23 f.
Membuat laporan dan menandatangani laporan tentang terjadinya tindak pidana yang menyangkut hutan, kawasan hutan, dan hasil
hutan.
3. Konsep Sistem Peradilan Pidana
Menurut Soerjono Soekanto, suatu sistem merupakan keseluruhan terangkai, yang mencakup unsur, bagian, konsistensi, kelengkapan dan
konsepsi atau pengertian dasarnya.
18
Menurut Lili Rasjidi dan I.B. Wiyasa
Putra, ciri suatu sistem adalah:
19
a Suatu kompleksitas elemen yang terbentuk dalam satu kesatuan
interaksi proses b
Masing-masing elemen terikat dalam satu kesatuan hubungan yang satu sama lain saling bergantung interdependence of its parts
c Kesatuan elemen yang kompleks itu membentuk satu kesatuan yang
lebih besar, yang meliputi keseluruhan elemen pembentuknya itu the whole is more than the sum of its parts
d Keseluruhan itu menentukan ciri dari setiap bagian pembentuknya the
whole determines the nature of its parts e
Bagian dari keseluruhan itu tidak dapat dipahami jika ia dipisahkan, atau dipahami secara terpisah dari keseluruhan itu the parts cannot be
understood if considered in isolation from the whole f
Bagian-bagian itu bergerak secara dinamis, secara mandiri atau secara keseluruhan dalam keseluruhan sistem itu.
18
Soerjono Soekanto, Penegakan Hukum, Jakarta: Binacipta, 1983, hal. 3.
19
Lili Rasjidi dan I.B. Wiyasa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993, hal. 43-44.
24
Menurut Mardjono Reksodiputro, bahwa Sistem Peradilan Pidana
adalah sistem dalam suatu masyarakat untuk menanggulangi masalah kejahatan. Menanggulangi berarti di sini usaha untuk mengendalikan
kejahatan agar berada dalam batas-batas toleransi masyarakat.
20
Menurut Remington dan Ohlin, bahwa yang dimaksud dengan Sistem Peradilan
Pidana adalah sebagai pendekatan sistem terhadap mekanisme administrasi peradilan pidana sebagai suatu sistem merupakan hasil interaksi antara
peraturan perundang-undangan, praktik administrasi dan sikap atau tingkah laku sosial.
21
Larry J. Siegel dan Joseph J. Senna, memandang Sistem Peradilan pidana sebagai berikut:
“Criminal justice may be viewed or defined as the system of law enforcement, adjudication, and correction that is directly involved
in the apprehension, prosecution, and control of those charged with criminal offenses
.”
22
Mardjono Reksodiputro menjelaskan tujuan dari Sistem Peradilan Pidana sebagai berikut:
23
a Mencegah masyarakat menjadi korban kejahatan
b Menyelesaikan kasus kejahatan yang terjadi sehingga masyarakat puas
bahwa keadilan telah ditegakkan dan yang bersalah dipidana c
Mengusahakan agar mereka yang pernah melakukan kejahatan tidak mengulangi lagi kejahatannya.
20
Mardjono Reksodiputro, Hak Asasi Manusia Dalam Sistem Peradilan Pidana. Kumpulan Karangan. Buku Ketiga, Jakarta: Pusat Pelayanan Keadilan dan Pengabdian Hukum Universitas
Indonesia, 2007, hal. 84.
21
Tolib Effendi, Sistem Peradilan Pidana. Perbandingan Komponen dan Proses Sistem Peradilan Pidana di Beberapa Negara, Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2013, hal. 12.
22
Larry J. Siegel dan Joseph J. Senna, Essentials of Criminal Justice, USA: Thomson Learning, Inc., 2007, hal 4.
23
Mardjono Reksodiputro, Op.cit, hal 84-85.
25 Tolib Effendi menjelaskan bahwa Sistem Peradilan Pidana
memiliki dua tujuan besar, yaitu untuk melindungi masyarakat dan menegakan hukum. Namun Tolib Effendi juga menjelaskan bahwa Sistem
Peradilan Pidana memiliki beberapa fungsi penting, antara lain:
24
a Mencegah kejahatan;
b Menindak pelaku tindak pidana dengan memberikan pengertian
terhadap pelaku tindak pidana dimana pencegahan tidak efektif; c
Peninjauan ulang terhadap legalitas ukuran pencegahan dan penindakan;
d Putusan pengadilan untuk menentukan bersalah atau tidak bersalah
terhadap orang yang ditahan; e
Disposisi yang sesuai terhadap seseorang yang dinyatakan bersalah; f
Lembaga koreksi oleh alat-alat negara yang disetujui oleh masyarakat terhadap perilaku mereka yang melanggar hukum pidana.
Menurut Barda Nawawi Arief, Sistem Peradilan Pidana dimplementasikan dalam 4 empat sub-sistem kekuasaan, yakni
kekuasaan penyidikan,
kekuasaan penuntutan,
kekuasaan mengadilimenjatuhkan pidana, dan kekuasaan eksekusipelaksanaan
pidana.
25
Terkait dengan terjadinya stagnasi atas Sistem Peradilan Pidana secara konvensional, saat ini, para ahli hukum memunculkan istilah baru
yaitu Sistem Peradilan Pidana Terpadu integrated criminal justice system. Terkait dengan istilah tersebut, maka Muladi mencoba
24
Tolib Effendi, Op.cit, hal 13-14.
25
Barda Nawawi Arief, Kapita Selekta Hukum Pidana tentang Sistem Peradilan Pidana Terpadu Integrated Criminal Justice System, Semarang: UNDIP, 2011, hal. 17.
26 memberikan pandangannya terkait dengan penggunaan istilah Sistem
Peradilan Pidana Terpadu integrated criminal justice system, dimana Beliau menegaskan bahwa makna Integrated Criminal Justice System atau
Sistem Peradilan Pidana Terpadu adalah sinkronisasi atau keserempakan dan keselarasan, yang dapat dibedakan dalam:
26
a sinkronisasi
struktural structural
synchronization adalah
keserempakan dan keselarasan dalam kerangka hubungan antar lembaga penegak hukum.
b sinkronisasi substansial substantial synchronization adalah
keserempakan dan keselarasan dan keselarasan yang bersifat vertikal dan horizontal dalam kaitannya dengan hukum positif.
c sinkronisasi kultural cultural synchronization adalah keserampakan
dan keselarasan dalam menghayati pandangan-pandangan, sikap-sikap dan falsafah yang secara menyeluruh mendasari jalannya sistem
peradilan pidana.
B. Hasil Penelitian: Pengaturan Kewenangan PPNS Kehutanan Dan