C. Analisis Data
1. Analisis Peranan APBDesa
a. Hasil Tanggapan Responden
Setelah mengadakan penelitian dengan kuesioner tertutup, penulis memaparkan data hasil penelitian yang diperoleh dari pengumpulan
kuesioneryang disebar pada masyarakatDesa Gari. Berikut hasil data dari kuesioner yang dikumpulkan :
Tabel 5.8 Hasil Tanggapan Responden
No. Uraian
ST S
TS CS
S SS
Kesim pulan
s+ss
Perencanaan APBDesa 1.
Masyarakat menge- tahui
APBDesa setiap tahun yang
dianggarkan oleh
Pemerintah Desa. 89.6
10.4 100.0
2. Masyarakat
ber- partisipasi
dalam musyawarah
desa untuk
perencanaan penyusunan
APBDesa. 2.1
28.1 62.5
7.3 69.8
3. Penyusunan
APBDesa telah sesuaidengan yang
direncanakan. 22.9
69.8 7.3
77.1
4. Masyarakat menge-
tahui APBDesa telah dibahas Kepala desa
bersama BPD. 17.7
72.9 9.4
82.3
Pemenuhan Kebutuhan Dasar PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Pelaksanaan
APBDesa telah
efektif dengan
pelayanan yang
diberikan pemerintah desa.
16.7 72.9
10.4 83.3
2. Pelaksanaan
ke- giatan
telah di-
laksanakan dengan
efisien dimana biaya operasional
pemerintah desa
telah memadahi. 1.0
35.4 54.2
9.4 63.6
3. Mutu
pelayanan semakin meningkat
dengan adanya
peningkatan sumber pendapatan desa.
28.1 65.6
6.3 71.9
4. Alokasi belanja yang
digunakan untuk
operasional BPD
telah memadahi 31.3
55.2 13.5
58.7
Penguatan Kelembagaan 1.
Alokasi belanja
untuk lembaga
kemasyarakatan memadai.
11.5 37.5
51.0 51.0
2. Alokasi
belanja untuk
lembaga pemberdayaan
masyarakat telah
memadahi. 12.6
43.8 43.8
43.8
3. Alokasi untuk biaya
PKK telah
memadahi. 10.4
42.7 47.9
47.9
4. Alokasi
belanja untuk
biaya Posyandu
telah memadahi.
8.3 36.5
56.3 56.3
Tabel 5.8Hasil Tanggapan Responden Lanjutan
No. Uraian
ST S
TS CS
S SS
Kesim pulan
s+ss
5. Alokasi
belanja untuk biaya PAUD
telah memadahi. 13.5
45.8 41.7
41.7
6. Alokasi
belanja untuk Karangtaruna
telah memadahi. 7.3
55.2 38.5
38.5
7. Alokasi
belanja untuk
RT telah
memadahi. 18.8
57.3 25.0
25.0
8. Alokasi
belanja untuk
RW telah
memadahi. 18.8
57.3 25.0
25.0
Peningkatan Insfrastruktur Pedesaan 1.
Belanja untuk
peningkatan saranaprasarana
kantor desa telah memadahi.
4.2 33.3
52.1 10.4
62.5
2. Belanja
untuk peningkatan
saranaprasaraba pertemuan
Balai desa
telah memadahi.
5.2 44.8
40.6 9.4
50.0 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 5.8 Hasil Tanggapan Responden Lanjutan
No. Uraian
ST S
TS CS
S SS
Kesim pulan
s+ss
3. Belanja
untuk peningkatan prasaran
jalan telah
memadahi. 2.1
19.8 49.0
5.1 54.1
4. Belanja
untuk peningkatan
pra- sarana
pemukiman telah memadahi.
11.5 37.5
45.8 5.2
50.0
Pengembangan Wilayah Pedesaan 1.
APBDesa mem-
berikan pengembangan
kualitas hidup
masyarakat. 2.1
21.8 68.8
7.3 76.1
2. APBDesa
telah memberikan
peningkatan kesejahteraan
masyarakat desa. 1.0
37.5 53.2
8.3 61.5
3. APBDesa
telah memberikan
peningkatan ekonomi masyarakat
desa. 1.1
40.6 47.9
10.4 58.3
4. APBDesa
telah memberikan
perbaikan terhadap
lingkungan pemukiman
penduduk. 2.1
35.4 51.0
11.5 62.5
Tabel 5.8 Hasil Tanggapan Responden Lanjutan
No. Uraian
ST S
TS CS
S SS
Kesim pulan
s+ss
5. APBDesa
telah dimanfaatkan untuk
pengembangan wilayah pedesaan.
