Hasil Bronkoskopi Serat Optik Lentur (BSOL) Menggunakan Teknik Bronchoalveolar Lavage (BAL) Pada Tuberkulosis Paru Dengan Hapusan Dahak Bakteri Tahan Asam (BTA) Negatif

(1)

HASIL BRONKOSKOPI SERAT OPTIK LENTUR (BSOL) MENGGUNAKAN

TEKNIK BRONCHOALVEOLAR LAVAGE (BAL) PADA

TUBERKULOSIS PARU DENGAN HAPUSAN DAHAK

BAKTERI TAHAN ASAM (BTA) NEGATIF

TESIS

Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Pendidikan Spesialisasi Di Bidang Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/ RSUP H. Adam Malik Medan

OLEH

ARJUNA WIJAYA

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I

DEPARTEMEN PULMONOLOGI & ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

TESIS

PPDS DEPARTEMEN PULMONOLOGI & ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA/

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN

1. Judul Penelitian : HASIL BRONKOSKOPI SERAT OPTIK LENTUR ( BSOL ) MENGGUNAKAN TEKNIK BRONCHO- ALVEOLAR LAVAGE (BAL) PADA TUBERKULOSIS PARU DENGAN HAPUSAN DAHAK BAKTERI TAHAN ASAM (BTA) NEGATIF 2. Nama Peneliti : Arjuna Wijaya

3. NIP : 19700108 200003 1 002 4. Pangkat/Golongan : Penata TK I/IIId

5. Fakultas : Kedokteran Universitas Sumatera Utara 6. Program Studi : Program Pendidikan Dokter Spesialis I Paru 7. Jangka Waktu : 6 (enam bulan)

8. Lokasi Penelitian : Ruang Rawat Paru RSUP HAM dan IDT 9. Pembimbing : Dr. H. Zainuddin Amir Sp.P(K)


(3)

(4)

PERNYATAAN

HASIL BRONKOSKOPI SERAT OPTIK LENTUR ( BSOL ) MENGGUNAKAN TEKNIK BRONCHOALVEOLAR LAVAGE (BAL) PADA TUBERKULOSIS PARU DENGAN HAPUSAN DAHAK BAKTERI TAHAN ASAM (BTA) NEGATIF

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Oktober 2011 Peneliti


(5)

Telah diuji pada :

Tanggal 20 September 2011

Panitia Penguji Tesis

Ketua : Dr. Hj. Amira Permatasari Tarigan, Sp.P Sekretaris : Dr. Noni Novisari Soeroso, Sp.P

Anggota Penguji : - Prof. Dr. H. Luhur Soeroso, Sp.P (K) - Prof. Dr. H. Tamsil Syafiuddin, Sp.P (K)

- Dr. H. Hilaluddin Sembiring, DTM & H, Sp.P (K) - Dr. Pantas Hasibuan , Sp.P (K)

- Dr. Pandiaman Pandia, Sp.P (K) - Dr. Bintang YM. Sinaga, Sp.P


(6)

ABSTRAK

Tuberkulosis (TB) masih merupakan masalah di dunia termasuk negara berkembang seperti Indonesia. Berbagai upaya untuk mendiagnosis TB telah banyak dilakukan baik pemeriksan serologi maupun kultur untuk mencari M. tuberculosis. Pemeriksaan hapusan dahak (sputum) spontan merupakan pemeriksaan standar untuk mendiagnosisTB paru, tetapi dengan sensitifitas ± 84%, terkadang pemeriksaan dahak spontan tidak menemukan kuman Bakteri Tahan Asam (BTA) yang ada pada M. tuberculosis. Di Poli DOTS TB di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada tahun 2009, dari 385 kasus TB paru baru dijumpai 54 (14,1%) penderita TB paru BTA negatif (–)

Tujuan penelitian ini ialah untuk meningkatkan kemampuan diagnostik penderita TB paru BTA negatif dengan mendapatkan kuman BTA dari hapusan spesimen yang didapat melalui bronkoskopi dengan teknik bronchoalveolar lavage (BAL) .Penelitian bersifat deskriptif observasional dilakukan di Instalasi Diagnostik Terpadu di RSUP. H. Adam Malik Medan dan SMF/ Departemen Mikrobiologi Klinik RSUP. H. Adam Malik Medan dari April 2010 sampai dengan November 2010. Didapatkan 26 pasien yang memenuhi kriteria inklusi. dengan jumlah penderita pria yang ditemukan lebih banyak (pria 65.4%, wanita 34.6%). Kebanyakan penderita berada pada kelompok usia 46-55 tahun dan dengan pendidikan menengah. Keluhan respirasi yang terbanyak adalah batuk darah pada 9 peserta penelitian ini ( 34.6% ) dan hanya 1 peserta yang mengeluhkan sesak nafas ( 3.8% ).

Kelainan radiologis yang terbanyak berupa gambaran bercak mengawan (infiltrat/ nodular) + lymphadenopaty pada 8 peserta (30.8%). Diagnosis awal sebagai suspek TB paru 22 orang (84.6%) dan efusi pleura pada 3 orang (11.5%) dan 1 peserta dengan pyopneumotoraks (3.8% ). Lokasi pengambilan sampel paling banyak dilakukan di lobus atas kanan pada 12 penderita (46.2%) .

Dari 26 orang peserta penelitian dijumpai hasil hapusan BTA dari bronchoalveolar lavage (BAL) tetap negatif pada 21 orang (80.8%) dan positif adalah 5 orang (19.2%) dengan gradasi BTA positif 1 Pada lima orang ini hanya 1 peserta didapati gambaran lumen dengan jumlah sekret yang produktif, sedang yang lain tidak disertai dengan sekret yang produktif.

Didapatkan 10 orang (38.5%) dengan gambaran hiperemis pada lumen bronkus dan gambaran normal bronkus pada 8 orang (30.8%). Dijumpai pada 1 orang penderita dengan massa di 1/3 proksimal trakea pada dinding posterior disertai stenosis edematous dengan mukosa hiperemis pada lobus bawah paru kanan.

Dari hasil yang didapat, menunjukkan perlunya tindakan BAL pada kasus yang disangka TB paru yang hasil pemeriksaan BTA nya negatif asal sesuai dengan prosedur/guidline dan dibenarkan dari segi akademis sehingga dari penelitian ini didapatkan diagnosa defenitif


(7)

CURICULUM VITAE DAN PENDIDIKAN

IDENTITAS

Nama : dr. Arjuna Wijaya Tempat/Tgl. Lahir : Medan, 8 Januari 1970 Agama : Kristen Protestan

Pekerjaan : Pegawai Negeri /PPDS Pulmonologi dan Ilmu Respirasi FK- USU

NIP : 19700108 200003 1 002

Alamat : Jl. Setia Budi Pasar I no 65A Tanjung Sari Medan

KELUARGA

Isteri : dr. Herna Hutasoit Sp.M

Anak : Simon Hadi Bangun

RIWAYAT PENDIDIKAN

SD Negeri 060891 Kota : Medan Tamat Tahun : 1982 SMP Negeri 8 Kota : Medan Tamat Tahun : 1985 SMA Negeri 1 Kota : Medan Tamat Tahun : 1988

FK-USU Kota : Medan Tamat Tahun : 1995

RIWAYAT PEKERJAAN

1. Dokter PTT Puskesmas Simundol Kecamatan Dolok Tapanuli Selatan 1996-1997 2. Dokter PTT Puskesmas Batang Pane II Kecamatan Halongonan Tapsel 1997-1999 3. Dokter PNS Puskesmas Munte Kecamatan Munte Kabupaten Karo 2000-2002 4. PPDS Pulmonologi dan Ilmu Respirasi FK-USU RS HAM 2003-sekarang

KEGIATAN ORGANISASI

1. Anggota IDI Cabang Karo, tahun 2000 s/d sekarang

2. Anggota muda Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Cabang Medan, tahun 2003 s/d sekarang

PARTISIPASI DALAM KEGIATAN ILMIAH :

1. Peserta KONKER PDPI VII di Padang Sumatera Barat tahun 2004 2. Peserta RESPINA di Jakarta tahun 2004

3. Peserta KONAS VIII di Solo Jawa Tengah tahun 2005

4. Oral prensentasi/Peserta KONKER X PDPI di Denpasar Bali tahun 2007 5. Peserta Konas XIPDPI di Bandung tahun 2008

6. Peserta PIK XII PDPI di Yogyakarta tahun 2009

7. Peserta Workshop of Interventional Bronchoschopy di Padang Panjang tahun 2009 8. Peserta Medan Respiratory Care Meeting Anually (MERCY) I di Medan tahun 2010


(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur dan terima kasih penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sebab berkat rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “ Hasil Bronkoskopi Serat Optik Lentur (BSOL) Menggunakan Teknik Bronchoalveolar Lavage (BAL) Pada Tuberkulosis Paru Dengan Hapusan Dahak Bakteri Tahan Asam (BTA) Negatif “ yang merupakan persyaratan akhir pendidikan keahlian di Departemen Ilmu Penyakit Paru dan Kedokteran Respirasi Universitas Sumatera Utara/ RSUP.H.Adam Malik Medan.

Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan penelitian ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak baik guru-guru yang penulis hormati, teman sejawat asisten Departemen Ilmu Penyakit Paru dan Kedokteran respirasi FK USU, paramedis dan nonmedis serta dorongan dari pihak keluarga. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

Prof.Dr.H.Luhur Soeroso SpP(K) sebagai ketua Departemen Ilmu Penyakit Paru dan Kedokteran Respirasi FK USU/ SMF Paru RSUP.H.Adam Malik Medan, yang dengan penuh kesabaran dan tiada henti-hentinya memberikan bimbingan ilmu pengetahuan, senantiasa menanamkan disiplin, ketelitian dan perilaku yang baik serta pola berpikir dan bertindak ilmiah, yang mana hal tersebut sangat berguna bagi penulis untuk masa yang akan datang. Terima kasih juga dalam hal membantu penulis dalam pelaksanaan pemeriksaan bronkoskopi pada pasien yang menjadi peserta penelitian ini.


(9)

Dr.Pantas Hasibuan SpP(K) sebagai Sekretaris Departemen Ilmu Penyakit Paru dan Kedoktern Respirasi FK USU/ SMF Paru RSUP.H.Adam Malik Medan, yang dengan penuh kesabaran telah banyak memberikan bimbingan dan nasihat selama penulis menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) di FK USU/ SMF Paru RSUP.H.Adam Malik Medan.

Dr.H.Zainuddin Amir SpP(K) / Ketua TKP PPDS FK USU yang senantiasa tiada jemunya berupaya menanamkan disiplin, ketelitian, berpikir dan berwawasan ilmiah serta dan sebagai pembimbing penulis yang dengan penuh kesabaran banyak memberikan bimbingan, motivasi, saran serta nasehat yang bermanfaat dalam penyempurnaan penulisan tesis ini sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini

Dr. Amira Permata Sari Sp.P, sebagai Pelaksana Ketua Program Studi Ilmu Penyakit Paru dan Kedokteran Respirasi yang banyak memberikan motivasi , nasehat dan masukan selama penulis menjalani pendidikan

Dr. Noni N Soeroso SpP sebagai sekretaris Program Studi Ilmu Penyakit Paru dan Kedokteran Respirasi yang telah banyak memberikan bantuan, masukan dan pengarahan selama penulis menjalani pendidikan, begitu juga membantu penulis dalam pelaksanaan pemeriksaan bronkoskopi pada pasien yang menjadi peserta penelitian ini.

Prof.Dr.Tamsil Syafiuddin SpP(K) sebagai Koordinator penelitian ilmiah Ilmu Penyakit Paru dan Kedokteran Respirasi dan Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia cabang Sumatera


(10)

Utara yang telah banyak memberikan dorongan, bimbingan, pengarahan dan masukan dalam rangka penyusunan dan penyempurnaan tulisan ini.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Dr. Hilaluddin Sembiring, DTM&H, SpP(K), yang dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan, pengarahan, motivasi, saran serta nasehat yang bermanfaat selama penulis menjalani pendidikan ini.

