Setelah granul yang pertama keluar maka pupuk organik siap untuk
dikeringkan guna mengurangi tingkat kadar air sampai dengan ± 15. Proses pengeringan dilakukan dengan cara penjemuran dibawah terik matahari
langsung. Apabila panas matahari sangat terik proses pengeringan cukup selama satu hari saja.
Jika semua telah terpenuhi maka selanjutnya proses pengemasn bisa
dilakukan.
2.2. Kotoran Hewan
Pupuk kotoran hewan dapat berasal dari padang penggembalaan, kandang ternak, dan dari koloni hewan liar. Bentuknya ada berupa padatan, cairan atau
campuran dari keduanya. a.
Kotoran Ayam Umumya kotoran ayam mengandung N yang tinggi dan sedikit kering. Kualitas
kotoran ayam lebih banyak ditentukan oleh pakan yang diberikan dan alas lantai kandang yang digunakan. Selain itu jika kotoran ayam banyak tecampur
dengan bulu atau gabah alas lantai, kualitasnya akan kurang bagus. b.
Kotoran Sapi. Kotoran sapi atau kerbau umumnya banyak mengandung air. Oleh karena itu
kotoran sapi perlu dicampur dengan bahan lain seperti jerami atau serbuk gergaji. Kandungan zat hara kotoran sapi dipengaruhi oleh jumlah dan kualitas
hijauan, konsentrat serta sisa rumput yang tidak dimakan. Tabel 2.1 Rata-rata jumlah unsur hara kotoran ayam dan sapi
No Jenis Kotoran N
P K
Ca Hg
Na Fe
Mn Zn
Cu Ni Cr
1. Ayam 2,6
3,1 2,4 12,7 0,9
0,7 1758 572 724
80 48
17 2. Sapi
1,1 0,5
0,9 1,1
0,8 0,2
5726 344 122 20
- 6
Sumber : Nurheti Yuliarti 2009
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.3. Blotong
Salah satu limbah yang dihasilkan Pabrik Gula dalam proses pembuatan gula adalah blotong, limbah ini keluar dari proses dalam bentuk padat
mengandung air dan masih ber temperatur cukup tinggi panas, berbentuk seperti tanah, sebenarnya adalah serat tebu yang bercampur kotoran yang dipisahkan dari
nira. Komposisi blotong terdiri dari sabut, wax dan fat kasar, protein kasar,gula, total abu,SiO2, CaO, P2O5 dan MgO. Komposisi ini berbeda prosentasenya dari
satu PG dengan PG lainnya, bergantung pada pola produkasi dan asal tebu. Selama ini pemanfaatan blotong umumnya adalah sebagai pupuk organik,
dibeberapa Pabrik Gula daur ulang blotong menjadi pupuk yang kemudian digunakan untuk produksi tebu di wilayah-wilayah tanam para petani tebu. Proses
penggunaan pupuk organik ini tidak rumit, setelah dijemur selama beberapa minggu bulan untuk diaerasi di tempat terbuka, dimaksudkan untuk mengurangi
temperatur dan kandungan Nitrogen yang berlebihan. Dengan tetap menggunakan pupuk anorganik sebagai starter, maka penggunaan pupuk organik blotong ini
masih bisa diterima oleh masyarakat. Tabel 2.2 Hasil Analisis Kimia Blotong
No Analisis Blotong
1. pH -
7,53 2. Karbon
C 26,51
3. Nitrogen N
1,04 4. Nisbah
CN -
24,52 5. Fosfat
P
2
O
5
6,142 6. Kalium
K
2
O 0,485 7. Natrium
Na2O 0,082
8. Kalsium Ca
5,785 9. Magnesium
Mg 0,419
10. Besi Fe
0,191 11. Mangan
Mn 0,115
Sumber :Fadjari 2009
Limbah media tanam Jamur
Delet ed: ¶
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Limbah media tanam jamur yang dimaksudkan adalah suatu limbah yang didapat dari sebuah media tanam jamur yang mana sudah tidak memproduksi
jamur lagi. Limbah ini bisa dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan pupuk organik, dikarenakan dapat menghasilkan berbagai kandungan unsur. Unsur-unsur
tersebut bisa dilihat pada tabel. Tabel 2.3 Data Analisis Potensi Limbah media tanam Jamur
No Parameter
Unit Satuan Hasil Uji
1. pH -
6,8 2. Selulosa
total 60,3
3. Karbon total
24,15 – 28,49 4. N-Total
0,59 5.
Posfor P 0,05 – 0,65
6. Kalium K
0,17 – 0,77 7.
