Persyaratan penggunaan rumusan penyesuaian harga 1)
Penyesuaian harga diberlakukan bagi kontrak yang masa pelaksanaannya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan diberlakukan mulai bulan pertama pelaksanaan pekerjaan;
2) Penyesuaian harga satuan berlaku bagi seluruh kegiatan/mata pembayaran kecuali komponen keuntungan dan
overhead sebagaimana tercantum dalam penawaran;
3) Penyesuaian harga satuan diberlakukan sesuai dengan jadwal pelaksanaan yang tercantum dalam kontrak/ addendum. Bagian kontrak atau pekerjaan yang terlambat dilaksanakan karena kesalahan rekanan, penyesuaian harga satuan dan nilai kontrak menggunakan indeks harga sesuai jadwal pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan pada kontrak awal;
4) Penyesuaian harga satuan bagi komponen pekerjaan yang berasal dari luar negeri dan dibayar dengan valuta asing menggunakan indeks penyesuaian harga dari negara asal barang tersebut.
b. Rumusan penyesuaian harga satuan
Hn = Ho (a + b.Bn/Bo + c.Cn/Co + d.Dn/Do + …… )
Hn = harga satuan barang dan/atau jasa pada saat pekerjaan
dilaksanakan.
Ho = harga satuan barang dan/atau jasa pada saat penyusunan harga penawaran [28 (dua puluh delapan) hari sebelum pemasukan penawaran].
PT ANGKASA PURA II (PERSERO)
Paraf
a = koefisien tetap yang terdiri keuntungan dan overhead. Dalam hal penawaran tidak mencantumkan besaran
komponen keuntungan dan overhead, maka a adalah 0,15.
b, c, d = koefisien komponen kontrak seperti tenaga kerja, bahan,
alat kerja, dan sebagainya. Penjumlahan a+b+c+d+…. dst. adalah 1,00.
Bn, Cn, Dn = indeks harga komponen pada saat pekerjaan dilaksanakan. Bo, Co, Do = indeks harga komponen pada saat penyusunan harga
penawaran [28 (dua puluh delapan) hari sebelum pemasukan penawaran].
Catatan: 1)
Indeks harga yang digunakan bersumber dari penerbitan Badan Pusat Statistik (BPS). Jika indeks harga tidak dimuat dalam penerbitan BPS, maka digunakan indeks harga yang disiapkan oleh departemen teknis.
2) Penetapan koefisien komponen kontrak pekerjaan dilakukan oleh menteri teknis yang terkait.
c. Rumusan penyesuaian nilai kontrak
Pn = (Hn1 x V1) + (Hn2 x V2) + (Hn3 x V3) + ..... dst
Pn = nilai kontrak setelah dilakukan penyesuaian harga satuan barang dan/atau jasa.
Hn = harga satuan baru setelah dilakukan penyesuaian harga menggunakan rumusan penyesuaian satuan harga.
Vi = volume pekerjaan yang dilaksanakan.
PT ANGKASA PURA II (PERSERO)
Paraf