Prof.Dr.RS Parhusip SpP(K), (alm) Dr.Sumarli SpP(K), (alm) Dr.Sugito SpP(K), yang telah banyak memberikan bimbingan, nasihat, ilmu pengetahuan dan pengalaman klinis beliau selama mengabdi pada Departemen Ilmu Penyakit paru yang sangat berguna untuk penulis selama menjalani pendidikan ini.

Penghargaan dan ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr.Widi Rahardjo SpP(K), Dr.P.S.Pandia SpP(K) Dr.Fajrinur Syarani SpP(K), Dr.Usman SpP, Dr.Parluhutan Siagian SpP, Dr. Amira Permata Sari Sp.P, Dr. Bintang Y Sinaga, SpP, Dr.Setia Putra SpP, Dr. Ucok Martin SpP, Dr. Netty Yosefhin Damanik Sp.P , yang telah banyak memberikan bantuan, masukan dan pengarahan selama penulis menjalani pendidikan.

Drs.Abdul Jalil sebagai pembimbing statistik yang banyak memberikan bantuan, dukungan serta membuka wawasan penulis dalam bidang statistik.


(11)

Izinkanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Direktur RSUP.H.Adam Malik Medan, Direktur RS Materna, Kepala Departemen Kardiologi RSUP. H.Adam Malik Medan, Kepala Departemen Patologi Anatomi FK USU, Kepala Departemen Mikrobiologi FK USU yang telah memberikan kesempatan dan bimbingan kepada penulis selama menjalani pendidikan ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman sejawat peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Paru dan Kedokteran Respirasi FK USU, pegawai tata usaha, perawat/petugas poliklinik, ruang bronkoskopi, ruang rawat inap bagian paru, instalasi perawatan intensif, unit gawat darurat RSUP. H.Adam Malik Medan, perawat/ petugas di RS Tembakau Deli Medan, RSU Dr. Pirngadi Medan, BP4 Medan, RSU Materna Medan yang telah bekerja sama dan membantu penulis selama bertugas menjalani pendidikan ini.

Dengan rasa hormat dan terima kasih yang tiada terbalas penulis sampaikan kepada Ayahanda (alm) Drs. Hidup Bangun dan Ibunda (almh) Maria Sitepu yang telah membesarkan, mendidik dan memberi semangat sehingga akhirnya penulis dapat mengikuti pendidikan ini.

Rasa hormat dan terima kasih terhadap mertua penulis Bapak Alfred Hutasoit SH. Sp.N dan Ibu Dameria Silaban yang banyak memberikan bantuan, dukungan semangat dan doa selama penulis menjalani pendidikan ini. Rasa terima kasih juga penulis sampaikan kepada abang, kakak, adik dan ipar penulis. Demikian juga dengan istriku tercinta Dr. Herna Hutasoit Sp.M dan anakku tersayang Simon Hadi Bangun yang selalu setia dalam suka dan duka, penuh pengertian, kesabaran dan pengorbanannya kepada penulis selama menjalani pendidikan. Tiada kata yang dapat


(12)

diucapkan selain ungkapan rasa terima kasih dan penghargaan atas segala kesetiaan maupun dukungan kalian selama ini.

Akhirnya pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya atas segala kekurangan, kekhilafan dan kesalahan yang diperbuat selama ini. Semoga ilmu, keterampilan dan pembinaan kepribadian yang penulis dapatkan selama ini dapat bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa dan mendapat restu dari Tuhan Yang Maha Esa.

Medan, September 2011 Penulis


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... ix

Daftar Gambar ... x

Daftar Singkatan ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Definisi TB Paru ... 6

2.2 Epidemiologi TB Paru ... 6

2.3 Mycobacterium Tuberkulosis ... 7

2.4 Diagnosis TB Paru ... 7

2.5 Pemeriksaan Penunjang ………….. ……… 8

2.5.1 Pemeriksaan Bakteriologis ... 8

2.5.2 Pemeriksaan Radiologis ... 9

2.5.3 Pemeriksaan Khusus ... 10

2.5.4 Pemeriksaan Penunjang lain ... 11


(14)

2.6 Klasifikasi Tb Paru Berdasarkan Hasil

Pemeriksaan Dahak (BTA) ... 11

2.7 Bronkoskopi ... 14

2.8 Kerangka Konsep ... 20

BAB 3 METODE PENELITIAN ...21

3.1 Desain Penelitian ... 21

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 21

3.3 Populasi dan Sampel ... 21

3.4 Perkiraan Besar Sampel ... 21

3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 22

3.6 Cara Kerja ... 23

3.6.1. Kerangka Operasional ... 25

3.7. Identifikasi Variabel ... 26

3.8 Defenisi Operasional ... 26

3.8.1 TB Paru ... 26

3.8.2 Bronkoskopi ... 26

3.8.3 Bronchoalveolar Lavage ... 26

3.8.4 Pengecatan /DS cairan BAL ... 27

3.8.5 Batang Tahan Asam ... 27

3.9. Bahan dan Alat ... 28


(15)

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...29

4.1 Karakteristik Peserta Penelitian ... 29

4.2 Profil Keluhan Respirasi ... 31

4.3 Profil Kelainan Radiologis ... 31

4.4 Profil diagnosis awal peserta penelitian ... 32

4.5 Lokasi Sampel ... 33

4.6 Profil Hapusan Batang Tahan Asam (BTA) dari Bronchoaleolar Lavage (BAL) ... 33

4.7 Profil Gambaran Yang Tampak Dari Bronkoskopi ... 34

4.7 Pembahasan ... 35

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ...42

5.1 Kesimpulan ... 42

5.2 Saran ... 42

Daftar Pustaka ... 43 Lampiran :

• Persetujuan Komite Etika Penelitian Bidang Kesehatan

• Lembar Informasi dan Penjelasan Kepada Subjek Penelitian • Lembar Persetujuan Penderita

• Status Penelitian


(16)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 : Jumlah Kasus Baru TB Paru di Poli DOTS TB Rumah Sakit

Umum Pusat Haji Adam Malik Medan ... 2

Tabel 2 : ` Perbandingan Gambaran Radiologi dengan pemeriksaan mikrobiologi sputum pada penderita dengan dugaan TB di Bangalore India ... 10

Tabel 4.1 . Karakteristik peserta penelitian berdasarkan jenis kelamin ... 29

Tabel 4.2. Karakteristik peserta penelitian berdasarkan umur ... 30

Tabel 4.3. Karakteristik peserta penelitian berdasarkan tingkat pendidikan ... 30

Tabel 4.4. Karakteristik peserta penelitian berdasarkan pekerjaan ... 30

Tabel 4.5. Profil Keluhan Utama ... 31

Tabel 4.6. Profil Foto toraks ... 32

Tabel 4.7. Profil Diagnosis Awal ... 32

Tabel 4.8. Lokasi pengambilan sampel ... 33

Tabel 4.9. Profil Hapusan Batang Tahan Asam (BTA) dari Bronchoaleolar Lavage (BAL) ... 34

Tabel 4.10. Profil Gambaran Hasil Bronkoskopi ... 34


(17)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Bronkoskop Serat Optik Lentur (BSOL) ………...…...… 15 Gambar 2. Contoh sampel BAL……….………. 17


(18)

DAFTAR ISTILAH

BSOL : Bronkoskopi Serat Optik Lentur BAL : Bronchoalveolar lavage

HIV : Human immunodeficiency virus BTA : Bakteri Tahan Asam

DOTS : Directly observed of treatment shortcourse FOB : Fiber optic bronchoscopy

TB : Tuberkulosis

WHO : World health organization MTB : Mycobacteriumtuberculosis SPS : Sewaktu pagi sewaktu OAT : Obat anti tuberkulosis PA : Postero anterior

PCR : Polymerase chain reaction ICT : Imuno chromatography assay DNA : Deoxy ribonucleic acid

IUATLD : International union against tuberculosis EKG : Elektrokardiografi

AGDA : Analisa gas darah arteri ICU : Intensive care unit LAKA : Lobus Atas Kanan LAKI : Lobus Atas Kiri LMKA : Lobus Medius Kanan LBKA : Lobus Bawah Kanan


(19)

ABSTRAK

Tuberkulosis (TB) masih merupakan masalah di dunia termasuk negara berkembang seperti Indonesia. Berbagai upaya untuk mendiagnosis TB telah banyak dilakukan baik pemeriksan serologi maupun kultur untuk mencari M. tuberculosis. Pemeriksaan hapusan dahak (sputum) spontan merupakan pemeriksaan standar untuk mendiagnosisTB paru, tetapi dengan sensitifitas ± 84%, terkadang pemeriksaan dahak spontan tidak menemukan kuman Bakteri Tahan Asam (BTA) yang ada pada M. tuberculosis. Di Poli DOTS TB di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada tahun 2009, dari 385 kasus TB paru baru dijumpai 54 (14,1%) penderita TB paru BTA negatif (–)

Tujuan penelitian ini ialah untuk meningkatkan kemampuan diagnostik penderita TB paru BTA negatif dengan mendapatkan kuman BTA dari hapusan spesimen yang didapat melalui bronkoskopi dengan teknik bronchoalveolar lavage (BAL) .Penelitian bersifat deskriptif observasional dilakukan di Instalasi Diagnostik Terpadu di RSUP. H. Adam Malik Medan dan SMF/ Departemen Mikrobiologi Klinik RSUP. H. Adam Malik Medan dari April 2010 sampai dengan November 2010. Didapatkan 26 pasien yang memenuhi kriteria inklusi. dengan jumlah penderita pria yang ditemukan lebih banyak (pria 65.4%, wanita 34.6%). Kebanyakan penderita berada pada kelompok usia 46-55 tahun dan dengan pendidikan menengah. Keluhan respirasi yang terbanyak adalah batuk darah pada 9 peserta penelitian ini ( 34.6% ) dan hanya 1 peserta yang mengeluhkan sesak nafas ( 3.8% ).

Kelainan radiologis yang terbanyak berupa gambaran bercak mengawan (infiltrat/ nodular) + lymphadenopaty pada 8 peserta (30.8%). Diagnosis awal sebagai suspek TB paru 22 orang (84.6%) dan efusi pleura pada 3 orang (11.5%) dan 1 peserta dengan pyopneumotoraks (3.8% ). Lokasi pengambilan sampel paling banyak dilakukan di lobus atas kanan pada 12 penderita (46.2%) .

Dari 26 orang peserta penelitian dijumpai hasil hapusan BTA dari bronchoalveolar lavage (BAL) tetap negatif pada 21 orang (80.8%) dan positif adalah 5 orang (19.2%) dengan gradasi BTA positif 1 Pada lima orang ini hanya 1 peserta didapati gambaran lumen dengan jumlah sekret yang produktif, sedang yang lain tidak disertai dengan sekret yang produktif.

Didapatkan 10 orang (38.5%) dengan gambaran hiperemis pada lumen bronkus dan gambaran normal bronkus pada 8 orang (30.8%). Dijumpai pada 1 orang penderita dengan massa di 1/3 proksimal trakea pada dinding posterior disertai stenosis edematous dengan mukosa hiperemis pada lobus bawah paru kanan.

