Landasan Teori TINJAUAN PUSTAKA

9 secara bersama-sama faktor-faktor stres berpengaruh terhadap komitmen mahasiswa untuk menyelesaikan studi.

C. Muriman 2008

Judul pada penelitian ini adalah “Pengaruh Budaya Organisasi dan Stres terhadap Komitmen Organisasi dan Kepuasan Kerja Studi di Kepolisian Negara RI Sektor, Kepolisian Negara RI Daerah Jawa Timur”. Rumusan dalam penelitian ini adalah apakah budaya organsisasi dan stres berpengaruh terhadap komitmen organisasi dan kepuasan kerja. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh budaya organisasi dan stres kerja terhadap komitmen organisasi dan kepuasan kerja. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah budaya organisasi berpengaruh terhadap komitmen organisasi dan kepuasan kerja adalah sigpifikan positif dan kuat, stres berpengaruh signifikan negatif dan rendah terhadap komitmen organisasi dan kepuasan kerja dan komitmen organisasi berpengaruh signifikan positif terhadap kepuasan kerja, sebaliknya kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap komitmen organisasi

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia

Manusia merupakan sumber daya paling penting dalam usaha organisasi mencapai keberhasilan. Sumber daya manusia ini menunjang organisasi dengan karya, bakat, kreativitas dan dorongan. Betapapun sempurnanya aspek teknologi dan ekonomi, tanpa aspek manusia sulit kiranya tujuan-tujuan organisasi dapat dicapai. Manajemen sumber daya manusia adalah sebuah istilah modern untuk menggantikan istilah manajemen personalia atau administrasi personalia, karena Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 10 beberapa penulis menganggap bahwa ruang lingkup manajemen personalia lebih sempit daripada manajemen sumber daya manusia. mendefinisikan manajemen sumber daya manusia adalah pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian balas jasa, dan pengelolaan individu anggota organisasi atau kelompok pekerja Simamora, 2004:3. Elemen yang dapat menunjang peningkatan sumber daya manusia adalah perkembangan pola pikir yang disertai pengetahuan serta pengalaman yang dikumpulkan dengan penuh kesadaran melalui jerih payah dan perjuangan berat. Dalam hubungan ini pengertian sumber daya bersifat sangat dinamis, bukan saja sebagai response terhadap kemajuan pengetahuan, perkembangan kesenian dan perkembangan sains, namun juga dalam response terhadap kebutuhan manusia secara individu serta sasaran-sasaran sosial dan pembangunan pada umumnya Martoyo, 1990:8. Sumber daya manusia diperusahaan perlu dikelola secara profesional agar terwujud keseimbangan antara kebutuhan pegawai dengan tuntutan dan kemampuan organisasi perusahaan. Keseimbangan tersebut merupakan kunci utama perusahaan agar dapat berkembang secara produktif dan wajar. Dalam suatu perusahaan, masalah tersebut sudah menjadi hal yang umum. Tidaklah wajar jika banyak pegawai yang sebenarnya secara potensi berkemampuan tinggi tetapi tidak mampu berprestasi dalam kerja. Mangkunegara, 2002:1. 2.2.2. Stres Kerja 2.2.2.1. Pengertian Stres Kerja Pengertian stres kerja adalah perasaan tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan. Stress kerja ini tampak dari symptom, antara lain emosi yang tidak stabil, perasaan tidak tenang, suka menyendiri, sulit tidur, Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 11 merokok yang berlebihan, tidak bisa rileks, cemas, tegang, gugup tekanan darah meningkat dan mengalami gangguan pencernaan Mangkunegara, 2002:157. Kondisi-kondisi yang cenderung menyebabkan stress disebut stressor. Ada dua sumber utama dari stress pada karyawan yaitu: faktor-faktor organisasipekerjaan dan faktor-faktor non organisasinon pekerjaan. Karyawan dapat menanggapi kondisi-kondisi tekanan tersebut baik secara positif maupun secara negatif Mangkunegara, 2002:157. Stress dikatakan positif jika stress tersebut merupakan suatu peluang dan dapat merangsang karyawan untuk meningkatkan usahanya dalam memperoleh hasil maksimal dan stres mengakibatkan timbulnya konsekuensi tersebut adalah penurunan atau peningkatan usaha, baik jangka pendek maupun jangka panjang, sehingga dalam mengendalikan stres kerja, badan usaha wajib mengawalinya dengan mencari penyebab stress kerja Arkinson dan Atkinson,1990:164. Beberapa para ahli juga mendefinisikan beberapa pengertian stres seperti berikut ini: 1. Handoko 1994:200 mendefinisikan stres sebagai suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berfikir dan kondisi seseorang . 2. Robbins 1996:222 mendefinisikan stres sebagai suatu kondisi dinamika dalam mana seseorang individu dikonfrontasikan dengan apa yang sangat diingikannya dan yang hasilnya dipresepsikan sebagai tidak penting. 3. Gibson 1996:23 mendefinisikan stres sebagai suatu tanggapn adaptif, ditengahi oleh perbedaan individual dan atau prsoses psikologis yaitu suatu Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 12 konsekuensi dari setiap kegiatan yang membebani tuntutan psikologis atau fisik yang berlebihan terhadap seseorang 4. Buchanan dan Hucyzynski 1997:157 mengatakan bahwa stres can, of course, be challenging, arousing, and excitig,and can in some circumstaces our sense of satisfication and accomplhsment and improve our performace. 5. Suprihanto dkk 2003:62 berpendapat bahwa stres merupakan sebuah kondisi dinamis dimana seseorang dihadapkan pada konfrontasi antara kesempatan, hambatan atau permintaan tentang apa yang dia inginkan dan hasilnya dipersepsikan tidak pasti dan tidak penting. Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa stres merupakan suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berfikir dan kondisi seseorang dimana ia terpaksa memberikan tanggapan melalui kemampuan penyesuaian dirinya terhadap tuntutan lingkungan dalam hal ini adalah tuntutan lingkungan kerja.