37.5 47.9
14.6 62.5
6. APBDesa
telah memberikan
peningkatan Sumber Daya Manusia di
desa. 30.2
54.2 15.6
70.0
Sumber : data primer yang diolah. b.
Analisis Hasil Pelaksanaan Kegiatan Berdasarkan hasil tanggapan 96 responden terhadap pelaksanaan
APBDesa Desa Gari dapat dideskripsikan dari tabel hasil tanggapan responden diatas.
1. Perencanaan APBDesa
Dengan berlakunya beberapa Peraturan Menteri Dalam Negeri Permendagri yang terkait dengan keuangan desa, seperti
Permendagri No. 35 dan 37 Tahun 2007 mengisyaratkan bahwa aparat pemerintah desa memiliki wewenang dalam merencanakan, mengelola
dan memepertanggungjawabkan keuangannya. Mardiasmo 2009, mengemukakan elemen manajemen keuangan daerah yang diperlukan
untuk mengontrol kebijakan keuangan daerah tersebut meliputi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
akuntabilitas, value for money, kejujuran, transparansi, dan pengendalian.
Salah satu hal yang penting adalah transparansi. Transparansi adalah keterbukaan pemerintah dalam membuat kebijakan-kebijakan,
sehingga segala kebijakan dapat diketahui dan diawasi oleh masyarakat dan pihak yang berwenang. Dalam menciptakan
horizontal accountability antara pemerintah desa dan masyarakatnya diperlukan transparansi pengelolaan keuangan guna menciptakan
pemerintah desa yang bersih, efektif, efisien, akuntabel dan responsive terhadap aspirasi dan kepentingan masyarakat.
Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa bahwa perencanaan pembangunan desa sebagai satu kesatuan dalam
sistem perencanaan pembangunan daerah kabupaten yang disusun secara
partisipatif oleh
pemerintah desa
sesuai dengan
kewenangannya dan wajib melibatkan lembaga kemasyarakatan desa. Dokumen
perencanaan desa
yang merupakan
rencana programkegiatan merupakan dasar dari penyusunan APBDesa yang
dilaksanakan secara partisipatif dimana masyarakat mengetahui dan terlibat dalam penyusunannya. Berdasarkan pertanyaan yang diajukan
kepada responden terkait proses perencanaan APBDesa, responden berpendapat bahwa 100 masyarakat mengetahui APBDesa yang
dianggarkan oleh pemerintah desa. Namun, dalam hal ini masyarakat kebanyakan hanya sebatas tahu tentang program kerja pemerintah
saja. Dalam hal rincian anggarannya masyarakat kurang begitu paham. Beberapa tahun belakangan ini pemerintah Desa Gari menggiatkan
adanya sosialisasi tentangAPBDesa kepada masyarakat baik melalui Dukuh masing-masing Dusun, maupun kunjungan dari pemerintah
desa secara langsung. Sosialisasi yang dilakukan berupa penjelasan akan programkerja yang akan dilakukan oleh pemerintah Desa Gari.
Namun terkadang sosialisasi ini tidak menyentuh seluruh lapisan masyarakat, selain itu sosialisasi merupakan proses transparansi yang
lemah karena proses komunikasinya berlangsung satu arah dari pemerintah desa untuk memberi tahu informasi dan bahkan hanya
meminta persetujuan dan justifikasi dari warga. Warga masyarakat tidak memperoleh informasi secara transparan bagaimana keuangan
dikelola, seberapa keuangan desa yang diperoleh dan dibelanjakan. Hal tersebut menyebabkan kurangnya pengetahuan akan APBDesa.
