Bola Lampu Landasan Teori

30 Karikatur politik menggambarkan suatu situasi politik sedemikian rupa agar kita dapat melihatnya dari segi humor dengan menampilkan para tokoh politik di atas panggung dan mementaskannya dengan lucu.

2.1.5. Bola Lampu

Thomas Alfa Edison melakukan ribuan kali percobaan untuk menciptakan bola lampu pijar. Bola lampu supaya dapat menyala harus dialiri listrik yang bersifat positif dan negatif. Dalam bola lampu terdapat komponen berupa dua buah kawat yang pada kedua bagian ujungnya dihubungkan ke sirkuit listrik. Kedua kawat tersebut dihubungkan oleh sebuah filamen berbentuk gulungan kumparan. Kawat dan filamen ini diselubungi oleh bola kaca pada ruangan hampa yang didalamnya dipenuhi gas argon, neon, nitrogen inert gas. Inert gas ini bertekanan rendah dan tidak dapat menghantarkan listrik. Ketika lampu dinyalakan, arus listrik akan melewati kawat penghubung menuju filamen, dan listrik akan memanaskan atom-atom yang terdapat pada filamen. Atom-atom ini jika dipanaskan pada temperatur tertentu akan menghasilkan sinar infrared, dan sinar cahaya muncul pada gulungan filamen diantara dua kawat positif-negatif. Teori dari Edison tersebut juga berkaitan dengan teori yang menjadi tujuan akhir agama hindu yakni untuk mencapai moksa. Moksa berarti kebahagiaan yang kekal abadi, artinya terbebas dari siklus reinkarnasi, terbebas dari pengaruh nafsu material, dan terbebas dari suka-duka. Ketika manusia mencapai moksa maka bisa dikatakan ia telah menjadi dewa. Dewa berasal dari kata ‘div’ yang artinya cahaya sinar suci Tuhan. Manusia hidup 31 di dunia selalu berada pada dua kutub yang berbeda, positif-negatif, suka- duka, baik-buruk, lahir-mati, dst. Untuk dapat menyatu dengan sinar suci Tuhan, manusia harus mampu melepaskan diri dari ikatan positif-negatif tersebut. Artinya kejadian apapun yang dialaminya, tidak akan menimbulkan reaksi positif maupun negatif, tetapi berada diantaranya. Orang yang berlatih yoga atau meditasi dapat merasakan hal ini. Ketika bermeditasi, pikiran berada pada satu fokus perhatian sehingga pikiran dan badan dapat beristirahat total. Saat itu yang ada hanyalah kehampaan, ketenangan, dan itu bukanlah sifat material yang positif maupun negatif. Ketika kondisi itu tercapai badan akan terasa hangat. Konon, jika saat meninggal kita mampu mencapai kondisi tersebut, maka kita akan mampu menyatu dengan cahaya sinar suci Tuhan. http:komangwiratma.web.id200909tujuan-hindu-vs- teori-bola-lampu Korelasi dari dua teori tersebut adalah ketika gas dalam bola lampu untuk mencegah agar filamen tidak terbakar dan putus, begitu pula ketika bermeditasi agar hubungan dengan Sang Pencipta tidak terputus ada baiknya pikiran keduniawian nafsu dikosongkan agar meditasi tidak ‘terbakar’ dan terpancar cahaya menerangi kehidupan ini. 2.1.6. Mangkok Mangkuk atau Mangkok adalah alat makan yang berbentuk cekung, di mana makanan diletakkan, terbuat dari porselen, batu, plastik, logam, atau gelas. Bentuknya yang lebih cekung dari pada piring menyebabkan mangkuk lebih cocok untuk meletakkan makanan yang berkuah banyaktidak mudah 32 tumpah. Kadang-kadang kayu juga digunakan. Ada juga mangkuk yang berfungsi sebagai penghias ruangan, biasanya berupa mangkuk yang banyak hiasannya atau berbahan logam mulia atau batu mulia. Mangkuk juga ada bermacam-macam ukuran. Untuk mangkuk sekali pakai biasanya digunakan bahan dari kertas atau styrofoam. http:id.wikipedia.orgwikiMangkuk Mangkuk yang secara fisik dapat dikatakan tidak memiliki makna penting dalam kehidupan, ternyata menjadi sumber sejarah besar dalam sejarah manusia. Hal tersebut terbukti sejak Kepingan-kepingan tembikar yang baru-baru ini ditemukan oleh para