Dari hasil yang didapat, menunjukkan perlunya tindakan BAL pada kasus yang disangka TB paru yang hasil pemeriksaan BTA nya negatif asal sesuai dengan prosedur/guidline dan dibenarkan dari segi akademis sehingga dari penelitian ini didapatkan diagnosa defenitif


(20)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Penemuan Mycobacterium tuberculosis pada tahun 1882 oleh Robert Koch merupakan suatu momen yang sangat penting dalam penemuan dan pengendalian penyakit tuberkulosis, walaupun penyakit ini sudah dikenal sejak 8000 tahun sebelum tahun Masehi. Penemuan ini jelas merupakan pilar yang amat penting yang mengubah perjalanan kehidupan dan dunia kesehatan selanjutnya. 1

Saat ini sekitar 16 juta orang menunjukkan TB aktif, 8 juta orang merupakan kasus baru, diperkirakan 3 – 4 juta orang infeksius karena hapusan dahaknya positif. Setiap tahun 1,5 – 2 juta orang meninggal karena TB di seluruh dunia dan diperkirakan kematian karena TB terjadi setiap menit. Indonesia berada pada tempat ketiga terbesar jumlah penderita TB di dunia setelah India dan Cina dimana dijumpai 262.000 kasus baru dan sekitar 140.000 kematian karena TB setiap tahunnya. 2,3

Penyebab peningkatan TB paru di seluruh dunia adalah ketidakpatuhan terhadap program pengobatan, diagnosis, dan pengobatan yang tidak adekuat, migrasi, infeksi human immunodeficiency virus (HIV). Di Indonesia sebagian besar kasus TB paru tidak ditemukan secara keseluruhan dan dari kasus yang ditemukan tersebut,hanya sebagian kasus TB paru yang dijumpai basil tahan asam (BTA) 3,4

Dari data yang dilaporkan di Poli DOTS TB di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada tahun 2009, didapatkan 385 kasus TB paru baru dengan rincian penderita dengan BTA positif (+) atau BTA negatif(-) , yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini. 5


(21)

No TRI WULAN

TB PARU BTA (+) BARU

BTA NEGATIF FOTO TORAKS (+)

TOTAL

L P T L P T L P T

1 I 45 26 71 11 3 14 56 29 85 2 II 52 31 83 7 5 12 59 36 95 3 III 50 24 74 6 9 15 56 33 89 4 IV 77 26 103 7 6 13 84 32 116

TOTAL

224 107 331 31 23 54 225 130 385

85.9% 14.1% 100 %

Presentase BTA negatif (–) dari seluruh penderita TB paru baru yang datang ke poli DOTS TB RSUP Haji Adam Malik Medan adalah 14.1%

Untuk mendiagnosis TB paru bisa ditentukan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan bakteriologis, radiologis dan pemeriksaan penunjang lainnya. Dinegara-negara yang berkembang, seperti Indonesia, biasanya untuk menegakkan diagnosis TB paru berdasarkan hasil pemeriksaan dahak spontan. Pemeriksaan dengan cara ini, hanya bisa mendeteksi 50%-70% kasus TB paru. Dahak yang dikumpulkan pada pagi hari setelah bangun tidur adalah bahan spesimen pemeriksaan yang terbaik. Dan untuk mendapatkan hasil yang baik dibutuhkan minimal 3 kali pemeriksaan pada hari yang berlainan. 6,7,8

Tabel 1 : Jumlah Kasus Baru TB Paru di Poli DOTS TB Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada tahun 2009


(22)

Untuk mendiagnosis TB aktif sebaiknya melalui uji diagnostik yang sesuai dengan kriteria yang dianjurkan WHO, yakni simplicity and reproducibility (sederhana dan dapat diulang kembali setiap saat), speed (cepat dalam hitungan hari), low cost (tidak mahal), high specificity (spesifisitas tinggi), the ability to delimit contagious (kemungkinan penularan kecil), dan dapat memberikan data tentang kepekaan obat yang tersedia. Hingga sekarang belum ada pemeriksaan yang dapat memenuhi kriteria dimaksud. Pemeriksaan dahak spontan pada yang diduga penderita TB mempunyai sensitifitas yang rendah,. 7,8,9

Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan mikroskopis yang positif, yaitu dapat dilihat kuman BTA dibawah mikroskop, dibutuhkan jumlah kuman mikrobakterium yang banyak pada setiap sputum yang akan diperiksa, yaitu sekitar 5000-10000 kuman pada setiap mililiter dahak. 9,10,11

Setelah pemeriksaan hapusan dahak 3 kali tidak dijumpai kuman BTA, langkah selanjutnya untuk menegakkan diagnosis bisa dengan melakukan pemeriksaan bronkoskopi, dimana dapat dilakukan tindakan-tindakan seperti bilasan bronkus (washing), bronkoalveolar lavage (BAL) sikatan bronkus (brushing) dan lainnya untuk mendapatkan bahan pemeriksaan BTA. 7,9, 12

Penelitian yang dilakukan Danek dan Brower yang meneliti 41 penderita dengan hasil dahak BTA negatif, tetapi kultur dahak positif mycobacterium TB, dijumpai 14 orang (34%) hapusan BTA positif dari bilasan (washing) bronkoskopi, sedangkan kultur positif ditemukan pada 39 (95%) penderita. Hasil kultur dari spesimen dahak setelah bronkoskopi dijumpai positif terhadap 5 penderita yang pemeriksaan hapusan dahak hasilnya negatif. 13

Parwitasari Ririek dkk di RS. Dr. Soetomo Surabaya (2007) melakukan pemeriksaan bronkoskopi pada 21 orang yang telah diperiksa hapusan dahak dengan


(23)

hasil BTA negatif, dijumpai 8 orang (38%) yang hasil hapusan cairan BAL dijumpai kuman BTA positif. 14

Di Indonesia masih sedikit penelitian tentang peran bronkoskopi serat optik lentur (BSOL) menggunakan teknik bronchoalveolar lavage (BAL) mendiagnosis penderita TB paru dengan hapusan dahak BTA negatif, sehingga peneliti ingin mengetahui peranan bronkoskopi serat optik lentur (BSOL) menggunakan teknik bronchoalveolar lavage (BAL) mendiagnosis penderita TB paru dengan hapusan dahak BTA negatif di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

1.2 Rumusan Masalah.

Berdasarkan uraian latar belakang maka dapatlah dirumuskan permasalahannya : Seberapa besar peran tindakan bronkoskopi dengan teknik BAL menegakkan diagnosis TB pada penderita TB paru dengan BTA negatif pada pasien-pasien yang diperiksa di RSUP. H. Adam Malik Medan

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk meningkatkan kemampuan diagnostik penderita TB paru BTA negatif dengan mendapatkan kuman BTA dari hapusan spesimen yang didapat melalui bronkoskopi dengan teknik BAL

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan melakukan bronkoskopi menggunakan teknik BAL pada penderita TB paru dengan BTA negatif di pelayanan kesehatan yang mempunyai fasilitas alat bronkoskop, seperti RSUP H. Adam Malik Medan, maka Departemen Pulmonologi FK USU /RSUP H. Adam Malik Medan dapat menjadi tempat rujukan untuk


(24)

menegakkan diagnosis pada penderita dengan kecurigaan TB paru, dan dengan ditemukan kuman BTA positif pada cairan BAL, maka diagnosis, pengobatan dan program pemberantasan TB dapat dilakukan lebih baik.


(25)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Penemuan Mycobacterium tuberculosis pada tahun 1882 oleh Robert Koch merupakan suatu momen yang sangat penting dalam penemuan dan pengendalian penyakit tuberkulosis, walaupun penyakit ini sudah dikenal sejak 8000 tahun sebelum tahun Masehi. Penemuan ini jelas merupakan pilar yang amat penting yang mengubah perjalanan kehidupan dan dunia kesehatan selanjutnya. 1

Saat ini sekitar 16 juta orang menunjukkan TB aktif, 8 juta orang merupakan kasus baru, diperkirakan 3 – 4 juta orang infeksius karena hapusan dahaknya positif. Setiap tahun 1,5 – 2 juta orang meninggal karena TB di seluruh dunia dan diperkirakan kematian karena TB terjadi setiap menit. Indonesia berada pada tempat ketiga terbesar jumlah penderita TB di dunia setelah India dan Cina dimana dijumpai 262.000 kasus baru dan sekitar 140.000 kematian karena TB setiap tahunnya. 2,3

Penyebab peningkatan TB paru di seluruh dunia adalah ketidakpatuhan terhadap program pengobatan, diagnosis, dan pengobatan yang tidak adekuat, migrasi, infeksi human immunodeficiency virus (HIV). Di Indonesia sebagian besar kasus TB paru tidak ditemukan secara keseluruhan dan dari kasus yang ditemukan tersebut,hanya sebagian kasus TB paru yang dijumpai basil tahan asam (BTA) 3,4

Dari data yang dilaporkan di Poli DOTS TB di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada tahun 2009, didapatkan 385 kasus TB paru baru dengan rincian penderita dengan BTA positif (+) atau BTA negatif(-) , yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini. 5


(26)

No TRI WULAN

TB PARU BTA (+) BARU

BTA NEGATIF FOTO TORAKS (+)

TOTAL

L P T L P T L P T

1 I 45 26 71 11 3 14 56 29 85 2 II 52 31 83 7 5 12 59 36 95 3 III 50 24 74 6 9 15 56 33 89 4 IV 77 26 103 7 6 13 84 32 116

TOTAL

224 107 331 31 23 54 225 130 385

85.9% 14.1% 100 %

Presentase BTA negatif (–) dari seluruh penderita TB paru baru yang datang ke poli DOTS TB RSUP Haji Adam Malik Medan adalah 14.1%

Untuk mendiagnosis TB paru bisa ditentukan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan bakteriologis, radiologis dan pemeriksaan penunjang lainnya. Dinegara-negara yang berkembang, seperti Indonesia, biasanya untuk menegakkan diagnosis TB paru berdasarkan hasil pemeriksaan dahak spontan. Pemeriksaan dengan cara ini, hanya bisa mendeteksi 50%-70% kasus TB paru. Dahak yang dikumpulkan pada pagi hari setelah bangun tidur adalah bahan spesimen pemeriksaan yang terbaik. Dan untuk mendapatkan hasil yang baik dibutuhkan minimal 3 kali pemeriksaan pada hari yang berlainan. 6,7,8

Tabel 1 : Jumlah Kasus Baru TB Paru di Poli DOTS TB Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada tahun 2009


(27)

Untuk mendiagnosis TB aktif sebaiknya melalui uji diagnostik yang sesuai dengan kriteria yang dianjurkan WHO, yakni simplicity and reproducibility (sederhana dan dapat diulang kembali setiap saat), speed (cepat dalam hitungan hari), low cost (tidak mahal), high specificity (spesifisitas tinggi), the ability to delimit contagious (kemungkinan penularan kecil), dan dapat memberikan data tentang kepekaan obat yang tersedia. Hingga sekarang belum ada pemeriksaan yang dapat memenuhi kriteria dimaksud. Pemeriksaan dahak spontan pada yang diduga penderita TB mempunyai sensitifitas yang rendah,. 7,8,9

Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan mikroskopis yang positif, yaitu dapat dilihat kuman BTA dibawah mikroskop, dibutuhkan jumlah kuman mikrobakterium yang banyak pada setiap sputum yang akan diperiksa, yaitu sekitar 5000-10000 kuman pada setiap mililiter dahak. 9,10,11

Setelah pemeriksaan hapusan dahak 3 kali tidak dijumpai kuman BTA, langkah selanjutnya untuk menegakkan diagnosis bisa dengan melakukan pemeriksaan bronkoskopi, dimana dapat dilakukan tindakan-tindakan seperti bilasan bronkus (washing), bronkoalveolar lavage (BAL) sikatan bronkus (brushing) dan lainnya untuk mendapatkan bahan pemeriksaan BTA. 7,9, 12

Penelitian yang dilakukan Danek dan Brower yang meneliti 41 penderita dengan hasil dahak BTA negatif, tetapi kultur dahak positif mycobacterium TB, dijumpai 14 orang (34%) hapusan BTA positif dari bilasan (washing) bronkoskopi, sedangkan kultur positif ditemukan pada 39 (95%) penderita. Hasil kultur dari spesimen dahak setelah bronkoskopi dijumpai positif terhadap 5 penderita yang pemeriksaan hapusan dahak hasilnya negatif. 13

Parwitasari Ririek dkk di RS. Dr. Soetomo Surabaya (2007) melakukan pemeriksaan bronkoskopi pada 21 orang yang telah diperiksa hapusan dahak dengan


(28)

hasil BTA negatif, dijumpai 8 orang (38%) yang hasil hapusan cairan BAL dijumpai kuman BTA positif. 14

Di Indonesia masih sedikit penelitian tentang peran bronkoskopi serat optik lentur (BSOL) menggunakan teknik bronchoalveolar lavage (BAL) mendiagnosis penderita TB paru dengan hapusan dahak BTA negatif, sehingga peneliti ingin mengetahui peranan bronkoskopi serat optik lentur (BSOL) menggunakan teknik bronchoalveolar lavage (BAL) mendiagnosis penderita TB paru dengan hapusan dahak BTA negatif di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

1.2 Rumusan Masalah.

Berdasarkan uraian latar belakang maka dapatlah dirumuskan permasalahannya : Seberapa besar peran tindakan bronkoskopi dengan teknik BAL menegakkan diagnosis TB pada penderita TB paru dengan BTA negatif pada pasien-pasien yang diperiksa di RSUP. H. Adam Malik Medan

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk meningkatkan kemampuan diagnostik penderita TB paru BTA negatif dengan mendapatkan kuman BTA dari hapusan spesimen yang didapat melalui bronkoskopi dengan teknik BAL

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan melakukan bronkoskopi menggunakan teknik BAL pada penderita TB paru dengan BTA negatif di pelayanan kesehatan yang mempunyai fasilitas alat bronkoskop, seperti RSUP H. Adam Malik Medan, maka Departemen Pulmonologi FK USU /RSUP H. Adam Malik Medan dapat menjadi tempat rujukan untuk


(29)

menegakkan diagnosis pada penderita dengan kecurigaan TB paru, dan dengan ditemukan kuman BTA positif pada cairan BAL, maka diagnosis, pengobatan dan program pemberantasan TB dapat dilakukan lebih baik.


