Pada kondisi lahan terbatas, RTH memanfaatkan ruang terbuka non hijau, seperti atap gedung, teras rumah, teras-teras bangunan bertingkat dan disamping bangunan.
c. Pada kondisi lahan terbatas, RTH memanfaatkan ruang terbuka non hijau, seperti atap gedung, teras rumah, teras-teras bangunan bertingkat dan disamping bangunan.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi RTH berupa taman lingkungan permukiman terdiri atas:
a. Taman Rukun Tetangga (RT) atau lingkungan perumahan kecil terdiri atas taman yang ditujukan untuk melayani kegiatan sosial penduduk di lingkungan RT atau lingkungan perumahan kecil dengan luas minimal 1 m2 per-penduduk RT, atau 250 m2; a. Taman Rukun Tetangga (RT) atau lingkungan perumahan kecil terdiri atas taman yang ditujukan untuk melayani kegiatan sosial penduduk di lingkungan RT atau lingkungan perumahan kecil dengan luas minimal 1 m2 per-penduduk RT, atau 250 m2;
c. RTH desa/ kelurahan atau Sub BWK dapat disediakan dalam bentuk taman untuk melayani penduduk satu kelurahan/ desa/ desa pakraman atau Sub BWK dengan luas minimal 0,30 m2 per penduduk kelurahan/ desa, atau 9.000 m2;
d. RTH kecamatan atau BWK dapat disediakan dalam bentuk taman untuk melayani penduduk satu kecamatan atau BWK dengan luas minimal 0,20 m2 per penduduk kecamatan atau BWK, atau 24.000 m2; dan
e. setiap pengembangan kompleks perumahan baru oleh pengembang, diwajibkan untuk mewujudkan proporsi luas taman lingkungan perumahan yang diintegrasikan dalam rencana tapak (site plan) sesuai skala pelayanannya.
(5) Ketentuan umum peraturan zonasi RTH skala kota terdiri atas: pemanfaatannya lebih difungsikan sebagai taman dengan jenis tanaman tahunan maupun semusim yang bervariasi, 80-90% (delapan sampai sembilan puluh perseratus) dari luas areal harus dihijaukan, sedangkan 10-20% (sepuluh sampai duapuluh perseratus) lainnya dapat digunakan untuk kelengkapan taman, seperti jalan setapak, bangku taman, kolam hias, dan bangunan penunjang taman lainnya:
a. RTH Taman Kota disediakan untuk melayani penduduk satu kota atau beberapa kecamatan / BWK dengan luas antara 5 - 10 ha, berupa lapangan hijau yang dilengkapi fasilitas rekreasi dan olah raga, dan kompleks olah raga dengan minimal RTH 80% - 90% dari luas taman;
b. RTH alun-alun kota, pemanfaatannya difungsikan sebagai tempat rekreasi baik aktif maupun pasif, dengan dominasi lapangan terbuka dengan luas antara 10–15 ha, dengan proporsi 60 % berupa lapangan terbuka dengan rerumputan dan 40% (empat puluh perseratus) dari luas areal harus dihijaukan dengan vegetasi pepohonan; dan
c. RTH hutan kota, berupa komunitas vegetasi bergerombol dengan luas minimal 2.500 m2 dan luas minimal yang ditanami 90-100% dari luas hutan kota, yang dapat berbentuk jalur mengikuti bentukan sungai, jalan, pantai, saluran dan lainnya dengan lebar minimal
30 meter.
(6) Setiap jaringan jalan diseluruh wilayah kota ditanami dengan tanaman penghijauan dalam bentuk taman pada pulau jalan, median, telajakan, jalur pejalan kaki.
(7) Setiap pemilik atau pihak yang bertanggungjawab atas lahan terbuka dengan sudut lereng diatas 15 derajat wajib menanam pohon penghijauan minimal 1 (satu) pohon pelindung untuk setiap 100 m2 dan rumput.
