PENGARUH TINGKAT INTELLIGENCE QUOTIENT, SIKAP TENTANG MATA PELAJARAN DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI IPS SMAN 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

ABSTRAK

PENGARUH TINGKAT INTELLIGENCE QUOTIENT, SIKAP TENTANG MATA PELAJARAN DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI IPS SMAN 3 BANDAR LAMPUNG

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh

YULI DWI KHAIRANI

Hasil belajar adalah kemampuan anak yang diperoleh pada akhir proses pembelajaran dan berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu bahan yang diajarkan.

Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan di SMA Negeri 3 Bandar

Lampung diketahui bahwa secara keseluruhan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi masih tergolong rendah, yaitu dari sebanyak 111 siswa, hanya 48 siswa atau 43,25% yang mendapatkan nilai lebih dari 79. Dengan kata lain, hanya 43,25% bahan pelajaran yang dikuasai oleh siswa atau masih dalam kriteria rendah. Secara umum hal-hal yang mempengaruhi tinggi rendahnya hasil belajar terbagi atas dua factor, yaitu factor internal dan eksternal. Diantara banyak factor yang dapat mempengaruhi hasil belajar diduga factor tingkat intelligence quotient, sikap tentang mata pelajaran dan iklim sekolah memiliki peranan penting.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh tingkat intelligence quotient, sikap tentang mata pelajaran dan iklim sekolah terhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas XI IPS semester ganjil SMAN 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013


(2)

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPS yang berjumlah 111 siswa dengan sampel 84 siswa . metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif verifikatif dengan pendekatan ex post facto dan survey. Data yang terkumpul melalui angket, diolah dengan program SPSS 16. Untuk menguji hipotesis pertama, kedua, dan ketiga menggunakan regresi linier sederhana, sedangkan

hipotesis keempat menggunakan multiple

Berdasarkan analisis data diperoleh hasil sebagai berikut.

1. Ada pengaruh yang positif dan signifikan tingkat IQ terhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas XI IPS SMAN 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 yang ditunjukan oleh hasil uji regresi linier sederhana diperoleh r2= 0,432 pada taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan analisis data diperoleh thitung = 6,093 sedangkan ttabel = 1,989, ini berarti thitung> ttabel

2. Ada pengaruh yang positif dan signifikan sikap siswa tentang mata pelajaran terhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas XI IPS SMAN 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 yang ditunjukan oleh hasil uji regresi linier sederhana diperoleh r2= 0,396 pada taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan analisis data diperoleh thitung = 5,705 sedangkan ttabel = 1,989, ini berarti thitung>

ttabel

3. Ada pengaruh yang positif dan signifikan iklim sekolah terhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas XI IPS SMAN 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 yang ditunjukan oleh hasil uji regresi linier sederhana diperoleh r2= 0,312 pada taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan analisis data diperoleh thitung = 7,081 sedangkan ttabel = 1,989, ini berarti thitung> ttabel

4. Ada pengaruh yang positif dan signifikan tingkat IQ, sikap tentang mata pelajaran dan iklim sekolah terhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas XI IPS SMAN 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 yang ditunjukan oleh hasil uji regresi linier multiple diperoleh r2= 0,420 pada taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan analisis data diperoleh thitung = 76,535 sedangkan ttabel =

1,989, ini berarti thitung> ttabel


(3)

(4)

(5)

(6)

PENGARUH TINGKAT INTELLIGENCE QUOTIENT, SIKAP SISWA TENTANG MATA PELAJARAN EKONOMI DAN

IKLIM SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI IPS SMAN 3

BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh

YULI DWI KHAIRANI Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Ekonomi

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(7)

Halaman HALAMAN JUDUL

ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP PERSEMBAHAN MOTO

SANWACANA I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 9

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Manfaat penelitian Penelitian ... 10

G. Ruang Lingkup Penelitian ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka ... 13

1. Hasil Belajar ... 13

2. Intelligence Quotient ... 26

3. Sikap siswa tentang pelajaran ekonomi ... 30

4. Iklim Sekolah ... 36

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 42

C. Kerangka Pikir.. ... 42

D. Hipotesis ... 47

III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 48

B. Populasi dan Sampel ... 49

1. Populasi ... 49

2. Sampel... ... 49


(8)

C. Variabel Penelitian ... 51

D. Definisi Konseptual dan Operasional ... 51

1. Definisi Intelligence Quotient (X1) ... 51

2. Definisi sikap tentang mata pelajaran (X2) ... 52

3. Definisi iklim sekolah… ... 53

E. Teknik Pengumpulan Data ... 56

1. Skala Psikologi... ... 56

2. Angket. ... 56

3. Dokumentasi ... 56

F. Uji Persyaratan Instrumen ... 57

1. Uji Validitas ... 57

2. Uji Reliabilitas ... 59

G. Uji Persyaratan Regresi Linier Ganda 1.Syarat Pengujian Statistik Parametrik……… 61

a. Uji Normalitas ... 62

b. Uji Homogenitas ... 62

2. Uji Asumsi klasik untuk Regresi Ganda... 63

a. Uji linier garis Regresi ... 63

b. Uji Multikolinieritas ... 64

c. Uji Autokorelasi ... 64

d. Uji Heteroskedastisitas ... 64

H. Tehnik Analisis Data ... 65

1. Pengujian Hipotesis secara parsial ... 65

2. Pengujian Hipotesis secara Simultan ... 66

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 68

1. Sejarah Singkat Berdirinya SMA Negeri 3 Bandar Lampung ... 68

2. Visi dan Misi SMA Negeri 3 Bandar Lampung ... 69

3. Tujuan SMA Negeri 3 Bandar lampung ... 70

4. Kondisi sarana dan prasarana.. ... 71

5. Keadaan Personil Sekolah.. ... 72

B. Gambaran Umum responden ... 74

C. Deskripsi Data ... 74

1. Intelligence Quotient (X1) ... 75

2. Sikap siswa tentang mata pelajaran (X2) ... 79

3. Iklim Sekolah (X3) ... 82

4. Data Hasil Belajar Ekonomi (Y) ... 85

D. Uji Persyaratan Statistik Parametrik (Analisis Data) ... 87

1. Uji Normalitas ... 87

1. Uji Normalitas X1 ... 88

2. Uji Normalitas X2 ... 89


(9)

1. Uji Kelinieran Regresi ... 95

1. Uji Kelinieran Regresi untuk Variabel X1... 95

2. Uji Kelinieran Regresi untuk Variabel X2... 96

3. Uji Kelinieran Regresi untuk Variabel X3... 97

2. Uji Multikolinieritas ... 98

3. Uji Autokorelasi ... 100

4. Uji Heterokedastisitas ... 101

F. Uji Hipotesis ... 105

1. Pengujian Hipotesis secara parsial (sendiri-sendiri)………... 105

1.1. Hipotesis Pertama……….. . 106

1.2. Hipotesis Kedua ... 108

1.3. Hipotesis Ketiga ... 110

G. Regresi Linier Multiple ... 112

H. Pembahasan... ... 116

1. Pengaruh Intelligence Quotient Terhadap Hasil Belajar Ekonomi 116

2. Pengaruh Sikap siswa tentang mata pelajaran ekonomi Terhadap Hasil Belajar Ekonomi……… 117

3. Pengaruh Iklim Sekolah Terhadap Hasil Belajar Ekonomi ... 119

4. Pengaruh Intelligence Quotient, Sikap tentang mata pelajaran dan Iklim Sekolah Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas XI Semester Ganjil SMAN 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012... 121

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .. ... 124

B. Saran ... ... 125

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar adalah suatu proses manusia dari tidak tahu menjadi tahu, dimulai dari manusia lahir ke dunia hingga manusia wafat, belajar akan selalu terjadi selama manusia masih ada di muka bumi, belajar sangat penting bagi manusia, karena merupakan upaya mengembangkan kemampuan dasar alami manusia yang sudah diberikan Tuhan kepada setiap manusia, tanpa proses belajar manusia tidak akan bisa hidup. Belajar menjadi bagian dari perjalanan hidup manusia untuk terus meningkatkan kapasitasnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, misalnya belajar melalui pengalaman.

Makna belajar dalam arti luas dapat dilakukan dimana saja, dan kapan saja. Baik dalam keadaan sadar maupun tidak sadar, dalam keadaan sadar misalnya ia sengaja untuk mempelajari sesuatu bidang atau hal, sedangkan secara tidak sadar misalnya ketika mengalami hal-hal yang tidak terduga seperti tertimpa musibah atau sedang sakit, secara tidak sengaja ia dapat mengambil pelajaran dari pengalaman tersebut seperti kesabaran, keiklasan dan lain sebagainya. Proses belajar manusia sebagai


(11)

mahluk yang mempunyai karya, karsa dan rasa menjadikan manusia berkewajiban menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensinya untuk kehidupan yang lebih baik.

Belajar merupakan bagian dari pendidikan manusia. Melalui pendidikan, proses belajar manusia bisa mencapai titik tertinggi. Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia. Pendidikan memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 menjelaskan “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab”.

Pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha untuk mengembangkan hal tersebut merupakan tanggung jawab yang harus dimiliki dan dilaksanakan oleh setiap lembaga pendidikan. menurut Ihsan dalam Saptawati (2012), Pendidikan yang dikelola dengan tertib, teratur, efektif, dan efisien akan mampu mempercepat jalannya proses pembudayaan bangsa. Oleh karena itu pendidikan merupakan pondasi


(12)

3

masyarakat suatu negara untuk membangun bangsanya ke arah yang lebih baik. Semakin baik pendidikan suatu Negara, maka akan semakin baik pula kehidupan bangsa tersebut.

