Latar Belakang Perbedaan Karakteristik Klinis Anak Konstipasi Fungsional Dengan Riwayat Keluarga Konstipasi dan Tanpa Riwayat Keluarga Konstipasi

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Konstipasi merupakan masalah kesehatan yang sering dijumpai dan sering dikeluhkan orangtua ketika membawa anaknya ke praktek dokter. Di Amerika Serikat, sekitar tiga persen kunjungan klinik rawat jalan pediatrik dan 25 kunjungan ke ahli gastro-enterologi anak berhubungan dengan gangguan defekasi atau buang air besar. 1 Konstipasi merupakan gejala klinis yang dapat menimbulkan stress pada anak dan orang tua dan menyebabkan gangguan emosional berat, 2 dan mempengaruhi kualitas hidup anak. 3 Prevalensi konstipasi mencapai 28.8 pada anak usia pra sekolah di Hongkong, sedangkan pada anak usia sekolah di Amerika Serikat AS, konstipasi merupakan keluhan gastrointestinal yang cukup sering dengan prevalensi 18. 4,5 Kendala dalam tata laksana konstipasi adalah kesulitan menegakkan diagnosis dengan batasan-batasan yang masih belum tegas. Saat ini di Indonesia dan beberapa daerah di dunia masih menggunakan kriteria Roma III untuk menegakkan diagnosis konstipasi. 6 Kriteria Roma III dapat menegakkan diagnosis konstipasi berdasarkan gejala klinis dan temuan pemeriksaan fisik saja. Pemeriksaan penunjang seperti laboratorium dan radiologi seperti barium enema, kolonoskopi, manometri anoraktal dan lainnya jarang digunakan kecuali pada kasus konstipasi yang tidak respon dengan pengobatan standar. 6 Pemahaman umum yang berkembang selama Universitas Sumatera Utara ini bahwa konstipasi akan menghilang atau sembuh seiring bertambahnya usia ternyata terbukti salah karena sebagian konstipasi menetap hingga setelah pubertas. 7 Faktor prognosis yang berhubungan dengan kegagalan terapi ini masih terus diselidiki, sebagian studi menemukan bahwa faktor usia saat awal terjadinya konstipasi berhubungan dengan risiko menetapnya gejala, 7 tetapi studi lain menemukan bahwa riwayat keluarga menderita konstipasi merupakan faktor risiko kegagalan terapi pada konstipasi. 8 Adanya riwayat keluarga pada subjek dengan konstipasi telah ditemukan dalam beberapat studi, juga pada saudara kembar, di mana setidaknya terdapat satu anggota keluarga first degree yang juga menderita konstipasi. 9,10 Faktor lainnya adalah proses belajar dalam keluarga intra familial learning, diduga kedua faktor ini saling berperan dalam mekanisme terjadinya konstipasi. 10 Perbedaan etiologi yang belum diketahui diduga mendasari konstipasi yang diderita pasien dengan riwayat keluarga juga menderita konstipasi. 11 Terdapat perbedaan karakteristik klinis pada pasien konstipasi sehubungan dengan adanya faktor keluarga, namun masih sedikit studi mengenai karakteristik klinis ini, khususnya pada pediatrik. 9 Dengan mengetahui perbedaan karakteristik klinis yang muncul pada konstipasi dengan faktor genetik positif maka dapat menjadi petunjuk yang berguna untuk studi lebih lanjut tentang mekanisme penyebab terjadinya konstipasi. Universitas Sumatera Utara

1.2. Perumusan Masalah