Kalsium CaO 14,34 -16,18
8. Kadar air
15 9. C-Total
15,04 Sumber : Rina S. Soetopo, Endang RCC.2008
Kompos
Kompos sering digunakan sebagai bahan baku utama dalam pembuatan pupuk organik. Kompos adalah bahan organik padat yang telah mengalami
dekomposisi parsial. Salah satu parameter untuk melihat kematangan kompos adalah rasio CN yang cukup rendah kurang lebih di bawah 25. Bahan baku
kompos adalah bahan organik padat, seperti sampah organik, seresah, sisa daun, jerami, dan lain-lain. Bahan-bahan organik tersebut harus dikomposkan terlebih
dahulu sebelum dibuat pupuk organik. Bahan organik mentah tidak bisa digunakan sebagai bahan baku pupuk organik, meskipun ukurannya kecil sudah
dihaluskan. Salah satu cara untuk mempercepat proses pembuatan kompos adalah dengan menambahkan aktivator pengomposan yang diberi nama promi.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
CN rasio adala perbandingan jumla karbon C dengan N dalam suatu bahan. Nila CN rasio dihitung dengan menggunakan rumus Pearson atau Linier
Programming berdasarkan analisis proksimat bahan. Tabel 2.4 Kandungan nutrisi dalam kompos
No Jenis Nutrisi
Kandungan 1.
Karbon C 19 - 40
2.
Nitrogen N 0,7 – 2,5
3. Fosfor P
0,01 – 0,14
4.
Kalium K 0,39 – 1,36
5. Magnesium Mg
0,04 – 0,21 6.
Kalsium Ca 0,13 – 1,32
7. Air
10 - 15 8.
CN 9 - 20
Sumber : Agi Rahadian 2007 Untuk kompos sisa tanaman kandungan hara beberapa tanaman pertanian
ternyata cukup tinggi dan bermanfaat sebagai sumber energi utama mikroorganisme di dalam tanah. Apabila digunakan sebagai mulsa, maka ia akan
mengontrol kehilangan air melalui evaporasi dari permukaan tanah, padat saat yang sama dapat mencegah erosi tanah. Hara dalam tanah dapat dimanfaatkan
setelah tanaman mengalami dekomposisi. Kandungan haranya sangat bervariasi tergantung dari jenis bahan tanaman. Rasio CN sisa tanaman bervariasi dari 80:1
pada jerami, gandum hingga 20:1 padah tanaman legum. Pada proses dekomposisi ini nilai rasio CN akan menurun mendekati 10:1 pada saat bahan tersebut
bercampur dengan tanah. Berbgai sumber bahan kompos dari limbah pertanian dengan nilai CN pada tabel.FAO, 1987.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Tabel 2.5 Komposisi Hara dalam Tanaman No Tanaman
N P
K Ca
Mg Fe
Cu Zn
Mn B
--------------- ------------------ --------------- mg kg
-1
-------------------
1. 2.
3. 4.
5. 6.
Gandum Jagung
Kc. Tanah Kedelai
Kentang Ubi Jalar
2,80 2,97
4,59 5,55
3,25 3,76
0,36 0,30
0,25 0,34
0,20 0,38
2,26 2,39
2,03 2,41
7,50 4,01
0,61 0,41
1,24 0,88
0,43 0,78
0,58 0,16
0,37 0,37
0,20 0,68
155 132
198 190
165 126
28 12
23 11
19 26
45 21
27 41
65 40
108 117
170 143
160 86
23 17
28 39
28 53
Sumber : Rina S. Soetopo, dkk 2009 Tabel 2.6 Standart kualitas kompos
Persyaratan Kompos No
Parameter Satuan
SNI 19-7030-2004 Perhutani
WHO
1. pH
-- 6.8 – 7.49
6.6 – 8.2 6.5 – 7.5
2. C-total
9.8 – 32 14.5 – 27.1
8 – 50 3.
N total 0.4
0.6 – 2.1 0.4 – 3.5
4. CN ratio
-- 10 – 20
10 – 20 10 – 20
5. P sebagai P
2
O
5
0.2 0.3 – 1.8
0.3 – 3.5 6.
K sebagai K
2
O 0.2
0.2 – 1.4 0.5 – 1.8
7. Selulosa
Meq100 g --
-- --
8. KTK -
- -
Sumber : Rina S. Soetopo, dkk 2009 2.4
Limbah Tembakau
Limbah tembakau yang dipergunakan sebagai komposisi pupuk adalah hasil sisa tembakau yang didapat dari pabrik tembakau yang ada. Penggunaan limbah
tersebut seperti batang, daun yang rusak, dan akar. Jumlah ini jika dikumpulkan
akan rnemperoleh keuntungan ekonomis yang maksimum Claffey el al. 2007.
