Sumber Bahan Hukum Metode Penelitian

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI KOVENAN INTERNASIONAL

TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK DAN PERKEMBANGAN JEMAAT AHMADIYAH DI INDONESIA Bab ini menjelaskan bagaimana perkembangan HAM bidang hak sipil dan politik yang ada di Indonesia seperti sejarah HAM di indonesia dan latar belakang diratifikasinya ICCPR oleh Indonesia. Setelah pembahasan tersebut, dilanjutkan dengan perkembangan Jemaat Ahmadiyah yang ada di Indonesia dan latar belakan terjadinya diskriminasi terhadap Jemaat Ahmadiyah.

2.1. Perkembangan Hak Asasi Manusia bidang Sipil dan Politik di

Indonesia 2.1.1. Sejarah Hak Asasi Manusia di Indonesia Hak Asasi Manusia HAM bukanlah sesuatu yang baru bagi Indonesia. Sejarah HAM dapat dilihat dari perkembangan dalam konstitusi dan peraturan perundang-undangan nasional. Konstitusi Indonesia yang pertama yakni Undang-undang Dasar 1945 selanjutnya disingkat dengan UUD 1945 belum mengenal Hak Asasi Manusia selanjutnya disingkat menjadi HAM. UUD 1945 hanya menyebutkan tentang hak warga negara sebagaimana terdapat di dalam Pasal 26 sampai dengan Pasal 31. Penggunaan konsep hak warga negara tersebut secara implisit tidak mengakui paham natural right yang memandang bahwa hak asasi manusia merupakan hak yang dimiliki sebagai manusia karena ia lahir sebagai manusia. 1 Hak warga negara yang dinyatakan dalam UUD 1945 hanya mencakup warga negara 1 Lihat Rhona K.M. Smith et AL, 2008, Hukum Hak Asasi Manusia, cet.I, Pusat Studi Hak Asasi Manusia Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, h. 240. 19 20 Indonesia yang telah mendapat pengakuan melalui peraturan perundang-undangan yang ada. Konsep natural rights mulai digunakan sejak tanggal 31 Januari 1950 ketika Undang-undang Republik Indonesia Serikat UUD RIS menggantikan UUD 1945. Hal ini dapat dilihat pada bagian V UUD RIS, khususnya dari Pasal 7 hingga Pasal 33, yang mengatur tentang hak dan kebebasan-kebebasan dasar manusia yang juga mencakup pengakuan terhadap hak sipil, hak politik, hak ekonomi, hak sosial dan hak budaya. Dalam konteks HAM tentu dapat dinilai bahwa UUD RIS lebih progresif dibandingkan UUD 1945. Pada tanggal 15 Agustus 1950 Indonesia mengganti UUD RIS dengan Undang-undang Dasar Sementara UUDS. Ada tiga perbedaan antara UUD RIS dengan UUDS. Pertama kebebasan bertukar agama atau berkeyakinan yang dijamin dalam Pasal 18 UUD RIS dihilangkan dalam Pasal yang sama pada UUDS 1950. Kedua, pada UUDS diatur mengenai hak berdemonstrasi dan mogok yang sebelumnya tidak diatur pada UUD RIS, ketiga dasar perekonomian sebagaimana dimuat di dalam Pasal 33 UUD 1945 diadopsi kedalam Pasal 38 UUDS. 2 Dekrit Presiden yang dikeluarkan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 5 Juli 1959 yang mengembalikan berlakunya UUD 1945 kemudian menjadi lembar sejarah dalam perjalanan HAM Indonesia. Hal ini menjadi bukti kemunduran dalam HAM karena konsep natural rights kembali diubah ke hak warga negara. 2 L.G. Saraswati, et Al, 2006, HAK ASASI MANUSIA Teori Hukum Dan Kasus, Filsafat UI Press, Depok, h.58.