Apakah infrastruktur sistem datanya sudah siap? Apakah infrastruktur hukumnya sudah siap? Apakah infrastruktur kelembagaan sudah siap? Apakah infrastruktur manusianya sudah siap?

Sementara itu penyelenggaraan Audit sistem informasi yang dapat digunakan sebagai penangkal timbulnya kejahatan komputer ini juga belum banyak dilakukan, yang selain karena kehampaan aspek legalitas juga karena langkahnya tenaga pelaksana dan belum meratanya kesadaran untuk membangun dan mengoperasikan sistem informasi yang layak di Audit. Tapi, kejahatan tak akan menunggu kita siap atau tidak upaya yang sederhana sekalipun seyogyanya sudah dapat kita mulai untuk menangkalnya. Masalahnya, paham dan sadarkah kita akan ancaman kejahatan ini, mampukah kita untuk mulai membenahi diri, dan adakah niat kita untuk melakukan aksi yang segera. Sementara itu upaya untuk memantapkan prasarana dan sarana pengamanan, termasuk aspek hukum, harus terus dipecut dan dipacu. Kita tentu sepakat tak ingin memperoleh predikat sebagai negara yang mempunyai rekor dalam kejahatan komputer, kitapun harus bertekad agar kejahatan komputer tak akan mengganggu jalannya pembangunan nasional kita. Untuk menghadapi era dewasa ini dan antisipasi ke depan, masalah ini sudah menjadi perhatian pemerintah dengan mengajukan Rancangan Undang-Undang RUU tentang Tanda Tangan Digital, sebagai salah satu bagian dari paket RUU Teknologi Informasi, di samping RUU tentang Penyiaran, RUU Transparansi dan Kebebasan Memperoleh Informasi, RUU Teknologi Informasi, RUU Transaksi Elektronik, dan RUU Tanda Tangan Digital, termasuk upaya penyempurnaan Keppres No. 502000 tentang TKTI. detik.com 280502 Ketidaksiapan secara elektronik e-readiness akan menyebabkan prakarsa e-gov mengalami kegagalan. Bagaimana kesiapan beberapa persyaratan membangun e-gov adalah pertanyaan kunci yang secara prinsip dapat dikemukakan sebagai berikut: a. Apakah infrastruktur sistem datanya sudah siap? Apakah sistem-sistem manajemen, pencatatan file dan pekerjaan pemrosesan data sudah berjalan sebagaimana mestinya guna menyediakan data yang secara kuantitatif maupun kualitatif siap untuk mendukung terlaksananya e-gov? Hal ini menjadi pertanyaan kesiapan utama karena dari penelitian Heeks di banyak negara berkembang, kualitas dan keamanan data sangat rendah, termasuk mekanisme yang berkaitan dengan masalah pengumpulan, pengolahan dan penyajiannya. b. Apakah infrastruktur hukumnya sudah siap? Apakah hukum dan peraturan yang diperlukan guna memungkinkan dan mendukung e-gov sudah ada? Di negara tertentu, tanda tangan digital tidak dapat diterima sebagai suatu bentuk keabsahan. c. Apakah infrastruktur kelembagaan sudah siap? Kemajuan pelaksanaan prakarsa e-gov dapat dilakukan bila ada lembaga yang berwenang dan memiliki kompetensi yang diperlukan, berfungsi sebagai pusat kepedulian, dan bertindak sebagai sarana fasilitasi bagi terciptanya e-gov. Banyak negara tidak memiliki lembaga yang bertugas mengkoordinasikan dan menjadi ujung tombak dalam mengelola prakarsa e-gov. 116 d. Apakah infrastruktur manusianya sudah siap? Apakah perilaku, pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan sudah tersedia? Mereka adalah orang-orang yang memiliki inisiatif, melaksanakan, dan menjaga kesinambungan prakarsa sampai terlaksananya e-gov. Dari pengalaman banyak negara, keahlian utama berkaitan dengan analisis bisnis dan desain sistem, manajemen proyek, manajemen kontrak, dan manajemen vendor sangat langka. Selain itu adalah adanya gap “mindset” yang berupa keengganan untuk berubah, kurangnya pemahaman akan orientasi konsumen, keengganan untuk berbagi data, dll. e . Apakah infrastruktur teknologi sudah siap? Kesiapan infrastruktur ini tidak semata-mata teknologi yang dibutuhkan sudah tersedia, tetapi adalah juga kontinuitas industri, ketersebaran, kemerataan, dan pemeliharaannya.

f. Apakah Kepemimpinan dan Pemikiran Stratejik