(30)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEFINISI TB PARU

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. 9

2.2. EPIDEMIOLOGI TB PARU

WHO menyatakan bahwa dari sekitar 1,9 milyar manusia, sepertiga penduduk dunia ini telah terinfeksi oleh kuman tuberkulosis. Pada tahun 1993 WHO juga menyatakan bahwa TB sebagai reemerging disease. Angka penderita TB paru di negara berkembang cukup tinggi, di Asia jumlah penderita TB paru berkisar 110 orang penderita baru per 100.000 penduduk.9,11,15

Hasil survey prevalensi TB di Indonesia tahun 2004 menunjukkan bahwa angka prevalensi TB BTA positif secara nasional 110 per 100.000 penduduk. Secara regional prevalensi TB BTA positif di Indonesia dikelompokkan dalam 3 wilayah, yaitu: 1. wilayah Sumatera angka prevalensi TB adalah 160 per 100.000 penduduk, 2. wilayah Jawa dan Bali angka prevalensi TB adalah 110 per 100.000 penduduk, 3. wilayah Indonesia Timur angka prevalensi TB adalah 210 per 100.000 penduduk. Khusus untuk propinsi DIY dan Bali angka prevalensi TB adalah 68 per 100.000 penduduk. Berdasar pada hasil survey prevalensi tahun 2004, diperkirakan penurunan insiden TB BTA positif secara Nasional 3-4 % setiap tahunnya. 9


(31)

2.3 Mycobacterium Tuberculosis

Kuman tuberkulosis berbentuk batang dengan ukuran 2-4 µ x 0,2-0,5µm, dengan bentuk uniform, tidak berspora dan tidak bersimpai. Dinding sel mengandung lipid sehingga memerlukan pewarnaan khusus agar dapat terjadi penetrasi zat warna. Yang lazim digunakan adalah pengecatan Ziehl-Nielsen. Kandungan lipid pada dinding sel menyebabkan kuman TB sangat tahan terhadap asam basa dan tahan terhadap kerja bakterisidal antibiotika.M.Tuberculosis mengandung beberapa antigen dan determinan antigenik yang dimiliki mikobakterium lain sehingga dapat menimbulkan reaksi silang. Sebagian besar antigen kuman terdapat pada dinding sel yang dapat menimbulkan reaksi hipersensitivitas tipe lambat.

Kuman TB tumbuh secara obligat aerob. Energi diperoleh dari oksidasi senyawa karbon yang sederhana. CO2 dapat merangsang pertumbuhan. Dapat tumbuh dengan suhu 30-40 0 C dan suhu optimum 37-380 C. Kuman akan mati pada suhu 600 C selama 15-20 menit. Pengurangan oksigen dapat menurunkan metabolisme kuman.1,3,9,16

2.4 Diagnosis TB Paru

TB paru sering menimbulkan gejala klinis yang dapat dibagi menjadi 2 yaitu gejala respiratorik dan gejala sistematik. Gejala respiratorik seperti batuk, batuk darah, sesak napas, nyeri dada, sedangkan gejala sistemik seperti demam, keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan dan malaise. 1,9,11,17

Gejala respiratorik ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luasnya lesi. Kadang pasien terdiagnosis pada saat medical check up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka


(32)

mungkin pasien tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi akibat adanya iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak keluar. 1,11

Pada awal perkembangan penyakit sangat sulit menemukan kelainan pada pemeriksaan fisik. Kelainan yang dijumpai tergantung dari organ yang terlibat. Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus superior terutama di daerah apeks dan segmen posterior. Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai antara lain suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru, diapragma dan mediastinum.,16,18

Untuk yang diduga menderita TB paru, diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari yaitu sewaktu pagi – sewaktu (SPS). Berdasarkan panduan program TB nasional, diagnosis TB paru pada orang dewasa ditegakkan dengan dijumpainya kuman TB (BTA). Sedangkan pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sesuai dengan indikasinya dan tidak dibenarkan dalam mendiagnosis TB jika diagnosis dibuat hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks. 9,11,18

2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG 2.5.1 Pemeriksaan Bakteriologis

Pemeriksaan bakteriologis untuk menemukan kuman TB mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Bahan untuk pemeriksaan bakteriologis ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura, bilasan bronkus, liquor cerebrospinal, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar, urin, faeces, dan jaringan biopsi. 3,9,19,20


(33)

2.5.2. Pemeriksaan Radiologis

Pemeriksaan rutin adalah foto toraks PA. Pemeriksaan atas indikasi seperti foto apikolordotik, oblik, CT Scan. Tuberkulosis memberikan gambaran bermacam-macam pada foto toraks. Gambaran radiologis yang ditemukan dapat berupa:

• bayangan lesi di lapangan atas paru atau segmen apikal lobus bawah • bayangan berawan atau berbercak

• Adanya kavitas tunggal atau ganda • Bayangan bercak milier

• Bayangan efusi pleura, umumnya unilateral

Destroyed lobe sampai destroyed lung

• Kalsifikasi • Schwarte. .3

Menurut Perhimpunan Dokter Paru Indonesia luasnya proses yang tampak pada foto toraks dapat dibagi sebagai berikut:3

- Lesi minimal (Minimal Lesion):

Bila proses tuberkulosis paru mengenai sebagian kecil dari satu atau dua paru dengan luas tidak lebih dengan volume paru yang terletak diatas chondrosternal junction dari iga kedua dan prosesus spinosus dari vertebra torakalis IV atau korpus vertebra torakalis V dan tidak dijumpai kavitas.

- Lesi luas (FarAdvanced):

Kelainan lebih luas dari lesi minimal

Penelitian di Bangalore, India yang melibatkan 2229 orang dengan gejala respiratorik dan sistemik (batuk 2 minggu atau lebih, nyeri dada, panas lebih dari 4


(34)

minggu dan batuk darah) yang kemudian dievaluasi secara radiologi (foto toraks) dan bakteriologi (hapusan dahak) menghasilkan tabel berikut :

Tabel 2 : Perbandingan Gambaran Radiologi dengan pemeriksaan mikrobiologi sputum pada penderita dengan dugaan TB di Bangalore India 21

Gambaran Radiologi Jumlah penderita Pemeriksaan mikrobiologi sputum

S+ S- S+ S-

C+ C+ C- C-

TB Selain TB Normal Total 227 304 1698 2229 122 8 - 130 20 4 8 32 4 1 10 15 81 291 1680 2052

S : Hapusan sputum, C : Kultur sputum

2.5.3. Pemeriksaan Khusus

Dalam perkembangan kini ada beberapa teknik baru yang dapat mendeteksi kuman TB seperti :

a. BACTEC: dengan metode radiometrik , dimana CO2 yang dihasilkan dari metabolisme asam lemak M.tuberculosis dideteksi growth indexnya.

b. Polymerase chain reaction (PCR) dengan cara mendeteksi DNA dari

M.tuberculosis, hanya saja masalah teknik dalam pemeriksaan ini adalah kemungkinan kontaminasi.


(35)

2.5.4. Pemeriksaan Penunjang Lain :

Seperti analisa cairan pleura dan histopatologi jaringan, pemeriksaan darah dimana LED biasanya meningkat, tetapi tidak dapat digunakan sebagai indikator yang spesifik pada TB. Di Indonesia dengan prevalensi yang tinggi, uji tuberkulin sebagai alat bantu diagnosis penyakit kurang berarti pada orang dewasa. Uji ini mempunyai makna bila didapatkan konversi, bula atau kepositifan yang didapat besar sekali. 3

2.6 Klasifikasi TB Paru

Dalam Klasifikasi TB Paru ada beberapa pegangan yang prinsipnya hampir bersamaan. PDPI membuat klasifikasi berdasarkan gejala klinis, radiologis dan hasil pemeriksaan bakteriologis dan riwayat pengobatan sebelumnya. Klasifikasi ini dipakai untuk menetapkan strategi pengobatan dan penanganan pemberantasan TB: 1. TB Paru BTA positif yaitu:

- Dengan atau tanpa gejala klinis - BTA positif mikroskopis +

mikroskopis + biakan + mikroskopis + radiologis + - Gambaran radiologis sesuai dengan TB Paru 2. TB Paru (kasus baru) BTA negatif yaitu:

- Gejala klinis dan gambaran radiologis sesuai dengan TB Paru aktip - Bakteriologis (sputum BTA): negatif, jika belum ada hasil tulis belum

diperiksa.


(36)

3. TB Paru kasus kambuh :

- Riwayat pengobatan OAT yang adekuat, gejala klinis dan gambaran radiologis sesuai dengan TB Paru aktif tetapi belum ada hasil uji resistensi.

4. TB Paru kasus gagal pengobatan :

- Gejala klinis dan gambaran radiologis sesuai dengan TB Paru aktif, pemeriksaan mikroskopis + walau sudah mendapat OAT, tetapi belum ada hasil uji resistensi.

5. TB Paru kasus putus berobat :

- Pada pasien paru yang lalai berobat 6. TB Paru kasus kronik yaitu:

- Pemeriksaan mikroskopis + , dilakukan uji resistensi. 3 .

2.6.1 Pengecatan dan Pembacaan Sediaan

Pewarnaan sediaan dengan metode Ziehl – Nielsen

Bahan – bahan yang diperlukan :

1. Botol gelas berwarna coklat berisi larutan Carbol Fuchsin 0,3% 2. Botol gelas berwarna coklat berisi akohol (HCl-Alcohol 3%) 3. Botol coklat berisi larutan Merhylen Blue 0,3%

4. Rak untuk pengecatan slide

5. Baskom untuk ditempatkan di bawah rak 6. Corong dengan kertas filter

7. Pipet 8. Pinset


(37)

9. Pengukur waktu (timer) 10. Api spiritus

11. Air yang mengalir berupa air ledeng atau botol berpipet berisi air. 12. Beberapa rak cadangan

Perwarnaan sediaan yang telah difiksasi, maksimum 12 slide. Antar sediaan harus ada jarak untuk mencegah terjadinya kontaminasi antar sediaan.

Cara Pewarnaan

1. Letakkan sediaan dahak yang telah difiksasi pada rak dengan hapusan dahak menghadap ke atas.

2. Teteskan larutan Carbol Fuchsin 0,3% pada hapusan dahak sampai menutupi seluruh permukaan sediaan dahak.

3. Panaskan dengan nyala api spiritus sampai keluar uap selama 3 – 5 menit. Zat warna tidak boleh mendidih atau kering. Apabila mendidih atau kering maka Carbol Fuchsin akan terbentuk kristal (partikel kecil) yang dapat terlihat seperti kuman TB

4. Singkirkan api spiritus, diamkan sediaan selama 5 menit.

5. Bilas sediaan dengan air mengalir pelan sampai zat warna yang bebas terbuang.

6. Teteskan sediaan dengan asam alkohol (HCl Alcohol 3%) sampai warna merah Fuchsin hilang

7. Bilas dengan air mengalir pelan

8. Teteskan larutan Methylen Blue 0,3% pada sediaan sampai menutupi seluruh permukaan

9. Diamkan 10 – 20 detik


(38)

11. Keringkan sediaan di atas rak pengering di udara terbuka (jangan dibawah sinar matahari langsung) 10

Pembacaan BTA

Hasil pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala IUATLD (Internasional Union Against Tuberculosis) sesuai rekomendasi WHO.