Kurangnya pengetahuan masyarakat inilahyangmembuat masyarakat tidak tahu dan tidak paham dengan berapa jumlah Dana Desa dan
dianggarkan untuk apa saja dana desa tersebut.Akibatnya, masyarakat hanya akan mengeluh apabila kerja pemerintah desa tidak sesuai
dengan harapan masyarakat. Selain itu 82,3 masyarakat mengetahui APBDesa telah dibahas
Kepala desa bersama BPD. Masyarakat setuju dengan pendapat tersebut, karena masyarakat sudah mengerti bahwa dalam penyusunan
anggaran akan melibatkan Kepala desa dan BPD, sehingga sudah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
semestinya APBDesa dibahas oleh Kepala desa dan BPD. Hanya sajadalam proses perencanaan APBDesa, partisipasi masyarakat
belum dikatakan maksimal. Hal ini tampak dari hasil persentase responden yang hanya berjumlah 69,8. Partisipasi masyarakat ini
berupa pengajuan usul yang dapat digunakan untuk acuan dalam penyusunan rencana anggaran. Di salah satu dusun di Desa Gari,
tepatnya di dusun Ngijorejo setaun sekali biasanya akan mengadakan musyawarah dusun yang melibatkan seluruh warga masyarakat untuk
memusyawarahkan usul-usul dan kebutuhan yang diharapkan masyarakat. Kenyataanya dusun-dusun di Desa Gari, belum
seluruhnya menerapkan kegiatan seperti ini. Padahal kegiatan semacam ini dapat membantu pemerintah desa dalam menyusun
APBDesa. Usul-usul dari seluruh masyarakat dapat ditampung kepala dukuh, dan nantinya akan disampaikan ke pemerintah desa sebagai
acuan penyusunan. Hal ini diharapkan agar musyawarah yang dilaksanakan dapat menampung seluruh aspirasi masyarakat. Dalam
perencanaan penyusunan APBDesa, tidak semua masyarakat dilibatkan, namun hanya diwakili oleh tokoh-tokoh masyarakat
maupun pengurus desa, baik ditigkat desa maupun Dusun. Terkadang orang-orang yang mewakili ini tidak dapat mewakili usulan
masyarakat luas. Padahal usul masyarakat inilah yang akan menjadi acuan untuk menyusun program kerja pemerintah desa danketerlibatan
masyarakat serta pengetahuan masyarakat sangat penting terutama PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sebagai penerima dan pengawas hasil kerja pemerintah desa. Masyarakat memang tidak dapat dilibatkan seluruhnya dalam proses
penyusunan APBDesa di Desa Gari, namun setidaknya mereka dapat dilibatkan dengan adanya musyawarah di setiap dusun, seperti yang
dilakukan di dusun Ngijorejo dan mendapatkan sosialisai mengenai APBDesa yang telah disusun. Masyarakat berpendapat bahwa 77,1
penyusunan APBDesa telah sesuai dengan apa yang direncanakan. Dapat disimpulkan bahwa apa yang direncanakan dan apa yang
diusulkan oleh masyarakat dapat dianggarkan dalam APBDesa, hanya saja memang belum maksimal. Ada prioritas-prioritas yang lebih
penting yang harus dianggarkan dalam APBDesa, sehingga tidak semua yang direncanakan dapat dianggarkan dalam APBDesa. Rata-
rata jawaban untuk variabel perencanaan APBDesa adalah 82,3 , artinya masyarakat memiliki pendapat bahwa ada peran APBDesa
dalam perencanaan APBDesa. 2.
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Terdapat 3 tiga lembaga desa yakni Pemerintah Desa Kepala
desa dan Perangkatnya, Badan Permusyawaratan Desa BPD dan lembaga kemasyarakatan. Setiap lembaga-lembaga tersebut memiliki
kedudukan, tugas dan fungsi yang berbeda. Pemenuhan kebutuhan dasar atau operasional lembaga pemerintahan desa meliputi
operasional pemerintah desa dan operasional BPD dalam rangka mendukung penyelenggaraan pemerintah desa dalam meningkatkan
pelayanan pemerintah desa kepada masyarakat desa dan dilaksanakan dengan efektif dan efisien.
