Merupakan sebuah cakram yang dapat bergerak dan berfungsi sebagai tirai yang melindungi retina, serta mengendalikan jumlah cahaya yang memasuki mata.
3.2. Mekanisme Melihat
4
Gelombang cahaya yang diamati memasuki mata melalui lensa dan kemudian masuk ke retina. Di tempat ini energi cahaya itu dirubah menjadi ajakan
syaraf yang mencapai otak melalui saraf optik. Ajakan baru lalu dilepaskan dalam bentuk sejumlah simpul. Sebagian ajakan tersebut dibawa ke pusat-pusat pengendali
otot mata. Dari sini ditentukan ukuran manik, lengkungan lensa dan semua gerakan bola mata.
Atas dasar umpan balik yang datang berupa berkas cahaya, maka mata secara terus menerus menyesuaikan diri untuk tugas melihatnya. Mekanisme yang
mengaturnya berjalan secara automatik, jadi diluar kesadaran kita. Pada saat yang sama ajakan syaraf lainnya masuk lebih jauh ke dalam otak dan mencapai korteks
hingga memasuki syaraf kesadaran. Dan sekarang semua ajakan tadi telah diterima sebagai gambaran citra dari dunia luar. Gambar 3.1. merupakan ikhtisar dari
proses visual tersebut.
4
Sastrowinoto, Suryatno., Meningkatkan Produktivitas dengan Ergonomi, Pustaka Binaman Pressindo, Surabaya, 1985. p.157- 159.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.1. Diagram dari Alat Visual
Sumber : Sastrowinoto, Suryatno., Meningkatkan Produktivitas dengan Ergonomi
Adapun keterangan dari Gambar 3.1. adalah cahaya masuk melalui kornea dan lensa yang kemudian cahaya diterima oleh retina, selanjutnya informasi
diteruskan oleh saraf optik ke otak, dan selanjutnya informasi tersebut dilakukan persepsi visual mengenai dunia luar pada alam sadar.
3.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penglihatan
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penglihatan menurut Corwin 2001 adalah sebagai berikut :
1. Usia, bertambahnya usia maka lensa mata berangsur-angsur kehilangan elastisitasnya dan melihat ada jarak dekat akan semakin sulit. Hal ini akan
menyebabkan ketidaknyamanan penglihatan ketika mengerjakan sesuatu pada jarak dekat, demikian pula penglihatan jauh.
2. Penerangan, pengaruh intensitas penerangan dengan penglihatan sangat penting karena mata dapat melihat objek melalui cahaya yang dipantulkan oleh
Universitas Sumatera Utara
permukaan objek tersebut. Luminasi adalah banyaknya cahaya yang dipantulkan oleh permukaan objek. Jumlah sumber cahaya yang tersedia juga mempengaruhi
kemampuan mata melihat objek. Pada usia tua diperlukan intensitas penerangan yang lebih besar untuk melihat objek. Tingkat luminasi juga mempengaruhi
kemampuan membaca teks. Semakin besar luminasi sebuah objek maka semakin besar juga rincian objek yang dapat dilihat oleh mata. Bertambahnya
luminasi sebuah objek akan menyebabkan mata bertambah sensitif terhadap kedipan flicker. Faktor penerangan berpengaruh pada kualitas penerangan
yang ditentukan oleh kualitas dan kuantitas penerangan. Sifat penerangan juga ditentukan oleh rasio kecerahan yaitu antara objek dan latar belakang.
Penerangan bisa bersumber dari penerangan langsung, misalnya dari penerangan buatan bola lampu, penerangan yang bersumber dari pantulan
tembok, langit-langit ruangan dan bagian permukaan meja kerja Kroemer et al, 2000.
3. Silau glare, adalah proses adaptasi berlebihan pada mata sebagai akibat dari retina mata terpapar sinar yang berlebihan Grandjean, 2000.
4. Sudut dan ketajaman penglihatan, sudut penglihatan visual angle sebagai sudut yang ditempuh oleh mata ketika melihat
.
3.4.Kelelahan Mata
5
Astenopia adalah gejala yang diakibatkan oleh upaya berlebihan dari sistem
penglihatan yang berada dalam kondisi kurang sempurna untuk memperoleh
5
Sidarta Ilyas, Penuntun Ilmu Penyakit Mata, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta, 1991
Universitas Sumatera Utara
ketajaman penglihatan. Istilah-istilah yang juga dipakai untuk tujuan yang sama adalah eye strain, visual discomfort, dan ocular fatigue atau disebut juga mata lelah.
Keluhan dapat diklarifikasi sebagai berikut : 1. Okular, misalnya mata terasa pegal, berat, lelah, pedas, panas, tidak nyaman,
atau sakit disekitar mata. 2. Visual, misalnya penglihatan menjadi kabaur, rangkap atau penglihatan warna
berkurang. 3. Refeal, misalnya sakit kepala, bahu, dan punggung.
Astenopia dapat terjadi baik pada orang yang tergolong normal ataupun dengan
adanya faktor-faktor di atas. Keluhan ini lebih banyak dijumpai pada umur lebih dari 40 tahun, para pemakai kacamata dan mereka yang bekerja mempergunakan
penglihatan dekat dalam waktu yang lama. Wanita lebih sering menderita Astenopia dari pada laki-laki.
Astenopia terjadi karena gangguan yang kompleks dan saling mempengaruhi
pada proses sistem penglihatan seperti berikut ini : 1. Cahaya yang masuk ke mata dari benda yang tidak dilihat tidak cukup.
2. Pemusatan cahaya pada retina mata tidak sempurna. 3. Mekanisme pembangunan bayangan fusi oleh sistem penglihatan yang lebih
sentral dan upaya mempertahankannya tidak memadai.
3.5. Komputer