Analisis Data ANALISIS DAN PEMBAHASAN

C. Analisis Data

1. Analisis Peranan APBDesa a. Hasil Tanggapan Responden Setelah mengadakan penelitian dengan kuesioner tertutup, penulis memaparkan data hasil penelitian yang diperoleh dari pengumpulan kuesioneryang disebar pada masyarakatDesa Gari. Berikut hasil data dari kuesioner yang dikumpulkan : Tabel 5.8 Hasil Tanggapan Responden No. Uraian ST S TS CS S SS Kesim pulan s+ss Perencanaan APBDesa 1. Masyarakat menge- tahui APBDesa setiap tahun yang dianggarkan oleh Pemerintah Desa. 89.6 10.4 100.0 2. Masyarakat ber- partisipasi dalam musyawarah desa untuk perencanaan penyusunan APBDesa. 2.1 28.1 62.5 7.3 69.8 3. Penyusunan APBDesa telah sesuaidengan yang direncanakan. 22.9 69.8 7.3 77.1 4. Masyarakat menge- tahui APBDesa telah dibahas Kepala desa bersama BPD. 17.7 72.9 9.4 82.3 Pemenuhan Kebutuhan Dasar PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1. Pelaksanaan APBDesa telah efektif dengan pelayanan yang diberikan pemerintah desa. 16.7 72.9 10.4 83.3 2. Pelaksanaan ke- giatan telah di- laksanakan dengan efisien dimana biaya operasional pemerintah desa telah memadahi. 1.0 35.4 54.2 9.4 63.6 3. Mutu pelayanan semakin meningkat dengan adanya peningkatan sumber pendapatan desa. 28.1 65.6 6.3 71.9 4. Alokasi belanja yang digunakan untuk operasional BPD telah memadahi 31.3 55.2 13.5 58.7 Penguatan Kelembagaan 1. Alokasi belanja untuk lembaga kemasyarakatan memadai. 11.5 37.5 51.0 51.0 2. Alokasi belanja untuk lembaga pemberdayaan masyarakat telah memadahi. 12.6 43.8 43.8 43.8 3. Alokasi untuk biaya PKK telah memadahi. 10.4 42.7 47.9 47.9 4. Alokasi belanja untuk biaya Posyandu telah memadahi. 8.3 36.5 56.3 56.3 Tabel 5.8Hasil Tanggapan Responden Lanjutan No. Uraian ST S TS CS S SS Kesim pulan s+ss 5. Alokasi belanja untuk biaya PAUD telah memadahi. 13.5 45.8 41.7 41.7 6. Alokasi belanja untuk Karangtaruna telah memadahi. 7.3 55.2 38.5 38.5 7. Alokasi belanja untuk RT telah memadahi. 18.8 57.3 25.0 25.0 8. Alokasi belanja untuk RW telah memadahi. 18.8 57.3 25.0 25.0 Peningkatan Insfrastruktur Pedesaan 1. Belanja untuk peningkatan saranaprasarana kantor desa telah memadahi. 4.2 33.3 52.1 10.4 62.5 2. Belanja untuk peningkatan saranaprasaraba pertemuan Balai desa telah memadahi. 5.2 44.8 40.6 9.4 50.0 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel 5.8 Hasil Tanggapan Responden Lanjutan No. Uraian ST S TS CS S SS Kesim pulan s+ss 3. Belanja untuk peningkatan prasaran jalan telah memadahi. 2.1 19.8 49.0 5.1 54.1 4. Belanja untuk peningkatan pra- sarana pemukiman telah memadahi. 11.5 37.5 45.8 5.2 50.0 Pengembangan Wilayah Pedesaan 1. APBDesa mem- berikan pengembangan kualitas hidup masyarakat. 2.1 21.8 68.8 7.3 76.1 2. APBDesa telah memberikan peningkatan kesejahteraan masyarakat desa. 1.0 37.5 53.2 8.3 61.5 3. APBDesa telah memberikan peningkatan ekonomi masyarakat desa. 1.1 40.6 47.9 10.4 58.3 4. APBDesa telah memberikan perbaikan terhadap lingkungan pemukiman penduduk. 2.1 35.4 51.0 11.5 62.5 Tabel 5.8 Hasil Tanggapan Responden Lanjutan No. Uraian ST S TS CS S SS Kesim pulan s+ss 5. APBDesa telah dimanfaatkan untuk pengembangan wilayah pedesaan. 37.5 47.9 14.6 62.5 6. APBDesa telah memberikan peningkatan Sumber Daya Manusia di desa. 30.2 54.2 15.6 70.0 Sumber : data primer yang diolah. b. Analisis Hasil Pelaksanaan Kegiatan Berdasarkan hasil tanggapan 96 responden terhadap pelaksanaan APBDesa Desa Gari dapat dideskripsikan dari tabel hasil tanggapan responden diatas. 