xxxix Merupakan sisa dari penggunaan kasu H. Kasu C di kirim
dari Jepang ke PT Karoma Bumi Wasesa. Kasu C baru digunakan pada pembumbuan III yang langsung dipacking. Pembumbuan tiga
ini bertujuan untuk menurunkan kadar garam asinan sampai dibawah 14. Warna kasu C baru coklat +++ dan berkadar
garam 6-7. 3
Kasu C sisa penggunaan kasu C baru Merupakan sisa penggunaan kasu C baru yang digunakan
untuk pembumbuan II yang bertujuan untuk menurunkan kadar garam asinan timun sampai dibawah 17 . Warna kasu C ini
coklat ++ dan berkadar garam 6-7 . 4
Kasu S Sisa kasu C yang digunakan untuk pembumbuan I yang
bertujuan untuk menurunkan kadar garam asinan timun sampai dibawah 19 . Warna kasu S coklat + dan kadar garamnya 12-13
. 5
Kasu Z Sisa penggunaan kasu S yang merupakan limbah dan
berkadar garam 16-17 Z kasu ini dimanfaatkan penduduk untuk pakan ternak sapi.
Kasu disimpan pada suhu ruang, tempat tertutup dan dihindarkan dari sinar matahari serta pada tempat yang kering.
Kasu akan kadaluarsa setelah 3 bulan. Setelah 3 bulan kasu tidak dipergunakan kembali.
D. Proses Produksi
Pada proses produksi di Perusahaan Timun Agrindo Boga Santika meliputi beberapa proses produksi yaitu proses pembuatan asinan timun
karimori
, proses pembuatan asinan timun
white melon
dan proses pembumbuanpengkasuan asinan timun
white melon
di PT. Karoma Bumi Wasesa. Berikut ini adalah tahap-tahap proses pembuatan asinan timun di
Perusahaan Timun Agrindo Boga Santika.
xl 1.
Tahap-tahap proses pembuatan asinan timun
karimori
Tahapan proses pembuatan asinan timun
karimori
terdiri dari sortasi timun segar, proses pembelahan dan pengkelasan timun segar, proses
penghilangan biji, proses penggaraman I, proses panggaraman II, pemanenan asinan timun, dan
packing
. Berikut ini adalah diagram alir proses pembuatan asinan timun
karimori
:
Tidak
Tidak Ya
Gambar 4.6 Diagram Alir Proses Pengolahan Asinan Timun Karimori Sumber : Perusahaan Agrindo Boga Santika 2009.
Sortasi Pembelahan buah
Penghilangan biji timun Penggaraman I 5 hari
Penggaraman II 30 hari
Asinan timun karimori
Pengujian kadar garam larutan
Penimbangan
Penambahan larutan garam 23
Pengujian kadar garam asinan
Penambahan larutan garam 23
Kristal garam 23 dari buah
timun Kristal garam 23
dari buah timun Buah timun
Ya
xli Dari diagram alir di atas dapat dijelaskan tahapan proses pembuatan
asinan timun karimori sebagai berikut : a.
Sortasi timun segar Timun jepang yang dihasilkan petani, tidak semuanya diterima
pabrik. Timun
karimori
disortasi untuk memisahkan timun yang memenuhi standar dan timun yang tidak memenuhi standar yang
telah ditetapkan perusahaan. Syarat timun yang lolos seleksi adalah timun yang bermutu baik dan sesuai dengan ukurankelas yang
ditetapkan. Sebelum disortasi, timun diperciki air agar tetap segar. Penyebab timun yang tidak lolos seleksi yaitu adanya timun
karimori
yang rusak, seperti adanya goresan pada kulit timun, daging buah rusak karena infeksi gigitan ulatserangga, timun
berbentuk botol, dan ukuran timun tidak sesuai standar. Berikut adalah tabel standar ukuran buah timun
karimori
segar. Tabel 4.1. Standar Ukuran Buah Timun
Karimori
Segar Ukuran
Berat gram Panjang cm
L 250 – 300
18 – 20 M
220 – 250 16 – 18
MA 190 – 220
16 – 18 SB
170 – 190 16 – 17
SA 140 – 170
15 – 16 SS
130 -140 14 – 15
BLOCK Di bawah 130 gram
14 – 16 Sumber : Perusahaan Agrindo Boga Santika 2009.