Hasil dari tanggapan respondenuntuk pemenuhan dasar ini masih bervariasi. Dari hasil responden, 83,3 responden setuju bahwa
pelaksanaan APBDesa telah efektif dengan pelayanan yang diberikan pemerintah desa.Dengan adanya anggaran yang dialokasikan untuk
kebutuhan operasional kantor, membuat mutu yang diberikan pemerintah desa semakin hari semakin efektif dan hasilnya banyak
dirasakan oleh masyarakat. Walaupun masih banyak hal yang dibutuhkan dalam peningkatan operasional pemerintah seperti yang
tampak dari hasil kuesioner bahwa 63,6 biaya operasional pemerintah desa belum memadahi, namun setidaknya fasilitas pokok
yang diperlukan sudah terpenuhi. Pemenuhan kebutuhan kantor serta fasilitas pegawai dalam menujang kerja pegawai meningkatkan
kualitas dan semangat kerja pegawai dalam melaksanakan pelayanan terhadap masyarakat, hal ini tampak dari jumlah persentase 71,9
masyarakat setuju bahwa ada peningkatan mutu pelayanan walaupun memang belum maksimal. Hal ini dikarenakan fasilitas yang
dibutuhkan belum semuanya ada. Saat ini pemerintah desa sedang berencana untuk membuat websitedesa untuk semakin meningkatkan
mutu pelayanan yang digunakan sebagai sarana bagi masyarakat agar lebih tahu tentang program kerja dan kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintah Desa Gari sendiri. Alokasi belanja untuk operasional BPD PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
belum dapat dikatakan memadahi. Nampak dari hasil kuesiner yang persentasenya hanya 58,7. BPD memiliki peran sebagai pengawas,
perencana dan penjembatan antara masyarakat dan pemerintah desa,dapat dikatakan BPD memiliki peran yang sangat penting. Segala
bentuk operasional BPD baik dalam kegiatan dan insentifnya harus memadahi sehingga tugas BPD dapat dilaksanakan dengan optimal.
Rata-rata jawaban responden untuk variabel pemenuhan kebutuhan dasar adalah 69,37, artinya masyarakat berpendapat peran APBDesa
belum banyak dirasakan dalam pemenuhan kebutuhan dasar. Anggaran yang dialokasikan untuk pemenuhan kebutuhan dasar masih
kurang. 3.
Penguatan Kelembagaan Di Desa Gari terdapat kelembagaan masyarakat yang dibentuk desa
yang terdiri dari LPMD, PKK, Posyandu, Karang taruna, PAUD, RT dan RW.Berdasarkan tanggapan masyarakat terhadap penguatan
kelembagaan desa, alokasi belanja yang digunakan masing-masing lembaga kemasyarakatan di desa didominasi dengan jawaban cukup
dan tidak setuju terlebih terkait alokasi dana untuk RT dan RW hasil responden hanya sebesar 25. Dana yang dianggarkan untuk lembaga
kemasyarakatan masih kurang memadahi belum merata ke semua lembaga masyarakat sehingga peran, tugas dan fungsinya belum dapat
dilaksanakan dengan optimal. Hal ini didukung oleh hasil kuesioner yang memiliki rata-rata jawaban sebesar 41,15. Pemerintah desa
sudah berusaha memberikan dana kepada setiap lembaga, namun karena terbatasnya dana dan masih banyak prioritas lain yang harus
dicukupi terlebih dahulu, maka dana untuk lembaga kemasyarakatan belum dapat dipenuhi. Hampir setiap tahun alokasi dana untuk
lembaga kemasyarakatan ini stabil bahkan memiliki jumlah yang sama. Bahkan hanya mencontoh anggaran tahun sebelumnya. Padahal
lembaga kemasyarakat
memiliki banyak
kegiatan untuk
mengembangkan potensi masyarakat yang membutuhkan dana yang lebih besar. Saat ini kegiatan yang dilaksanakan oleh beberapa
lembaga kemasyarakatan
banyak didanai
oleh swadaya
masyarakat.Sementara alokasi untuk RT dan RW tampak begitu kurang. Kurang disini dikarenakan alokasi dana untuk RW dan RT
seharusnya digunakan untuk biaya administrasi RT dan RW malah digunakan sebagai gaji, karena lembaga ini tidak mendapatkan alokasi
gaji dari pemerintah desa. 4.
Peningkatan Insfrastruktur Pedesaan Insfrastruktur pedesaan adalah salah satu bagian terpenting dalam
kegiatan pemerintah dan pembangunan. Insfrastruktur adalah hal nyata yang dapat dirasakan dan dilihat oleh masyarakat awam.