2.2.2.2. Penyebab Stres Kerja

Menurut Mangkunegara 2002:157 penyebab stres kerja antara lain : 1. Beban kerja yang dirasakan terlalu berat 2. Waktu kerja yang mendesak 3. Kualitas pengawasan kerja yang rendah 4. Iklim kerja yang tidak sehat 5. Otoritas kerja yang tidak memadai yang berhubungan dengan tanggungjawab 6. Konflik kerja 7. Perbedaan nilai antara karyawan dengan pemimpin yang frustasi dalam kerja. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 13 Berikut ini penjelasan tentang penyebab stres kerja : 1. Beban kerja yang dirasakan terlalu berat Adalah beban pekerjaan yang dikerjakan oleh karyawan yang tidak sesuai dengan kemampuan karyawan itu sendiri sehingga karyawan menganggap kerja yang diberikan terlalu berat. 2. Waktu kerja yang mendesak Adalah tenggang waktu yang sempit yang diberikan oleh perusahaan kepada para karyawan untuk menyelesaikan pekerjaan yang diberikan sehingga karyawan tidak dapat menyelesaikan pekerjaan yang diberikan dengan baik 3. Kualitas pengawasan kerja yang rendah Adalah kualitas pengawasan yang diberikan oleh pihak perusahaan yang tidak seseuai dengan seharusnya sehingga membuat karyawa tidak dapat berkerja dengan baik dan pada akhirnya akan berdampak pada meningkatnya stress kerja. 4. Iklim kerja yang tidak sehat. Yaitu keadan kerja dalam hal ini keadaan di tempat kerja yang tidak baik sehingga sering terjadi konflik antar karyawan sehingga membuat karyawan tidak dapat bekerja dengan nyaman 5. Otoritas kerja yang tidak memadai yang berhubungan dengan tanggungjawab Yaitu pemimpin dalam hal ini atasan dalam bekerja yang tidak mempunyai kinerja yang baik dan tidak bertanggung jawab dalam bekerja sehingga dapat dapat membantu para karyawan apabila mengalami masalah. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 14 6. Konflik kerja Yaitu pertengkaran yang sering terjadi di tempat kerja baik antara sesama karyawan atau antara karyawan dengan pimpinan 7. Perbedaan nilai antara karyawan dengan pemimpin yang frustasi dalam kerja. Yaitu perbedaan yang diberikan oleh atasan terhadap karyawan yang tidak mempunyai dedikasi yang tinggi terhadap perusahaan. Menurut Robbins 1996:224 ada tiga kategori yang dapat menyebabkan stres yaitu: 1. Faktor Lingkungan Ketidakpastian lingkungan mempengaruhi desain dari struktur suatu oragnisasi, ketidak pastian itu juga mempengaruhi, tingkat stres dikalangan karyawan dalam organsiasi tersebut. Faktor lingkungan dipengaruhi oleh : a. Ketidakpastian ekonomi Apabila perekonomian suatu bangsa dalam keadaan mengerut, orang menjadi makin mencemaskan mereka. Karena anjuran kebawah dalam ekonomi seiring dengan pengurangan tenaga kerja yang permanen, pemberhentian masal sementara, gaji yang dikurangi, masa kerja yang lebih pendek dan semacamnya. b. Ketidakpastian politik Ancaman dan perubahan politik dapat menyebabkan stres. Oleh karena itu, mencegahnya kondisi politik suatu Negara haruslah stabil sehingga tidak akan cenderung menciptakan stres. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 15 c. Ketidak pastian Teknologi Inovasi baru dapat membuat keterampilan dan pengalaman seseorang karyawan usang dalam waktu pendek, dan merupakan ancaman bagi banyak orang sehingga dapat menyebabkan para pekerja menjadi stres. 