Gambar 4.7 Sortasi timun segar.
xlii b.
Pembelahan Proses pembelahan buah white melon menggunakan mesin
pemotong karena timun white melon mempunyai ukuran yang lebih besar dan relatif seragam basarnya, sehingga lebih efisien dengan
menggunakan mesin pemotong. Sedangkan timun jenis karimori mengunakan alat pemotong manual karena ukurannya yang lebih
kecil dibanding dengan timun jenis white melon.
Gambar 4.8 Pembelahan timun segar c.
Penimbangan Timun
karimori
yang akan diolah, dimasukkan dalam keranjang plastik yang memuat ± 50 kg timun
karimori
kemudian ditimbang menggunakan alat timbang berkapasitas 400 kg. Tujuan
dari penimbangan adalah untuk mengetahui jumlah timun yang akan diolah menjadi asinan dan mengetahui jumlah garam yang harus
ditambahkan pada proses penggaraman. d.
Penghilangan biji Timun karimori yang telah dibelah, dibersihkan bijinya
menggunakan alat pengerok dari stainless steel berbentuk lempengan tipis yang melengkung. Pengerokan biji bertujuan untuk
memisahkan biji dari daging buah sehingga garam dapat meresap langsung ke dalam daging buah saat penggaraman.
Pengerokan biji harus dilakukan dengan hati-hati agar daging buah tidak rusak dan hasil kerokan rapi. Apabila daging buah rusak,
pihak importir tidak mau menerima.
xliii Gambar 4.9. Penghilangan Biji Timun
e. Pembuatan larutan garam
Larutan garam digunakan pada proses penggaraman I dan II. Fungsi dari larutan garam adalah sebagai pemancing agar garam
dalam proses penggaraman cepat larut sehingga air dalam daging buah dapat keluar dengan sempurna. Larutan garam dibuat dengan
menambahkan garam sebanyak 46 kg ke dalam tong plastik yang telah berisi 200 liter air kemudian mengaduknya sampai homogen
dan kadar garam mencapai konsentrasi 23 . Kadar garam larutan yang digunakan untuk membuat asinan
timun harus 23 . Jika kadar garam yang digunakan kurang dari 23 , maka asinan timun yang dihasilkan menjadi loyo, empuk, lemes
dan teksturnya lunak. Jika kadar garam larutan lebih dari 23 , asinan timun yang dihasilkan mengkerut, pahit, dan berwarna gelap
akibat konsentrasi garam yang terlalu tinggi. f.
Penggaraman I Pada tahap penggaraman I bertujuan untuk mengurangi kadar
air dalam buah, menghilangkan getah pada daging buah, dan membunuh bakteri serta pestisida yang masih menempel pada kulit
buah timun. Garam kristal yang digunakan pada penggaraman I sebanyak 23 dari berat timun segar yang akan diasinkan. Buah
timun dilumuri dengan garam kristal kemudian ditata dengan posisi
xliv miring horizontal pada bak penggaraman agar bentuk asinan
menjadi seragam. Posisi timun ditata berlapis-lapis antara garam dan timun sampai kira-kira berjarak 20 cm dari bibir bak
perendaman. Setelah penuh, bak perendaman ditutup dengan papan kayu dan diberi beban batu. Hal ini bertujuan untuk mengepres
timun supaya air yang terkandung dalam buah dan getah buah dapat keluar dengan sempurna. Setelah itu ditambah larutan garam 23
sampai papan kayu terendam sempurna. Pada proses penggaraman I, terjadi peristiwa osmosis yaitu
keluarnya air dari daging buah dengan menembus membran sel dan mengalir ke dalam larutan garam. Pemberian larutan garam 23
pada proses penggaraman untuk memancing terjadinya peristiwa osmosis pada timun jepang yang diasinkan.
Penggaraman I timun
karimori
berlangsung selama 5 hari karena tekstur buah
karimori
yang lebih keras. Jumlah garam yang ditambahkan pada penggaraman I lebih banyak dibanding
penggaraman II, karena pada penggaraman I, kandungan air, bakteri dan pestisida yang menempel pada kulit buah masih tinggi.
