Diagnosis Perbedaan Karakteristik Klinis Anak Konstipasi Fungsional Dengan Riwayat Keluarga Konstipasi dan Tanpa Riwayat Keluarga Konstipasi

mengenai perbedaan etiologi genetiknya. Untuk itu diperlukan lebih banyak studi lainnya khususnya pada kelompok pediatrik untuk mengetahui faktor genetik atau familial tersebut pada konstipasi fungsional pada anak.

2.5. Diagnosis

Kriteria yang hingga saat ini masih digunakan untuk mendiagnosis konstipasi adalah kriteria ROME III yang umumnya berdasarkan gejala klinis Tabel 2. 17 Tabel 2. Kriteria ROME III. 17 Kriteria ROME III untuk diagnosis konstipasi fungsional pada anak dan remaja Gejala berikut harus muncul setidaknya satu kali per minggu selama setidaknya 2 bulan dan meliputi 2 atau lebih gejala berikut pada anak dengan usia perkembangan 4 tahun, dan tidak memenuhi syarat untuk kriteria diagnosis Irritable bowel syndrome: ≤ 2 kali buang air besar di toilet per minggu Setidaknya satu kali episode inkontinensia fekal per minggu Adanya riwayat perilaku menahan buang air besar yang berlebihan retentive posturing Adanya riwayat buang air besar yang sakit atau keras Dijumpai massa fekal yang besar di rektum Riwayat feses yang besar yang menyumbat toilet Pemeriksaan fisik harus dilakukan secara menyeluruh untuk menyingkirkan penyebab organik yang mendasari. Berat badan dan tinggi badan harus diukur dan diplot ke dalam kurva pertumbuhan. Pada palpasi abdomen dapat ditemukan massa fekal yang bisa teraba di seluruh kolon, tetapi lebih sering dijumpai pada suprapubik dan midline, atau pada kuadran kiri atau kanan bawah. Inspeksi daerah perineum sering dijumpai material feses. Lokasi dan ukuran anus harus dinilai. Pemeriksaan rektal dengan jari Universitas Sumatera Utara rectal toucherRT wajib dilakukan. Tekanan anus yang rendah pada pemeriksaan RT menunjukkan adanya retensi fekal dengan inhibisi tekanan anus istirahat atau penyakit yang melibatkan sfingter ani interna dan eksterna. Sering dijumpai rektum yeng penuh dengan feses yang konsistensinya keras seperti batu atau bisa juga lembek. Bisa dijumpai fisura anal, stenosis anal, atau atresia ani dengan fistel perianal, atau ampula rekti yang sangat ketat yang mengindikasikan penyakit Hirschsprung. Bisa juga dijumpai tumor yang menyumbat rektum namun hal ini sangat jarang. 17 Pemeriksaan penunjang yaitu laboratorium jarang diperlukan kecuali jika dicurigai penyakit lain yang mendasari. Pemeriksaan darah yaitu kadar hormone tiroid atau adrenal, elektrolit dan kalsium, antigliadin, antitissue transglutaminase TTG, dan antibodi endomisial. Pemeriksaan kultur urin juga dapat dilakukan. 17 Pemeriksaan radiologi berupa foto polos abdomen dapat berguna untuk menentukan ada atau tidaknya retensi feses, sampai sejauh mana, serta menilai abnormalitas tulang belakang spinalis. Pada anak dengan inkontinensia fekal tanpa adanya massa feses pada pemeriksaan abdomen dan RT, pada anak yang menolak pemeriksaan RT, anak dengan obesitas, dan anak yang masih bergejala setelah pengobatan dengan laksatif. 17 Pemeriksaan colonic transit study adalah pemeriksaan objektif untuk menilai tingkat keparahan konstipasi pada anak, namun tidak perlu dilakukan pada sebagian besar anak dengan konstipasi fungsional dengan atau tanpa Universitas Sumatera Utara inkontinensia fekal. Pemeriksaan ini tidak akan merubah keputusan awal seperti terapi apa yang akan diberikan. 17 Manometri anorektal juga tidak perlu dilakukan pada anak dengan konstipasi fungsional. Fungsi utama pemeriksaan ini adalah sebagai evaluasi pada anak dengan konstipasi berat, untuk mengeksklusikan penyakit Hirschsprung. Juga berguna untuk menilai penyakit lain seperti defek spinalis dan achalasia anal. Pada pemeriksaan manometri anorektal dapat dijumpai peningkatan ambang rangsang terhadap distensi rektal dan menurunnya kontraktilitas rektal. Kelainan yang juga ditemukan yaitu kontraksi sfingter ani eksterna dan otot pelvis bukannya relaksasi selama proses defekasi. 15

2.6. Penatalaksanaan