2.7 Bronkoskopi

Di negara-negara berkembang dengan kemampuan diagnostik yang terbatas, kasus-kasus TB paru pada daerah endemis dapat diberikan terapi empiris .Namun jika memungkinkan, diagnosis definitif sebaiknya tetap didapatkan. Jika hasil pemeriksaan bakteriologis tidak dijumpai kuman BTA, sedang dugaan yang mengarah ke diagnosis adanya TB paru sangat kuat maka selanjutnya tindakan bronkoskopi dapat menjadi langkah untuk menegakkan diagnostik. 6,22,

Bronkoskopi (bronkos = saluran napas, skopi = melihat) adalah tindakan pemeriksaan untuk menilai saluran napas penderita dengan alat bronkoskopi. 23,24

Pertama kali diperkenalkan penggunaan bronkoskopi kaku (berupa pipa logam) oleh Gustav Killian tahun 1897 dan kemudian dikembangkan oleh Chavalier Jackson dan putranya

Awalnya Gustav killian melakukan bronkoskopi dengan menggunakan laringoskop dan esofagoskop rigid, untuk mengambil benda asing pada bagian proksimal bronkus utama kanan. Pada tahun 1963, Dr. Shigeto Ikeda memperkenalkan Bronkoskopi Serat Optik Lentur (BSOL) (Gambar 2) yang tujuan utamanya adalah sebagai alat diagnostik. 24,25,26,27


(39)

Gambar 1. Bronkoskop Serat Optik Lentur (BSOL)26

Sejak akhir tahun 1960 an BSOL telah menggantikan bronkoskopi rigid sebagai alat untuk tindakan diagnostik dan terapeutik

Tindakan bronkoskopi merupakan tindakan yang invasif. Komplikasi dapat terjadi mulai pada saat premedikasi, saat tindakan bronkoskopi maupun sesudahnya. Berbagai komplikasi yang dapat terjadi antara lain:

• Kesulitan melakukan intubasi • Cedera pada trakea dan bronkus. • Perdarahan.

• Spasmus pada bronkus dan laring. • Aritmia:

o Sinus takikardia. o Aritmia yang serius.

o Aritmia yang mengancam jiwa. • Henti jantung.

• Pneumotoraks.

• Emfisema mediastinum. 23,26


(40)

Pasien yang akan dilakukan tindakan bronkoskopi umumnya diberikan premedikasi dengan obat antikolinergik seperti atropine atau glikopirolat untuk mengurangi resiko reaksi vasovagal (bradikardi) dan mengurangi sekresi jalan napas. Diikuti dengan pemberian anestesi lokal pada saluran napas atas, laring dan percabangan tracehobronkial secara topikal dan inhalasi dan secara bronkoskopi dengan instilasi lidokain. 22,28

Tindakan pada bronkoskopi terdiri dari bronchoalveolar lavage (BAL), bronchial washing (bilasan bronkus), bronchial brushing (sikatan bronkus), transbronchial biopsy (biopsi transbronkial) dan postbronchoscopy sputum collection (kumpulan dahak selama 24 jam setelah bronkoskopi 24,29

Kegunaan bonkoskopi dalam mendiagnosis TB adalah :

1. Bisa dilakukan pada penderita yang tidak dapat mengeluarkan dahak secara spontan

2. Merupakan cara mendapatkan diagnosis dengan cepat (melalui hapusan langsung ataupun histopatologi).

Tetapi bronkoskopi juga mempunyai beberapa kelemahan yaitu memerlukan biaya yang lebih besar dibandingkan dahak spontan dan induksi, serta kemungkinan adanya penularan pada pekerja kesehatan (operator bronkoskopi) 24

Gambaran yang dijumpai pada TB yang dapat dilihat melalui bronkoskopi adalah inflamasi endobronkial dan didapati juga pembesaran kenjar limfe. Kelainan yang dijumpai bisa berupa pembengkakkan mukosa, sekresi purulen atau darah, terkadang granuloma, ulserasi pada percabangan bronkus atau segmen. Gambaran inflamasi yang terjadi pada TB ini bisa kembali normal dengan kemoterapi atau berubah menjadi jaringan parut (bronchial scarring) dan bisa pula menjadi stenosis kontraktif.,29,30,31,32


(41)

2.7.1 Bronchoaveolar Lavage (BAL)

Tindakan BAL adalah salah satu teknik pengambilan sampel pada saat tindakan bronkoskopi berlangsung. Tindakan BAL ditujukan untuk mengambil spesimen yang berada pada ujung saluran nafas (alveolus) yang terkadang sudah mengendap. Cairan yang didapat dari tindakan BAL ini sangat berguna karena dapat digunakan untuk pemeriksaan mikrobiologi (hapusan BTA dan kultur mycobacterium tuberculosis), , jumlah sel dan diferensiasi, penyakit infeksi oportunistik pada penderita immuno-compromised, tumor paru dan interstitial lung diseases, gambaran alveolar proteinosis, gambaran terpapar debu seperti badan asbestos, silika, dan sel ganas.28,32

Melalui saluran yang ada pada bronkoskop, 20-50 ml cairan salin atau Ringer dimasukkan kebagian ujung (scope) bronkoskop yang sudah diarahkan ke arah lesi dan kemudian disedot. Tindakan ini diulang beberapa kali sampai di dapat jumlah sample 100-300 ml dengan tujuan mendapatkan material yang cukup dari alveolus. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan sitologi maupun pemeriksaan lainnya seperti pemeriksaan mikrobiologis. 24,29,30

Gambar 2. Contoh sampel BAL24

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Gracia, dkk pada kasus TB yang dilakukan bronkoskopi membandingkan antara kultur dari BAL, bilasan bronkial dan setelah bronkoskopi, dengan kesimpulan kultur BAL positif pada 9 (53%) dari 17


(42)

kasus, kultur dari dahak setelah bronkoskopi positif pada 9 (53%) dari 17 kasus. Pada penelitian Baughman dkk mendapatkan 68% positif dari hapusan BAL, sedangkan kulktur BAL 92% positif. Kennedy dkk, menemukan antara hasil kultur dari BAL dan kultur dahak setelah bronkoskopi yaitu 66% dari BAL dan 63% dari dahak. 23,29, 33

Penelitian yang dilakukan oleh Parwitasari Ririek dkk di RS. Dr. Soetomo Surabaya (2007) pada 23 orang yang telah diperiksa hapusan dahak dengan hasil BTA negatif, dijumpai 8 orang (38%) yang hasil hapusan cairan BAL dijumpai kuman BTA positif. 14

Dari beberapa penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa hapusan dan kultur dari BAL lebih unggul dibandingkan hapusan dan kultur dari bilasan bronkial ataupun dari dahak setelah bronkoskopi.

Conde dkk (2000) yang melakukan pemeriksaan bronkoskopi pada penderita HIV dan non HIV yang diduga menderita TB, tidak menjumpai perbedaan yang bermakna saat dilakukan pemeriksaan hapusan dahak spontan yang di induksi dengan pemeriksaan cairan BAL pada 202 peserta penelitian. 34

Penelitian oleh Kennedy, dkk (1992) pada pemeriksaan hapusan BTA cairan BAL pada penderita HIV dan non-HIV, dari 67 penderita HIV dan 45 non-HIV yang di duga menderita TB paru, (hasil pemeriksaan dahak spontan sebelum bronkoskopi tidak dijumpai kuman BTA), dijumpai basil pada 23 orang (34%) hapusan dari BAL menjadi positif pada penderita HIV, sedangkan pada non-HIV 20 (44%)33

Hendaknya sebelum dilakukan tindakan bronkoskopi kepada penderita diberikan informasi seperti prosedur, tujuan dan resiko tindakan bronkoskopi. Anemnesis terhadap riwayat penyakit penderita perlu diketahui untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor risiko penyakit tertentu. Diperlukan juga pemeriksaan kardiopulmonal dan foto toraks sebelum dilakukan tindakan bronkoskopi. Pemeriksaan seperti darah


(43)

lengkap, kimia klinik darah, waktu pembekuan (clotting time), prothrombin time, dan hitung platelet juga sebaiknya dilakukan. Sedangkan pemeriksaan faal koagulasi diperlukan pada penderita yang memakai antikoagulan, dimana dijumpai adanya perdarahan aktif, penderita dengan kelainan darah, pada penderita dengan penyakit hati, disfungsi ginjal, malabsorpsi, manutrisi atau kelainan pembekuan darah lainnya. Pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan sebelum dilakukan bronkoskopi ini sifatnya tidak sama pada semua pasien.

Analisa gas darah dan faal paru sebaiknya dikerjakan sebelum bronkoskopi karena bronkoskopi dapat menyebabkan edema mukosa bronkial dan mempengaruhi hasil pemeriksaan faal paru.

Setiap penderita yang akan di bronkoskopi juga diminta untuk berpuasa (tidak makan dan minum) selama minimal 6 jam. dan selama bronkoskopi oksigenasi jaringan harus selalu diobeservasi dengan pemeriksaan pulse oxymetri sebelum dan selama bronkoskopi. 23


(44)

Sputum BTA (SPS)

KERANGKA KONSEP

- Gambaran Radiologis lesi luas, kavitas - Jumlah Kuman : 5000-10000/ml

Spesimen sampai ke alveolus Aspirasi dengan suction

BRONKOSKOPI (BAL) TB Paru BTA (+)

BTA (+) BTA (-)

TB Paru

- Gambaran Radiologis lesi minimal, kavitas (-) - Jumlah Kuman : < 5000/ml - Tidak bisa mengeluarkan dahak secara optimal

TB Paru BTA (-)

Gejala Klinis Radiologis

Bukan kuman mycobakterium Jumlah kuman tidak ada/sedikit


(45)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 DESAIN PENELITIAN

Rancangan penelitian adalah deskriptif observasional

3.2 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Instalasi Diagnostik Terpadu di RSUP. H. Adam Malik Medan dan SMF/ Departemen Mikrobiologi Klinik RSUP. H. Adam Malik Medan selama 6 bulan

3.3 POPULASI DAN SAMPEL

Sampel adalah penderita yang dengan gejala klinis dan diduga TB paru dan gambaran radiologi dijumpai bercak yang minimal sampai dengan lesi yang luas tetapi tidak dijumpai kuman BTA pada pemeriksaan sputum Sewaktu-Pagi-Sewaktu.

3.4 PERKIRAAN BESAR SAMPEL

Jumlah sampel dihitung berdasarkan rumus:

n = [Zά√ Po Qo + Zβ√ Pa Qa ]2

( Pa – Po )2

Dimana:

• Zά = nilai baku normal dari tabel Z yan nilainya tergantung dari nilai ά  untuk nilai ά 0,05, maka Zά = 1,96

• Z β = nilai baku normal dari tabel Z yan nilainya tergantung dari nilai β untuk nilai β 0,15, maka Zβ = 1,036

• Po = Proporsi penderita TB yang BTA negatif dengan pengecatan cairan BAL BTA positif /penelitian awal :


(46)

• Qo = 1 – Po = 1 – 0,44 = 0,56

• Pa = Proporsi penderita TB yang BTA negatif dengan pengecatan cairan BAL BTA positif /penelitian terakhir

• nilainya adalah 38%, dalam angka desimal adalah 0,38 • Qa = 1 – Pa = 1 – 0,38 = 0,62

• Pa – Po adalah selisih proporsi yang diinginkan oleh peneliti, diambil nilainya adalah 10 %, dalam angka desimal adalah 0,10.

n = [1,96 √ (0,44) (0,56) + 1,036 √ (0,38) (0,62) ]2 ( 0,10)2

n= 26,2 ≈ 26

Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 26 orang

3.5 KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI

3.5.1 Kriteria inklusi :

1. Penderita disangka TB paru yang berusia lebih dari 17 tahun hingga 65 tahun

2. Memenuhi persyaratan untuk dilakukan tindakan bronkoskopi 3. Hasil pemeriksaan 3 kali hapusan dahak spontan negatif (SPS). 4. Gambaran foto toraks menunjukkan gambaran TB paru.

