potensi ekonomi lokal, dan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan.
4. Perencanaan APBDesa
Dalam rangka memenuhi prioritas Alokasi Dana Desa dibutuhkan perencanaan yang efektif agar dapat mencapai sasaran yang ditentukan serta
peran kelembagaan desa untuk menampung segala bentuk aspirasi masyarakat. Perencanaan APBDesa adalah satu kesatuan tata cara
perencanaan pembangunan
untuk menghasilkan
rencana-rencana pembangunandesa dalam jangka menengah dan tahunan yang dilaksankan
oleh unsur pemerintahan desa dan masyarakat desa yang tertuang dalam Peraturan Desa tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
RPJMDesa untuk lima tahunan dan Rencana Kerja Pembangunan Desa RKPDesa untuk rencana tahunan desa yang ditetapkan dalam Peraturan
Kepala desa. Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa bahwa perencanaan pembangunan desa sebagai satu kesatuan dalam
sistem perencanaan pembangunan daerah kabupaten yang disusun secara partisipatif oleh pemerintahan desa sesuai dengan kewenangannya dan
wajib melibatkan lembaga kemasyarakatan desa.
E. Pembangunan dan pengembangan desa
1. Pembangunan
Menurut Basri Subri 2006 pembangunan adalah proses perubahan sistem yang di rencanakan kearah perbaikan yang orientasinya pada
modernis pembangunan dan kemajuan sosial ekonomis. Konsep PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pembangunan itu merupakan kunci pembuka bagi pengertian baru tentang hakekat fungsi administrasi pada setiap negara dan sifat dinamis.
Pembangunan akan dapat berjalan lancar, apabila disertai dengan admnistrasi yang baik. Pembangunan merupakan suatu proses pembaharuan
yang berkelanjutan dan terus menerus dari suatu keadaan tertentu kepada suatu keadaan yang dianggap lebih baik. Sedangkan menurut Siagian
2008 pembangunan merupakan suatu rangkaian usaha untuk mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana serta sadar, yang di tempuh
oleh suatu negaramenuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa. Pembangunan terdiri dari pembangunan fisik dan non fisik.
Pembangunan fisik adaalah pembanguan yang dapat di rasakan langsung oleh masyarakat atau pembangunan yang tampak oleh mata Kuncoro;
2010 pembangunan fisik misalnya berupa infrastruktur, bangunan, fasilitas umum. Sedangkan pembangunan non fisik adalah jenis pembangunan yang
tercipta oleh dorongan masyarakat setempat dan memiliki jangka waktu yang lama Wresniwiro: 2012 contoh dari pembangunan non fisik adalah
berupa peningkatan perekonomian rakyat desa, peningkatan kesehatan masyarakat Wresniwiro: 2012.
2. Pembangunan desa
Pembangunan desa adalah proses kegiatan pembangunan yang berlangsung di desa yang mencakup seluruh aspek kehidupan dan
penghidupan masyarakat. Menurut peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 tahun 2005 tentang Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat 2 bahwa perencanaan pembangunan desa disusun secara partisipatif oleh pemerintahandesa sesuai dengan kewenangannya dan menurut ayat 3
bahwa dalam menyusun perencanaan pembangunan desa wajib melibatkan lembaga kemasyarakatan desa. Desa merupakan level pemerintah terendah
di Indonesia dan memilikiciri khas yang unik. Ciri khas desa yang unik ini semakin menguatkan asumsi bahwa strategi pembangunan dari desa
merupakan strategi pembangunan yang dapat menyelaraskan antara tujuan pemerataan pembangunan pertumbuhan ekonomi dan tercapainya stabilitas
pemerintahan. Oleh karena itu, penting adanya penguatan peran lembaga- lembaga di desa dalam penyelenggaraan pembangunan. Istilah lembaga
pemerintahan desa bisa mengacu tidak hanya organisasi atau badan di desa yang melakukan usaha tertentu, tetapi juga mengandung pola perilaku
masyarakat desa yang mapan. Oleh sebab itu, penggunaan konsep lembaga pemerintahan desa tidak hanya menunjuk pada pemerintah desa saja, tetapi
juga mencakup badan-badan desa yang lain seperti keberadaan badan permusyawaratan desa, badan sosial desa maupun badan ekonomi desa.
Lembaga dipahami sebagai aturan main dari suatu masyarakat untuk mengelola interaksi antar individu anggota masyarakat.