Gambar 4.10 Proses Penggaraman I Sumber : Perusahaan Agrindo boga Santika 2009.
g. Penggaraman II
Tujuan dari penggaraman II adalah menstabilkan kadar garam asinan timun dan untuk membunuh bakteri perusakbakteri
pembusuk sehingga olahan timun jepang awettahan lama. Garam
xlv kristal yang digunakan sebanyak 23 dari berat timun segar yang
diasinkan. Pada bak perendaman, timun
karimori
dilumuri dengan garam dibagian dalamnya. Kemudian ditata dengan posisi miring
horizontal dan berlapis. Setelah itu ditutup dengan papan kayu dan diberi beban batu kemudian ditambah larutan garam 23 sampai
papan kayu terendam sempurna. Proses penggaraman II berlangsung selama 30 hari. Semakin lama proses penggaraman,
asinan yang dihasilkan semakin bagus. Setiap hari kadar garam larutan diukur menggunakan alat
pengukur kadar garambaume untuk mengontrol kadar garam asinan yaitu 23-24 . Jumlah larutan garam harus diperhatikan, jika
larutan garam berkurang maka ditambah lagi dengan larutan garam sampai timun terendam sempurna. Jika larutan garam kurang dari
23 , asinan yang dihasilkan loyo, empuk, dan teksturnya lunak sehingga menurunkan kualitas asinan.
Getah timun yang bercampur dengan larutan garam 23 menyebabkan timbulnya busa dan warna merah. Oleh karena itu,
bak penggaraman dibersihkan setiap hari agar hasil asinan timun tidak berwarna merahada bintik-bintik merah pada permukaan
asinan. h.
Sortasi asinan Setelah proses penggaraman II selama 30 hari, asinan dipanen
dan disortasi berdasarkan ukurannya L, M, SA, SB, SS, Block serta diukur berat dan panjangnya kemudian dimasukkan dalam
kelas-kelas yang sesuai dengan standar. Berikut adalah tabel standar ukuran asinan karimori.
xlvi Tabel 4.2 Standar Ukuran Grading Asinan Timun
Karimori
Ukuran Panjang cm
Berat gr L
18-20 250-300
M 16-18
220-250 MA
16-18 190-220
SB 16-17
170-190 SA
15-16 140-170
SS 14-15
130-140 Blok
14-16 dibawah 130 gr
Sumber: Perusahaan Timun Agrindo Boga Santika 2009. i.
Pengemasan Pengemasan asinan timun
karimori
menggunakan peti kayu berukuran 105 cm x 83 cm x 64 cm dengan kapasitas 500 kg. Peti
kayu dialasi dengan kertas semen dan diberi plastik transparan rangkap 2, kemudian asinan
karimori
ditata dengan posisi miring horizontal dan berlapis sampai penuh. Tiap lapis, diisi asinan ± 50
kg. Setelah penuh, diisi dengan larutan garam 23 sampai timun terendam sempurna dan ditutup dengan plastik serta diberi beban
garam kristal sebanyak 20 kg. Hal ini bertujuan agar asinan timun tidak terapung di permukaan peti. Kantong plastik kemudian diikat
erat. Terakhir, peti ditutup dengan papan kayu dan dipaku agar kuat. 2.
Tahap-tahap proses pembuatan asinan timun
white melon
Tahapan proses pembuatan asinan timun
white melon
meliputi sortasi timun segar, pembelahan dan pengkelasan timun segar, penimbangan,
penghilangan biji, penggaraman I, penggaraman II, pemanenan, dan sortasi asinan timun, pengemasan. Berikut ini adalah diagram alir proses
pembuatan asinan timun
white melon
.
xlvii Gambar 4.11 Diagram alir proses pembuatan asinan timun white melon.
Dari diagram alir di atas dapat dijelaskan tahapan proses pembuatan asinan timun
white melon
sebagai berikut : a.