1. Perencanaan APBDesa Dengan berlakunya beberapa Peraturan Menteri Dalam Negeri Permendagri yang terkait dengan keuangan desa, seperti Permendagri No. 35 dan 37 Tahun 2007 mengisyaratkan bahwa aparat pemerintah desa memiliki wewenang dalam merencanakan, mengelola dan memepertanggungjawabkan keuangannya. Mardiasmo 2009, mengemukakan elemen manajemen keuangan daerah yang diperlukan untuk mengontrol kebijakan keuangan daerah tersebut meliputi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI akuntabilitas, value for money, kejujuran, transparansi, dan pengendalian. Salah satu hal yang penting adalah transparansi. Transparansi adalah keterbukaan pemerintah dalam membuat kebijakan-kebijakan, sehingga segala kebijakan dapat diketahui dan diawasi oleh masyarakat dan pihak yang berwenang. Dalam menciptakan horizontal accountability antara pemerintah desa dan masyarakatnya diperlukan transparansi pengelolaan keuangan guna menciptakan pemerintah desa yang bersih, efektif, efisien, akuntabel dan responsive terhadap aspirasi dan kepentingan masyarakat. Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa bahwa perencanaan pembangunan desa sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan daerah kabupaten yang disusun secara partisipatif oleh pemerintah desa sesuai dengan kewenangannya dan wajib melibatkan lembaga kemasyarakatan desa. Dokumen perencanaan desa yang merupakan rencana programkegiatan merupakan dasar dari penyusunan APBDesa yang dilaksanakan secara partisipatif dimana masyarakat mengetahui dan terlibat dalam penyusunannya. Berdasarkan pertanyaan yang diajukan kepada responden terkait proses perencanaan APBDesa, responden berpendapat bahwa 100 masyarakat mengetahui APBDesa yang dianggarkan oleh pemerintah desa. Namun, dalam hal ini masyarakat kebanyakan hanya sebatas tahu tentang program kerja pemerintah saja. Dalam hal rincian anggarannya masyarakat kurang begitu paham. Beberapa tahun belakangan ini pemerintah Desa Gari menggiatkan adanya sosialisasi tentangAPBDesa kepada masyarakat baik melalui Dukuh masing-masing Dusun, maupun kunjungan dari pemerintah desa secara langsung. Sosialisasi yang dilakukan berupa penjelasan akan programkerja yang akan dilakukan oleh pemerintah Desa Gari. Namun terkadang sosialisasi ini tidak menyentuh seluruh lapisan masyarakat, selain itu sosialisasi merupakan proses transparansi yang lemah karena proses komunikasinya berlangsung satu arah dari pemerintah desa untuk memberi tahu informasi dan bahkan hanya meminta persetujuan dan justifikasi dari warga. Warga masyarakat tidak memperoleh informasi secara transparan bagaimana keuangan dikelola, seberapa keuangan desa yang diperoleh dan dibelanjakan. Hal tersebut menyebabkan kurangnya pengetahuan akan APBDesa. Kurangnya pengetahuan masyarakat inilahyangmembuat masyarakat tidak tahu dan tidak paham dengan berapa jumlah Dana Desa dan dianggarkan untuk apa saja dana desa tersebut.Akibatnya, masyarakat hanya akan mengeluh apabila kerja pemerintah desa tidak sesuai dengan harapan masyarakat. Selain itu 82,3 masyarakat mengetahui APBDesa telah dibahas Kepala desa bersama BPD. Masyarakat setuju dengan pendapat tersebut, karena masyarakat sudah mengerti bahwa dalam penyusunan anggaran akan melibatkan Kepala desa dan BPD, sehingga sudah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI semestinya APBDesa dibahas oleh Kepala desa dan BPD. Hanya sajadalam proses perencanaan APBDesa, partisipasi masyarakat belum dikatakan maksimal. Hal