(8) Peraturan zonasi RTH fungsi pertanian murni, terdiri atas:
a. pemanfaatan RTH sebagai kawasan pertanian lahan basah murni, atau sebagai Kawasan Hijau hanya diizinkan bangunan tidak permanen terkait kegiatan pertanian; dan
b. bagi bangunan yang telah ada sebelum peraturan daerah ini diberlakukan, semua pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang harus segera disesuaikan dengan rencana tata ruang, pengaturan lebih lanjut ditetapkan dengan peraturan walikota.
(9) Peraturan zonasi RTH fungsi agrowisata dan ekowisata terdiri atas:
a. pemanfaatan RTH sebagai kegiatan pertanian lahan basah atau perkebunan campuran dapat dikombinasi dengan kegiatan ekowisata dengan kepadatan bangunan sangat rendah, Koefisien Wilayah Terbangun (KWT) 5% (lima perseratus);
b. pengelolaan kawasan RTH Ekowisata kurang dari 10 Ha, penerapan KWT 10% diikuti ketentuan penerapan maksimal KDB 50% , proporsi ruang terbuka tetap di atas 90% ;
c. bangunan yang diizinkan terdiri atas bangunan-bangunan penunjang kegiatan agrowisata atau ekowisata yaitu: bangunan rumah makan, workshop kerajinan, stage pertunjukan, bangunan relaksasi/ yoga, ruang pameran, pasar seni, villa terbatas; dan c. bangunan yang diizinkan terdiri atas bangunan-bangunan penunjang kegiatan agrowisata atau ekowisata yaitu: bangunan rumah makan, workshop kerajinan, stage pertunjukan, bangunan relaksasi/ yoga, ruang pameran, pasar seni, villa terbatas; dan
Paragraf 5
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Budidaya
Pasal 87
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan budidaya, sebagaimana dimaksud pada Pasal 65 ayat (3) huruf e, terdiri atas:
a. ketentuan umum tentang tata bangunan;
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan perumahan dan permukiman;
c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan perdagangan dan jasa;
d. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan perkantoran;
e. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan pariwisata;
f. ketentuan umum kawasan peruntukan industri dan pergudangan
g. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan ruang evakuasi bencana;
h. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan kegiatan sektor informal;
i. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan ruang terbuka non hijau; dan j. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan laiinnya:
1) ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan fasilitas pendidikan;
2) ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan fasilitas kesehatan;
3) ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan rekreasi, taman dan olah raga;
4) ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan fasilitas peribadatan;
5) ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan pertanian;
6) ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan perikanan;
7) ketentuan umum peraturan zonasi kegiatan pertahanan dan keamanan;
8) ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pesisir dan laut; dan
9) ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan setra dan makan.
Ketentuan Umum tentang Tata Bangunan
Pasal 88
(1) Ketentuan umum tentang Tata Bangunan diselenggarakan untuk mengatur kesesuaian, keserasian, dan keselamatan bangunan sesuai karakter fungsi bangunan dan kegiatan, memiliki sistem sirkulasi, terakomodasinya sirkulasi udara, tersedianya bidang peresapan, terjaminnya penyinaran/ pencahayaan.
(2) Pengharusan penerapan ciri khas arsitektur Bali, tampak bangunan maksimal 30 % boleh tertutup untuk identitas bangunan dan reklame/ iklan tetapi tidak menutup ornamen Bali, Ketentuan lebih lanjut tentang tata bangunan ditetapkan dengan peraturan Walikota.
(3) Ketentuan pengaturan tata bangunan terdiri atas: ketentuan tentang Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Ketinggian Bangunan, Koefisien Dasar Hijau (KDH), Koefisien Tapak Basement (KTB), dan Jarak Bebas.
(4) Ketentuan umum pengaturan tata bangunan pada tiap-tiap fungsi atau zona penggunaan kawasan akan diatur lebih lanjut dalam RDTR Kecamatan dan Peraturan Zonasi.
(5) Ketentuan umum kepadatan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), secara umum mengikuti persyaratan: