2.7.1 Bronchoaveolar Lavage BAL
Tindakan BAL adalah salah satu teknik pengambilan sampel pada saat tindakan bronkoskopi berlangsung. Tindakan BAL ditujukan untuk mengambil spesimen yang
berada pada ujung saluran nafas alveolus yang terkadang sudah mengendap. Cairan yang didapat dari tindakan BAL ini sangat berguna karena dapat digunakan untuk
pemeriksaan mikrobiologi hapusan BTA dan kultur mycobacterium tuberculosis, , jumlah sel dan diferensiasi, penyakit infeksi oportunistik pada penderita immuno-
compromised, tumor paru dan interstitial lung diseases, gambaran alveolar proteinosis, gambaran terpapar debu seperti badan asbestos, silika, dan sel ganas.
28,32
Melalui saluran yang ada pada bronkoskop, 20-50 ml cairan salin atau Ringer dimasukkan kebagian ujung scope bronkoskop yang sudah diarahkan ke arah lesi
dan kemudian disedot. Tindakan ini diulang beberapa kali sampai di dapat jumlah sample 100-300 ml dengan tujuan mendapatkan material yang cukup dari alveolus.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan sitologi maupun pemeriksaan lainnya seperti pemeriksaan mikrobiologis.
24,29,30
Gambar 2. Contoh sampel BAL
24
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Gracia, dkk pada kasus TB yang dilakukan bronkoskopi membandingkan antara kultur dari BAL, bilasan bronkial dan
setelah bronkoskopi, dengan kesimpulan kultur BAL positif pada 9 53 dari 17
Universitas Sumatera Utara
kasus, kultur dari dahak setelah bronkoskopi positif pada 9 53 dari 17 kasus. Pada penelitian Baughman dkk mendapatkan 68 positif dari hapusan BAL, sedangkan
kulktur BAL 92 positif. Kennedy dkk, menemukan antara hasil kultur dari BAL dan kultur dahak setelah bronkoskopi yaitu 66 dari BAL dan 63 dari dahak.
23,29, 33
Penelitian yang dilakukan oleh Parwitasari Ririek dkk di RS. Dr. Soetomo Surabaya 2007 pada 23 orang yang telah diperiksa hapusan dahak dengan hasil
BTA negatif, dijumpai 8 orang 38 yang hasil hapusan cairan BAL dijumpai kuman BTA positif.
14
Dari beberapa penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa hapusan dan kultur dari BAL lebih unggul dibandingkan hapusan dan kultur dari bilasan bronkial ataupun
dari dahak setelah bronkoskopi. Conde dkk 2000 yang melakukan pemeriksaan bronkoskopi pada penderita
HIV dan non HIV yang diduga menderita TB, tidak menjumpai perbedaan yang bermakna saat dilakukan pemeriksaan hapusan dahak spontan yang di induksi dengan
pemeriksaan cairan BAL pada 202 peserta penelitian.
34
Penelitian oleh Kennedy, dkk 1992 pada pemeriksaan hapusan BTA cairan BAL pada penderita HIV dan non-HIV, dari 67 penderita HIV dan 45 non-HIV yang
di duga menderita TB paru, hasil pemeriksaan dahak spontan sebelum bronkoskopi tidak dijumpai kuman BTA, dijumpai basil pada 23 orang 34 hapusan dari BAL
menjadi positif pada penderita HIV, sedangkan pada non-HIV 20 44
33
Hendaknya sebelum dilakukan tindakan bronkoskopi kepada penderita diberikan informasi seperti prosedur, tujuan dan resiko tindakan bronkoskopi. Anemnesis
terhadap riwayat penyakit penderita perlu diketahui untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor risiko penyakit tertentu. Diperlukan juga pemeriksaan kardiopulmonal
dan foto toraks sebelum dilakukan tindakan bronkoskopi. Pemeriksaan seperti darah
Universitas Sumatera Utara
lengkap, kimia klinik darah, waktu pembekuan clotting time, prothrombin time, dan hitung platelet juga sebaiknya dilakukan. Sedangkan pemeriksaan faal koagulasi
diperlukan pada penderita yang memakai antikoagulan, dimana dijumpai adanya perdarahan aktif, penderita dengan kelainan darah, pada penderita dengan penyakit
hati, disfungsi ginjal, malabsorpsi, manutrisi atau kelainan pembekuan darah lainnya. Pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan sebelum dilakukan bronkoskopi ini
sifatnya tidak sama pada semua pasien. Analisa gas darah dan faal paru sebaiknya dikerjakan sebelum bronkoskopi
karena bronkoskopi dapat menyebabkan edema mukosa bronkial dan mempengaruhi hasil pemeriksaan faal paru.
Setiap penderita yang akan di bronkoskopi juga diminta untuk berpuasa tidak makan dan minum selama minimal 6 jam. dan selama bronkoskopi oksigenasi
jaringan harus selalu diobeservasi dengan pemeriksaan pulse oxymetri sebelum dan selama bronkoskopi.
23
Universitas Sumatera Utara
Sputum BTA SPS
KERANGKA KONSEP
- Gambaran Radiologis lesi luas, kavitas
- Jumlah Kuman : 5000-10000ml
Spesimen sampai ke alveolus Aspirasi dengan suction
BRONKOSKOPI BAL
TB Paru BTA +
BTA + BTA -
TB Paru - Gambaran Radiologis
lesi minimal, kavitas - - Jumlah Kuman : 5000ml
- Tidak bisa mengeluarkan dahak secara optimal
TB Paru BTA - Gejala Klinis
Radiologis
Bukan kuman mycobakterium
Jumlah kuman tidak adasedikit
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 DESAIN PENELITIAN
Rancangan penelitian adalah deskriptif observasional
3.2 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Instalasi Diagnostik Terpadu di RSUP. H. Adam Malik Medan dan SMF Departemen Mikrobiologi Klinik RSUP. H. Adam
Malik Medan selama 6 bulan
3.3 POPULASI DAN SAMPEL
Sampel adalah penderita yang dengan gejala klinis dan diduga TB paru dan gambaran radiologi dijumpai bercak yang minimal sampai dengan lesi yang
luas tetapi tidak dijumpai kuman BTA pada pemeriksaan sputum Sewaktu- Pagi-Sewaktu.
3.4 PERKIRAAN BESAR SAMPEL
Jumlah sampel dihitung berdasarkan rumus:
n = [Z ά √ Po Qo + Zβ √ Pa Qa ]
2
Pa – Po
2
Dimana: •
Z ά = nilai baku normal dari tabel Z yan nilainya tergantung dari nilai ά
untuk nilai ά 0,05, maka Zά = 1,96 •
Z β = nilai baku normal dari tabel Z yan nilainya tergantung dari nilai
β untuk nilai β 0,15, maka Zβ = 1,036
• Po = Proporsi penderita TB yang BTA negatif dengan pengecatan
cairan BAL BTA positif penelitian awal : •
nilainya adalah 44, dalam angka desimal adalah 0.44
Universitas Sumatera Utara