Manusia secara umum mendapatkan pendidikan melalui lembaga pendidikan formal seperti sekolah. Sekolah adalah lembaga pendidikan yang sangat berperan dalam hal memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara. Sekolah juga yang bertanggung jawab untuk mencetak anak didik yang unggul dalam prestasi dan berkarakter.

Dalam kurikulum SMA terdapat mata pelajaran ekonomi yang harus dipelajari siswa. Tujuan pembelajaran ekonomi adalah dapat membantu siswa mempelajari dan memahami perilaku manusia (lembaga pemerintah/swasta) di sekitarnya dalam memanfaatkan sumber daya, dan caranya dalam mengambil keputusan. (sumber : http://jahrizal.blogspot.com), Pelajaran ekonomi merupakan pelajaran yang pokok dan sudah ada di kurikulum jurusan IPS. Selain daripada itu mata pelajaran ekonomi juga merupakan pengetahuan umum yang harus dimiliki seseorang untuk menyelesaikan permasalahan sosial. Karena yang mendasar dipelajari di ekonomi yaitu: kelangkaan, memilih (opportunity cost), productivity, economic system, economic institusi &intensif, exchange, money & interdepensi. Dengan mempelajari mata pelajaran ekonomi siswa diharapkan dapat memanfaatkan Sumber Daya Alam yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di masa yang akan datang.

Kegiatan belajar mengajar mata pelajaran ekonomi di SMAN 3 Bandar Lampung sudah berjalan dengan semestinya. Namun, ditemukan fakta bahwa ketidakhadiran


(13)

siswa masih sering terjadi. Beberapa siswa cenderung bolos dari kelas ketika pelajaran berlangsung. Ketika ditanyakan alasan kenapa bolos, siswa sering kali mencari alasan. Selain masalah ketidakhadiran, sikap siswa terhadap mata pelajaran ekonomi tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari kurangnya perhatian siswa ketika guru menjelaskan dan kurang aktifnya siswa dalam belajar.

Salah satu indikator keberhasilan pembelajaran ekonomi adalah kemampuan siswa ketika menjawab soal yang mencerminkan kompetensi yang dimiliki, apakah siswa dapat menjawab dengan baik atau tidak. Kompetensi yang dimiliki siswa didasarkan pada hasil belajar ekonomi apakah sudah mencapai 65% atau belum. Hal ini sejalan dengan pendapat Djamarah (2000: 18) apabila pelajaran yang diajarkan kurang dari 65% dikuasai oleh siswa maka presentase keberhasilan siswa pada mata pelajaran tersebut tergolong rendah.

Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilaksanakan pada siswa kelas XI IPS semester ganjil di SMAN 3 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013, pembelajaran ekonomi yang selama ini dilakukan belum maksimal hal ini dapat dilihat dari hasil belajar Ekonomi yang dicapai siswa belum optimal. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel nilai semester ekonomi berikut.


(14)

5

Tabel 1. Prestasi Belajar Ekonomi Berdasarkan Nilai Semester Pada Siswa Kelas XI IPS Semester Ganjil SMAN 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013

No Kelas Nilai Jumlah siswa

<70 ≥ 70

1. XI IPS 1 14 18 32

2. XI IPS 2 24 16 40

3, XI IPS 3 25 14 39

Jumlah Siswa 63 48 111

% 56,75 43,25 100

Berdasarkan tabel di atas, hasil belajar siswa masih tergolong rendah, karena tidak mencapai KKM (kriteria ketuntasan minimal) yang sudah ditentukan sekolah yaitu 70, meskipun pada umumnya sudah melebihi rata-rata nilai. Data di atas menunjukan dari 111 siswa kelas XI IPS terdapat 63 orang yang tidak mencapai KKM yaitu sebanyak 56,75 % atau lebih dari setengah siswa kelas XI IPS. Sisanya sebanyak 48 siswa sudah mencapai KKM atau sebanyak 43,25%.

Pada proses pendidikan yang berlangsung di sekolah, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Menurut Sumadi (2008: 48) bahwa faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah.

1. faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar terdiri dari:

a. faktor non sosial meliputi keadaan cuaca, suhu udara, waktu, tempat dan alat-alat yang dipakai untuk belajar seperti alat-alat-alat-alat pelajaran.

b. faktor sosial meliputi faktor-faktor manusia seperti lingkungan sosial siswa baik lingkungan rumah, lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat.


(15)

2. faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pelajar terdiri dari:

a. faktor fisiologis meliputi kondisi jasmani pada umumnya dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu.

b. faktor psikologis meliputi sikap, cara, minat, bakat dan motivasi.

Faktor fisiologis berasal dari keadaan jasmani diri individu itu sendiri, biasanya berhubungan erat dengan fungsi- fungsi fisik misalnya kesehatan, panca indra, dan lain-lain. Faktor psikologis berhubungan erat dengan hal-hal yang bersifat psikis misalnya motivasi, minat, bakat, dan kemampuan kognitif. Faktor sosial yang dimaksud disini adalah faktor manusia (sesama manusia), baik manusia itu ada (hadir) maupun kehadirannya itu dapat disimpulkan, jadi tidak langsung hadir. Faktor non-sosial boleh dikatakan tidak terbilang jumlahnya, sebagai contoh antara lain yaitu keadaan cuaca, udara, lokasi tempat belajar, dan alat-alat yang dipergunakan untuk belajar. Factor dalam diri siswa yang diduga berpengaruh adalah tingkat IQ dan sikap tentang mata pelajaran sedangkan factor eksternal adalah iklim sekolah.

Hasil belajar siswa kelas XI IPS masih tergolong rendah disebabkan oleh banyak faktor. Beberapa faktor yang diduga berhubungan dengan prestasi belajar di SMAN 3 Bandar Lampung antara lain : tingkat IQ (inteligensi quotient), sikap siswa terhadap mata pelajaran dan iklim sekolah.

Tingkat IQ (inteligensi quotient), inteligensi sering juga disebut kecerdasan intelektual. Menurut Joseph dalam (Fabiola: 2005) Kecerdasan dalam arti umum adalah suatu kemampuan umum yang membedakan kualitas orang yang satu dengan orang yang lain. Menurut Raven masih dalam (Fabiola: 2005) inteligensi sebagai


(16)

7

kapasitas umum individu yang nampak dalam kemampuan individu untuk menghadapi kehidupan secara rasional.

Selain faktor tingkat IQ, faktor lain yang diduga mempengaruhi hasil belajar siswa

adalah sikap siswa tentang mata pelajaran. Menurut Harlen “Sikap merupakan

kesiapan atau kecenderungan seseorang untuk bertindak dalam menghadapi suatu

objek atau situasi tertentu” dalam hal ini, objeknya adalah pelajaran Ekonomi, yaitu

salah satu pelajaran yang struktural di jurusan IPS. Sedangkan Menurut Gerungan (152:2000) sikap mempunyai segi motivasi, berarti segi dinamis menuju suatu tujuan, berusaha untuk mencapai suatu tujuan. Sikap dapat merupakan .suatu pengetahuan, tetapi pengetahuan yang disertai kesediaan dan kecenderungan bertindak sesuai dengan pengetahuan itu. Hal tersebut menunjukkan bahwa sikap siswa meliputi pengetahuan siswa yang disertai tindakan sesuai dengan pengetahuan itu. Sikap siswa terhadap pelajaran ekonomi adalah kecenderungan untuk bertindak bagi siswa setelah siswa mengetahui pelajaran ekonomi, sikap siswa kelas XI IPS SMAN 3 Bandar Lampung terhadap mata pelajaran ekonomi sangat rendah hal tersebut dapat dilihat dari kurang bersemangatnya siswa ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung.

Faktor ketiga yang diduga berpengaruh terhadap hasil belajar adalah iklim sekolah. Iklim adalah banyak hal yang dapat mendukung daya konsentrasi siswa saat belajar, kenyamanan merupakan daya dukung utama setiap individu untuk berkonsentrasi, sehingga tercipta suasana yang nyaman dan kondusif. Sebagai sarana untuk menciptakan suasana yang nyaman dan kondusif diperlukan adanya kerjasama dari semua pihak khususnya pihak sekolah, dalam hal ini antara lain kepala sekolah,


(17)

dewan guru, staf dan siswa. Iklim sekolah adalah suasana yang tercipta dari pola hubungan interpersonal antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Menurut Wiyoko dalam Rofiah, Dewi Nur (2007:10) Jadi, iklim berkaitan dengan sejauh mana komunikasi siswa dengan guru dan apakah ada interaksi antara guru dan murid di kelas ketika kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung maupun di luar jam pelajaran. Interaksi dua arah antara guru dengan murid belum optimal. Hal ini terlihat dari hampir tidak ada siswa yang bertanya setelah guru menjelaskan materi pelajarannya. Begitu pula dengan interaksi antar siswa, belum tercipta interaksi yang maksimal saat mereka melakukan diskusi kelas.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH TINGKAT IQ, SIKAP TERHADAP PELAJARAN EKONOMI, DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI IPS SMAN 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut.

1. Sebanyak 56,75% nilai semester Ekonomi siswa dibawah KKM (kriteria ketuntasan minimal).


(18)

9

3. Sikap siswa terhadap mata pelajaran ekonomi tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari kurangnya perhatian siswa ketika guru menjelaskan dan kurang aktifnya siswa saat kegiatan belajar mengajar..

4. Iklim sekolah belum kondusif bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Karena.seringkali saat jam pelajaran berlangsung beberapa siswa tidak hadir dan aktivitas siswa yang pasif saat pelajaran.

