27 dan penanggulangan bahaya yang ditimbulkan akibat gempabumi BNPB, 2008.
Relasi antara frekuensi dan magnitudo oleh Gutenberg-Richter dinyatakan dalam suatu hubungan sebagai Aki, 1965:
logN = a – bM
32 dengan N adalah jumlah gempa bumi dengan magnitudo M. Nilai a merupakan
konstanta parameter seismik yang bergantung pada periode pengamataan dan tingkat kegempaan suatu wilayah dan nilai-b adalah konstanta parameter tektonik
yang bergantung pada karakter tektonik dan tingkat stress atau struktur material suatu wilayah.
Nilai-b dapat diperkirakan dengan cara statistik, salah satunya yang dikemukakan oleh Utsu 1965 yang dikenal dengan metode estimasi maximum
likelyhood dengan persamaan:
=
log � �−�
�
33 dimana M adalah magnitude rata-rata dan M
min
adalah magnitude minimum dan loge bernilai 0,4343
H. Geologi Wilayah Penelitian
Daerah penelitian terletak di sepanjang jalur Sesar Opak dari bagian selatan hingga ke utara membentuk jajaran genjang sepanjang daerah Bantul hingga
Klaten. Sesar Opak merupakan sesar utama yang terletak di daerah Yogyakarta. Berdasarkan peta geologi lembar Yogyakarta oleh Raharjo dkk. 1995, terlihat
bahwa struktur geologi utama berupa sesar berarah timur laut – barat daya yang
merupakan jalur Sesar Opak ESDM, 2016. Sesar Opak berada pada berbagai macam susunan formasi geologi yang dapat berpengaruh pada kerusakan wilayah
28 jika terjadi gempabumi. Formasi merupakan suatu susunan batuan yang terdiri atas
berbagai macam jenis batuan yang terletak di bawah permukaan bumi. Sesar Opak daerah penelitian memiliki lima formasi geologi yaitu:
a. Aluvium Qa
Aluvium berumur Holosen dijumpai di daerah Ponjong, sebelah timur Wonosari dan sebelah barat laut Bantul yang tersusun dari bahan endapan lempung,
lumpur, lanau, pasir, kerikil, kerakal, dan berangkal Pemda DIY, 2016. b.
Formasi Gunung Merapi Muda Qvm Formasi ini tersusun dari breksi vulkanik, lava, dan tuf sebagai hasil endapan
lahar Gunung Merapi yang masih aktif. Aktivitas Gunungapi diperkirakan mulai Plestosen Akhir, terdapat di daerah Sleman Pemda DIY, 2016.
c. Formasi Wonosari – Punung Tmwl
Formasi Wonosari – Punung berumur Miosen Tengah sampai Pliosen,
penyebarannya dari Wonosari ke arah selatan. Formasi ini tersusun dari batu gamping konglomeratan, batu pasir, tuf, dan batu lanau Pemda DIY, 2016.
d. Formasi Semilir Tms
Formasi Semilir berumur Miosen Awal sampai Awal Miosen Tengah, penyebarannya di sekitar Wonosari, Imogiri, Karangmojo, dan Semin. Formasi ini
terdiri dari tuf, breksi batuapung dasitan, batu pasir tufaan, dan serpih perselingan antara breksi tuf, breksi batuapung, tufa dasit, tufa andesit, serta batulempung
tufaan Pemda DIY, 2016.