Lembaga desa merupakan suatu bentuk tatanan masyarakat desa dengan basis nilai tertentu yang merupakan hasil proses sosial historis
masyarakat desa bersangkutan. Bentuk kelembagaan dengan sendirinya mencerminkan situasi, kondisi, dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat
desa bersangkutan. Lembaga dapat pula diartikan sebagai organisasi dimana PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
karakteristik lembaga akan ditentukan oleh proses pembentukan, orientasi, nilai-nilai pengikat, model keanggotaan maupun cara kerja. Menurut
definisi ini, maka lembaga desa meliputi lembaga yang bersifat formal lembaga yang dibentuk oleh pemerintah sebagai bagian dari upaya
pemerintah dalam melaksanakan pembangunan di desa dan lembaga non formal lembaga yang dibuat oleh masyarakat untuk menyelesaikan
persoalan yang mereka hadapi. Lembaga-lembaga desa perlu untuk diperkuat dan dikembangkan sehingga menjadi kekuatan masyarakat desa
dalam memberikan respon terhadap perkembangan dan persoalan-persoalan yang hadir di desa yang berarti memperkuat otonomi desa. Peran
kelembagaan desa pemerintah desa, badan permusyawaratan desa, dan lembaga kemasyarakatan desa dalam rangka penyusunan dan implementasi
kebijakan yang
berkaitan dengan
pembangunan, pemerintahan,
pengembangan kemasyarakatan, saat ini semakin menguat dibandingkan era tahun-tahun sebelumnya. Perubahan ini sejalan dengan tuntutan dan
kebutuhan perubahan paradigma pembangunan dan pemerintahan, baik dalam lingkungna intra maupun ekstra sosial.
Melihat keterbatasan kewenangan desa, dana, sumber daya, dan kedudukan organisasional yang ambivalen antara organisasi pemerintah
desa dengan lembaga kemasyarakatan, maka pemerintah desa perlu menerapkan strategi pengembangan peningkatan peran kelembagaan desa
yang dilakukan di era otonomi daerah sekarang ini, yakni sebagai berikut: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. Meningkatkan kapasitas kepemimpinan tata kepemimpinan yakni
dengan meningkatkan kepemimpinan kepala desa atau badan permusyawaratan desa, menyiapkan kematangan masyarakat desa,
menjaga keharmonisan hubungan pemerintahan desa, dan memahami visi dan misi yang diemban.
b. Meningkatkan kapasitas kelembagaan pemerintahan desa tata
pemerintahan yakni dengan meningkatkan kelembagaan dalam hal kewenangan, organisasi, personil, keuangan, perlengkapan, perencanaan,
pengawasan, dokumentasi untuk pemerintah desa. Meningkatkan fungsi agregasi dan artikulasi, budgeting, pengawasan, serta legislasi untuk
badan pemerintahan desa. c.
Meningkatkan kapasitas sumber daya sosial tata kemasyarakatan, yakni dengan meningkatkan:
1 Sumber daya manusia: pendidikan dan kesehatan;
2 Sumber daya sosial politik: partisipasi politik masyarakat, stabilitas
keamanan dan ketertiban, eksistensi lembaga kemasyarakatan; 3
Sumber daya sosial ekonomi: insfrastruktur ekonomi desa dan aktivitas ekonomi pedesaan;
4 Sumber daya sosial budaya: kesenian dan lembaga kesenian, adat dan
lembaga adat; 5
Sumber daya sosial agama: toleransi kehidupan beragama dan sarana ibadah
3. APBDesa dan pembangunan desa
Perananan pemerintah desa dalam menyusun dan melaksankan APBDesa adalah pelaksanaan dari tugas, fungsi, kewenangan, hak, dan
kewajiban yang dimiliki pemerintah desa dalam hal pelaksanaan pembangunan di desa, khususnya yang berkaitan dengan penyusun dan
pelaksanaan APBDesa. Kepala desa, selaku unsur pelaksana pemerintah desa memilki peran strategis sebagai berikut:
a. Menyusun rancangan peraturan desa mengenai APBDesa.
b. Mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APBDesa untuk
dibahas dan ditetapkan bersama BPD. c.
Menyampaikan rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa yang telah disetujui bersama BPD sebelum ditetapkan oleh Kepala desa paling lama
3 tiga hari kepada BupatiWalikota untuk dievaluasi. d.
Melaksanakan APBDesa melalui penetapan keputusan desa atau keputusan kepala desa.
e. Mengordinasikan pembangunan desa secara partisipatif.
f. Menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan
kemasyarakatan PP 722005. Peran Badan Permusyawaratan Desa BPD dalam Menyusun dan
Melaksanakan APBDesa Peran BPD dalam menyusun dan melaksanakan APBDesa, berdasarkan PP 722005 adalah sebagai berikut:
a. Mengevaluasi hasil pengawasan APBDesa tahun lalu dengan melibatkan
kelembagaan desa serta masyarakat. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Menampung aspirasi, saran, dan masukan masyarakat berkaitan dengan
peraturan desa hususnya rancangan APBDesa. c.