ini tampak dari hasil persentase responden yang hanya berjumlah 69,8. Partisipasi masyarakat ini berupa pengajuan usul yang dapat digunakan untuk acuan dalam penyusunan rencana anggaran. Di salah satu dusun di Desa Gari, tepatnya di dusun Ngijorejo setaun sekali biasanya akan mengadakan musyawarah dusun yang melibatkan seluruh warga masyarakat untuk memusyawarahkan usul-usul dan kebutuhan yang diharapkan masyarakat. Kenyataanya dusun-dusun di Desa Gari, belum seluruhnya menerapkan kegiatan seperti ini. Padahal kegiatan semacam ini dapat membantu pemerintah desa dalam menyusun APBDesa. Usul-usul dari seluruh masyarakat dapat ditampung kepala dukuh, dan nantinya akan disampaikan ke pemerintah desa sebagai acuan penyusunan. Hal ini diharapkan agar musyawarah yang dilaksanakan dapat menampung seluruh aspirasi masyarakat. Dalam perencanaan penyusunan APBDesa, tidak semua masyarakat dilibatkan, namun hanya diwakili oleh tokoh-tokoh masyarakat maupun pengurus desa, baik ditigkat desa maupun Dusun. Terkadang orang-orang yang mewakili ini tidak dapat mewakili usulan masyarakat luas. Padahal usul masyarakat inilah yang akan menjadi acuan untuk menyusun program kerja pemerintah desa danketerlibatan masyarakat serta pengetahuan masyarakat sangat penting terutama PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI sebagai penerima dan pengawas hasil kerja pemerintah desa. Masyarakat memang tidak dapat dilibatkan seluruhnya dalam proses penyusunan APBDesa di Desa Gari, namun setidaknya mereka dapat dilibatkan dengan adanya musyawarah di setiap dusun, seperti yang dilakukan di dusun Ngijorejo dan mendapatkan sosialisai mengenai APBDesa yang telah disusun. Masyarakat berpendapat bahwa 77,1 penyusunan APBDesa telah sesuai dengan apa yang direncanakan. Dapat disimpulkan bahwa apa yang direncanakan dan apa yang diusulkan oleh masyarakat dapat dianggarkan dalam APBDesa, hanya saja memang belum maksimal. Ada prioritas-prioritas yang lebih penting yang harus dianggarkan dalam APBDesa, sehingga tidak semua yang direncanakan dapat dianggarkan dalam APBDesa. Rata- rata jawaban untuk variabel perencanaan APBDesa adalah 82,3 , artinya masyarakat memiliki pendapat bahwa ada peran APBDesa dalam perencanaan APBDesa. 2. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Terdapat 3 tiga lembaga desa yakni Pemerintah Desa Kepala desa dan Perangkatnya, Badan Permusyawaratan Desa BPD dan lembaga kemasyarakatan. Setiap lembaga-lembaga tersebut memiliki kedudukan, tugas dan fungsi yang berbeda. Pemenuhan kebutuhan dasar atau operasional lembaga pemerintahan desa meliputi operasional pemerintah desa dan operasional BPD dalam rangka mendukung penyelenggaraan pemerintah desa dalam meningkatkan pelayanan pemerintah desa kepada masyarakat desa dan dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Hasil dari tanggapan respondenuntuk pemenuhan dasar ini masih bervariasi. Dari hasil responden, 83,3 responden setuju bahwa pelaksanaan APBDesa telah efektif dengan pelayanan yang diberikan pemerintah desa.Dengan adanya anggaran yang dialokasikan untuk kebutuhan operasional kantor, membuat mutu yang diberikan pemerintah desa semakin hari semakin efektif dan hasilnya banyak dirasakan oleh masyarakat. Walaupun masih banyak hal yang dibutuhkan dalam peningkatan operasional pemerintah seperti yang tampak dari hasil kuesioner bahwa 63,6 biaya operasional pemerintah desa belum memadahi, namun setidaknya fasilitas pokok yang diperlukan sudah terpenuhi. Pemenuhan