5. Interaksi dua arah antara guru dengan murid belum optimal. 6. Adanya ketidakjelasan hubungan tingkat IQ dengan hasil belajar.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi diatas, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada permasalahan yang berkaitan dengan tingkat IQ (X1), sikap terhadap

mata pelajaran ekonomi (X2), iklim sekolah (X3) dan hasil belajar ekonomi (Y) pada

siswa kelas XI IPS semester ganjil SMAN 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah ada pengaruh tingkat IQ terhadap hasil belajar ekonomi pada siswa kelas


(19)

2. Apakah ada pengaruh sikap terhadap mata pelajaran ekonomi terhadap hasil belajar ekonomi pada siswa kelas XI IPS SMAN 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013?

3. Apakah ada pengaruh iklim sekolah terhadap hasil belajar ekonomi pada siswa kelas XI IPS SMAN 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013?

4. Apakah ada pengaruh, tingkat IQ, sikap terhadap pelajaran, dan iklim sekolah terhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas XI IPS SMAN 3 Bandar lampung Tahun Pelajaran 2012/2013?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ;

1. Pengaruh tingkat IQ terhadap hasil belajar ekonomi pada siswa kelas XI IPS SMAN 3 Bandar lampung Tahun Pelajaran 2012/2013.

2. Pengaruh sikap terhadap mata pelajaran ekonomi terhadap hasil belajar ekonomi pada siswa kelas XI IPS SMAN 3 Bandar lampung Tahun Pelajaran 2012/2013.

3. Pengaruh iklim sekolah terhadap hasil belajar ekonomi pada siswa kelas XI IPS SMAN 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013

4. Pengaruh tingkat IQ, sikap terhadap pelajaran, dan iklim sekolah terhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas XI IPS SMAN 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013.


(20)

11

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

Secara teoritis, memberikan informasi bagi peneliti, dan untuk mengembangkan pengetahuan khususnya pengetahuan tentang pendidikan.

1. Secara praktis, penelitian ini digunakan bagi:

a. Siswa, yaitu setelah mengetahui prosentase pengaruh tingkat IQ, sikap tentang mata pelajaran ekonomi, dan iklim sekolah, siswa diharapkan dapat memperbaiki sikapnya tentang mata pelajaran ekonomi, dan ikut berpartisipasi menciptakan iklim sekolah yang kondusif.

b. Guru, yaitu diharapakan guru menjadi lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan proses pembelajaran melalui pemahaman terkait pengaruh iklim sekolah, sikap terhadap mata pelajaran ekonomi dan tingkat IQ siswa terhadap peningkatan hasil belajar siswa.

c. Sekolah, yaitu setelah mengetahui prosentase pengaruh tingkat IQ, sikap tentang mata pelajaran ekonomi, dan iklim sekolah, seluruh komponen sekolah berperan langsung memperbaiki masalah yang ada sehingga mampu meningkatkan mutu sekolah.


(21)

G. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini mencakup: 1. Ruang Lingkup Objek Penelitian

Ruang lingkup objek dalam penelitian ini adalah tingkat IQ (X1), sikap siswa

terhadap mata pelajaran ekonomi (X2), iklim sekolah (X3) dan hasil belajar

ekonomi (Y).

2. Ruang Lingkup Subjek Penelitian

Ruang lingkup subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI semester ganjil.

3. Ruang Lingkup Tempat Penelitian

Ruang lingkup tempat penelitian ini adalah SMAN 3 Bandar Lampung. 4. Ruang Lingkup Waktu Penelitian

Ruang lingkup waktu dalam penelitian ini adalah tahun pelajaran 2012/2013. 5. Ruang Lingkup Ilmu


(22)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode dalam penelitian ini adalah Deskriptif Verifikatif, dengan menggunakan pendekatan ex post facto dan survey.

Menurut Sugiyono (2010:7) ex post facto merupakan suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian merunut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut. Sedangkan metode survey menurut Riduwan (2004) adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut sehingga ditemukan kejadian- kejadian relatif, distributing, dan hubungan-hubungan antar variabel.

Menurut Sugiyono (2010:13) berdasarkan jenis data yang dianalisis, penelitian ini tergolong dalam penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang datanya berbentuk angka atau data kualititif yang diangkakan.


(23)

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas XI IPS SMA N 3 Bandar Lampung tahun ajaran 2012/2013 sebanyak 3 kelas dengan jumlah keseluruhan 111 siswa.

Tabel 2.Jumlah Siswa Kelas XI IPS SMA N 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013

No Kelas Jumlah Siswa

1 XI IPS 1 32

2 XI IPS 2 40

3 XI IPS 3 39

Jumlah 111

Sumber: Guru Mata Pelajaran Ekonomi

2. Sampel

Dalam penelitian ini, penentuan besarnya sampel dihitung berdasarkan rumus T. Yamane, yaitu:

n= � 1+��2

Keterangan : n = jumlah sampel N = jumlah populasi

�2= tingkat signifikansi (0,05)

(Budi Kustoro dan Basrowi, 2006:205)

Berdasarkan rumus di atas, maka dapat dihitung jumlah sampel dalam penelitian ini adalah:


(24)

50

N = 111 1 + 111 (0,05)2

= 84,4 (dibulatkan menjadi 84)

Jadi besarnya sampel dalam penelitian ini adalah 84 siswa.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan probability random sampling. Teknik ini merupakan teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi yang dipilih untuk menjadi sampel.

Untuk menentukan besarnya sampel pada setiap kelas dilakukan dengan alokasi proporsional agar sampel yang diambil lebih proporsional. Hal ini dilakukan dengan cara:

Jumlah sampel tiap kelas = �� � ℎ�� �

� � ℎ � �� x jumlah siswa tiap kelas

Table 3. Perhitungan jumlah sampel untuk masing-masing kelas Kelas Perhitungan Pembulata

n

Presentase %

XI IPS 1 32 24 28,58

XI IPS 2 40 30 35,71

XI IPS 3 39 30 35,71

Total 84 100

Penentuan siswa yang dijadikan sampel tiap kelas dilakukan dengan cara undian. Cara undian merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan dalam menarik sampel dengan menggunakan simple random sample.


(25)

C. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua jenis variabel, yaitu variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen). Variabel bebas (independen) sering disebut variabel stimulus atau variabel predictor yaitu ubahan yang menjadi sebab berubahnya atau timbulnya variabel dependen, sedangkan variabel terikat (dependen) disebut juga sebagai variabel output atau variabel Kriteria yaitu ubahan yang dipengaruhi atau menjadi akibat dari adanya pengaruh variabel independen.

Dalam penelitian ini ada 2 variabel, yaitu:

1. Variabel Independen atau Variabel Bebas

Variabel bebasnya dalam penelitian ini adalah tingkat IQ (X1), sikap siswa

terhadap mata pelajaran (X2) dan iklim sekolah (X3).

2. Variabel Dependen atau Variable Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar ekonomi (Y)

D. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel 1. Intelligence Quotient (X1)

a) Definisi konseptual

Inteligensi merupakan kualitas bawaan sejak lahir, sebagai hal yang berbeda dari kemampuan yang diperoleh melalui belajar. Herbet Spencer (2001) b) Definsi operasional

Intelligence Quotient adalah angka yang menunjukkan kemampuan seseorang dalam hal kognisi yang diukur dengan cara tes IQ dengan kategori-kategori


(26)

52

yaitu, Verbal (bahasa), Numerik (kemampuan angka), dan Visual-spatial (kemampuan melihat hubungan antar-ruang) yang memerlukan pengertian maupun penggunaan symbol-simbol, dalam penelitian ini data tingkat intelligence quotient (IQ) diperoleh dari tes IQ siswa kelas XI IPS SMAN 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013..

2. Sikap siswa terhadap pelajaran ekonomi (X2) a) Definisi konseptual.

Sikap adalah suatu kesiapan mental dan saraf yang tersusun melalui pengalaman dan memberikan pengaruh langsung kepada respon individu terhadap semua objek atau situasi yang berhubungan dengan objek itu. Allport dalam Djaali (2008:114)

b) Definisi operasional

Sikap tentang mata pelajaran adalah kecenderungan siswa untuk bertindak terhadap mata pelajaran dan memberikan pengaruh kepada respon siswa tentang mata pelajaran tersebut. Dapat dilihat dari pemahaman, penerimaan dan penilaian siswa tentang mata pelajaran tersebut.

c) Kisi-kisi

1) Kognisi, berkaitan dengan kemampuan intelektual siswa dalam berpikir, mengetahui dan memecahkan masalah.

2) Afeksi, berkaitan dengan watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai.

3) Konasi, berkaitan dengan kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu (skill)


(27)

3. Iklim sekolah (X3) a) Definisi konseptual

Iklim sekolah adalah suasana dalam organisasi sekolah yang diciptakan oleh pola hubungan antar pribadi (personal relationship) yang berlaku. Wiyono, dkk (dalam Dewi Nur Rofiah 2007:10)

b) Definisi operasional

Iklim sekolah adalah keadaan yang terdapat di sekolah seperti kondisi bangunan, proses pembelajaran, dan interaksi serta norma-norma/aturan yang dikembangkan di sekolah yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran disekolah

c) Kisi-kisi

1) Rasa aman dalam lingkungan sekolah 2) Belajar mengajar (teaching and learning)

3) Hubungan interpersona (interpersonal relationship) 4) Institutional environment

4. Hasil belajar (Y)

a) Definisi konseptual

Hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai seseorang setelah mengalami proses belajar dengan terlebih dahulu mengadakan evaluasi dari proses belajar yang dilakukan yang dinyatakan ke dalam ukuran dan data hasil belajar.

b) Definisi operasional

Hasil belajar adalah ekonomi adalah skor mata pelajaran ekonomi siswa dari suatu pengetesan dengan menggunakan tes hasil belajar ekonomi yang


(28)

54

disusun berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan. Skor tersebut mencerminkan kemampuan ekonomi siswa dalam ranah kognitif dari hasil belajar ekonomi siswa kelas XI IPS SMAN 3 Bandar Lampung. dalam penelitian ini data hasil belajar diperoleh dari nilai hasil ulangan ekonomi semester ganjil siswa kelas XI IPS SMAN 3 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013

Tabel 4. Kisi-kisi Angket dan Skala Psikologi

No Variabel Indikator Sub indikator Skala No

Item

1. Sikap siswa

terhadap pelajaran ekonomi (X2)

1. Menerima 2. Merespon 3. Menghargai 4. Bertanggun g jawab 1. Siswa memperhatikan dan mengikuti proses belajar dengan baik

2. Siswa mau

menjawab ketika diberi pertanyaan, menjelaskan, dan mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru

3. Siswa mau

berdiskusi dan bertanya ketika menemukan kesulitan dalam proses belajar

Siswa mengerjakan

tugas yang

diberikan dengan penuh tanggung jawab

Ordinal 1,2,3,4, 11 5,6,7,8 9,10,12 .13,14, 15,16,1 7 18,19,2 0

2. Iklim sekolah (X3)

1. Ketertiban anak dalam

1. Aturan yang

ditetapkan oleh


(29)

belajar di kelas 2. Keakraban 3. Motivasi dari guru 4. Orientasi tugas 5. Persaingan 6. Kontrol dari guru 7. Inovasi dalam belajar mengajar 8. Hubungan sosial guru

2. Sanksi yang

diberikan untuk melaksanakan ketertiban dikelas 3. Saling bertukar

pikiran/ pendapat 4. Memberikan

semangat belajar

5. Sering memberi tugas dan latihan

6. Melakukan persaingan dalam belajar

7. Guru melakukan pengawasan pada proses belajar

8. Guru dan siswa mengadakan

perubahan di

dalam mengajar

9. a.Guru dengan guru b.Guru dengan TU c.Guru dengan siswa d. Siswa dengan TU e. siswa dengan siswa 23 24 25 26 27 28 29 30,31,3 2,33,34


(30)

56

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini akan digunakan beberapa metode pengumpulan data antara lain sebagai berikut

1. Skala psikologi

Skala Psikologi adalah instrument pengukuran untuk mengidentifikasi konstrak psikologis. Seringkali dinamakan dengan tes, namun dalam hal ini skala psikologis digunakan sebagai istilah untuk atribut afektif, sedangkan kata tes digunakan untuk atribut kognitif. Pada penelitian ini digunakan skala psikologi sebagai alat pengumpulan data tentang sikap siswa tentang mata pelajaran.

2. Angket

Menurut Sugiyono (2011:199) kuisioner/angket adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab. Pada penelitian ini digunakan angket sebagai alat pengumpulan data tentang iklim sekolah..

3. Dokumentasi

Menurut Koestroro dan Basrowi (2006: 142) dokumentasi merupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah dan bukan berdasarkan perkiraan. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data mengenai hasil belajar ekonomi dan tes IQ pada siswa kelas XI IPS SMAN 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran


(31)

2012/2013. Dokumentasi juga digunakan untuk memperoleh data sekunder mengenai jumlah siswa dan keadaan umum SMAN 3 Bandar Lampung..

F. Uji Persyaratan Skala psikologi dan Angket 1. Uji Validitas

Menurut Arikunto (2006: 168) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau keshahihan suatu instrument. Suatu tes atau instrument pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurannya atau memberikan hasil ukur, yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut.

Untuk menguji tingkat validitas angket , digunakan rumus korelasi product moment yaitu :

Keterangan:

Rxy= koefisien korelasi antara variable x dan y

X = skor total X Y = skor total Y

N = jumlah sampel yang diteliti (Arikunto S, 2006:275)

Dengan kriteria pengujian, jika dengan taraf kesukaran (=0,05 dan dk = n, maka alat ukur tersebut valid dan sebaliknya.


(32)

58

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil uji coba angket pada variabel X2,

dan X3, kepada 30 orang responden, kemudian dihitung menggunakan

perangkat lunak SPSS. Hasil perhitungan kemudian dicocokan dengan tabel r Produck Moment dengan  0,05 adalah 0,360, maka diketahui hasil perhitungan sebagai berikut.

Tabel 5. Hasil Analisis Uji Validitas Angket Untuk Variabel X2 No rhitung rtabel Kesimpulan Keterangan

1 0,66 .360 rhitung>rtabel Valid 2 0,47 .360 rhitung>rtabel Valid 3 0,53 .360 rhitung>rtabel Valid 4 0,35 .360 rhitung<rtabel Tidak Valid 5 0,42 .360 rhitung>rtabel Valid 6 0,45 .360 rhitung>rtabel Valid 7 0,44 .360 rhitung>rtabel Valid 8 0,67 .360 rhitung>rtabel Valid 9 0,71 .360 rhitung>rtabel Valid 10 0,42 .360 rhitung>rtabel Valid 11 0,46 .360 rhitung>rtabel Valid 12 0,59 .360 rhitung>rtabel Valid 13 0,54 .360 rhitung>rtabel Valid 14 0,40 .360 rhitung>rtabel Valid 15 0,40 .360 rhitung>rtabel Valid 16 0,41 .360 rhitung>rtabel Valid 17 0,38 .360 rhitung>rtabel Valid 18 0,38 .360 rhitung>rtabel Valid 19 0,29 .360 rhitung<rtabel Tidak Valid 20 0,75 .360 rhitung>rtabel Valid Sumber: Hasil Pengolahan Data Tahun 2012

Kriteria yang digunakan adalah jika r hitung > r tabel, maka soal tersebut valid

dan sebaliknya. Berdasarkan kriteria tersebut, terdapat 2 soal yang tidak valid dan dalam penelitian ini soal tersebut didrop dan tidak digunakan dalam penelitian. Dengan demikian, angket yang digunakan dalam penelitian berjumlah 18 soal.

Tabel 6. Hasil Analisis Uji Validitas Angket Untuk Variabel X3 (iklim sekolah)

No rhitung rtabel Kesimpulan Keterangan 1 0,55 .360 rhitung>rtabel Valid 2 0,40 .360 rhitung>rtabel Valid


(33)

3 0,71 .360 rhitung>rtabel Valid 4 0,43 .360 rhitung>rtabel Valid 5 0,49 .360 rhitung>rtabel Valid 6 0,20 .360 rhitung<rtabel Tidak Valid 7 0,57 .360 rhitung>rtabel Valid 8 0,43 .360 rhitung>rtabel Valid 9 0,46 .360 rhitung>rtabel Valid 10 0,48 .360 rhitung>rtabel Valid 11 0,53 .360 rhitung>rtabel Valid 12 0,42 .360 rhitung>rtabel Valid 13 0,55 .360 rhitung>rtabel Valid 14 0,72 .360 rhitung>rtabel Valid 15 0,40 .360 rhitung>rtabel Valid 16 0,34 .360 rhitung<rtabel Tidak Valid 17 0,76 .360 rhitung>rtabel Valid 18 0,15 .360 rhitung<rtabel Tidak Valid 19 0,41 .360 rhitung>rtabel Valid 20 0,60 .360 rhitung>rtabel Valid Sumber: Hasil Pengolahan Data Tahun 2012

Kriteria yang digunakan adalah jika r hitung > r tabel, maka soal tersebut valid

dan sebaliknya. Berdasarkan kriteria tersebut, terdapat 3 soal yang tidak valid dan dalam penelitian ini soal tersebut didrop dan tidak digunakan dalam penelitian. Dengan demikian, angket yang digunakan dalam penelitian berjumlah 17 soal

2. Uji Reliabilitas

Menurut Arikunto (2006: 168-169) reliabilitas adalah suatu instrument yang cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu, artinya dapat dipercaya dan dapat diandalkan. Instrument harus reliable mengandung arti bahwa instrument yang cukup baik sehingga mampu mengungkap data yang bisa dipercaya. Untuk menguji reliabilitas digunakan rumus Alpha yaitu;


(34)

60

Keterangan:

= reliabilitas instrument = banyaknya butir soal

= jumlah varian butir = varian total

(Arikunto, 2002:171)

Dengan kriteria pengujian, apabila dengan taraf siignifikansi 0,05 maka pengukuran tersebut dinyatakan reliable dan sebaliknya.

Jika alat instrument tersebut reliable, maka selanjutnya dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks koefisien korelasi (r) sebagai berikut:

0,80 - 1,00 = sangat tinggi 0,60 - 0,79 = tinggi 0,40 - 0,59 = cukup 0,20 - 0,39 = rendah 0,00 - 0,19 = sangat rendah

Tabel 7. Hasil Analisis Uji Reliabilitas Skala Psikologi Untuk Variabel X2

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.806 18

Berdasarkan informasi di atas menunjukkan bahwa harga koefisien alpha hitung untuk variabel sikap tentang mata pelajaran (X2) > 0,360, maka dapat


(35)

disimpulkan bahwa Skala Psikologi atau alat pengukur data tersebut bersifat reliabel. Dengan demikian, semua pernyataan untuk variabel X2 dapat

digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan. Dilihat dari kriteria penafsiran diatas harga koefisien alpha sebesar 0, 806 tergolong kriteria sangat tinggi.