Keputusan Menteri Pertanian 2006 menyebutkan bahwa tanaman tembakau mengandung zat alkaloid nikotin, sejenis neurotoksin yang sangat
ampuh jika digunakan pada serangga. Zat ini sering digunakan sebagi bahan utama insektisida. Yang mana kadar nikotin pada tembakau akan membunuh ulat
tanah akan tetapi dalam jangka waktu yang lama.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Tabel 2.7 Analisis Limbah Tembakau No
Parameter Unit Satuan
Hasil Uji 1. pH
- 7,6
2. KTK -
41,85 me100g
3. Karbon 16,32
4. Nitrogen N
1.07 5. Posfor
P 2,36
6. Kalium K - Tukar
- 2,89 me100 g
7. Mg – Tukar
- 6.15 me100g
8. CN -
15,25 Sumber : Nurmayani, Universitaas Sumut, Medan 2007.
2.4.1 Ekstraksi Nikotin
Ekstraksi adalah pemisahan zat berdasarkan perbedaan kelarutannya dalam dua cairan yang tidak saling campur, biasanya air dan yang lainnya adalah pelarut
organik. Ekstraksi cair-cair merupakan proses untuk memisahkan komponen dalam suatu larutan berdasarkan distribusinya di antara dua fase yang tidak saling
campur Robbins el al. 2007. Menurut Association of Official Analytical
Chemist s 1984 kadar nikotin dapat ditentukan menggunakan metode Cundiff-
Markunas.
2.5. Bahan Pengisi
2.5.1. Dolomit
Dolomit merupakan rumpun batuan mineral Karbonat yang kaya akan
unsur CaO dan MgO. Dolomit adalah ikatan rangkap antara karbonat dari kalsium dan magnesium, dimana senyawa rangkap tersebut adalah kalsit CaCO
3
dan magnesit MgCO
3
atau MgCaCO
3
. Proses pembentukan dolomit berubungan erat dengan terbentuknya batu gamping yang berubah menjadi dolomitan MgO :
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
22 – 10 atau dolomit MgO : 18 – 22, karena pengruh pelindian leaching atau peresapan unsur magnesium dari air laut kedalam batu gamping.
Dolomit termasuk rumpun mineral karbonat, mineral dolomit murni secara
teoritis mengandung : • 45,6 MgCO3 atau 21,9 MgO
• 54,3 CaCO3 atau 30,4 CaO. Rumus kimia mineral dolomit dapat ditulis meliputi CaCO3.MgCO3,
CaMgCO32 atau CaxMg1-xCO3, dengan nilai x lebih kecil dari satu.
2.5.2. Zeolit
Mineral zeolit sudah diketahui sejak tahun 1755 oleh seorang ahli mineralogi bernama F.A.F. Cronstedt. Meskipun demikian penggunaan mineral
zeolit untuk industri baru dimulai tahun 1940 dan 1973. Tahun 1940 adalah penggunaan mineral zeolit sintetis, sedangkan tahun 1973 adalah permulaan
penggunaan mineral zeolit alam. Zeolit merupakan suatu kelompok mineral yang dihasilkan dari proses hidrotermal pada batuan beku basa. Mineral ini biasanya
dijumpai mengisi celah-celah ataupun rekahan dari batuan tersebut. Selain itu zeolit juga merupakan endapan dari aktivitas volkanik yang banyak mengandung
unsur silika. Pada saat ini penggunaan mineral zeolit semakin meningkat, dari penggunaan dalam industri kecil hingga dalam industri berskala besar.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Tabel 2.8 Beberapa Sifat Kimia pada Zeolit
Sample Exchangeable bases
No Deposit
pH H
2
O dS m
-1
EC CEC Ca Mg K Na Total bases
Base saturation
1 Lampung 6,3
0,03 127 47,0 4,58 24,4 38,8 115
90,6 2 Bayah
7,9 0,15 120 43,7 6,09 28,9 21,1
99,8 85,2
3 Bojong 7,5
0,03 83,5 34,7 4,27 23,3 11,1 73,4
87,9 4
Cirangkas Bitung
7,4 0,05 94,0 41,2 7,87 35,6 6,1
90,8 96,6
5 Nanggung 6,3
0.09 77,6 52,4 6,86 6,5 7,1 72,9
93,9 6 Cikembar
7,1 0,08 71,9 39,8 6,45 13,9 11,9
72,1 100
7 Cipatujah 6,9
0,02 151 63,7 9.86 44,5 16,2 134
89 8 Malang
8,2 0,04 167 79,5 1,84 33,3 43,2
158 94,6
Sumber : Budi Mulyanto dan Suwardi 2.5.3.