Sortasi timun segar Setelah bahan baku mendapat perlakuan sortasi langsung dari
petani. Maka sortasi berikutnya dilakukan di perusahaan. Timun yang dipisahkan antara timun yang bagus dan timun yang terdapat
Kristal garam 23 dari buah
timun Kristal garam
23 dari buah timun
Pengiriman ke cempogo
Tidak Sortasi
Pembelahan buah
Penghilangan biji timun Penggaraman I 5 hari
Penggaram II 30 hari
Asinan timun white melon
Pengujian kadar garam larutan
Penimbangan
Penambahan larutan
garam 23
Pengujian kadar garam asinan
Penambahan larutan
garam 23 Buah timun segar white
melon
Pengepakan Tidak
Ya
Ya
xlviii gigitan ulat, ada goresan, busuk dan timun yang tidak memenuhi
kriteria ukuran baik panjang maupun beratnya. Sortasi timun
white melon
tidak seketat sortasi timun
karimori,
karena klasifikasi ukuran asinannya lebih banyak daripada klasifikasi ukuran asinan timun
karimori
sehingga apabila ada bagian buah timun
white melon
yang rusak sebagian, bagian yang tidak rusak dapat dipotong dan
dimasukkan ke dalam kelas blockkaleng. Sortasi buah timun
white melon
lebih mudah karena buah timun
white melon
mempunyai bentuk dan ukuran yang seragam.
Timun
white melon
dikelompokkan menjadi 2 kelas yaitu kelas A dan kelas B. Buah yang masuk kelas A adalah buah yang lurus,
seimbang antara ujung dan pangkal, warna hijau keputih-putihan, tidak cacat dan tidak layu. Sedangkan buah yang masuk kelas B
adalah buah bengkok, buah luka karena gigitan ulat, buah berbentuk botol dan warna hijau keputih-putihan. Berikut ini adalah gambar
sortasi timun
white melon
:
Gambar 4.12. Sortasi Timun
White Melon
. Sumber : Perusahaan Agrindo Boga Santika 2008.
Di bawah ini tabel standar ukuran buah timun
white melon
segar.
Tabel 4.3. Standar Ukuran Buah Timun
White Melon
Segar
xlix Ukuran
size Berat
buah utuhgr
Panjang cm
Diameter cm
Klasifik asi
L 1200-1500
28-32 8-10
Kelas A M
1000-1200 25-28
9 Kelas A
S
1
A 850-1000
23-25 8
Kelas A S
1
B 800-850
22-23 8
Kelas A S
1
C 700-800
20-22 8
Kelas A S
2
A 600-650
19-21 8
Kelas A S
2
B 550-600
18-19 8
Kelas A Block
Min 500 Min 16
- Kelas B
Sumber : Perusahaan Agrindo Boga Santika 2009. b.
Pembelahan Buah timun
white melon
yang lolos seleksi, dibelah menjadi 2 menggunakan mesin pembelah karena timun
white melon
mempunyai bentuk yang lebih seragam dan ukuran yang lebih besar daripada timun
karimori
. Untuk buah yang kurang memenuhi standar beratnya kurang, diambil 23 bagian sehingga dapat masuk ke kelas
A, sedangkan 13 bagian dibuangdimanfaatkan sebagai pakan ternak. Tujuan dari pembelahan adalah untuk mendapatkan bentuk
asinan yang seragam dan untuk mempermudah proses selanjutnya. c.
Penimbangan Setelah timun
white melon
dikelaskan maka timun tersebut dimasukkan dalam keranjang yang memuat ± 35 kg timun
white melon
kemudian ditimbang menggunakan alat timbang berkapasitas 400 kg. Tujuan dari penimbangan adalah untuk mengetahui jumlah
timun yang akan diolah menjadi asinan dan untuk mengetahui jumlah garam yang harus ditambahkan pada proses penggaraman.
d. Penghilangan biji
Penghilangan biji buah timun
white melon
dilakukan dengan menggunakan pisau yang bermata tumpul karena tekstur buah timun
white melon
lunak dan kadar airnya lebih tinggi dibandingkan timun
karimori.
Penghilangan biji buah timun
white melon
lebih mudah daripada penghilangan biji timun
karimori
karena daging buah timun
l
white melon
lebih lunak dan lebih tebal. Berikut ini adalah gambar proses penghilangan biji buah timun
white melon
:
Gambar 4.13. Proses Penghilangan Biji Buah Timun
White Melon.
Sumber : Perusahaan Agrindo Boga Santika 2008. e.
