2.2.3. Beban Tambahan Akibat Lingkungan Kerja
Sebagai tambahan kepada beban kerja yang langsung akibat pekerjaan sebenarnya, suatu pekerjaan biasanya dilakukan dalam suatu lingkungan atau situasi,
yang berakibat beban tambahan terhadap jasmani dan rohani tenaga kerja. Beban tambahan berasal dari lingkungan pekerjaan seperti suhu udara dingin atau panas,
kebisingan, hujan serta keserasian pekerjaan dengan alat-alat yang digunakan Depkes RI, 1994.
2.2.4. Waktu Jam Kerja
Jam kerja adalah jam waktu bekerja termasuk waktu istirahat. Waktu istirahat merupakan hal yang mutlak yang perlu diberikan pada pekerja, agar dapat
mempertahankan kemampuan atau kapasitas kerja, dalam melakukan pekerjaan fisik maupun mental. Dianjurkan bahwa jam istirahat 20-39 dari jumlah jam kerja atau
paling sedikitnya adalah 15 dari jumlah jam kerja per minggu Depkes RI, 1994. Waktu kerja bagi seseorang menentukan effisiensi dan produktivitasnya.
Segi-segi terpenting bagi persoalan waktu kerja meliputi : 1. Lamanya seseorang mampu bekerja secara baik.
2. Hubungan diantara waktu bekerja dan istirahat. 3. Waktu bekerja sehari menurut periode yang meliputi siang pagi, siang, sore dan
malam. Lamanya seseorang bekerja sehari secara baik pada umumnya 6-8 jam.
Memperpanjang jam kerja lebih dari kemampuan tersebut biasanya tidak disertai effisiensi yang tinggi, bahkan ada penurunan produktivitas serta kecendrungan untuk
Universitas Sumatera Utara
timbulnya kelelahan, penyakit dan kecelakaan. Dalam seminggu, seseorang biasanya dapat bekerja dengan baik selama 40-50 jam. Lebih dari itu, terlihat kecendrungan
tumbuhnya hal-hal negatif. Makin panjang waktu kerja, makin besar kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diingini. Jumlah 40 jam seminggu ini dapat dibuat 5
atau 6 hari kerja. Jika diteliti suatu pekerjaan yang biasa, tidak terlalu ringan atau berat, produktivitas mulai menurun setelah 4 jam bekerja. Maka, istirahat setengah
jam setelah 4 jam kerja terus-menerus sangat penting artinya Suma’mur, 2009.
2.2.5. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970