Tabel 8. Hasil Analisis Uji Reliabilitas Angket Untuk Variabel X3

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.830 17

Berdasarkan informasi di atas menunjukkan bahwa harga koefisien alpha hitung untuk variabel iklim sekolah (X3) > 0,360, maka dapat disimpulkan

bahwa angket atau alat pengukur data tersebut bersifat reliabel. Dengan demikian, semua pernyataan untuk variabel X3 dapat digunakan untuk

mengumpulkan data yang diperlukan. Dilihat dari kriteria penafsiran diatas harga koefisien alpha sebesar 0, 830 tergolong kriteria sangat tinggi

G. Uji Persyaratan Regresi Linier Ganda

1. Syarat Pengujian Statistik Parametrik

Menurut Sugiyono (2010: 210), penggunaan statistic parametris memerlukan terpenuhinya banyak asumsi. Asumsi utama adalah data yang dianalisis harus berdistribusi normal. Selanjutnya dalam penggunaan salah satu tes mengharuskan data dua kelompok atau lebih yang diuji harus homogenitas untuk itu diperlukan uji normalitas dan homogenitas. Dalam statistic


(36)

62

parametris syaratnya adalah skala penelitian harus berupa skala interval dalam penelitian ini data dalam skala interval dengan pendekatan rating scale.

a. Uji Normalitas

Menurut Sudarmanto (2005:104-123), untuk menggunakan alat analisis parametric diperlukan dua persyaratan yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah instrument yang digunakan sebagai alat pengumpulan data berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Lilifors. Di mana data yang dinyatakan normal apabila nilai Assymp. Sig (2-tailed) > nilai alpha yang digunakan yaitu 5% dan sebaliknya data dinyatakan tidak normal apabila nilai Assymp sig. (2-tailed) < nilai alpa yang digunakan yaitu: 5%

b. Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel yang diambil dari populasi itu bervarians homogen atau tidak. Pengujian homogenitas dilakukan dengan membandingkan nilai Significancy, dengan ketentuan jika nilai Sig > alpha (0,05)maka data bersifat homogen. Uji ini menggunakan uji Bartlett dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menghitung varians gabungan dari semua sampel dengan menggunakan rumus : S2 =

b. Menghitung harga satuan B dengan rumus: B= (Log S2 ) ( 1−1)


(37)

c. Menggunakan uji chi kuadrat untuk Uji Bartlett yaitu: X2= (1n1o) ( 1−1) log�21

Dengan 1n1o = 2,3026 disebut logaritma asli dari bilangan 10. Dengan taraf kesalahan = 0,05

Kriteria pengujian: jika X2hitung < X2tabel maka variable bersifat homogen,

sedangkan jika X2hitung > X2tabel maka variable tidak homogen. Didapat dari

distribusi chi kuadrarat dengan peluang (1-) dan dk = (k-1) dengan taraf nyata 0,05.

(Sudjana, 2005:263)

2. Uji Asumsi Klasik untuk Regresi Ganda

Menurut Sudarmanto (2005:124), untuk menggunakan regresi linier ganda sebagai alat analisis perlu dilakukan uji persyaratan terlebih dahulu, apabila persyaratan tersebut terpenuhi, maka regresi linier ganda dapat digunakan. Beberapa persyaratan yang perlu diujikan sebelumnya adalah sebagai berikut: a. Uji Linieritas Garis Regresi

Menurut sudarmanto (2005:124),uji linieritas garis regresi digunakan untuk mengambil keputusan dalam memilih model regresi yang akan digunakan. Selanjutnya menurut Sudarmanto (2005:135) kriteria pengujian yang diterapkan untuk menyatakan kelinieran garis regresi adalah dengan menggunakan harga koefisien signifikansi dan dibandingkan dengan nilai alpha yang dipilih oleh peneliti.


(38)

64

b. Uji Multikolinearitas

Menurut Sudarmanto (2005: 136-138), uji asumsi tentang multikolonearitas dimaksudkan untuk membuktikan atau menguji ada tidaknya yang linier antara variable bebas (independen) yang satu dengan variable bebas lainnya. Ada atau tidaknya korelasi antar variabel independen dapat diketahui dengan memanfaatkan statistik korelasi product moment dari Pearson.

c. Autokorelasi

Menurut sudarmanto (2005:142-143), pengujian autokorelasi dimaksudkan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi diantara data pengamatan atau tidak. Adanya autokorelasi dapat mengakibatkan penaksir mempunyai varians tidak minimum dan uji t tidak dapat digunakan, karena akan memberikan kesimpulan yang salah. Ada atau tidaknya autokorelasi, yaitu apabila nilai statistic Durbin-Watson mendekati angka 2, dapat dinyatakan bahwa data pengamatan tidak memiliki autokorelasi.

d. Heteroskedastisitas

Menurut sudarmanto (2005:147-148), uji heterokedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah varian residual absolute sama atau tidak sama untuk semua pengamatan. Pendekatan yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu rank dari Spearman.


(39)

H. Tehnik Analisis Data

1. Pengujian Hipotesis secara parsial (sendiri-sendiri)

Untuk menguji hipotesis pertama, kedua dan ketiga dalam penelitian ini digunakan uji t dengan model regresi linier sederhana, yaitu:

Untuk nila a dan b dicari dengan rumus: Keterangan:

Untuk nila a dan b dicari dengan rumus:

� = subjek dalam variabel yang diprediksikan a = konstanta

b = koefisien arah regresi penentu ramalan (prediksi) yang menunjukan nilai peningkatan atau penurunan variable Y

X = subyek pada variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu (Sudjana, 2005:325)

Selanjutnya untuk uji signifikansi digunakan uji t dengan rumus:

Dengan kriteria uji adalah,“Tolak Ho dengan alternative Ha diterima jika thitung

>Ttabel dengan taraf signifikan 0,05 dan dk n-2” (Sugiyono,2010: 184).

sb b t


(40)

66

2. Pengujian Hipotesis Secara Simultan (serentak/bersama-sama)

Untuk pengujian hipotesis keempat menggunakan statistic F dengan model regresi linier multiple. Menurut Sudarmanto (2005:160-161), persamaan regresi ganda untuk populasi menggunakan simbol Y yang menunjukan pada hasil pengamatan dari populasi, dengan persamaan berikut.

Keterangan :

= subjek dalam variabel yang diprediksikan a = konstanta

b1b2b3 = koefisien arah regresi

X1X2X3= variabel bebas

Dilanjutkan dengan uji signifikansi koefisien korelasi ganda (uji F), dengan rumus:

JKreg dicari dengan rumus:

Keterangan:

JKreg = Jumlah kuadrat regresi

JKres = Jumlah kuadrat residu

k = Jumlah variabel bebas n = Jumlah sampel

  2 Yi Yi JKres ) 1 /( /    k n JK k JK F res reg


(41)

Kriteria pengujian hipotesis adalah tolak Ho jika Fhitung >Ftabel dan jika Ftabel >

Fhitung dan terima Ho, dengan dk pembilang = K dan dk penyebut = n – k – 1

dengan α = 0,05. Sebaliknya diterima jika Fhitung < Ftabel.


(42)

II . TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka 1. Hasil Belajar

1.1 Pengertian Belajar

Secara sederhana belajar dapar diartikan sebagai proses dari tidak tahu menjadi tahu. Menurut Asri (2004) ada beberapa teori belajar yang bersumber dari teori atau aliran-aliran psikologi.

1. Teori Behaviorisme

Menurut teori ini dalam Asri (2004: 19) belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya. Sebagai contoh anak belum dapat berhitung perkalian. Walaupun ia sudah berusaha giat, dan gurunya pun sudah mengajarkannya dengan tekun, namun jika anak tersebut belum dapat mempraktekkan perhitungan perkalian, maka ia belum dianggap belajar. Karena ia belum dapat menunjukkan perubahan perilaku sebagai hasil belajar.

2. Teori Kognitive

Teori belajar kognitif berbeda dengan teori belajar behavioristik. Dalam Asri (2004: 33) Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajarnya. Para penganut aliran kognitif mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon. Tidak seperti model belajar behavioristik yang mempelajari proses belajar hanya sebagai hubungan stimulus-respon, model belajar kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model perceptual. Model belajar


(43)

kognitif mengatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang Nampak.

3. Teori Humanistik

Menurut teori humanistik (2004: 68), proses belajar harus dimulai dan ditunjukkan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. oleh sebab itu, teori belajar humanistic sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi, dari pada bidang kajian psikologi belajar.

Berdasarkan beberapa teori belajar di atas disimpulkan bahwa pengertian belajar adalah perubahan tingkah laku yang berasal dari perubahan persepsi dan pemahaman sebagai akibat dari proses stimulus dan respon yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak.

1.2 Pengertian Hasil Belajar

Menurut Sudjana (2004: 22), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan menurut Kingsley dalam Sudjana (2004: 22) membagi tiga macam hasil belajar mengajar : (1) keterampilan dan kebiasaan, (2) pengetahuan dan pengarahan,(3)sikap dan cita-cita.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.


(44)

15

Muhammad (2004: 14), mengatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan perilaku, akibat interaksi dengan lingkungannya. Perubahan perilaku dalam proses belajar terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi biasanya berlangsung secara sengaja. Dengan demikian belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya apabila tidak terjadi perubahan dalam diri individu maka belajar tidak dikatakan berhasil.

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki oleh guru. Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual), bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal (internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau pikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri indivdu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif.


(45)

1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar yang dicapai seseorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam maupun dari luar diri individu.

Pendapat lain yang mengemukakan tentang faktor yang mempengaruhi hasil belajar diungkapkan oleh Sumadi (2008: 48), bahwa faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah:

1. faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar terdiri dari:

a. faktor non sosial meliputi keadaan cuaca, suhu udara, waktu, tempat dan alat-alat yang dipakai untuk belajar seperti alat-alat pelajaran.

b. faktor sosial meliputi faktor-faktor manusia seperti lingkungan sosial siswa baik lingkungan rumah, lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat.

2. faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pelajar terdiri dari:

a. faktor fisiologis meliputi kondisi jasmani pada umumnya dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu.

b. faktor psikologis meliputi sikap, cara, minat, bakat dan motivasi.

Faktor fisiologis berasal dari keadaan jasmani diri individu itu sendiri, biasanya berhubungan erat dengan fungsi-fungsi fisik misalnya kesehatan, panca indra, dan lain- lain. Faktor psikologis berhubungan erat dengan hal- hal yang bersifat psikis misalnya motivasi, minat, bakat, dan kemampuan kognitif. Faktor sosial yang dimaksud disini adalah faktor manusia (sesama manusia), baik manusia itu ada (hadir) maupun kehadirannya itu dapat disimpulkan, jadi tidak langsung hadir. Faktor non-sosial boleh dikatakan tidak terbilang jumlahnya, sebagai contoh antara lain yaitu keadaan cuaca, udara, lokasi tempat belajar, dan alat-alat yang dipergunakan untuk belajar.


(46)

17

Slameto (2003), mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: faktor intern dan faktor ekstern. Berikut ini uraian penjelasan secara garis besar dari masing- masing faktor tersebut.

a. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor intern ini dapat dibagi lagi menjadi tiga faktor yakni: Faktor jasmaniah, factor psikologis, dan faktor kelelahan.

1) Faktor jasmani. Faktor jasmaniah terbagi menjadi dua, yakni: faktor kesehatan dan cacat tubuh. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu. Sedangkan cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh,misalnya : buta, tuli, dan lain- lain.

2) Faktor psikologis. Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong kedalam faktor psikologis yang mempengaruhi prestasi belajar, faktor- faktor tersebut adalah:

a. inteligensi.

inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep- konsep yang abstrak, secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Inteligensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai


(47)

tingkat inteligensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat inteligensi yang rendah.

Cherniss (2000) dalam penelitiannya mengatakan bahwa dalam dunia kerja IQ bukan prediktor utama dalam memprediksikan performansi karyawan. Hunter dan Hunter (dalam Cherniss, memperkirakan IQ hanya menyumbang sekitar empat sampai sepuluh persen terhadap kinerja karyawan).

b. perhatian

seorang siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. Maka dari itu usahakanlah bahan pelajaran selalu menarik perhatian dengan cara mengusakan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau bakat siswa. c. minat

minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang (dalam waktu lama). Berbeda dengan perhatian, minat selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasaan.

d. bakat

bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Orang yang berbakat mengetik, misalnya akan lebih cepat


(48)

19

dapat mengetik dengan lancar dibandingkan dengan orang lain yang kurang atau tidak berbakat dibidang itu.

e. motif

motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan, dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan atau menunjang belajar. Motif yang kuat sangatlah perlu didalam belajar, didalam membentuk motif yang kuat itu dapat dilaksanakan dengan adanya latihan- latihan atau kebiasaan-kebiasaan dan pengaruh lingkungan yang memperkuat.

f. kematangan

kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Misalnya anak dengan kakinya sudah siap untuk berjalan, tangan dengan jarijarinya sudah siap untuk menulis, dengan otaknya sudah siap untuk berpikir abstrak, dan lain-lain. Kematangan belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara terus menerus, untuk itu diperlukan latihan- latihan dan pelajaran. Dengan kata lain anak yang sudah siap (matang) belum dapat melaksanakan kecakapannya sebelum belajar. Belajar akan lebih berhasil jika anak sudah siap (matang).


(49)

g. kesiapan

kesiapan adalah kesedian untuk memberi response atau bereaksi. Kesiapan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.

3) Faktor kelelahan

Kelelahan dibedakan menjadi dua macam yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis). Kelelahan jasmani dapat disebabkan oleh aktivitas siswa yang terlalu banyak, sehingga menyebabkan siswa jatuh sakit. Sedangkan kelelahan rohani, dapat terjadi pada siswa, karena siswa mengalami berbagai masalah sehingga menjadi beban pikirannya.

b. Faktor-faktor ekstern

Faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar diri individu yang sedang belajar. Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap prestasi belajar dapat di kelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

1. Faktor keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orangtua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga,


(50)

21

keadaan ekonomi keluarga, pengertian orangtua dan latar belakang budaya. Cara orang tua mendidik anak besar pengaruhnya terhadap belajar si anak. Pola asuh orang tua yang terbaik dalam mengasuh anak adalah dengan penuh bijaksana. Orang tua yang bijaksana adalah orang tua yang tahu mempergunakan situasi dan kondisi untuk mendidik anak. Orang tua yang demikian adalah orangtua yang mampu bersikap dominan atau membebaskan anak sesuai dengan situasi dan kondisi anak tersebut. Orang tua harus mampu menciptakan hubungan yang harmonis yang memberikan keamanan dan kebebasan psikologis bagi anak untuk berprestasi.

Perlu adanya upaya menumbuhkan motivasi belajar anak sehingga dapat menunjang prestasi belajar di sekolah, yaitu orang tua harus mampu menanamkan kepercayaan diri kepada anak bahwa mampu berprestasi, dan selanjutnya orangtua harus mampu menghargai apapun prestasi yang dicapai anak. Untuk itu orangtua harus mengenali dahulu sifat, perilaku, kebutuhan dan kebiasaan anak. Orangtua harus selalu mengadakan komunikasi dengan anaknya sehingga orangtua akan benar-benar mengerti apa yang diinginkan oleh anaknya dan sebaliknya, anakpun mengetahui apa yang diharapkan orangtua darinya. Tentunya hal ini memerlukan kematangan pribadi dari orangtua.

Apabila orang tua telah berhasil menanamkan rasa percaya diri dan mampu menerima anak sesuai dengan keadaan anak tersebut, maka hal


(51)

kedua yang harus dilakukan orangtua adalah memberikan dukungan dari segi teknis belajar pada anak. Orang tua harus mendorong anak untuk selalu menyukai pelajarannya, dan memberikan bimbingan belajar yang efektif serta efisien bagi anak.

Setelah anak menyukai pelajarannya dan dapat belajar secara efektif, maka anak akan termotivasi untuk berprestasi dibidang pelajaran tersebut. Suasana rumah juga merupakan faktor yang penting dalam belajar. Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kejadian yang sering terjadi didalam keluarga dimana anak berada dan belajar. Agar anak dapat belajar dengan baik perlulah diciptakan suasana rumah yang tenang dan tenteram. Di dalam suasana rumah yang tenang dan tenteram selain anak kerasan atau betah tinggal di rumah, anak juga dapat belajar dengan baik.

Kondisi keluarga akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya. Beberapa kondisi keluarga yang mempengaruhi munculnya kenakalan remaja adalah dukungan orang tua, pola asuh, dan kontrol yang longgar. Hal tersebut meliputi pengawasan anak, disiplin keluarga, pendidikan yang berkaitan dengan pemecahan masalah, dan perhatian terhadap aspek keterampilan sosial anak. Ini juga menunjukkan bahwa pola asuh orang tua dalam mendidik anak dapat menjadi sebab munculnya tindakan menyimpang yang dilakukan remaja.


(52)

23

2. Faktor sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pengajaran, waktu sekolah, standar pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui didalam mengajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran, sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas.

Selain itu juga sikap guru terhadap siswa dan terhadap mata pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran ataupun gurunya dan akibatnya siswa malas untuk belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode mengajar harus diusahakan yang setepat, efisien dan efektif mungkin. Sejalan dengan pendapat tersebut Darling-Hammond mengatakan bahwa kualifikasi guru memegang peranan penting dalam prestasi belajar siswa. Bagaimana siswa belajar sangat ditentukan oleh kualifikasi seorang guru.

Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran


(53)

agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap belajar siswa. Kurikulum yang tidak baik itu misalnya kurikulum yang terlalu padat, diatas kemampuan siswa, tidak sesuai dengan bakat, minat, dan perhatian siswa.

Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Seluruh staf sekolah yang mengikuti tata tertib dan bekerja dengan disiplin membuat siswa menjadi disiplin pula, selain itu juga memberi pengaruh yang positif terhadap belajarnya. Dengan demikian agar siswa belajar lebih maju, siswa harus disiplin didalam belajar baik di sekolah, di rumah, dan di perpustakaan, dan kondisi tersebut harus didukung dengan disiplin dari guru beserta staf yang lainnya.

Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah, waktu itu dapat pagi hari, siang, sore atau malam hari dan sangat berpengaruh didalam belajar. Jika terjadi siswa terpaksa masuk sekolah di sore hari, sebenarnya kurang dapat dipertanggungjawabkan karena siswa harus beristirahat, tetapi terpaksa masuk sekolah, hingga mereka mendengarkan pelajaran sambil mengantuk, sukar berkonsentrasi dan sebagainya. Jadi memilih waktu sekolah yang tepat akan memberi pengaruh yang positif terhadap belajar.


(54)

25

Metode belajar siswa adalah faktor ekstern dalam keberhasilan belajar siswa. Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang tidak efektif. Dalam hal ini perlu pembinaan dari guru. Dengan cara belajar yang efektif akan meningkatkan prestasi belajar siswa, dan juga dalam pembagian waktu untuk belajar. Kadang-kadang siswa belajar tidak teratur, atau terusmenerus, karena besok akan tes. Dengan belajar demikian siswa akan kurang beristirahat, bahkan mungkin dapat jatuh sakit. Maka perlu belajar secara teratur setiap hari, dengan pembagian waktu yang baik, memilih cara belajar yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil belajar.

3. Faktor masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat. Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan masyarakat yang terlalu banyak, misalnya berorganisasi, belajarnya akan terganggu, lebih- lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktunya. Perlulah kiranya membatasi kegiatan siswa dalam masyarakat supaya jangan sampai mengganggu belajarnya. Jika mungkin memilih kegiatan yang mendukung belajar. Kegiatan itu misalnya kursus bahasa inggris, kelompok diskusi dan lain sebagainya.