Pembuatan larutan garam Proses penggaraman I dan penggaraman II menggunakan
larutan garam untuk merendam timun
white melon
pada saat proses penggaraman. Larutan garam berfungsi sebagai pemancing agar
garam yang berbentuk kristal cepat larut sehingga air dalam daging buah keluar. Larutan garam juga digunakan pada saat
packing
untuk merendam asinan timun
white melon
agar tidak layuteksturnya lunak.
Larutan garam dibuat dengan menambahkan garam sebanyak 46 kg ke dalam tong plastik berisi 200 liter air dan mengaduknya
sampai homogen hingga kadar garam mencapai konsentrasi 23 . Kadar garam larutan yang digunakan untuk membuat asinan timun
harus 23 . Jika kadar garam yang digunakan kurang dari 23 , maka asinan yang dihasilkan menjadi loyo, empuk, lemes dan
teksturnya lunak. Jika kadar garam larutan lebih dari 23 , asinan timun yang dihasilkan mengkerut, pahit dan berwarna gelap.
li f.
Penggaraman I Tujuan dari penggaraman I adalah untuk menghilangkan getah
buah, mengurangi kadar air dalam buah, dan membunuh bakteri serta pestisida yang masih menempel pada kulit buah.
Takaran garam yang digunakan untuk penggaraman I adalah sebesar 23 dari berat timun segar. Bagian dalam buah
white melon
yang sudah dihilangkan bijinya, dilumuri dengan garam hingga merata, kemudian disusun dalam bak perendaman yang berukuran
2m x 2m x 2m. Bak perendaman kemudian ditutup dengan papan kayu dan diberi beban batu seberat 20 kg. Hal ini bertujuan untuk
mengepres timun supaya air yang terkandung dalam buah dan getah buah dapat keluar dengan sempurna. Setelah itu ditambah dengan
larutan garam 23-24 sebanyak 2 ember10 liter untuk memancing agar air dalam buah timun cepat keluar. Kapasitas bak perendaman
yang digunakan adalah 8 tonbak. Penggaraman I
white melon
berlangsung 1 hari, lebih cepat daripada penggaraman I
karimori
, karena tekstur buah timun
white melon
lebih lembut sehingga air dalam buah timun
white melon
lebih mudah keluar. Kadar garam
white melon
setelah penggaraman I sebesar 23. Setelah 24 jam, bak penggaraman dibuka. Sisa larutan
garam tidak digunakan lagi karena mengandung getah timun. Timun
white melon
kemudian dipindahkan ke bak penggaraman II menggunakan keranjang plastik yang berlubang-lubang yang
bertujuan untuk meniriskan asinan timun yang akan diproses pada penggaraman II.
lii Berikut ini gambar proses pengaraman I :
Gambar 4.14. Proses Penggaraman I Sumber : Perusahaan Agrindo Boga Santika 2009
g. Penggaraman II
Tujuan dari penggaraman II adalah untuk menstabilkan kadar garam dan membunuh bakteri pembusukbakteri perusak sehingga
olahan timun
white melon
awettahan lama. Takaran garam yang digunakan pada penggaraman II adalah
sebesar 18 dari total berat timun
white melon
. Bagian dalam buah
white melon
yang sudah dihilangkan bijinya, dilumuri dengan garam hingga merata, kemudian disusun dalam bak perendaman yang
berukuran 2m x 2m x 2m sampai kira-kira berjarak 20 cm dari bibir bak penggaraman. Kemudian ditutup dengan papan kayu dan diberi
beban batu seberat 20 kg. Setelah itu ditambah dengan larutan garam 23 sampai papan kayu terendam sempurna.
Proses penggaraman II berlangsung selama 30 hari. Semakin lama proses penggaraman, asinan yang dhasilkan semakin bagus.
bak penggaraman setiap hari dibersihkan dari busa dan kotoran yang menempel pada permukaaan bak perendaman. Hal ini bertujuan agar
asinan yang dihasilkan tidak berwarna merahterdapat bintik merah pada permukaan asinan akibat getah timun yang bercampur dengan
larutan garam. Jumlah larutan garam juga diperhatikan selama proses penggaraman. Jika larutan garam berkurang, maka harus ditambah
dengan larutan garam baru sampai timun terendam sempurna. Jika
liii larutan garam kurang, asinan yang dihasilkan akan loyo, lemes, dan
teksturnya lunak. Berikut ini adalah gambar proses penggaraman II :
Gambar 4.15 Proses Penggaraman II Sumber : Perusahaan Agrindo Boga Santika 2009
h. Pemanenan dan sortasi asinan
Setelah 30 hari, asinan timun diambil dari bak penggaraman II kemudian disortasi berdasarkan ukuran, diukur
berat dan panjangnya lalu dimasukkan ke dalam kelas-kelas yang telah ditetapkan. Pada saat sortasi asinan, tangkai buah dipotong.