5. Bersedia mengikuti penelitian dan menandatangani informed consent.

3.5.2 Kriteria eksklusi

1. Tidak bersedia ikut dalam pemilihan

2. Penderita yang tidak memenuhi syarat bronkoskopi yaitu menderita : A. Penyakit jantung (recent myocard infark, unstable angina, unstable


(47)

B. Penyakit paru yang berat (hipoksemia berat walau telah diberi oksigen maksimal, hipoventilasi dengan hiperkapnea, bronkospasme berat atau asma tidak stabil), kondisi neurologi (kejang, peningkatan tekanan intrakranial, gelisah) atau

C. Keadaan seperti perdarahan, trombositopenia atau disfungsi platelet anemia berat, sirosis dengan hipertensi portal dan uremia.

3. Penderita yang gambaran radiologis menunjukkan penyakit paru lainnya misalnya tumor paru.

4. Penderita dengan kehamilan

5. Penderita yang pernah mendapat terapi OAT lebih dari 2 minggu.

3.6. CARA KERJA

Semua penderita yang disangka TB paru yang sudah ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisik dan foto toraks dilakukan pemeriksaan dahak spontan sebanyak 3 kali (sewaktu, pagi, sewaktu) di laboratorium Mikrobiologi Klinik RSUP. H. Adam Malik Medan dan di laboratorium DOTS Poli Paru Jika hasil dari pemeriksaan dahak spontan 3 kali BTA negatif, maka penderita dipersiapkan untuk tindakan bronkoskopi, yaitu dilakukan pemeriksaan darah lengkap, fungsi hati, fungsi ginjal, faal hemostasis, faal paru dan elektrokardiografi.

Setelah memenuhi syarat maka penderita dijadwalkan untuk bronkoskopi dan BAL.

Bronkoskopi dilakukan di ruang Bronkoskopi IDT oleh Supervisor

Bronkoskopi diarahkan sesuai dengan lesi di foto torak dan dilakukan tindakan BAL di daerah lesi dan sekitarnya dimana melalui saluran yang ada pada bronkoskop, 20-50 ml cairan salin dimasukkan kebagian ujung (scope)


(48)

bronkoskop yang sudah diarahkan ke arah lesi dan kemudian disedot. Tindakan ini diulang beberapa kali sampai di dapat jumlah sample 100-300 ml

Cairan BAL yang dikumpulkan ini kemudian diproses di laboratorium Mikrobiologi Klinik RSUP. H. Adam Malik Medan dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan hapusan BTA. Kelainan yang tampak dari bronkoskopi juga dicatat untuk menjadi data hasil penelitian..


(49)

Sputum BTA (SPS)

3.6.1.KERANGKA OPERASIONAL

Gejala Klinis TB Paru

Lakukan pemeriksaan penunjang laboratorium, faal paru, rekam jantung

Foto Toraks yang mengarah TB paru

TB Paru BTA (-) TB Paru BTA (+)

Bronkoskopi (BAL) Sesuai dengan arah lesi pada

foto toraks

BTA DS (+) BTA DS (-)

TERAPI

ANALISA /STUDI

kriteria eksklusi kriteria inklusi


(50)

3.7. IDENTIFIKASI VARIABEL

Penelitian ini menggunakan varibel bebas dan variabel tergantung. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemeriksaan bronkoskopi serat optik lentur (BSOL) menggunakan teknik bronchoalveolar lavage (BAL) , sedang variabel tergantung adalah kuman BTA

3.8. DEFINISI OPERASIONAL

3.8.1 TB Paru BTA negatif

Penderita yang disangka TB paru adalah setiap individu dengan batuk produktif selama 2-3 minggu atau lebih yang tidak dapat dipastikan penyebabnya bisa juga'disertai gejala respiratorik lainnya seperti batuk darah, sesak napas dan nyeri dada dan didapati juga gejala seperti gejala sistemik seperti demam, keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan dan malaise. Gambaran foto toraks menunjukkan adanya lesi dengan kecurigaan TB seperti bayangan berawan di segmen apikal dan posterior lobus atas dari segmen superior lobus bawah, atau dijumpai kavitas, atau bayangan bercak milier dan hasil pemeriksaan mikrobiologi SPS negatif

3.8.2 Bronkoskopi

Bronkoskopi adalah tindakan diagnostik dan terapi yang dapat melihat secara langsung lumen trakeobronkial dengan bantuan suatu alat optik khusus yang disebut bronkoskop.

3.8.3 Bronchoalveoar Lavage

Bronchoalveolar lavage (BAL) adalah instilasi larutan -:normal salin yang steril, sebanyak 20-50 ml dimasukkan ke bagian distal ruang udara melalui bronkoskop dan kemudian aspirasi dilakukan melalui instrumen yang dihubungkan dengan penghisap (suction).


(51)

3.8.4. Pengecatan ( Direct Smear) cairan BAL

Cairan hasil BAL adalah bahan /spesimen yang berasal dari bronkus yang bercampur dengan cairan steril. Bahan yang dikumpulkan dalam wadah ini adalah bahan yang memenuhi persyaratan tertentu ( tidak terkontaminasi, volume nya cukup dan telah melalui pengamatan bahan spesimen seperti warna, konsentrasi cairan dan lain-lain. Semua bahan/cairan ini dimasukkan ke dalam tabung centrifuge sebanyak-banyaknya dan diputar dengan kecepatan 3000 G selama 15 menit yang tujuannya agar tercapai suspensi sedimen dari cairan BAL. Setelah didiamkan selama 15 menit maka akan terbentuk bahan terkonsentrasi (supernatant) dari sediment cairan BAL dan sediment ini diproses lagi melalui teknik fortex 2-5 menit sehingga didapat bahan sediment yang benar-benar homogen. 100 mikroliter bahan spesimen ini diperiksa dengan metode Ziehl- Nielsen dan diperiksa dibawah mikroskop untuk melihat BTA

3.8.5 Batang Tahan Asam (BTA)

Batang Tahan Asam (BTA) adalah kuman Mycobacterium tuberculosis yang menyebabkan TB paru. Dijumpai pada dahak dan saluran pernafasan penderita TB paru. Dengan pengecatan dengan metode Ziehl-Nielsen akan tampak berbentuk batang berwarna kemerahan dibawah mikroskop cahaya. Pembacaan sediaan dahak menggunakan Skala IUATLD sebagai berikut: 1) Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang disebut negatif.

2) Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang ditulis jumlah kuman yang ditemukan.


(52)

4) Ditemukan 1 -10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut +2 5) Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut +3 .

3.9. BAHAN DAN ALAT

Bahan dan alat yang dipergunakan pada penelitian ini :

1. Bronkoskopi serat optik lentur 2 buah : Pentax EB 1570 K 2.0 dan Pentax 1978 K 2.8.

2. NaCL 0.9 % 3. Spuit 20 cc. 4. Sarung tangan.

5. Media tempat meletakkan cairan. 6. Cairan Bronchoalveolar bronkoskopi.

3.10. MANAJEMEN DAN ANALISIS DATA

Data yang dikumpulkan diolah dengan statistik deskriptif observasional serta disajikan dalam bentuk table / grafik


(53)

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan pada penderita yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang dimulai dari bulan April sampai November 2010.

Peserta penelitian ini adalah penderita TB paru yang hasil pemeriksaan sputum SPS negatif sebanyak 26 orang penderita yang berasal dari di ruang rawat inap paru Rumah Sakit H. Adam Malik Medan.

Hasil penelitian adalah sebagai berikut.

4.1. Karakteristik Peserta Penelitian

Berdasarkan karakteristik jenis kelamin peserta penelitian didapatkan bahwa

jumlah laki-laki lebih banyak (65.4%) dibandingkan jumlah perempuan ( 34.6%) dengan rasio 1.92 : 1 ( Tabel 4.1)

Tabel 4.1. Karakteristik peserta penelitian berdasarkan jenis kelamin. Jenis kelamin Jumlah Penderita Persentase

Pria 17 65.4% Perempuan 9 34.6% Jumlah 26 100%

Berdasarkan karakteristik umur peserta penelitian didapatkan umur yang paling sering adalah pada kelompok umur 46-55 tahun sebanyak 7 orang ( 27.0 %) dengan umur termuda 17 tahun dan umur tertua 65 tahun ( Tabel 4.2 ). Rata-rata umur peserta penelitian adalah 41,69 ± 19.02 tahun


(54)

Tabel 4.2. Karakteristik peserta penelitian berdasarkan umur.

Kelompok umur Jumlah Penderita Persentase 17 - 25 5 19.2 % 26 - 35 5 19.2 % 36 – 45 4 15.4 % 46 – 55 7 27.0% 56 – 65 5 19.2% Jumlah 26 100%

Berdasarkan tingkat pendidikan peserta penelitian dijumpai tingkat pendidikan menengah merupakan yang paling banyak sebesar 69.3%. Sementara itu pendidikan sarjana hanya sebagian kecil yakni 7.70% ( Tabel 4.3)

Tabel 4.3. Karakteristik peserta penelitian berdasarkan tingkat pendidikan Tingkat Pendidikan Jumlah Penderita Persentase SD 3 11.5% SMP 3 11.5%

SMA 18 69.3%

Sarjana 2 7.7%

Jumlah 26 100%

Berdasarkan karakteristik pekerjaan didapati bahwa peserta penelitian yang

bekerja wiraswasta umumnya lebih tinggi (30.8%) dan yang PNS/Pensiunan hasilnya rendah (7.70%) yang bisa dilihat pada Tabel 4.4

Tabel 4.4. Karakteristik peserta penelitian berdasarkan pekerjaan Pekerjaan Jumlah Penderita Persentase IRT 6 23.1%

Buruh 3 11.5%

Bertani 4 15.4% Wiraswasta 8 30.8% PNS/Pensiunan 2 7.7%

Mahasiswa 3 11.5%


(55)

4.2. Profil Keluhan Respirasi

Keluhan respirasi umumnya dikeluhkan secara bersamaan. Karena keluhan respiratorius yang dialami cukup bervariasi, maka keluhan batuk, batuk darah, nyeri dada dan sesak nafas ditempatkan menjadi kelompok keluhan utama pada peserta penelitian ini. Keluhan utama batuk darah dijumpai paling banyak pada peserta penelitian ini (34.6%) dan nyeri dada dijumpai pada 1 orang peserta (3.8%)

Tabel 4.5. Profil Keluhan Utama

Keluhan Utama Jumlah Penderita Persentase Batuk 8 30.8% Batuk darah 9 34.6%

Sesak nafas 8 30.8%

Nyeri dada 1 3.8% Jumlah 26 100%

4.3. Profil Kelainan Radiologis

Sebanyak 26 penderita yang menjadi peserta penelitian ini mempunyai kelainan foto toraks curiga TB dengan hasil BTA DS adalah negatif. Kelainan foto toraks yang dijumpai sangat bervariasi, yang ditunjukkan dalam tabel dibawah ini. Dari Tabel 4.6 dapat dilihat kelainan foto toraks yang dijumpai sangat bervariasi, dimana gabungan gambaran bercak mengawan (infiltrat/nodular) disertai lymphadenopaty adalah gambaran yang paling sering sebanyak 8 peserta (30.8%) , sedang gambaran atelektasis, gambaran bercak mengawan (infiltrat/nodular) disertai gambaran hidropneumotoraks dan gambaran bercak mengawan (infiltrat/nodular) disertai kavitas dan kalsifikasi didapati masing-masing pada 1 peserta (3.8%)


(56)

Tabel 4.6. Profil Foto toraks

Jenis Kelainan Jumlah Penderita Persentase bercak mengawan (infiltrat/ 3 11.5%

nodular)

atelektasis 1 3.8%

bercak mengawan (infiltrat/ 7 27.1% nodular) + Kavitas

bercak mengawan (infiltrat/ 8 30.8% nodular) + Lymphadenopaty

bercak mengawan (infiltrat/ 3 11.5% nodular) + Efusi pleura

bercak mengawan (infiltrat/ 1 3.8% nodular) + Hidropneumotoraks

bercak mengawan (infiltrat/ 1 3.8% nodular) + Kavitas + Kalsifikasi

bercak mengawan (infiltrat/ 2 7.7% nodular) + Kavitas + Lymphadenopaty

Jumlah 26 100%

4.4. Profil diagnosis awal peserta penelitian

Pada 26 peserta yang ikut pada penelitian ini yang mempunyai keluhan respirasi, kelainan foto toraks curiga TB dengan hasil BTA DS adalah negatif, ditegakkanlah diagnosis awal sebagai suspek TB paru (84.7%), efusi pleura yang disebabkan suspek TB paru (11.5%) dan Pyopneumotoraks disebabkan TB paru (3.8%) yang mana dapat dilihat pada Tabel 4.7 dibawah ini.