kebutuhan kantor serta fasilitas pegawai dalam menujang kerja pegawai meningkatkan kualitas dan semangat kerja pegawai dalam melaksanakan pelayanan terhadap masyarakat, hal ini tampak dari jumlah persentase 71,9 masyarakat setuju bahwa ada peningkatan mutu pelayanan walaupun memang belum maksimal. Hal ini dikarenakan fasilitas yang dibutuhkan belum semuanya ada. Saat ini pemerintah desa sedang berencana untuk membuat websitedesa untuk semakin meningkatkan mutu pelayanan yang digunakan sebagai sarana bagi masyarakat agar lebih tahu tentang program kerja dan kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah Desa Gari sendiri. Alokasi belanja untuk operasional BPD PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI belum dapat dikatakan memadahi. Nampak dari hasil kuesiner yang persentasenya hanya 58,7. BPD memiliki peran sebagai pengawas, perencana dan penjembatan antara masyarakat dan pemerintah desa,dapat dikatakan BPD memiliki peran yang sangat penting. Segala bentuk operasional BPD baik dalam kegiatan dan insentifnya harus memadahi sehingga tugas BPD dapat dilaksanakan dengan optimal. Rata-rata jawaban responden untuk variabel pemenuhan kebutuhan dasar adalah 69,37, artinya masyarakat berpendapat peran APBDesa belum banyak dirasakan dalam pemenuhan kebutuhan dasar. Anggaran yang dialokasikan untuk pemenuhan kebutuhan dasar masih kurang. 3. Penguatan Kelembagaan Di Desa Gari terdapat kelembagaan masyarakat yang dibentuk desa yang terdiri dari LPMD, PKK, Posyandu, Karang taruna, PAUD, RT dan RW.Berdasarkan tanggapan masyarakat terhadap penguatan kelembagaan desa, alokasi belanja yang digunakan masing-masing lembaga kemasyarakatan di desa didominasi dengan jawaban cukup dan tidak setuju terlebih terkait alokasi dana untuk RT dan RW hasil responden hanya sebesar 25. Dana yang dianggarkan untuk lembaga kemasyarakatan masih kurang memadahi belum merata ke semua lembaga masyarakat sehingga peran, tugas dan fungsinya belum dapat dilaksanakan dengan optimal. Hal ini didukung oleh hasil kuesioner yang memiliki rata-rata jawaban sebesar 41,15. Pemerintah desa sudah berusaha memberikan dana kepada setiap lembaga, namun karena terbatasnya dana dan masih banyak prioritas lain yang harus dicukupi terlebih dahulu, maka dana untuk lembaga kemasyarakatan belum dapat dipenuhi. Hampir setiap tahun alokasi dana untuk lembaga kemasyarakatan ini stabil bahkan memiliki jumlah yang sama. Bahkan hanya mencontoh anggaran tahun sebelumnya. Padahal lembaga kemasyarakat memiliki banyak kegiatan untuk mengembangkan potensi masyarakat yang membutuhkan dana yang lebih besar. Saat ini kegiatan yang dilaksanakan oleh beberapa lembaga kemasyarakatan banyak didanai oleh swadaya masyarakat.Sementara alokasi untuk RT dan RW tampak begitu kurang. Kurang disini dikarenakan alokasi dana untuk RW dan RT seharusnya digunakan untuk biaya administrasi RT dan RW malah digunakan sebagai gaji, karena lembaga ini tidak mendapatkan alokasi gaji dari pemerintah desa. 4. Peningkatan Insfrastruktur Pedesaan Insfrastruktur pedesaan adalah salah satu bagian terpenting dalam kegiatan pemerintah dan pembangunan. Insfrastruktur adalah hal nyata yang dapat dirasakan dan dilihat oleh masyarakat awam. Terlebih insfrastruktur merupakan sarana yang dekat dan paling dibutuhkan oleh masyarakat. Insfrastruktur yang didanai dari APBDesa ini terdiri dari saranaprasarana kantor desa, balai desa, jalan, pemukiman dan lembaga ekonomi. Rata-rata jawaban masyarakatmasih berimbang antara