Sortasi dilakukan untuk memisahkan buah yang terdapat bintik hitam, luka gigitan ulat, daging loyo, dan daging keras. Buah yang
mengalami kerusakan diambil bagian yang masih bagus dan dimasukkan sesuai kelasnya. Berikut adalah standar ukuran asinan
white melon.
liv Tabel 4.4. Standar Ukuran Grading Asinan
White Melon
Size Weight gram
Length cm L
580 – 730 28 – 32
M 490 – 570
25 – 28 S1 – A
410 – 480 24 – 27
S1 – B 370 – 405
22 – 25 S1
S1 – C 330 – 365
21 – 23 S2 – A
290 – 325 19 – 22
S2 S2 – B
255 – 285 18 – 20
3S – A 225 – 250
16 – 18 S3
3S – B 180 – 220
16 – 18 ST
315 – 360 22 – 25
BLOCK A
190 – 270 17 – 18
BLOCK B
170 – 240 15 – 16
BLOCK
BLOCK E
140 – 190 12 – 14
Sumber : Perusahaan Agrindo Boga Santika 2009 i.
Pengemasan Pengemasan asinan timun
white melon
menggunakan peti kayu berukuran 105 cm x 83 cm x 64 cm dengan kapasitas 500 kg.
Peti kayu dialasi dengan kertas semen dan diberi plastik transparan rangkap 2. Asinan timun
white melon
kemudian ditata dengan posisi miring horizontal dan berlapis sampai penuh . Tiap lapis,
diisi asinan ± 50 kg. Setelah penuh, diisi dengan laruatan garam 23 sampai timun terendam sempurna kemudian ditutup dengan
plastik dan diberi beban garam sebanyak 20 kg. Kantong plastik kemudian diikat erat. Terakhir, peti ditutup dengan papan kayu dan
dipaku agar kuat. Setelah itu dikirim ke Cepogo untuk proses selanjutnya. Berikut ini adalah gambar proses
grading
dan pengemasan asinan
white melon
:
lv Gambar 4.16. Proses
Grading
dan Pengemasan. Sumber : Perusahaan Agrindo Boga Santika 2008.
3. Proses Pembumbuan Pengkasuan
White Melon
Asinan timun
white melon
yang dikirim ke Cepogo dibumbui menggunakan kasu untuk memenuhi permintaan pasar. Proses
pembumbuan dengan kasu ampas sake bertujuan untuk menaikkan nilai ekonomi asinan timun
white melon
dengan bumbu, menurunkan kadar garam asinan timun
white melon
dan untuk memasukkan unsur- unsur yang berguna bagi tubuh manusia yang berasal dari kasu. Berikut
ini adalah daftar kandungan kimia kasu. Tabel 4.5. Kandungan Kimia Kasu
Kandungan Jumlah
Air 62,27
Protein 10,00
Serat kasar 2,26
Energi 4,1
Lemak 1,00
Abu 20,22
Kalsium 0,08
Phospor 0,03
Ampas sake kasu yang digunakan untuk bumbu asinan
white melon
didatangkan dari perusahaan di Jepang yang menangani asinan tersebut setelah sampai di Jepang. Macam-macam kasu yang digunakan
untuk proses pengkasuan antara lain :
lvi 1
Kasu H Kasu H merupakan kasu baru yang dibuat di Jepang. Kasu
H ini berkadar garam sekitar 3-4 . PT. Karoma Bumi Wasesa tidak menggunakan kasu H untuk pembumbuan.