pakar ilmu purbakala di Gua Yuchanyan di Cina telah sekali lagi merobohkan pemikiran evolusionis mengenai sejarah. Menurut sebuah laporan di BBC News, usia pecahan- pecahan tersebut yang telah ditentukan dengan menggunakan 40 macam teknik Karbon-14 yang berbeda berkisar antara 17.500 dan 18.300 tahun. Keberadaan periuk setua itu merupakan sebuah kekalahan penuh, dalam istilah evolusinis, karena mereka menyatakan bahwa manusia memulai kehidupan beradab dan menetap pada masa yang mereka sebut sebagai Zaman Batu. Evolusonis menyatakan bahwa manusia pertama adalah makhluk setengah-kera yang bentuk tubuh dan kemampuan akalnya berkembang seiring dengan perjalanan waktu, bahwa mereka mendapatkan keterampilan baru, dan bahwa peradaban berevolusi disebabkan oleh hal tersebut. Menurut pernyataan ini, yang didasarkan pada ketiadaan bukti ilmiah apa pun, nenek moyang purba kita yang diduga ada itu menjalani hidup 33 sebagai binatang, lalu menjadi beradab hanya setelah mereka menjadi manusia, dan menunjukkan kemajuan budaya seiring dengan bertambah majunya kemampuan akal mereka.Gambar-gambar khayalan dari apa yang disebut sebagai Manusia purba, dengan tubuh yang seluruhnya tertutupi bulu binatang, atau sedang membuat api sembari jongkok di bawah kulit binatang, tengah berjalan di sepanjang tepi wilayah perairan sembari memanggul hewan yang baru saja dibunuh, atau sedang berusaha berkomunikasi dengan sesamanya menggunakan gerakan isyarat dan bersungut-sungut, adalah gambar rekayasa yang dilandaskan pada pernyataan tidak ilmiah ini. Namun, temuan-temuan purbakala yang dihasilkan hingga kini dari Zaman Batu, di mana evolusionis menyatakan bahwa “manusia waktu itu baru saja belajar berbicara”, menunjukkan bahwa manusia di masa itu sudah menjalani hidup berkeluarga, melakukan bedah otak dan memahami seni lukis dan musik. Oleh karena serpihan periuk berusia sekitar 18.000 tahun yang ditemukan di Gua Yuchanyan di Cina juga menampakkan tanda-tanda kehidupan yang berperadaban, maka ini pun membantah “urutan zaman- zaman sejarah” karangan evolusonis. Kepingan-kepingan mangkuk ini, yang usianya ditetapkan antara 17.500 dan 18.300 tahun, adalah sisa-sisa peninggalan tembikar tertua yang pernah ditemukan. Menurut pernyataan evolusionis, manusia semestinya belum menjalani hidup menetap di masa yang disebut sebagai Zaman Batu, dan mestinya hidup di gua-gua sebagai pemburu purba yang menggunakan perkakas yang terbuat dari batu. 34 Akan tetapi temuan-temuan purbakala secara ilmiah membuktikan justru sebaliknya. Pecahan-pecahan barang yang terbuat dari tanah liat yang ditemukan di Gua Yuchanyan itu secara telak menyingkap ketidakabsahan pernyataan evolusonis, yang sejatinya tidak lebih dari khayalan. Biji-bijian padi juga ditemukan di gua yang sama di tahun 2005. Secara keseluruhan, temuan-temuan ini menunjukkan bahwa manusia yang hidup 18.000 tahun lalu telah bertani dan hidup berperadaban sebagaimana yang dilakukan manusia masa kini. Kemajuan dan temuan seperti ini yang terjadi di cabang- cabang ilmu pengetahuan seperti arkeologi dan antropologi menyingkapkan bahwa “gagasan evolusi budaya dan masyarakat manusia” adalah sesuatu yang palsu. Temuan yang dihasilkan selama penggalian-penggalian purbakala dengan jelas menampakkan bahwa sejarah ditafsirkan oleh para ilmuwan Darwinis berdasarkan prasangka ideologi materialis. Dongeng “Zaman Batu” tidaklah lebih dari upaya kalangan materialis dalam rangka menampilkan manusia sebagai sebuah makhluk hidup yang berevolusi dari binatang yang tidak berakal dan memaksakan dongeng yang mereka yakini ini pada ilmu pengetahuan. http:www.mamasipenk.co.cc201004mangkok-cina-kuno- patahkan-teori-darwin.html

2.1.7. Jas