jawaban setuju dan tidak setuju.Rata-rata jawaban responden adalah 54,15. Dari hasil rata- rata tersebut dapat terlihat bahwa masyarakat belum banyak merasakan adanya peran APBDesa dalam peningkatan insfrastrusktur pedesaan. Peningkatan infrastruktur pedesaan saat ini sedikit berkembang daripada 5 lima tahun yang lalu. Setidaknya kantor desa dan balai desa telah memiliki fasilitas pokok yang penting dalam pelaksanaan kegiatan dan dirasa sudah cukup. Hal ini tampak dari hasil persentase 62,5. Saat ini, pemerintah Desa Gari sedang dalam proses memperbaiki insfrastruktur pedesaan, tampak jelas dari pembangunan balai desa yang saat ini berjalan. Walaupun belum sempurna, tetapi saat ini pemerintah desa sudah mulai menggiatkan pembangunan, terlebih kantor desa.Dalam hal peningkatan sarana balai pertemuan balai desa persentasenya 50,0, artinya memang untuk peningkatan balai desa masih kurang. Masih banyak balai pertemuan yang ada di dusun-dusun yang masih belum diperbaiki, dan fasilitas yang ada belum dapat dikatakan cukup memadahi. Jalan desa sudah banyak diperbaiki, meskipun ada dibeberapa titik yang masih membutuhkan perbaikan jalan dan beberapa jalan sudah mengalami kerusakan. Dari hasil kuesioner persentase yang didapatkan sebanyak 54,1 . Perbaikan jalan masih dikatakan kurang, banyak jalan yang rusak akibat banyaknya kendaraan besar pengangkut batu kapur. Selain itu akses jalan ke ladang yang masih mengalami kerusakan, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI terlebih saat musim penghujan yang sangat menyulitkan petani dalam melaksanakan aktivitasnya. Dalam halprasarana pemukiman, masih banyak warga yang membutuhkan bantuan jambanisasi dan lantainisasi. Masih banyak rumah kumuh yang ada di Desa Gari. Bantuan berupa jambanisasi dan lantanisasi belum merata keseluruh masyarakat. Persentase yang dihasilkan dari kuesioner sejumlah 50,0, yang berarti belanja untuk prasarana pemukimam memang belum memadahi karena belum tercukupi dana untuk merealisasikan bantuan tersebut. Pemerintah desa sebaiknya memperhatikan hal tersebut untuk masa mendatang tidak hanya memprioritaskan kantor desa, balai pertemuan dan jalan. Hal ini seperti diungkapkan oleh Kepala Dukuh Gatak, “…….saat ini masih banyak masyarakat yang mebutuhkan adanya lantainisasi dan jambanisasi. Sementara pemerintah desa hanya menganggarkan jambanisasi untuk 5 lima rumah untuk setiap 5 lima tahun. Apabila dilihat masih puluhan rumah yang belum memiliki pemukiman yang layak. Dengan anggaran demikian, bantuan berupa jambanisasi dan lantainisasi akan membutuhkan waktu lama untuk merealisasikan ke seluruh warga …”. 5. Pengembangan Wilayah Pedesaan Pengembangan wilayah pedesaan tidak hanya terlihat dari pembangunan fisik yang terlihat dan dapat dirasakan, namun bagian penting lainnya adalah pembangunan non fisik. Pembangunan yang tercipta oleh dorongan masyarakat setempat dan memiliki jangka waktu yang lama berupa peningkatan perekonomian, kesejahteraan, kualitas hidup, perbaikan lingkungan pemukiman dan peningkatan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI sumber daya masyarakat desa. Tanggapan responden cenderung setuju terhadap pendapat bahwa APBDesa telah memberikan peningkatan kualitas hidup danpengembangan wilayah dan sumber daya masyarakat desa.Hanya saja untuk peningkatan ekonomi, kesejahteraan, dan pemukiman belum dapat dirasakan masyarakat. Hasil dari tanggapan responden 76,1 APBDesa memberikan pengembangan kualitas hidup masyarakat, serta 