Membahas rancangan peraturan desa mengenai APB Desa yang disampaikan oleh kepala desa.
d. Melaksanakan pengawasan terhadap jalannya APBDesa
Peran Lembaga Kemasyarakatan desa dalam Menyusun dan Melaksanakan APBDesa Lembaga kemasyarakatan meliputi Rukun
Tetangga, Rukun Warga, Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga, Karang Taruna, lembaga pemberdayaan masyarakat atau sebutan lain. Lembaga
kemasyarakatan mempunyai tugas membantu Pemerintah desa dan merupakan mitra dalam memberdayakan masyarakat desa. Peran lembaga
kemasyarakatan dalam penyusunan dan pelaksanaan APBDesa meliputi menyusun rencana pembangunan secara partisipatif, melaksanakan,
mengendalikan, memanfaatkan,
memelihara dan
mengembangkan pembangunan secara partisipatif, menggerakkan dan mengembangkan
partisipasi, gotong royong dan swadaya masyarakat, menumbuh kembangkan kondisi dinamis masyarakat dalam rangka pemberdayaan
masyarakat, menumbuh kembangan dan menggerakan prakarsa, partisipasi, serta swadaya
gotong royong masyarakat, memberdayakan dan
meningkatkan kesejahteraan keluarga, serta memberdayakan hak politik masyarakat. Pengurus lembaga kemasyarakatan dipilih secara musyawarah
dari anggota masyarakat yang mempunyai kemauan, kemampuan, dan kepedulian dalam pemberdayaan masyarakat. Hubungan kerja antara
lembaga kemasyarakatan dengan Pemerintahan desa bersifat kemitraan, konsultatif dan koordinatif.Perananggota masyarakat desa dalam menyusun
danmelaksanakan APBDesa peran anggota masyarakat desa dalam menyusun dan melaksanakan APBDesa di desa, menurut PP 722005,
adalah sebagai berikut: a.
Mengajukan usul, saran, dan aspirasi kepada kepala desa atau forum BPD.
b. Melaksanakan pengawasan personal terhadap pelaksanaan APBDesa.
c. Menumbuh kembangkan semangat memanfaatkan, memelihara, dan
mengembangkan hasil-hasil pembangunan di desa. Faktor Internal dan Eksternal penghambat pengembangan peranan
kelembagaan desa menyusun dan melaksanakan kebijakandesa menurut Wasistiono 2006, ada beberapa hal yang menjadi faktor penghambat
kelembagaan desa dalam menyusun dan mengimplementasikan berbagai program dan kebijakan desa, yaitu hambatan eksternal dan hambatan
internal. a.
Hambatan Internal, meliputi rendahnya kualitas SDM di pedesaan yang sebagian besar berketerampilan rendah, termasuk yang terlibat dalam
penyelenggaraan pemerintahan desa kelembagaan di tingkat desa belum sepenuhnya tertata dengan baik, pemahaman tugas pokok dan fungsi dari
aparatur desa yang masih rendah, lemahnya kemampuan perencanaan di tingkat desa dan masih bersifat parsial, terbatasnya alokasi
anggarandana, yang berkaibat terbatasnya operasional programkegiatan, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sarana dan pra sarana penunjang mobilitas operasional terbatas, pengelolaan administrasi dan pendokumentasian yang masih minim,
masih rendahnya pemanfaatan iptek dan tekonologi tepat guna dalam usaha ekonomi pedesaan, rendahnya asset yang dikuasai masyarakat
pedesaan, kepemilikan lahan yang makin sempit, serta rendahnya tingkat pelayanan prasarana dan sarana pedesaan.
b. Hambatan Eksternal, meliputi lemahnya koordinasi lintas bidang dalam
pengembangan kawasan pedesaan, masih lemahnya koordinasi antarsektor, dinamika masyarakat yang selalu berubah, termasuk
tingginya dinamika sektor ekonomi, terbatasnya alternatif lapangan kerja berkualitas, lemahnya keterkaitan kegiatan ekonomi baik secara sektoral
maupun spasial, timbulnya hambatan barrier distribusi dan perdagangan antardaerah, tingginya resiko kerentanan yang dihadapi petani dan pelaku
usaha di pedesaan, meningkatnya konversi lahan pertanian subur dan beririgasi teknis bagi peruntukan lain, meningkatnya degradasi sumber
daya alam dan lingkungan hidup, serta lemahnya kelembagaan dan organisasi berbasis masyarakat.
F. Permendagri 37 tahun 2007 dan Permendagri 113 tahun 2014