2 Kasu C baru
Kasu C baru merupakan sisa dari penggunaan kasu H. PT. Karoma Bumi Wasesa menggunakan kasu C baru untuk
pembumbuan III yang langsung di
packing
. Kasu C baru digunakan untuk menurunkan kadar garam asinan sampai di bawah 14 . Kasu
C baru berwarna coklat +++ dan berkadar garam 6-7 . 3
Kasu C Kasu C merupakan sisa penggunaan kasu C baru yang digunakan
PT. Karoma Bumi Wasesa untuk pembumbuan II yang bertujuan untuk menurunkan kadar garam asinan sampai dibawah 17 . Kasu
C berwarna coklat ++ dan berkadar garam 6-7 . 4
Kasu S Kasu S merupakan sisa kasu C yang digunakan untuk
pembumbuan I yang bertujuan untuk menurunkan kadar garam asinan timun sampai 19 . Kasu S berwarna coklat + dan
berkadar garam 12-13 . 5
Kasu Z Kasu Z adalah sisa penggunaan kasu S. Kasu Z merupakan
limbah yang berkadar garam 16-17 . Kasu Z biasa diambil penduduk untuk pakan ternak sapi.
Kasu disimpan pada suhu ruang, tempat tertutup dan terhindar dari sinar matahari serta di tempat yang kering. Daya tahan kasu adalah 3
bulan. Setelah 3 bulan, kasu tidak digunakan kembali. Pengiriman kasu dari Jepang disesuaikan dengan permintaan perusahaan.
lvii Berikut adalah diagram alir proses pembumbuan asinan timun
white melon
.
Gambar 4.17 Diagram Alir Proses Pembumbuan kasuzuke white melon. Sumber : PT. Karoma Bumi Wasesa 2008.
Dari diagram alir di atas dapat dijelaskan tahapan proses pembumbuanpengkasuan asinan timun
white melon
sebagai berikut : Pencucian
Asinan
white melon
kadar garam 23
Pengkasuan II minimal 30 hari
Pembumbuan III min 30 hari Larutan
garam 23
Kasu S kadar garam 12- 13 rasio asinan white
melon : kasu S =1:1
Kasu C kadar garam 6-7 rasio asinan white melon
: kasu C=1:1
Kasu C baru kadar garam 6- 7 rasio asinan timun
white melon : kasu C baru = 2:1
Sortasi dan grading
Pengkasuan I minimal 30hari, Kadar garam asinan 19
Pengukuran kadar garam max 17
Pengukuran kadar garam max 14
Kasuzuke white melon Y
aa Tidak
Tidak Ya
Ya
Ya
lviii a.
Pencucian Bahan baku asinan timun
white melon
dicuci dengan larutan garam 20 yang merupakan air sisa perendaman dalam peti asinan
white melon
. Tujuan dari pencucian ini adalah untuk membersihkan garam yang menempel pada daging buah. Pencucian harus sampai
bersih karena dapat menghambat proses penurunan kadar garam asinan.
b. Seleksi
Asinan timun
white melon
diseleksi dari asinan yang ada gigitan ulat, terdapat bintik hitam, daging buah pecah, dan daging
buah yang keras. Asinan timun
white melon
kemudian dikelompokkan ke dalam kelas yang sesuai standar.
c. Pembumbuan I
Pembumbuan I asinan timun
white melon
adalah menggunakan kasu S. Kasu S merupakan kasu sisakasu
recycle
dari kasu C, mempunyai tekstur yang lebih padat daripada kasu C,
mempunyai rasa yang lebih asin dan aroma yang tidak setajam kasu C. Pembumbuan I dilakukan dalam peti kayu yang dilapisi kertas
semen dan plastik transparan rangkap 2. Dasar peti dilapisi dengan kasu. Asinan timun
white melon
diolesi dengan kasu S kemudian ditata miring horizontal hingga satu lapis, kemudian ditutup dengan
kasu S setebal 3 - 4 cm. Begitu seterusnya hingga peti penuh. Kantong plastik yang masih tersisa digunakan untuk menutup asinan
dan diplester agar tidak lepas. Peti kemudian ditutup dengan papan kayu dan dipaku.
Untuk pembumbuan 250 kg asinan
white melon
, digunakan kasu S sebanyak 250 kg. Pembumbuan I dilakukan selama 30 hari.
Diharapkan kadar garam asinan dibawah 19 setelah 30 hari. Jika kadar garam belum dibawah 19 , maka harus disimpan lebih lama.