(55)

Selain hal-hal tersebut, kebiasaan belajar dan pengisian waktu luang adalah faktor yang sangat berpengaruh dalam kemajuan dan juga menurunnya prestasi belajar. Siswa yang memiliki kebiasaan belajar yang efektif dan pengisian waktu luang yang bermanfaat akan memperoleh prestasi belajar yang tinggi. Faktor-faktor yang dikemukakan oleh beberapa tokoh tersebut di atas sangat besar pengaruhnya dalam prestasi belajar, karena prestasi belajar yang dicapai seorang siswa merupakan interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri maupun dari luar diri siswa.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor yang berasal dari dalam diri (internal) dan dari luar diri (eksternal) individu yang belajar.

2. Inteligensi Quotient.

Inteligensi Quotient merupakan salah satu faktor intern yang mempengaruhi hasil belajar. Perkembangan inteligensi seseorang itu dipengaruhi 2 faktor yaitu genetik dan lingkungan. Faktor genetik diturunkan sedangkan lingkungan adalah semua faktor diluar kita.

Menurut Piaget dalam Alder (2001: )perkembangan intelektual itu terbentuk karena adaptif antara fungsi-fungsi biologis dengan lingkungan. Menurut


(56)

27

Stephen J. Gould dalam Alder (2001: ) inteligensi adalah kemampuan untuk menghadapi masalah dengan sikap yang tidak di program (kreatif) dan menurut Herbet Spencer dalam Alder (2001: ) inteligensi merupakan kualitas bawaan sejak lahir, sebagai hal yang berbeda dari kemampuan yang diperoleh melalui belajar sedangkan menurut D. Wechsler dalam Alder (2001: ) inteligensi adalah kecakapan untuk bertindak secara sengaja, berpikir secara rasional, dan berhubungan secara efektif dengan lingkungan. Dari ketiga pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah kualitas bawaan sejak lahir yang berupa kemampuan atau kecakapan dalam menghadapi masalah dengan sikap yang kreatif, bertindak secara sengaja, berfikir rasional dan berhubungan secara efektif dengan lingkungan namun berbeda dari kemampuan yang diperoleh melalui belajar.

Ada beberapa teori mengenai inteligensi, salah satunya adalah teori Gardner. Menurut Gardner dalam Djaali (2008: 73) inteligensi manusia memiliki tujuh dimensi yang semiotonom, yaitu linguistic, music, matematik, logis, visual special, kinestetik fisik, sosial interpersonal, dan intrapersonal. Setiap dimensi tersebut, merupakan kompetensi yang eksistensinya berdiri sendiri dalam system neuron. Artinya memiliki organisasi neurologis yang berdiri sendiri bukan hanya terbatas pada ranah intelektual.

Inteligensi berasal dari kata intelligence yang artinya menghubungkan atau menyatukan satu sama lain. Menurut Stern dalam Soemanto (2006: 143) inteligensi ialah daya menyesuaikan diri dengan keadaan baru dengan


(57)

mempergunakan alat-alat berpikir menurut tujuannya. Dengan demikian, orang yang inteligensinya tinggi akan lebih cepat menyesuaikan diri dengan masalah yang dihadapinya, dibandingkan orang dengan inteligensi rendah.

Inteligensi tiap orang berbeda beda hal ini dikarenakan beberapa factor. Menurut Djaali (2008: 74) faktor yang mempengaruhi inteligensi adalah sbb; 1. faktor pembawaan, dimana factor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa

sejak lahir.

2. Faktor minat dan pembawaan yang khas, dimana minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu.

3. Factor pembentukan, dimana pembentukan adalah segala keadaan diluar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan inteligensi.

4. Faktor kematangan, di mana tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan.

5. Faktor kebebasan, yang berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

Menurut Woodworth dan Marque dalam Soemanto (2006: 154), klasifikasi tingkatan inteligensi manusia adalah sebagai berikut :

Skor IQ Klasifikasi

140 – keatas Genius (luar biasa)

120 – 139 Very Superior (amat cerdas)

110 – 119 Superior (cerdas)

90 – 109 Normal

80 – 89 Dull (bodoh)

70 – 79 Border line (batas potensi)

50 – 69 Morons (Debil)

30 – 49 Embicile (imbisil)


(58)

29

Berdasarkan tingkatan skor IQ tersebut, Slameto (2003: 120) memberikan ciri-ciri mental intelektual anak yang pandai sebagai usia mental lebih tinggi dari pada rata-rata anak normal, daya tangkap dan pemahaman lebih cepat dan luas. Dapat berbicara lebih dini, kreatif, mandiri dalam belajar serta mempunyai cara belajar yang khas. Selain itu ditambahkan pula menurut

Slameto (2003: 183) bahwa “anak yang normal kecerdasannya biasanya dapat

mengorganisasikan situasi/masalah dan berfikir logis, mengerti hubungan

sebab akibat, memecahkan masalah/berfikir secara alamiah ”

Menurut Alder (2001: 16) ada beberapa fakta mengenai inteligensi yaitu : 1. Inteligensi terjadi sebagai kemampuan umum meliputi kemampuan untuk

melakukan pertimbangan, perencanaan, pemecahan masalah, pemikiran abstrak, pemahaman gagasan-gagasan yang kompleks,belajar dengan cepat dan belajar dari pengalaman.

2. Inteligensi dapat diukur dan tes IQ mengukurnya dengan baik

3. IQ lebih kuat berhubungan dengan hasil-hasil pendidikan, ekonomi, pekerjaan, dan sosial daripada sifat manusia yang dapat diukur lainnya. Apapun yang diukur oleh tes IQ adalah sangat penting.

4. Masalah keturunan memainkan peran lebih besar di dalam inteligensi, tetapi lingkungan juga mempunyai pengaruh yang kuat.

5. Individu tidak dilahirkan dengan IQ yang tidak dapat dirubah, tetapi IQ menjadi stabil secara bertahap selama masa kanak-kanak dan hanya berubah sedikit setelah itu.

Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa intelligence quotient mempengaruhi hasil belajar siswa. Inteligensi menentukan tinggi rendahnya pemahaman siswa dalam menyerap pelajaran yang disampaikan oleh guru, artinya siswa yang memiliki tingkat inteligensi tinggi akan memperoleh


(59)

kemudahan dalam belajarnya sehingga mendapatkan hasil yang maksimal daripada siswa yang memiliki tingkat inteligensi yang rendah.

3. Sikap Siswa tentang Pelajaran Ekonomi

1. Pengertian Sikap

Sikap pada dasarnya adalah bagian dari tingkah laku manusia, sebagai kepribadian yang terpancar. Sikap juga dapat berupa suatu pandangan, tetapi berbeda dengan pengetahuan yang dimiliki seseorang. Pengetahuan terhadap suatu objek tidak sama dengan sikap terhadap objek tersebut. Hal ini dikarenakan jika hanya pengetahuan belum bisa menjadi penggerak sebelum ada implementasi.

Sikap berbeda dari kebiasaan tingkah laku. Kebiasaan tingkah laku adalah kelangsungan tingkah laku yang dengan sendirinya dilakukan karena selalu dilakukan berulang kali dengan maksud untuk mempermudah hidup. Menurut

Allport dalam Djaali (2008: 114), “sikap adalah suatu kesiapan mental dan

saraf yang tersusun melalui pengalaman dan memberikan pengaruh langsung kepada respon individu terhadap semua objek atau situasi yang berhubungan

dengan objek itu”. Biasanya dengan mengamati sikap orang terhadap suatu

objek kita dapat mengetahui apakah orang tersebut menyukai objek tersebut


(60)

31

kecenderungan seseorang untuk bertindak dalam menghadapi suatu objek atau

situasi tertentu”

2. Ciri-ciri sikap dan Faktor yang Menyebabkan Perubahan Sikap

Agar dapat lebih memahami mengenai sikap, perlu kiranya mengetahui ciri- ciri sikap. Menurut W.A Gerungan (2000:151) mengemukakan ciri-ciri sikap sebagai berikut.

a. Sikap bukan dibawa orang sejak ia dilahirkan , melainkan dibentuk atau dipelajarinya sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya.

b. Sikap itu dapat berubah-ubah, karena itu sikap dapat dipelajari orang. c. Sikap itu tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mengandung relasi tertentu

terhadap suatu objek.

d. Objek sikap itu dapat merupakan satu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

e. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sikap terbentuk melalui bermacam-macam cara, antara lain:

a. melalui pengalaman yang berulang , atau dapat pula melalui suatu pengalaman yang disertai perasaan yang mendalam (pengalaman traumatik)

b. melalui imitasi, peniruan dapat terjadi tanpa disengaja, dapat pula dengan sengaja.

c. melalui sugesti,di sini seseorang membentuk suatu sikap terhadap objek tanpa suatu alasan dan pemikiran yang jelas, tapi semata-mata karena pengaruh yang datang dari seseorang atau sesuatu yang mempunyai wibawa dalam pandangannya.

d. melalui identifikasi, di sini seseorang meniru orang lain atau suatu organisasi/ badan tertentu didasari suatu keterikatan emosional sifatnya; meniru dalam hal ini lebih banyak dalam arti berusaha menyamai; identifikasi seperti ini sering terjadi antara anak dan ayah, pengikut dengan pemimpin, siswa dengan guru, antara anggota suatu kelompok dengan anggota lainnya dalam kelompok tersebut yang dianggap paling mewakili kelompok yang bersangkutan.

http://acelane.wordpress.com/2012kapur tulis/03/14/sikap -siswa dalam-belajar/


(61)

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan, bahwa aspek afektif pada diri siswa besar peranannya dalam pendidikan. Oleh karena itu, pengukuran terhadap aspek ini amat berguna dan lebih dari itu kita harus memanfaatkan pengetahuan mengenai karakteristik afektif siswa untuk mencapai tujuan pengajaran.