Tabel 4.7. Profil Diagnosis Awal

Diagnosis awal Jumlah Penderita Persentase Suspek TB paru 22 84.7% Efusi pleura disebabkan Suspek TB paru 3 11.5% Pyopneumotoraks disebabkan Suspek 1 3.8% TB paru

Jumlah 26 100%


(57)

4.5. Lokasi Sampel

Lokasi pengambilan sampel ditentukan berdasarkan letak kelainan yang tampak di foto toraks penderita. Dengan gambaran kelainan yang sangat bervariasi, cairan Nacl yang diinstilasikan disesuaikan ke arah gambaran lesi dimana bisa hanya pada satu lobus paru saja, dan bisa juga ke lebih satu lobus paru. Lokasi pengambilan sampel ditunjukkan dalam tabel dibawah ini. Dari Tabel 4.8. dapat dilihat lokasi pengambilan sampel paling banyak di lobus atas kanan pada 12 penderita (46.2%), serta 1 penderita (3.8%) yang diinstlasikan cairan Nacl pada Lobus Atas Kanan dan Kiri .

Tabel 4.8. Lokasi pengambilan sampel

Lokasi Jumlah Penderita Persentase LAKA 12 46.2 %

LAKA + LMKA 4 15.4 %

LMKA+LBKA 4 15.4 % LBKA 1 3,8 % LAKI 4 15.4%

LAKA+LAKI 1 3,8 % Jumlah 26 100%

Ket: LAKA : Lobus Atas Kanan LAKI : Lobus Atas Kiri

LMKA : Lobus Medius Kanan LBKA : Lobus Bawah Kanan

4.6. Profil Hapusan Batang Tahan Asam (BTA) dari Bronchoaleolar Lavage

(BAL)

Sebanyak 26 penderita yang menjadi peserta penelitian ini telah menjalani pemeriksan hapusan dahak dengan hasil BTA negatif (-). Hasil hapusan BTA dari yang dibronkoskopi akhirnya didapatkan :

• Hasil hapusan BTA dari bronchoalveolar lavage (BAL) tetap negatif adalah 21 orang (80.8%).


(58)

• Hasil hapusan BTA dari bronchoalveolar lavage (BAL) menjadi positif adalah 5 orang (19.2 %) dengan gradasi BTA + (positif 1)

Tabel 4.9. Profil Hapusan Batang Tahan Asam (BTA) dari Bronchoalveolar Lavage (BAL)

BTA BAL Jumlah Penderita Persentase

positif 5 19.2%

negatif 21 80.8% Jumlah 26 100%

4.7. Profil Gambaran Yang Tampak Dari Bronkoskopi

Pada 26 peserta yang ikut pada penelitian ini dijumpai 10 orang dengan gambaran hiperemis (38.5%) pada saat bronkoskopi dilaksanakan, disamping adanya dijumpai gambaran normal bronkus pada 8 orang (30.8%), 4 orang dengan sekret yang produktif (15.4%), gumpalan darah 3 orang (11.5%) dan pada 1 peserta penelitian tampak gambaran massa di trakea serta mukosa hiperemis dan stenosis edematous pada lobus bawah paru kanan (tumor trakea dengan TB paru)

Tabel 4.10. Profil Gambaran Hasil Bronkoskopi

Kelainan Jumlah Penderita Persentase Hiperemis 10 38.5% Sekret 4 15.4 % Darah 3 11.5% Massa (di trakea) dan stenosis

edematous lobus bawah paru kanan 1 3,8 % Normal 8 30.8% Jumlah 26 100%


(59)

Tabel 4.11. Profil Gambaran Hasil Bronkoskopi dengan BTA

Kelainan Jumlah BTA + Hiperemis 10 3 Sekret 4 1 Darah 3 - Massa (di trakea) dan stenosis

Edematous lobus bawah paru kanan 1 1 Normal 8 - Jumlah 26 5

Dari 5 orang peserta penelitian yang dijumpai BTA positif pada cairan BAL, 3 peserta menampakkan gambaran lumen yang hiperemis, 1 peserta dijumpai gambaran sekret pada lumen dan 1 peserta yang lain menunjukkan gambaran massa di trakea dan stenosis edematous dengan mukosa hiperemis pada lobus bawah paru kanan (tumor trakea dengan TB paru)

4.8. PEMBAHASAN

Dalam suatu studi epidemiologi di India, insidens TB meningkat sesuai pertambahan umur, dimana pada usia 25-34 penyakit TB lebih banyak dijumpai pada laki-laki dibanding wanita. 35.

Pada, penelitian ini jumlah penderita pria yang ditemukan lebih banyak (pria 65.4%, wanita 34.6%). Angka ini hampir mendekati persentasi jumlah data penderita baru TB paru yang berobat di poli paru RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2009. Angka kunjungan penderita baru TB paru di poli paru RSUP H. Adam Malik selama tahun 2009 menunjukkan jenis kelamin pria lebih banyak yakni 255 orang (66.23%) dibandingkan wanita (33.77%) dari total 385 penderita

Pada penelitian ini usia penderita paling muda pada penelitian ini adalah 17 tahun, paling tua 65 tahun dengan rata-rata usia 41 tahun. Kelompok usia 46-55 tahun lebih banyak menjadi peserta dalam penelitian ini

5 .


(60)

Penelitian Davilia S dkk di Jakarta mendapatkan data penderita TB paru terbanyak, pada laki-laki (60,8%) disebabkan keterlibatan TLR8 yang terdapat pada kromosom X sehingga ekspresinya lebih banyak pada laki-laki yang mempunyai satu kromosom X.

Dengan kriteria adanya gejala respirasi, pemeriksaan BTA DS negatif dan kelainan foto toraks curiga TB didapati 26 peserta penilitian yang tentunya didiagnosis awal sebagai suspek TB paru 22 orang (84.6%) dan efusi pleura yang

36

Berdasarkan tingkat pendidikan peserta penelitian dijumpai bahwa tingkat pendidikan menengah merupakan yang paling banyak yakni sebesar 69.3%. (18 orang) Sementara itu pendidikan sarjana hanya sebagian kecil saja yakni 7.70%. ( 2 orang). Pekerjaan peserta penelitian yang terbanyak adalah wiraswasta 8 orang (30.8%) dan yang paling sedikit adalah PNS/Pensiunan sebanyak 2 orang (7.70%)

Keluhan respirasi umumnya dikeluhkan secara bersamaan. Keluhan utama batuk darah dijumpai pada 9 peserta penelitian ini ( 34.6% ) dan hanya 1 peserta yang mengeluhkan sesak nafas ( 3.8% ).

Kelainan foto toraks pada penderita TB paru sangat bervariasi, seperti gambaran bercak mengawan (infiltrat/noduler), milier, kavitas, kalsifikasi, lymphadenopaty , fibrotik, efusi pleura, dan lain-lain. Kadang sering dijumpai gabungan dari bermacam-macam kelainan diatas.6.9.11

Penelitian yang dilakukan Jalleh dkk yang melakukan bronkoskopi terhadap 120 orang yang sudah didiagnosis dengan TB paru, menjumpai 53 penderita (44,2%) dengan gambaran bercak mengawan, 19 penderita (15,8%) dengan pleura efusi, 18 penderita (15,0%) dengan atelektasis, 9 penderita (7,5%) dengan kavitas. 37

Pada penelitian ini dijumpai gambaran bercak mengawan (infiltrat/ nodular) + lymphadenopaty pada 8 peserta (30.8%)


(61)

disangka disebabkan suspek TB paru pada 3 orang (11.5%) dan 1 peserta dengan pyopneumotoraks (3.8% ) disebabkan Suspek TB paru.

Lokasi pengambilan sampel ditentukan berdasarkan letak kelainan yang tampak pada foto toraks penderita. Berdasarkan gambaran foto toraks inilah bronkoskop diarahkan dan cairan Nacl yang diinstilasikan, dimana bisa hanya pada satu lobus paru saja, dan bisa juga ke lebih satu lobus paru. Lokasi pengambilan sampel paling banyak dilakukan di lobus atas kanan pada 12 penderita (46.2%) . Sedangkan pengambilan sampel pada lobus atas kiri terdapat pada 4 penderita (15.4%), lokasi pengambilan sampel pada lobus atas kanan dan lobus medius kanan dilakukan pada 4 penderita, (15.4 %), pada lobus medius kanan dan lobus bawah kanan dilakukan pada 4 penderita (15.4 %), dan pada lobus bawah kanan pada 1 penderita (3,8 %),

Dalam suatu penelitian mengenai gambaran kelainan penderita TB paru yang dilakukan Woodring dkk, menemukan 17 penderita (50%) yang gambaran kelaianan radilogisnya terdapat pada daerah apikal paru kiri maupun kanan , dan 8 penderita (24%) dengan gambaran efusi pleura. 38

Untuk menegakkan diagonosis TB sesuai dengan Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, maka diagnosis TB dapat ditegakkan dengan dijumpainya kuman BTA dari pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Sedang pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan, digunakan sebagai penunjang diagnosis. 9

Data yang ada di Poli DOTS TB di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada tahun 2009, didapatkan presentase BTA negatif dari seluruh penderita TB paru baru yang datang ke poli DOTS TB RSUP Haji Adam Malik Medan adalah 14.1%


(62)

Dari 26 orang peserta penelitian yang dilakukan tindakan bronkoskopi dijumpai :

• Hasil hapusan BTA dari bronchoalveolar lavage (BAL) tetap negatif adalah 21 orang (80.8%).

• Hasil hapusan BTA dari bronchoalveolar lavage (BAL) menjadi positif adalah 5 orang (19.2%) dengan gradasi BTA positif 1

Hasil penelitian ini hampir mirip dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Panda dkk dengan hasil yang lebih rendah yaitu 12% , 12 orang dari 100 penderita31

Hasil penelitian yang dilakukan Perwitasari Ririek dkk di RSU Dr. Soetomo Surabaya tahun 2007, yang meneliti dari 21 orang dijumpai 7 yang hapusan dari BAL menjadi BTA positif 1 (33,3%) dan 1 orang menjadi BTA positif 2 (4,7%), sehingga total BTA menjadi positif adalah 8 orang (38%) . Hasil ini tidak jauh berbeda dengan angka kunjungan di RSU Dr. Soetomo sendiri selama tahun 2007 didapatkan 41% dahak BTA positif dari 397 penderita TB paru baru, sisanya 59% merupakan penderita TB paru BTA negatif, foto toraks positif. 20

Penelitian Wallace dkk, secara retrospektif selama 6 tahun dengan jumlah 56 penderita dengan dugaan TB, menemukan 22 orang (39%) yang hapusan BTA dari BAL menjadi positif. Sedang penelitian So dkk, yang melakukan penelitian selama 2 tahun pada 65 penderita menemukan 42 orang (65%) yang hapusan BTA dari BAL menjadi positif 35. Penelitian Tueller dkk mendapatkan angka (47%), 56 dari 120 penderita dengan. BTA negatif yang dilakukan tindakan bronkoskopi10,30.

Lima orang yang dalam penelitian ini dari hasil cairan BAL dijumpai kuman BTA positif, 1 peserta didapati gambaran lumen dengan jumlah sekret yang produktif, sedang yang lain tidak disertai dengan sekret yang produktif.


(63)

saat melakukan pemeriksaan hapusan dahak pertama pada pemeriksaan dahak spontan, penderita tidak dapat mengeluarkan dahak secara maksimal , sehingga sputum yang diperiksa tidak memadai. Pada BAL saat bronkoskopi, cairan normal salin yang diinstilasikan diharapkan akan mencapai parenkim paru, sehingga ketika dilakukan aspirasi (suction) cairan yang didapat akan membawa kuman MTB dan menghasilkan hapusan BTA yang positif. Hasil negatif bisa juga disebabkan kesalahan persiapan preparat pada saat pengecatan maupun penilaian/pembacaan jumlah kuman 39.