Pembumbuan dilakukan pada suhu 18-25 C dan kelembaban 85-95
. Selama pembumbuan, kasu menyerap garam dari asinan timun
lix kemudian menggantinya dengan unsur-unsur yang terkandung dalam
kasu. Susut berat pada asinan, terjadi akibat proses pembumbuan I. Susut beratnya mencapai 4-5 dari berat asinan mula-mula. Berikut
adalah gambar proses pembumbuan I :
Gambar 4.18 Proses Pembumbuan dan Penambahan Kasu S Sumber : PT. Karoma Bumi Wasesa 2008
d. Pembumbuan II
Setelah pembumbuan I selama 30 hari kadar garam asinan dibawah 19 , peti pembumbuan dibuka untuk proses pembumbuan
II. Daging buah asinan
white melon
dibersihkan dari kasu S dengan tangan. Setelah itu, asinan
white melon
diseleksi kembali bila ketemu bintik hitam, buah warna merah, daging buah yang pecah, daging
buah keras, dan daging buah loyo. Setelah diseleksi, asinan
white melon
dibumbui dengan kasu C. Untuk membumbui 250 kg
white melon
digunakan 250 kg kasu C. Cara pembumbuannya sama seperti pada pembumbuan I. Pembumbuan dilakukan dalam peti
berkapasitas 250 kg. Peti dilapisi dengan kertas semen dan plastik transparan. Pada dasar peti dilapisi dengan kasu. Setelah itu asinan
timun
white melon
diolesi dengan kasu C, kemudian ditata miring horizontal. Setelah penuh 1 lapis, ditutup dengan kasu setebal 3-4
cm. Begitu seterusnya sampai peti penuh. Kantong plastik yang tersisa digunakan untuk menutup dan diplester agar tidak lepas.
Setelah itu, peti ditutup dengan papan kayu dan dipaku.
lx Proses pembumbuan II berlangsung selama 30 hari. Setelah
30 hari, kadar garam asinan
white melon
menjadi 17 . Jika masih di atas 17 , maka harus disimpan lebih lama.
e. Pembumbuan III
Asinan timun
white melon
dari proses pembumbuan II dibersihkan dari kasu C dengan tangan. Kemudian diseleksi untuk
memisahkan
kasuzuke
yang baik dan yang belang serta yang lembek dan yang keras.
Asinan timun
white melon
yang sudah diseleksi, siap untuk pembumbuan III dan di
packing
. Timun
white melon
diolesi dengan kasu C baru, kemudian disusun dalam peti yang telah dilapisi kertas
semen dan plastik transparan dengan posisi miring horizontal. Setelah penuh 1 lapis, ditutup dengan kasu setebal 3 - 4 cm. Begitu
seterusnya sampai peti penuh. Dalam pembumbuan III, kasu C baru yang digunakan sebanyak 170 kg tiap peti untuk membumbui 350 kg
asinan
white melon
. Pembumbuan III merupakan proses
packing.
Setelah asinan
white melon
dibumbui dengan kasu C baru, siap untuk dikirim. Bumbu tidak perlu dicek kadar garamnya. Setelah sampai di
Jepang, kadar garamnya harus di bawah 14 . Berikut adalah standar ukuran
kasuzuke.
Tabel 4.6. Standar Ukuran
Kasuzuke
Ukuran Berat gr
Panjang cm
L 520 - 650
28 - 32 M
440 - 510 25 - 28
S1A 265 - 430
23 - 25 S1B
330 - 360 21 - 23
S1C 290 - 325
20 - 22 S2A
260 - 290 19 - 21
S2B 230 - 255
18 - 20 3SA
200 - 220 16 - 18
3SB 170 - 195
16 - 18 BLOCK A
170 - 250 17 - 18
BLOCK B 150 - 220
15 - 16 ST
290 - 340 22 - 25
Sumber : PT. Karoma Bumi Wasesa 2008.
lxi Pembumbuan III dilakukan untuk standar ukuran L sampai
3SB. Sedangkan untuk kriteria block A dan block B, pembumbuan hanya dilakukan sampai pembumbuan II kemudian langsung dikirim
ke Jepang. Berikut ini gambar pengemasan timun
kasuzuke.
Gambar 4.19 Pengemasan Timun
Kasuzuke.
Sumber : PT. Karoma Bumi Wasesa 2008.
E. Pengendalian Mutu Selama Proses Pengolahan