7
Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk membahas seberapa besar pengaruh Debt to Equity Ratio, Debt to Asset Ratio dan Longterm Debt to Equity
Ratio pada industri Tekstil dan Garmen yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia
pada periode tahun 2009-2012 dalam skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Struktur Modal terhadap Tinggkat Pegembalian Modal Sendiri pada
Industri Tekstil dan Garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009-2012”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah yang muncul adalah apakah terdapat pengaruh antara struktur modal terhadap tingkat
pengembalian modal sendiri pada perusahaan Tekstil dan Garmen di Bursa Efek Indonesia.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. untuk menguji dan menganalisis pengaruh debt to equity ratio terhadap
tingkat pengembalian modal sendiri ROE pada industri Tekstil dan Garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia,
2. untuk menguji dan menganalisis pengaruh debt to asset ratio terhadap
tingkat pengembalian modal sendiri ROE pada industi Tekstil dan Garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia,
Universitas Sumatera Utara
8
3. untuk menguji dan menganalisis pengaruh longterm debt to equity ratio
terhadap tingkat pengembalian modal sendiri ROE pada industri Tekstil dan Garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia,
4. untuk menguji dan menganalisis pengaruh variabel struktur modal yang
di produksi melalui : debt to equty ratio, debt to asset ratio dan longterm debt to equity ratio terhadap pengembalian modal sendiri return on equity
ratio pada industri Tekstil dan Garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a.
bagi peneliti di harapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan mengenai struktur modal terhadap tingkat pengembalian modal
sendiri, b.
bagi perusahaan dan calon investor, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang di butuhkan dalam pengambilan
keputusan yang tepat, c.
bagi pihak-pihak lainnya, sebagai bahan referensi dan sumber informasi dalam malakukan penelitian selanjutnya, khususnya
penelitian yang berhubungan dengan analisis pengaruh struktur modal terhadap pengembalian modal sendiri.
Universitas Sumatera Utara
9 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1
TINJAUAN TEORITIS 2.1.1
Struktur Modal
Struktur modal merupakan panduan sumber dana jangka panjang yang di gunakan oleh perusahaan Arthur J. 2000: 542 menurut Husnan 1996: 275
struktur modal adalah perbandingan antara sumber jangka panjang yang bersifat pinjaman dan modal sendiri. Struktur modal juga dapat didefenisikan sebagai
perimbangan atau perbandingan antara utang jangka panjang dan dengan modal sendiri Riyanto,2001:296. Keputusan untuk memilih sumber pembiayaan
merupakan keputusan bidang keuangan yang sangat penting bagi perusahaan. Dalam melakukan keputusan pendanaan, manajer keuangan harus
mempertimbangkan serta mengkombinasikan sumber-sumber dana yang nantinya dapat memaksimumkan nilai perusahaan itu sendiri. Kebijakan pemenuhan dana
dapat dibedakan menjadi kebijakan jangka pendek maupun kebijakan jangka panjang. Kebijakan mengenai struktur modal melibatkan trade off antara resiko
dan pengembalian yang di harapkan akan menaikkan laba perusahaan tersebut. Struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang mengoptimalkan
keseimbangan antara resiko yang diterima maka struktur modal perusahaan belum optimal dan dapat dilakukan penambahan modal bila di perlukan. Risiko yang
sama besarnya dengan tingkat pengembalian oleh perusahaan menunjukkan keadaan struktur modal yang optimal. Berikut teori tentang struktur modal:
Universitas Sumatera Utara
10 2.1.2
Teori Struktur Modal
a.
Teori Agency
Menurut teori ini, struktur modal di susun sedemikian rupa untuk mengurangi konflik antar berbagai kelompok kepentingan. Pada konflik yang
pertama, jika hutang mencapai jumlah yang signifikan di bandingkan dengan saham, maka pemengang saham akan tergoda melakukan subsitusi asset. Dalam
hal ini pemegang saham akan beroperasi dengan meningkatkan risiko perusahaan. Risiko perusahaan yang meningkat menguntungkan bagi pemegang saham karena
kemugkinan memperoleh keuntungan yang tinggi akan semakin besar.
b.