Terlebih insfrastruktur merupakan sarana yang dekat dan paling dibutuhkan oleh masyarakat. Insfrastruktur yang didanai dari
APBDesa ini terdiri dari saranaprasarana kantor desa, balai desa, jalan, pemukiman dan lembaga ekonomi. Rata-rata jawaban
masyarakatmasih berimbang antara jawaban setuju dan tidak setuju.Rata-rata jawaban responden adalah 54,15. Dari hasil rata-
rata tersebut dapat terlihat bahwa masyarakat belum banyak merasakan adanya peran APBDesa dalam peningkatan insfrastrusktur
pedesaan. Peningkatan infrastruktur pedesaan saat ini sedikit berkembang daripada 5 lima tahun yang lalu. Setidaknya kantor desa
dan balai desa telah memiliki fasilitas pokok yang penting dalam pelaksanaan kegiatan dan dirasa sudah cukup. Hal ini tampak dari
hasil persentase 62,5. Saat ini, pemerintah Desa Gari sedang dalam proses memperbaiki insfrastruktur pedesaan, tampak jelas dari
pembangunan balai desa yang saat ini berjalan. Walaupun belum sempurna, tetapi saat ini pemerintah desa sudah mulai menggiatkan
pembangunan, terlebih kantor desa.Dalam hal peningkatan sarana balai pertemuan balai desa persentasenya 50,0, artinya memang
untuk peningkatan balai desa masih kurang. Masih banyak balai pertemuan yang ada di dusun-dusun yang masih belum diperbaiki, dan
fasilitas yang ada belum dapat dikatakan cukup memadahi. Jalan desa sudah banyak diperbaiki, meskipun ada dibeberapa titik yang masih
membutuhkan perbaikan jalan dan beberapa jalan sudah mengalami kerusakan. Dari hasil kuesioner persentase yang didapatkan sebanyak
54,1 . Perbaikan jalan masih dikatakan kurang, banyak jalan yang rusak akibat banyaknya kendaraan besar pengangkut batu kapur.
Selain itu akses jalan ke ladang yang masih mengalami kerusakan, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terlebih saat musim penghujan yang sangat menyulitkan petani dalam melaksanakan aktivitasnya. Dalam halprasarana pemukiman, masih
banyak warga yang membutuhkan bantuan jambanisasi dan lantainisasi. Masih banyak rumah kumuh yang ada di Desa Gari.
Bantuan berupa jambanisasi dan lantanisasi belum merata keseluruh masyarakat. Persentase yang dihasilkan dari kuesioner sejumlah
50,0, yang berarti belanja untuk prasarana pemukimam memang belum memadahi karena belum tercukupi dana untuk merealisasikan
bantuan tersebut. Pemerintah desa sebaiknya memperhatikan hal tersebut untuk masa mendatang tidak hanya memprioritaskan kantor
desa, balai pertemuan dan jalan. Hal ini seperti diungkapkan oleh Kepala Dukuh Gatak,
“…….saat ini masih banyak masyarakat yang mebutuhkan adanya lantainisasi dan jambanisasi. Sementara pemerintah desa hanya
menganggarkan jambanisasi untuk 5 lima rumah untuk setiap 5 lima tahun. Apabila dilihat masih puluhan rumah yang belum
memiliki pemukiman yang layak. Dengan anggaran demikian, bantuan berupa jambanisasi dan lantainisasi akan membutuhkan
waktu lama untuk merealisasikan ke seluruh warga
…”. 5.
Pengembangan Wilayah Pedesaan Pengembangan wilayah pedesaan tidak hanya terlihat dari
pembangunan fisik yang terlihat dan dapat dirasakan, namun bagian penting lainnya adalah pembangunan non fisik. Pembangunan yang
tercipta oleh dorongan masyarakat setempat dan memiliki jangka waktu yang lama berupa peningkatan perekonomian, kesejahteraan,
kualitas hidup, perbaikan lingkungan pemukiman dan peningkatan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sumber daya masyarakat desa. Tanggapan responden cenderung setuju terhadap pendapat bahwa APBDesa telah memberikan peningkatan
kualitas hidup danpengembangan wilayah dan sumber daya masyarakat
desa.Hanya saja
untuk peningkatan
ekonomi, kesejahteraan, dan pemukiman belum dapat dirasakan masyarakat.