Phospate
Phospate alam kaya akan kandungan fosfat. Phospate alam ditambahkan
untuk meningkatkan kandungan P di dalam pupuk organik. Phospate alam memiliki kandungan yang bervariasi. Phospate alam import umumnya memiliki
kandungan P
2
O
5
yang cukup tinggi 25, seperti FA ex China, Charismas Island, atau Maroko. Phospate alam lokal umumnya memiliki kandungan P
2
O
5
yang rendah.
Prospek penggunaan Phospate alam sebagai sumber P khususnya pada tanah mineral masam diharapkan cukup baik, karena mudah larut dalam kondisi masam
serta dapat melepaskan fosfat secara lambat slow release. Kualitas Phospate alam dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: sifat mineral, kelarutan, besar butir,
kadar karbonat bebas, kadar P
2
O
5
total dan jenis deposit batuan fosfat. Efektivitas penggunaan P-alam sangat ditentukan oleh reaktivitas kimia, ukuran butir, sifat-
sifat tanah, waktu dan cara aplikasi, takaran P-alam, jenis tanaman dan pola tanam Lehr dan McClellan, 1972; Chien, 1995; Rajan et al., 1996
. Phospate
alam mempunyai tingkat kelarutan tinggi pada kondisi masam, oleh karena itu sangat sesuai apabila digunakan sebagai sumber pupuk P pada
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
lahan kering masam seperti Ultisol, Oxisol dan sebagian Inceptisol, dan kurang sesuai digunakan pada tanah bereaksi netral dan alkalin. Secara umum, kelarutan
fosfat alam akan meningkat dengan menurunnya pH, Ca-dapat ditukar dan P dalam larutan tanah.
2.5.4. Clay Lempung
Lempung merupakan mineral sekunder dan tergolong aluminium filosilikat terhidrasi Barroroh, 2007. Mineral lempung clay sangat umum
digunakan dalam industri keramik. Mineral lempung merupakan penyusun batuan sedimen dan penyusun utama dari tanah Nelson, 2001. Lempung adalah material
yang memiliki ukuran diameter partikel 2 μm dan dapat ditemukan dekat
permukaan bumi. Karakteristik umum dari lempung mencakup komposisi kimia, struktur lapisan kristal dan ukurannya. Semua mineral lempung memiliki daya
tarik erhadap air. Sebagian mudah untuk membesar dan dapat memiliki volume 2 kali lebih besar dalam keadaan basah. Sebagian besar lempung terbentuk ketika
batu berkontak dengan air, udara atau gas. Contohnya adalah batu yang mengalami kontak dengan air yang dipanaskan oleh magma lelehan batu, batuan
sedimen di laut atau di dasar danau. Semua kondisi alam diatas akan membentuk mineral lempung dari mineral sebelumnya Grim, 1962. Mineral lempung terdiri
atas berbagai jenis, antara lain : kaolinit, monmorilonit, illit atau mika, dan antapulgit Nurahmi, 2001.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Tabel 2.9 Komposisi Kimia dalam Lempung
No Senyawa Jumlah
1. Silika SiO
2
61,43 2. Alumina
Al
2
O
3
18,99 3.
Besi Oksida Fe
2
O
3
1,22 4.
Kalsium Oksida CaO 0,84
5. Magnesium Oksida
MgO 0,91
6. Sulfur Trioksida SO
3
0,01 7.
Potasium Oksida K
2
O 3,21 8. Sodium
Oksida Na
2
O 0,15 9.
H2O hilang pada suhu 105 C 0,6
Sumber : Kurniasari 2008
2.5.5. Kalsium
a. Bentuk dan fungsi Ca dalam tanaman.
1. Hara makro sekunder, dibutuhkan dalam jumlah cukup besar, lebih sedikit
dibanding N dan K, serupa jumlahnya dengan P, S, dan Mg. 2.
Kebanyakan Ca berada dalam dinding sel dan dinding membran: hara “apoplastik”, fungsi utama berada di luar sitoplasma, perannya dalam
metabolisme sedikit, menjadi jembatan divalen yang mengubungkan antar molekul dan bersifat reversible.
3. Komponen struktural membran sel, menjaga stabilitas membran dan integritas
sel: mengatur selektivitas serapan ion, mengatur permeabilitas membran dan mencegah kebocoran larutan dalam sel.
4. Komponen struktural dinding sel, berupa Ca-pektat di lamela tengah diantara
dinding sel yang saling berdekatan berfungsi menguatkan dinding sel dan ketahanan terhadap infeksi jamur, atau berada di antara dinding sel dengan
membran plasma, fungsi membran. 5.
Diperlukan dalam pemanjangan dan pembelahan sel: membentuk dinding sel dan membran sel yang baru, ini merupakan fungsi pengaturan sebagaimana
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
fungsi struktur, dan ikatan yang reversible di dalam membran dan dinding sel memungkinkan sel untuk tumbuh dan berkembang.
b. Serapan Ca oleh tanaman