Teori Modigliani Miller
Sebuah perusahaan menerapkan kebijaksanaan yang berbeda dalam menentukan struktur modalnya dengan tujuan meningkatkan laba. Struktur modal
perusahaan haruslah dapat memaksimumkan laba bagi kepentingan modal sendiri atau equitas yang tercermin dalam Return on equity. Menurut Brealey dan Myers
terdapat dua pendekatan dalam kaitannya dengan struktur modal yang dinamakan proporsi I dan proporsi II. Proporsi I: nilai dari perusahaan yang berhutang sama
dengan nilai perusahaan yang tidak berhutang. Implikasi dari proporsi I ini adalah struktur modal dari perusahaan tidak relevan, perubahan struktur modal tidak
mempengaruhi nilai perusahaan dan weighted average cost of capital WACC perusahaan akan tetap sama tidak dipengaruhi oleh bagaimana perusahaan
memadukan huatnga dan modal untuk membiayai perusahaan. Proporsi II biaya modal saham akan meningkat apabila perusahaan
melakukan atau mencari pinjaman dari pihak luar. Risk of the equity bergantung
Universitas Sumatera Utara
11
pada resiko dari operasional perusahaan dan tingkat hutang perusahaan. Brealey, Myers dan Marcus 1999 menyimpulkan dari teori Modigliani Miller tanpa pajak
ini yaitu tidak membedakan antara perusahaan yang berhutang atau pemegang saham berhutang pada saat kondisi tanpa pajak dan pasar yang sempurna. Nilai
perusahaan tidak bergantung pada struktur modalnya. Dengan kata lain, manajer keuangan tidak dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan proporsi debt dan
equity yang digunakan untuk membiayai perusahaan. c.
Packing Order Theory
Pecking Order Theory yang di kembangkan oleh Stewart C. Myers dan Nicholas Majluf di tahun 1984 adalah: teori yang menyatakan bahwa perusahaan
mengikuti hirarki tertentu dalam pengambilan keputusan keuangan yang menyangkut struktur modalnya. Secara singkat teori ini menyatakan bahwa: a
perusahaan menyukai internal financial pendanaan dari hasil operasi perusahaan berwujud laba ditahan, b Apabila pendanaan dari luar eksternal financial di
perlukan maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dalu, yaitu dimulai dengan penerbitan obligasi, kemudian diikuti dengan sekuritas
yang berkarakteristik opsi seperti obligasi konversi, baru akhirnya apabila masih belum mencukupi, saham baru akan diterbitkan.
Sesuai dengan teori Pecking Order, tidak ada suatu terget ratio, karena ada dua jenis modal sendiri, yaitu internal dan eksternal. Menurut teori Pecking Order
ini, manejer keuangan tidak memperhitungkan tingkat hutang yang optimal. Kebutuhan dana di tentukan oleh kebutuhan investasi maka perusahaan akan
mencari dana untuk mendanai kebutuhan investasi perusahaan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
12
Teori pecking order bisa menjelaskan bahwa kenapa perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang lebih tinggi justru memiliki tingkat hutang
yang lebih kecil. Tingkat hutang yang lebih kecil tersebut tidak di karena perusahaan mempunyai target tingkat hutang yang lebih kecil, tetapi karena
mereka tidak membutuhkan dana eksternal, dana internal mereka cukup untuk
memenuhi kebutuhan investasi.
d. Trade Off Theory
Trade off Theory Modigliani dan Miller 1963 berasumsi bahwa semakin banyak hutang maka akan semakin tinggi beban yang harus di tanggung
perusahaan. Satu hal yang penting bahwa semakin meningkatnya hutang, maka semakin tinggi profitabilitas kebangkrutan. Beban yang harus di tanggung saat
menggunakan hutang yang lebih besar adalah biaya kabangkrutan, biaya keagenan dan beban bunga yang semakin besar. Sebagai contoh, semakin tinggi hutang,
semakin besar bunga yang harus dibayarkan. Kemungkinan tidak membayar bunga yang tinggi akan semakin besar. Pemberian pinjaman bisa membangkrutan
perusahaan jika perusahaan tidak bisa membayar hutang. Kebijakan struktur modal melibatkan pertimbangan trade off antara resiko
dengan tingkat pengembalian. Trade off menerangkan bahwa struktur modal optimal ditemukan dengan menyeimbangkan keuntungan pajak dengan biaya
tekanan finansial the cost of financial distress dari penambahan hutang, sehingga biaya dan keuntungan dari penambahan hutang di trade off saling tukar satu
sama lain.