Tidak dijumpainya kuman BTA dari BAL pada penelitian ini begitu juga pada penelitian-penelitian mungkin disebabkan karena jumlah kuman yang sedikit (< 5000/ml). Banyaknya kuman yang ada berhubungan dengan konsentrasi kuman dari bahan yang didapat pada saat dilakukan BAL.

Dalam membuat sebuah hapusan sputum maka akan terambil kira-kira ± 0,01 ml sputum yang akan digoreskan pada area ± 200 mm2 (10x20 mm). Jika tiap 1 ml sputum mengandung 5000 kuman, maka setiap hapusan akan mengandung 50 kuman (0,01x5000). Dan jika 50 kuman ini didistribusikan pada 10.000 lapang pandang maka ada 1 kuman pada 200 lapang pandang. Jika hanya 100 lapang pandang yang diperiksa kemungkinan ditemukan kuman menjadi 50%. Sehingga untuk menjumpai 1 kuman BTA pada 10 lapang pandang atau 10 BTA pada 100 lapang pandang (sesuai kriteria IULTD adalah +1) maka dibutuhkan 100.000 kuman /ml dan harus tersebar secara merata pada setiap hapusan yang diperiksa 39

Untuk mendapatkan BTA dari hasil cairan BAL dibuat suatu spesimen yang berasal dari hapusan sedimen yang sudah diproses sebelumnya dengan teknik

. Inilah yang membuat mengapa bisa dijumpai hasil BTA tetap negatif, yaitu jumlah kuman yang ada memang sedikit dan kuman tidak tersebar secara merata pada setiap hapusan yang diperiksa.


(64)

centrifuge sehingga didapat spesimen yang sudah homogen dan terdispersi secara merata, dan ini tidak dipengaruhi oleh lama dan waktu sampel diproses. BTA yang mati akan tetap terlihat jika memang dijumpai dalam jumlah yang cukup dalam suspensi sedimen saat diperiksa dibawah mikroskop.

Dari 26 orang peserta penelitian didapatkan 10 orang (38.5%) dengan gambaran hiperemis pada lumen bronkus pada saat bronkoskopi dilaksanakan, disamping adanya dijumpai gambaran sekret (15.4%), gambaran darah (11.5%), dan gambaran normal bronkus pada 8 orang (30.8%). Dijumpai pada 1 orang yang dengan tampak massa di 1/3 proksimal trakea pada dinding posterior disertai stenosis edematous dengan mukosa hiperemis pada lobus bawah paru kanan.

Semua penderita yang menjadi peserta penelitian ini yang pada awalnya didiagnosis dengan TB paru tersangka, mendapat pengobatan TB paru dengan regimen Katagori I dari poli DOTS TB, dan ini dibenarkan berdasarkan Pedoman Penanggulangan TB.

Gambaran lumen bronkus pada penderita TB paru bisa berupa kelainan pada bronkus akibat proses inflamasi endobronkial. Inflamasi yang tampak saat dilakukan bronkoskopi bisa berupa pembengkakkan (edema) mukosa, mukosa hiperemis, sekresi sekret yang purulen, sekret atau perdarahan, gambaran granuloma, ulserasi pada percabangan bronkus atau segmen 31,39,40

Gambaran yang sering didapati pada infeksi TB adalah gambaran mukosa yang tampak hiperemis yaitu gambaran suatu peradangan, sama dengan gambaran suatu infeksi. Penelitian oleh Ricardo Acuna pada 279 penderita yang disangka TB di sanatorium di Meksiko menunjukkan 83 orang penderita yang dilakukan bronkoskopi, dijumpai gambaran berupa ulkus soliter yang kecil, bulat, superfisial dan tepi tajam tanpa perubahan pada jaringan sekitarnya.


(65)

Penelitian yang dilakukan Tuller dkk menjumpai kelainan pada 18 orang dari 120 penderita TB paru (25%) yang dibronkoskopi, dimana 10 orang dengan gambaran inflamasi akut, 4 orang dengan gambaran purulen, 3 orang dengan gambaran hemoragik dan 1 orang dengan gambaran perforasi kaseosa dari kelenjar limfe. Sedangkan penelitian Raoof dkk menjumpai lesi endobronkial pada penderita HIV yang terinfeksi TB dengan gambaran berupa mukosa yang hiperemis, massa kaseosa bronkial, penonjolan kelenjar limfe, dan karina yang tumpul, 10,.40. Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya ulkus maupun erosi pada mukosa bronkus, hanya gambaran inflamasi berupa mukosa hiperemis dan sekret .


(66)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Hapusan BTA dari BAL dapat meningkatkan penemuan kuman BTA pada penderita TB paru. Pada penelitian ini dari 26 orang dengan hapusan BTA negatif menjadi BTA positif dari BAL sebanyak 5 orang (19.2%).

2. Kelainan bronkus yang paling banyak tampak pada penderita TB Paru pada penelitian ini adalah mukosa yang hiperemis dan gambaran lumen dalam batas normal.

3. Dijumpai 1 penderita dengan gambaran massa di trakea disertai stenosis edematous dengan mukosa hiperemis pada lobus bawah paru kanan dan BTA positif dari hasil cairan BAL ( tumor trakea dengan TB paru )

4. Dari hasil yang didapat, menunjukkan perlunya tindakan BAL pada kasus yang disangka TB paru yang hasil pemeriksaan BTA nya negatif asal sesuai dengan prosedur/guidline dan dibenarkan dari segi akademis sehingga dari penelitian ini didapatkan diagnosa defenitif

5.2. Saran

Bronkoskokopi dengan teknik bronchoalveolar lavage sebaiknya tetap rutin dikerjakan untuk meningkatkan temuan hapusan BTA pada yang hapusan sputum SPS negatif di rumah sakit yang mempunyai fasilitas bronkoskop dan dapat menentukan kemungkinan diagnosis yang lain.


(1)

untuk keadaan darurat, dan apabila timbul komplikasi yang lebih berat, Bapak/Ibu/saudara/i sekalian dapat mendelegasikan wewenang Bapak/Ibu/saudara/i sekalian kepada keluarga tentang penanganan komplikasi selanjutnya setiap saat selama penelitian berlangsung.

Jika Bapak/Ibu/saudara/i ingin memperoleh banyak informasi atau jawaban atas pertanyaan tentang penelitian, partisipasi dan hak – hak saya dalam penelitian ini, Bapak/Ibu/Saudara/i dapat menghubungi saya.

Nama : dr. Arjuna Wijaya

Alamat kantor : Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi

FK USU-RS HAM Jl.Bunga Lau no.17, Telp.061-8363796 Alamat rumah : Pasar I no 65A Tanjung Sari – Setia Budi Medan

Telp: 061-68741484/08126025345

Demikian penjelasan ini saya sampaikan, kiranya hasil dari penelitian ini banyak bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 29 April 2010 Peneliti


(2)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : ... Umur : ... Jenis kelamin : ... Pekerjaan : ... Alamat/telp : ...

Setelah mempelajari dan mendapat penjelasan yang sejelas-jelasnya mengenai penelitian dengan judul PERAN BRONKOSKOPI SERAT OPTIK LENTUR (BSOL) MENGGUNAKAN TEKNIK BRONCHOALVEOLAR LAVAGE (BAL) PADA TUBERKULOSIS PARU DENGAN HAPUSAN DAHAK

BAKTERI TAHAN ASAM (BTA) NEGATIF dan setelah mengetahui dan

menyadari sepenuhnya resiko yang mungkin terjadi, dengan ini saya menyatakan bahwa saya bersedia dengan sukarela menjadi subjek penelitian tersebut dan patuh akan ketentuan-ketentuan yang dibuat peneliti. Jika sewaktu-waktu ingin berhenti, saya berhak untuk tidak meanjutkan mengikuti penelitian ini tanpa ada sanksi apapun.

Yang menyatakan Peneliti


(3)

STATUS PENELITIAN

Nomor Sampel Nomor MR :

Rawat Jalan : Rawat Inap :

Identitas

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin :

4. Pendidikan :

5. Pekerjaan :

6. Alamat :

7. No. Telepon :

Riwayat Penyakit

1. a. Keluhan Utama : b. Keluhan Tambahan :

2. Riwayat penyakit sekarang :

Batuk :

Dahak :

Sesak :

Demam :

3. Riwayat Penyakit Terdahulu : DM +/-, HT +/-, TB +/-, Obat – Obatan +/-

Pemeriksaan Fisik :


(4)

4. Paru :

• Inspeksi : • Palpasi :

• Perkusi :

• Auskuiltasi :

Ronki : +/-, Wheezing : +/-

5. Abdomen :

6. Ekstremitas :

Pemeriksaan Penunjang

Hb : g / dl, Lekosit : /mm3 Trombosit : /mm3

KGD ad random : mmol/dl

SGOT : u / l SGPT : u / l Ureum : mg/dl Kreatinin : mg/dl

Faal Paru : VC: FVC : FEV1 :


(5)

NO NAMA Nomor MR SEX UMUR PENDIDIKAN PEKERJAAN KU BTA SPUTUM

1 Manumpak Tobing 42.12.28 1 65 3 1 1 1

2 Mangasa Pandiangan 42.76.08 1 64 3 2 2 1

3 Arby 43.26.74 1 28 3 3 1 1

4 Nurjanah 54.14.76 2 51 2 3 3 1

5 Torang 43.89.71 1 59 1 4 1 1

6 Ruslia H 43.86.87 2 50 2 2 3 1

7 Anna 43.21.44 2 53 1 5 4 1

8 Kamari 43.69.91 1 56 1 2 1 1

9 Jefri 44.03.60 1 21 3 6 2 1

10 Makmur 43.70.40 1 40 3 3 2 1

11 Sartika 43.58.11 2 45 3 5 1 1

12 Sri Rejeki 44.09.86 2 17 3 5 1 1

13 Rahmad Sidik 44.07.15 1 25 3 6 2 1

14 sukoyo 42.50.63 1 27 3 3 3 1

15 nurainun 44.36.32 1 55 2 5 3 1

16 Ketek Pinem 43.45.69 1 44 3 2 2 1

17 helperia 42.37.10 2 54 3 5 1 1

18 Handi 42.54.58 1 25 3 6 2 1

19 Bahrul Abiin 44.72.77 1 48 3 3 1 1

20 Apten Humiras 43.28.44 1 20 3 3 2 1

21 Akuk 44.93.52 1 44 3 3 3 1

22 Dadang Triana 31.32.26 1 28 3 3 2 1

23 Rosmawati Purba 44.78.20 2 33 3 1 2 1


(6)

KELAINAN RADIOLOGIS DIAGNOSA AWAL LOKASI SAMPEL BTA BAL Deskripsi Hasil Bronkoskopi

2 1 6 2 1

15 1 1 2 2

11 1 1 1 3

12 2 5 1 4

10 1 1 1 1

11 1 4 2 1

12 2 4 1 4

10 1 1 2 1

10 1 1 1 3

10 1 1 1 1

11 1 2 1 4

12 2 5 1 4

15 1 2 1 1

10 1 5 1 2

11 1 4 1 4

2 1 2 1 2

11 1 1 1 4

11 1 1 1 1

10 1 2 1 4

10 1 1 1 1

14 1 5 1 1

11 1 1 1 3

2 1 1 1 4

13 3 1 1 2

9 1 3 2 5

11 1 4 1 1

1 : normal ( tidak dijumpai kelainan) 1 : Susp.TB paru 1 : Lobus Atas Kanan 1 : negatif 1 : hiperemis 2: gambaran bercak mengawan (infiltra)/noduler 2 : Efusi pleura 2: Lobus Atas Kiri 2 : positif 2 : mukus 3 : kavitas 3 : Hidropneumotoraks 3 : Lobus Bawah Kanan 3 : darah

4: kalsifikasi 4: 1+ Lobus Medius Kanan 4 : normal

5 : fibrotik 5 : 3+ Lobus Medius Kanan 5: massa di trakea

6: lymphadenopaty 6: 1+2

7 : efusi pleura

8: air-fluid level

9 : atelektasis