Hasil dari tanggapan responden 76,1 APBDesa memberikan pengembangan kualitas hidup masyarakat, serta 70,0 masyarakat
berpendapat bahwa APBDesa memberikan peningkatan sumber daya manusia di desa. Berdasarkan pendapat tersebut disimpulkan bahwa
masyarakat dapat merasakan peran APBDesa dalam kehidupan mereka terlebih dalam pengembangan kualitas hidup dan sumber daya
masyarakat. Kualitas hidup masyarakat meningkat dengan adanya peningkatan
sarana kesehatan dan pendidikan, serta adanya alokasi untuk sarana tersebut. Adanya alokasi dana untuk Posyandu sangat dibutuhkan
untuk membantu memperbaiki kesehatan dan gizi bayi serta kesehatan manula. Walaupun dana yang dialokasikan belum sepenuhnya
mencukupi, namun setidaknya sudah cukup mampu membantu kualitas hidup masyarakat yang jauh lebih baik. Pemerintah desa telah
sering membantu masyarakat dengan mengadakan pelatihan UKM, penyuluhan untuk petani dan peternak, sehingga dapat meningkatkan
hasil dari usaha masyarakat. Sumber daya masyarakat akan jauh lebih PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
meningkat menjadi lebih baik. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Lurah Desa Gari,
“Dengan sarana prasarana meningkat terlebih jalan desa yang diperbaiki mempermudah petani, pedagang, peternak dan pelaku
kegiatan lain dalam melaksanakan aktivitas. Akses mudah, petani dapat mudah membawa hasil panen, pedagang dapat buka kios
dipinggir jalan, yang otomatis akan meningkatkan ekonomi,
kesejahteraanpun bertambah.”. Masyarakat belum merasakan adanya peningkatan kesejahteraan
masyarakat desa dengan adanya APBDesa. Hal ini terlihat dari hasil persentase kuesioner yaitu 61,5. Di Desa Gari ini memang masih
banyak sekali warga yang dikatakan miskin yang masih membutuhkan bantuan. Warga masyarakat masih memiliki pikiran yang kolot,
sehingga sulit untuk mengembangkan potensi yang ada yang masih dapat ditingkatkan. Seperti hasil tambang batu putih yang melimpah
tidak diolah secara maksimal hanya dijual sebagai bahan mentah. Apabila masyarakat dapat mengolah dengan membuat patung atau
hasil karya yang lebih kreatif, harga jualnya pun pasti akan jauh lebih tinggi.
Sama halnya dengan peningkatan ekonomi yang belum dirasakan oleh masyarakat, terlihat dari hasil kuesioner yang hanya berjumlah
58,3. Masih banyak akses jalan yang rusak, terlebih akses jalan ke ladang, hal ini mengakibatkan para petani susah untuk membawa hasil
pertaniannya dan menghambat para petani untuk menjual hasil panennya karena membutuhkan waktu yang lama dalam proses
pengangkutan hasil panen. Sarana angkutan yang belum memadahi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tidak dapat masuk ke desa yang jauh dari akses jalan besar menyulitkan para petani dalam menjual hasil panenya ke pasar.
Akhirnya, para petani lebih memilih menjualnya ke tetangga disekitar rumah yang memiliki harga jual rendah. Terkait dengan perbaikan
lingkungan pemukiman penduduk, masyarakat juga belum merasakan adanya peranan APBDesa, hasil persentase hanya berjumlah 62,5.
Hal ini diakibatkan karena masih banyak saran pemukiman berupa lantainisasi dan jambanisasi yang masih banyak dibutuhkan
masyarakat, serta masih banyak rumah kumuh yang tersebar di Desa Gari. Dari alasan-alasan diatas masyarakat merasa bahwa APBDesa
belum dimanfaatkan secara maksimal untuk pengembangan wilayah pedesaan, tampak dari hasil kuesioner memiliki persentase 62,5.
Rata-rata jawaban masyarakat yaitu 65,15, yang berarti bahwa masyarakat memang belum merasakan adanya peran APBDesa dalam
pengembangan wilayah pedesaan.
D. Pembahasan