Universitas Sumatera Utara
13 2.1.3
Debt to Equity Ratio DER
Mengacu pada Kasmir 2008:113 Debt To Eqity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menghitung nilai utang dengan ekuitas, menurut Erich 1996:
98 suatu upaya untuk memperlihatkan, dalam format lain, proporsireltif dari klaim pemberi pinjaman terhadap hak kepemilikkan, dan digunakan sebagai
peranaan hutang. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk
mengetahui jumlah yang akan disediakan pinjaman kreditor kepada pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah
modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin besar resiko yang dihadapi, dan
investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi. Rasio yang tinggi juga menunjukkan proporsi modal sendiri yang rendah untuk membiayai aktiva,
Selain itu kreditur juga mengasumsikan terdapat resiko yang besar dari perusahaan sehingga kreditur dapat saja memberikan bunga yang cukup besar,
sehingga kemampuan perusahaan untuk mendapatkan uang dari sumber-sumber luar terbatas.
Rumus dari Debt to Equity Ratio sendiri adalah: Debt To Equity Ratio= Total kewajiban jangka panjang+jangka pendek
Ekuitas
2.1.4 Debt to Asset Ratio DAR
Debt to Asset Ratio menurut Kasmir 2008:113 merupakan utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva.
Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan di biayai oleh utang atau
Universitas Sumatera Utara
14
seberapa besar utang perusahaan berpengaruh pada pengelolaan aktiva. Dari hasil pengukuran, apabila rasionya tinggi artinya pendanaan dengan utang semakin
banyak, maka semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utang-
utangnya dengan aktiva yang dimilikinya. Demikian pula apabila rasionya rendah, semakin kecil perusahaan dibiayai dengan utang.
Rumus Debt to Asset Ratio adalah: Debt to Asset Ratio
≡ Total Kewajiban jangka pendek+jangka panjang Total
Aktiva lancar+tidak
lancar
2.1.5 Longterm Debt to Equity Ratio LDER
Menurut Kasmir 2008:114 Long Term debt to Equity merupakan rasio utang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa
bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan cara membandingkan antara utang jangka panjang dengan modal
sendiri yang disediakan oleh perusahaan. Rumus dari Longterm Debt to Equity adalah:
Longterm to Equity Ratio= utang jangka panjang Ekuitas
2.1.6 Return On Equity ROE
Menurut Riyanto dalam penelitian Theresia: 2010 Return On Equity disebut juga dengan tingkat pengembalian Modal sendiri merupakan salah satu Rasio
Profitabilitas, rasio ini menunjukkan keberhasilan atau kegagalan pihak manajemen dalam memaksimumkan tingkat hasil pengembalian investasi
Universitas Sumatera Utara
15
pemegang saham dan menekankan pada hasil pendapatan sehubungan dengan jumlah yang diinvestasikan.
Return on Equity dapat di hitung dengan Rumus: Return on Equity= Laba bersih x 100
Ekuitas
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Beberapa Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan topik yaitu:
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
NO PENELITI JUDUL
PENELITIAN VARIABEL
PENELITIAN HASIL
PENELITIAN 1. Fitrianto
2006 Pengaruh
Struktur modal
terhadap rentabilitas
modal sendiri. Variabel Penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini
adalah rasio jangka panjang terhadap
ekuitas sebagai variabel
independen, dan return on equity
sebagai variabel dependen.
Menunjukkan bahwa struktur
modal tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap rentabiltas modal
sendiri.
2. Herawati 2007
Pengaruh Debt To
Equity Ratio DER
terhadap rentabilitas
modal sendiri Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah DER variabel
independen dan Rentabilitas modal
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa DER berpengaruh positif
terhadap Rentabilitas modal
sendiri.