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap: 1. Pengalaman Pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih

mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk 3. Pengaruh Kebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.

4. Media Massa

Dalam pemberitaan surat kabar mauoun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyekstif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh

terhadap sikap konsumennya.

5. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.

6. Faktor Emosional

Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau

pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.(Azwar, 2005:30-38). http://rizcafitria.wordpress.com/2011/04/30/sikap-belajar-peserta-didik/ Sikap memiliki beberapa dimensi. Menurut Bloom dalam Annisa(2011)


(1)

Gambar 1. Paradigma penelitian pengaruh tingkat IQ, sikap siswa

tentang mata pelajaran dan iklim sekolah terhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas XI IPS SMAN 3 Bandar Lampung tahun

pelajaran 2012/2013

D. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah :

1. Ada pengaruh tingkat IQ terhadap hasil belajar ekonomi pada siswa kelas XI IPS SMAN 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013

2. Ada pengaruh sikap terhadap mata pelajaran terhadap hasil belajar ekonomi pada siswa kelas XI IPS SMAN 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013

3. Ada pengaruh iklim sekolah terhadap hasil belajar akutansi pada siswa kelas XI IPS SMAN 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013

4. Ada pengaruh tingkat IQ, sikap tentang pelajaran, dan iklim sekolah terhadap hasil belajar siswa kelas XI IPS SMAN 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013


(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, maka diperoleh simpulan sebagai berikut :

1. Ada pengaruh positif dan signifikan Intelligence Quotient terhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 3 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2012/2013. Jika semakin tinggi skor Intelligence Quotient (IQ) siswa maka hasil belajar siswa akan meningkat dan sebaliknya semakin rendah skor Intelligence Quotient (IQ) maka hasil belajar siswa akan rendah. 2. Ada pengaruh positif dan signifikan Sikap siswa tentang mata pelajaran

terhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 3 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2012/2013. Jika Sikap siswa tentang mata pelajaran ekonomi positif maka hasil belajar siswa akan meningkat dan sebaliknya jika Sikap siswa tentang mata pelajaran negatif maka hasil belajar siswa akan rendah.


(3)

3. Ada pengaruh positif dan signifikan Iklim Sekolah terhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas XI IPS SMAN 3 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2011/2013. Jika semakin baik dan kondusif iklim sekolah maka hasil belajar siswa akan meningkat dan sebaliknya jika iklim sekolah tidak kondusif maka hasil belajar siswa akan rendah.

4. Ada pengaruh positif dan signifikan Intelligence Quotient, Sikap siswa tentang mata pelajaran ekonomi dan Iklim sekolah terhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas XI IPS SMAN 3 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2011/2013. Jika semakin tinggi skor Intelligence Quotient, Sikap siswa tentang mata pelajaran ekonomi positif, dan iklim sekolah kondusif maka hasil belajar siswa akan meningkat dan sebaliknya skor Intelligence Quotient renda, Sikap siswa tentang mata pelajaran ekonomi negative dan iklim sekolah tidak kondusif maka hasil belajar siswa akan rendah.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Intelligence Quotient, sikap siswa tentang mata pelajaran ekonomi, dan iklim sekolah maka penulis menyarankan:

1. Hendaknya siswa tidak terpaku dengan hasil tes IQ sebagai indikator kecerdasan yang mereka miliki. Akan tetapi hendaknya siswa senantiasa mengembangkan kemampuan yang mereka miliki dengan belajar dan berlatih soal-soal agar kemampuan kognisinya meningkat, sehingga hasil belajar pun akan meningkat..


(4)

126

2. Sebagai generasi penerus bangsa siswa diharapkan memiliki wawasan yang luas dan berbudi pekerti yang baik. Salah satu indikatornya adalah hasil belajar yang meningkat, sejalan dengan visi sekolah yaitu :”Unggul dalam prestasi Akademik, Ekstrakurikuler berwawasan Global Berlandaskan Keimanan dan Ketaqwaan” untuk dapat meraih visi tersebut tentu tidak didapatkan dengan sikap negatf seperti acuh tak acuh terhadap mata pelajaran, selain kompetensi guru yang dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam mengajar sehingga siswa lebih memahami mata pelajaran ekonomi, siswapun diharapkan mempunyai sikap yang positif saat kegiatan belajar mengajar dengan hadir dikelas dan memperhatikan mata pelajaran yang disampaikan guru. Siswa yang memiliki sikap positif terhadap mata pelajaran akan lebih memahami mata pelajaran tersebut sehingga hasil belajar ekonomi akan meningkat.

3. Untuk meningkatkan kualitas iklim sekolah supaya menjadi lebih baik dan kondusif siswa, guru, staf, dan kepala sekolah diharapkan mampu menciptakan suasana yang harmonis dan kondusif terhadap semua komponen yang ada disekolah

4. Hasil belajar tidak hanya dipengaruhi Tingkat Intelligence Quotient, sikap siswa tentang mata pelajaran, dan Iklim sekolah saja. Tetapi masih banyak faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar ekonomi, sehingga seluruh komponen pendidikan baik siswa, guru, maupun tenaga pendidik lainnya diharapkan agar dapat meningkatkan kinerjanya guna meningkatan hasil belajar siswa.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Alder, Harry.2001. boost your intelligence. Erlangga: Jakarta

Arikunto, Suharsimi.2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara: Jakarta

Budinigsih, Asri.2005.Belajar dan Pembelajaran. PT Rineka Cipta: Jakarta

Fajriyah, Afrina. 2009. Pengaruh penguasaan konsep dasar akutansi dan sikap siswa tentang pelajaran akutansi terhadap prestasi belajar akutansi siswa kelas CI IPS SMA Negri ! Gading rejo tahun pelajaran 2009/2010.Unila

Gerungan, W.A. 2000. Psikologi sosial. Erisco: Bandung

http://acelane.wordpress.com/2012kapur tulis/03/14/sikap -siswa -dalam-belajar/

Jaali, Haji. 2008. Psikologi Pendidikan. PT Bumi Aksara: Jakarta.

Jayanti, Dwi.2010. Pengaruh Intelligence quotient, iklim sekolah dan budaya membaca terhadap hasil belajar ekonomi pada siswa kelas XI IPS SMA YP Unila Bandar Lampung tahun pelajaran 2009/2010. Unila

Moedjiarto. 2002. Sekolah Unggulan. Graha Cipta Pustaka: Jakarta. Riduan.2004.Metode dan teknik menyusun tesis. CV alfabeta. Jakarta. Rofiah, Dewi Nur.2007. Persepsi siswa tentang iklim sekolah, dan perhatian orang tua terhadap prestasi belajar Ekonomi/Akutansi semester 1 siswa kelas II SMA Budaya Bandar Lampung tahun pelajaran 2005/2006. Universitas Lampung.


(6)

Saptawati, Desi.2012. studi Perbandingan Hasil Belajar Ekonomi siswa melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigasi (GI) dan Student Team Achievement Division (STAD) dengan memperhatikan kemampuan awal (Studi pada Siswa Kelas X SMA Gajah Mada tahun pelajaran 2001/2002). Universitas Lampung.

Sardiman,A.M. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Slameto. 2003. Belajar dan factor-faktor yang mempengaruhinya. Rineka Cipta: Jakarta.

Soemanto, Wasty. 2006. Psikologi Pendidikan. PT Rineka Cipta. Jakarta. Sudarmanto, R. Gunawan. 2005. Analisis Regresi Linier Ganda dengan SPSS. Graha Ilmu: Yogyakarta.

Sudjana, nana dan ibrahim.2004. Penelitian dan penilaian. Sinar Baru Algesindo:Bandung

Sugiyono.2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta: Bandung

Suryabrata, Sumadi. 2008. Psikologi Pendidikan. Raja Grafindo Persada:Jakarta.

Syah, M.2002. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.PT Remaja Rosdakarya: Bandung.

Trihandini, Fabiola Meirnayati.2005. Analisis Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosi dan Kecerdasan Spiritual terhadap Kinerja Karyawan (Studi Kasus di Hotel Horison Semarang). Universitas Diponegoro.


Dokumen yang terkait

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS XI IPS SMAN 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 14 86

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS XI IPS SMAN 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 11 1

PENGARUH SIKAP SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI IPS SEMESTER GANJIL SMA NEGERI 1 PURBOLINGGO LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 8 41

PENGARUH TINGKAT INTELLIGENCE QUOTIENT, SIKAP TENTANG MATA PELAJARAN DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI IPS SMAN 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 3 81

PENGARUH MINAT DAN CARA BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI IPS SMA BINA MULYA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 7 85

PENGARUH INTELLIGENCE QUOTIENT, KONSEP DIRI, IKLIM SEKOLAH DAN PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI GURU TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI IPS SEMESTER GANJIL SMA YP UNILA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 14 122

PENGARUH KONSEP DIRI, INTELLIGENCE QUOTIENT (IQ), IKLIM SEKOLAH, DAN PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI GURU TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS X IPS SMA NEGERI 1 KOTAGAJAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 12 91

PENGARUH SIKAP SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN, MOTIVASI BERPRESTASI, DAN KONSEP DIRI TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI KELAS XI IPS SMA AL-AZHAR 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 15 103

PENGARUH IKLIM SEKOLAH DAN SIKAP SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI KELAS XI IPS SMA MUHAMMADIYAH 01 PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 11 81

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI IPS SMAN 10 PONTIANAK

0 1 10