Sampai saat ini etiologi preeklampsia masih belum jelas, terdapat hipotesis mengenai etiologi preeklampsia
1. Invasi trofoblast abnormal
12,13
Tidak seperti pada implantasi normal, pada preeklampsia trofoblast mengalami invasi inkomplit.
2. Faktor imunologis Resiko gangguan hipertensi meningkat cukup besar pada keadaan-keadaan
ketika pembentukan antibodi menjadi penghambat terhadap tempat-tempat antigen di plasenta mungkin terganggu.
3. Maladaptasi maternal terhadap perubahan kardiovaskular dan peradangan dari kehamilan normal dalam berbagai cara diperlihatkan bahwa peradangan akan
diikuti oleh lepasnya mediatoragen yang dapat memicu kerusakan endogen. 4. Faktor nutrisi
Sejumlah defisiensi atau berlebihnya kandungan dalam diet seperti protein dan lemak dianggap berperan pada terjadinya preeklampsia.
5. Faktor psikologi Ibu yang berada dalam tekanan psikologi stress memiliki resiko
berkembangnya penyakit hipertensi dalam kehamilan.
2.1.3. Insidens dan Faktor Resiko Preeklampsia
Insidens preeklampsia dan eklampsia berkisar antara 3,4 – 8,5 pada wanita hamil, 3-7 terjadi pada nullipara dan 0,8-5 pada multipara. Angka kejadian
preeklampsia di Indonesia berkisar antara 3-10 .
Universita Sumatera Utara
Penelitian di Medan oleh Girsang 2004, melaporkan angka kejadian preeklampsia berat di RSUP. H. Adam Malik dan RSUD. Dr. Pirngadi Medan periode
2000-2003 adalah 5,94 , sedangkan eklampsia 1,07 . Wanita dengan resiko kehamilan resiko tinggi perlu diperiksa untuk memprediksi
dan mencegah terjadinya preeklampsia. Kejadian preeklampsia ditemukan meningkat pada wanita diabetes yaitu 9,9 dibandingkan pada wanita yang tidak menderita
diabetes. Adanya hipotiroidisme yang tidak diterapi juga memicu terjadinya preeklampsia-eklampsia.
15
Kehamilan multipel merupakan salah satu faktor resiko terjadinya preeklampsia. Kehamilan kembar akan meningkatkan resiko 4x lipat. Usia ibu lebih dari 40 tahun juga
ditemukan lebih beresiko untuk menderita preeklampsia.
16
17
Pada preeklampsia ringan tidak ditemukan adanya pengaruh keturunan, tetapi riwayat preeklampsia berat pada keluarga merupakan faktor resiko. Dari sebuah
penelitian pada wanita dengan preeklampsia, ditemukan ibu pasien tersebut 14 menderita preeklampsia berat.
Nullipara merupakan faktor resiko terjadinya preeklampsia, dimana preeklampsia di diagnosis pada 64 wanita nulipara dan hanya pada 36 wanita multipara. Wanita
dengan BMI Body Mass Index lebih dari 35 sebelum kehamilan akan memiliki faktor resiko 4x lipat lebih berat dibandingkan wanita dengan BMI 19 – 27, Pada wanita
dengan BMI 20 merupakan faktor resiko terjadinya preeklampsia.
18
19
Universita Sumatera Utara
2.1.4. Klasifikasi
Preeklampsia dibagi menjadi preeklampsia berat dan preeklampsia ringan Preeklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai
1. Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg
2. Tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg
3. Proteinuria yang terjadi pada kehamilan lebih dari 20 minggu ≥ 5 g dalam jumlah urin
selama 24 jam atau dipstick ≥ +3
2. Preeklampsia ringan
15
Tanda dan gejala preeklampsia ringan
16
1. Tekanan darah sistolik antara 140-160 mmHg 2. Tekanan darah diastolik 90-110 mmHg
3. Proteinuria minimal ≥ 2gL24 jam
4. Tidak disertai gangguan fungsi organ
3. Jika terjadi tanda – tanda preeklampsia yang lebih berat dan disertai adanya kejang, maka dapat digolongkan kedalam eklampsia
Preeklampsia berat dibagi dalam beberapa kategori,yaitu:
a. PEB tanpa impending eklampsia
11,26
b. PEB dengan impending eklampsia dengan gejala – gejala impending adalah nyeri kepala, mata kabur, mual, muntah, dan nyeri epigastrium.
2.1.5. Onset Dini Early onset dan Onset Lambat Late onset preeklampsia