Universitas Sumatera Utara
16
pada PT Inti Bandung
sendiri ROE sebagai varibel
dependen.
3. Anggraeni
2005 Pengaruh
struktur modal
terhadap tingkat
pengembalian Ekuitas
ROE pada perusahaan
yang terdaftar di BEJ tahun
2004 Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah DER variabel
independen, dan Rentabilitas modal
sendiri ROE sebagai variabel
dependen. Hal ini
menunjukkan bahwa struktur
modal memiliki pengaruh
signifikan terhadap ROE.
4. Andreas 2010
Pengaruh Struktur
modal terhadap
rentabilitas modal sendiri
pada industri otomotif yang
terdaftar di bursa efek
Indonesia Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah DER dan DAR sebagai
variabel independen dan
Rentabilitas Modal sendiri ROE
sebagai variabel dependen.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa DER dan DAR tidak
berpengaruh secara parsial terhadap
ROE
5. Theresia 2010
Analisis Pengaruh
Variabel yang digunakan dalam
Hasil uji secara individual
Universitas Sumatera Utara
17
Struktur Modal
terhadap tingkat
pengembalian modal sendiri
pada perusahaan
properti dan real estate
yang terdaftar di bursa efek
Indonesia penelitian ini
adalah DER,DAR dan LDER sebagai
variabel independen dan
tingkat pengembalian
modal sendiri ROE adalah
variabel dependen. menunjukkan
bahwa DAR berpengaruh positif
dan signifikan terhadap ROE,
sedangkan DER dan LDER
berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap ROE.
Sumber: Hasil Olahan Penulis 2013. 2.3
Kerangka Konseptual
Kerangka Konseptual penelitian ini dapat dilihat dapat dilihat di gambar berikut ini:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Debt To Equity Ratio X
1
Debt To Asset Ratio X
2
Longterm Debt To Equity R
X
3
ROE Y
Universitas Sumatera Utara
18
Berdasarkan kerangka konseptual di atas, dapat diketahui bahwa variabel independen dalam penelitian ini adalah Debt To Equity Ratio DER, Debt To
Asset Ratio DAR dan Longterm Debt To Equity Ratio LDER sedangkan variabel dependen adalah Return On Equity ROE.
Rasio Solvabilitas leverage keuangan adalah rasio yang menunjukkan kapasitas perusahaan untuk memenuhi kewajiban baik jangka panjang maupun
jangka pendek. Rasio ini terbagi atas debt to equity ratio, debt to asset ratio, longterm debt to equity ratio, longterm debt to capitalization ratio, times interes
earned, cash flow interest coverage dan cash return on sales. Namun dalam penelitian ini rasio yang digunakan dalam Struktur Modal adalah rasio: debt to
equity ratio, debt to asset ratio, longterm debt to equity ratio, yang mana debt to equity ratio adalah rasio yang membandingka antara total utang terhadap total
equitas, sedangkan rasio debt to asst ratio adalah rasio yang membandingkan total utang terhadap total total asset dan rasio longterm debt to equity ratio adalah rasio
yang membandingkan antara utang jangka panjang terhadap equitas. Rasio Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan, Kasmir 2008:196. Jenis-jenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan adalah profit margin, laba per lembar saham,
return on invesment dan return on equity. Variabel dependen yang di gunakan dalam penelitian ini adalah rasio ROE. Return on equity adalah rasio yang
mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Struktur modal leverage dan ROE memiliki hubungan yang tidak bisa
diabaikan, dimana keduanya memiliki hubungan yang saling mempengaruhi satu
Universitas Sumatera Utara
19
dan lainnya, hal itu dikarenakan perusahaan memerlukan peningkatan profitabilitas agar dapat bertahan hidup jangka panjang dan nantinya berpengaruh
pada nilai perusahaannya. Di antaranya tentang besar kecilnya nilai yang dikeluarkan perusahaan untuk kebutuhan sosial dan lingkungan perusahaan,
pembayaran bunga dan penambahan utang dalam struktur modal.
2.4 Hipotesis