70,0 masyarakat berpendapat bahwa APBDesa memberikan peningkatan sumber daya manusia di desa. Berdasarkan pendapat tersebut disimpulkan bahwa masyarakat dapat merasakan peran APBDesa dalam kehidupan mereka terlebih dalam pengembangan kualitas hidup dan sumber daya masyarakat. Kualitas hidup masyarakat meningkat dengan adanya peningkatan sarana kesehatan dan pendidikan, serta adanya alokasi untuk sarana tersebut. Adanya alokasi dana untuk Posyandu sangat dibutuhkan untuk membantu memperbaiki kesehatan dan gizi bayi serta kesehatan manula. Walaupun dana yang dialokasikan belum sepenuhnya mencukupi, namun setidaknya sudah cukup mampu membantu kualitas hidup masyarakat yang jauh lebih baik. Pemerintah desa telah sering membantu masyarakat dengan mengadakan pelatihan UKM, penyuluhan untuk petani dan peternak, sehingga dapat meningkatkan hasil dari usaha masyarakat. Sumber daya masyarakat akan jauh lebih PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI meningkat menjadi lebih baik. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Lurah Desa Gari, “Dengan sarana prasarana meningkat terlebih jalan desa yang diperbaiki mempermudah petani, pedagang, peternak dan pelaku kegiatan lain dalam melaksanakan aktivitas. Akses mudah, petani dapat mudah membawa hasil panen, pedagang dapat buka kios dipinggir jalan, yang otomatis akan meningkatkan ekonomi, kesejahteraanpun bertambah.”. Masyarakat belum merasakan adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat desa dengan adanya APBDesa. Hal ini terlihat dari hasil persentase kuesioner yaitu 61,5. Di Desa Gari ini memang masih banyak sekali warga yang dikatakan miskin yang masih membutuhkan bantuan. Warga masyarakat masih memiliki pikiran yang kolot, sehingga sulit untuk mengembangkan potensi yang ada yang masih dapat ditingkatkan. Seperti hasil tambang batu putih yang melimpah tidak diolah secara maksimal hanya dijual sebagai bahan mentah. Apabila masyarakat dapat mengolah dengan membuat patung atau hasil karya yang lebih kreatif, harga jualnya pun pasti akan jauh lebih tinggi. Sama halnya dengan peningkatan ekonomi yang belum dirasakan oleh masyarakat, terlihat dari hasil kuesioner yang hanya berjumlah 58,3. Masih banyak akses jalan yang rusak, terlebih akses jalan ke ladang, hal ini mengakibatkan para petani susah untuk membawa hasil pertaniannya dan menghambat para petani untuk menjual hasil panennya karena membutuhkan waktu yang lama dalam proses pengangkutan hasil panen. Sarana angkutan yang belum memadahi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI tidak dapat masuk ke desa yang jauh dari akses jalan besar menyulitkan para petani dalam menjual hasil panenya ke pasar. Akhirnya, para petani lebih memilih menjualnya ke tetangga disekitar rumah yang memiliki harga jual rendah. Terkait dengan perbaikan lingkungan pemukiman penduduk, masyarakat juga belum merasakan adanya peranan APBDesa, hasil persentase hanya berjumlah 62,5. Hal ini diakibatkan karena masih banyak saran pemukiman berupa lantainisasi dan jambanisasi yang masih banyak dibutuhkan masyarakat, serta masih banyak rumah kumuh yang tersebar di Desa Gari. Dari alasan-alasan diatas masyarakat merasa bahwa APBDesa belum dimanfaatkan secara maksimal untuk pengembangan wilayah pedesaan, tampak dari hasil kuesioner memiliki persentase 62,5. Rata-rata jawaban masyarakat yaitu 65,15, yang berarti bahwa masyarakat memang belum merasakan adanya peran APBDesa dalam pengembangan wilayah pedesaan.

D. Pembahasan