Peningkatan Mutu Pendidikan dan Pembelajaran

6 Peningkatan Mutu Pendidikan dan Pembelajaran

Pendidikan merupakan kegiatan yang sangat kompleks. Hampir seluruh dimensi kehidupan manusia terlibat dalam proses pendidikan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam proses pendidikan, ada unsur politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya, kesehatan, iklim, psikologis, sosiologis, etika, estitika, dan agama. Bagaimanapun penanganan pendidikan harus mempertimbangkan dimensi-dimensi tersebut, agar strategi dan kebijakan yang ditempuh benar-benar mengantarkan pada pencapaian tujuan yang dicita-citakan.

Begitu penting dan urgensinya pendidikan bagi manusia, maka kebutuhan akan pendidikan bermutu selain merupakan harapan semua orang juga merupakan sarana utama untuk menghasilkan sumber daya manusia yang mampu memaksimalkan potensi diri yang dimiliki serta mampu mengelola sumber daya alam secara bijaksana. Hal ini sejalan dengan visi Pendidikan Nasional yaitu terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga Negara Indonesia berkembang menjadi manusia Indonesia yang berkualitas, sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.

Masalah mutu pendidikan tetap menjadi persoalan serius bagi bangsa Indonesia. Kebijakan strategis di bidang pendidikan yang selama ini banyak dilakukan, seperti perbaikan kurikulum sekolah, akreditasi sekolah, penyediaan anggaran bantuan operasional sekolah (BOS), akses buku murah, pengembangan kultur sekolah, penerapan manajemen berbasis sekolah (MBS), ujian akhir nasional, perbaikan mutu guru, dll ternyata belum mampu menjawab persoalan mutu pendidikan.

Mutu pendidikan tentu merupakan cita-cita semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan tersebut. Setidaknya ada dua alasan penting mengapa mutu pendidikan menjadi sangat penting. Pertama, aspek persaingan. Persaingan terjadi baik antar lembaga pendidikan maupun dengan dunia kerja. Saat ini setiap calon tenaga kerja harus dibekali dengan pendidikan yang bermutu untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Kedua, munculnya kebebasan dan otonomi bagi institusi pendidikan yang mengharuskan pentingnya mutu di setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan.

Strategi Pengembangan Mutu Pendidikan

Upaya menghadirkan pendidikan bermutu pada setiap jenis, jenjang dan satuan pendidikan tentu saja bukan merupakan pekerjaan Upaya menghadirkan pendidikan bermutu pada setiap jenis, jenjang dan satuan pendidikan tentu saja bukan merupakan pekerjaan

Banyak faktor yang menentukan mutu pendidikan, baik secara internal maupun eksternal. Setidaknya ada empat faktor yang harus diperhatikan untuk memperbaiki mutu pendidikan, yaitu; 1) People, yakni Sumber Daya Manusia (SDM), 2) Structure, yakni Sistem Organisasi, 3) Technology, yakni Sarana dan Prasarana, dan 4) Environment, yakni lingkungan tempat pendidikan itu diselenggarakan. Pada sisi lain, sebagai sebuah sistem, mutu pendidikan dapat dilihat dari efektivitas input, proses dan output. Input pendidikan merupakan segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Sesuatu itu meliputi sarana prasarana, sumberdaya manusia (kepala madrasah, pengawas, guru, tenaga kependidikan dan siswa), visi, misi, kurikulum dan metode pembelajaran, serta kondisi lingkungan. Selanjutnya masukan atau input ini ditransformasikan melalui proses belajar mengajar untuk dapat menghasilkan mutu pendidikan. Sebuah proses dikatakan efektif jika di dalamnya terdapat iklim yang dapat mengkoordinasikan input sehingga tercipta pemberdayaan siswa dan warga pendidikan lainnya. Input dan proses pendidikan atau lebih khusus proses belajar mengajar yang efektif merupakan prasyarat untuk menghasilkan output pendidikan yang bermutu.

Mengingat begitu banyaknya faktor yang menentukan mutu pendidikan dan pembelajaran, maka dalam pengembangannya diperlukan strategi tertentu. Ada beberapa strategi yang mungkin dikembangkan, yaitu:

1. Perbaikan terus-menerus (continuous improvement) Strategi ini menuntut pihak pengelola pendidikan untuk senantiasa melakukan perbaikan dan peningkatan secara terus menerus untuk menjamin semua komponen penyelenggara pendidikan telah mencapai standar mutu yang telah ditetapkan. Strategi ini senantiasa memperbaharui proses pendidikan sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan pelanggan. Apabila tuntutan dan kebutuhan pelanggan berubah, maka pihak pengelola pendidikan dengan sendirinya akan menyesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutan pelanggan tersebut.

2. Menentukan standar mutu (quality assurance) Strategi ini menuntut pihak pengelola pendidikan menetapkan standar-standar mutu dari semua komponen pendidikan, seperti 2. Menentukan standar mutu (quality assurance) Strategi ini menuntut pihak pengelola pendidikan menetapkan standar-standar mutu dari semua komponen pendidikan, seperti

3. Perubahan kultur (change of culture) Strategi ini bertujuan membentuk budaya organisasi yang menghargai mutu dan menjadikan mutu sebagai orientasi semua komponen pendidikan. Jika strategi ini ditetapkan dalam pengelolaan pendidikan, maka pimpinan harus membangun kesadaran semua komponen yang terlibat, seperti Kepala Sekolah, yayasan, guru, karyawan, siswa, orang tua, dan berbagai unsur terkait pentingnya mempertahankan mutu pendidikan, baik input, proses, maupun outputnya.

4. Mempertahankan hubungan dengan pelanggan (keeping close to the costumer)

Salah satu keberhasilan pendidikan adalah bagaimana memberikan

pelanggan. Untuk itu mempertahankan hubungan baik dengan pelanggan menjadi sangat penting. Antara pengelola pendidikan dan pelanggan harus terus- menerus tukar-menukar informasi, agar senantiasa dapat melakukan perubahan-perubahan dan improvisasi yang diperlukan.

kepuasan

kepada