2. Faktor Organisasi Dalam organisasi banyak sekali faktor yang dapat menimbulkan stres, seperti adanya tekanan untuk menghindari kekeliruan atau menyelesaikan tugas dalam suatu kurun waktu yang terbatas serta beban kerja yang berlebihan yaitu: a. Tuntutan tugas Merupakan faktor yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang. Mencakup desain pekerjaan individu, kondisi kerja dan atat letak kerja fisik. b. Tuntutan peran Berhubungan dengan tekanan yang diberikan pada seseorang sebagai suatu fungsi dari peran tertentu yang dimainkan dalam organisasi itu. c. Tuntutan antar pribadi Merupakan tekanan yang dicapai oleh karyawan lain, kurangnya dukungan sosial dari rekan kerja dan hubungan antar pribadi yang buruk dapat menimbulkan stres yang cukupo besar, teristimewa diantara para karyawan dengan kebutuhan sosial yang tinggi. d. Struktur organisasi Struktur dalam organisasi yang terbntuk melalui desain organisasi yang ada, misal melalui pormalisasi, konflik dalam hubungan antar karyawan, Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 16 spesialisasi, serta lingkungan yang kurang mendukung. Hal lain dalam desain organisasi yang juga dapat menyebabkan stres antara lain adalah deferensiasi dalam perusahaan serta adanya sentralisasi yang menyababkan karyawan tidak mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. e. Kepemimpinan organisasi Menggambarkan gaya manajerial dari eksekutif senior organisasi. Beberapa pejabat eksekutif menciptakan suatu budaya yang dicirikan oleh ketegangan, rasa takut, dan kecemasan. Sehingga membangun tekanan yang tidak realistis untuk berprestasi dalam jangka pendek, memaksakan pengawasan yang berlebihan ketatnya dan secara rutin memecat karyawan yang tidak mengikuti f. Tahap hidup organisasi Suatu tahap kehidupan organisasi yakni dimana dia ada dalam daur empat tahap ini menciptakan masalah dan tekanan yang berbeda untuk para karyawan. Tahap pendirian dan kemerosotan terutama penuh dengan stres. Yang pertama dicirikan oleh besarnya kegairahan dan ketidakpastian, sedangkan yang kedua lazimnya menuntut pengurangan, pemberhentian, dan suatu perangkat ketidak pastian yang berbeda. 3. Faktor Individu Faktor individu mencakup faktor yang berhubungan dengan kehidupan pribadi karyawan, yaitu : Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 17 a. Masalah keluarga Orang menganggap hubungan pribadi dan keluarga merupakan hal yang sangat berharga. Kesulitan pernikahan, pecahnya suatu hubungan, dan kesulitan disiplin pada anak-anak merupakan contoh masalah hubungan yang menciptakan stres bagi karyawan dan terbawa ketempat kerja. b. Masalah ekonomi Masalah ekonomi yang diciptakan oleh individu yang terlalu menrentangkan sumber daya keuangan mereka merupakan suatu perangkat kesulitan pribadi lain yang dapat menciptakan stres.

2.2.2.3. Cara Mengatasi Stres Kerja

Menurut Mangkunegara 2002 : 158 cara mendeteksi atau mengatasi stres kerja antara lain : 1. Pola Sehat Adalah pola menghadapi stres yang terbaik yaitu dengan kemampuan mengelola perilaku dan tindakan sehingga adanya stress tidak menimbulkan gangguan, akan tetapi menjadi lebih sehat dan berkembang. Karyawan yang tergolong kelompok ini biasanya mampu mengelola waktu dan kesibukan dengan cara yang baik dan teratur sehingga karyawan tersebut tidak perlu merasa ada sesuatu yang menekan, meskipun sebenarnya tantangan dan tekanan cukup banyak. 2. Pola Harmonis Adalah pola menghadapi stres dalam kemampuan mengelola waktu dan kegiatan secara harmonis dan tidak menimbulkan berbagai hambatan. Dalam Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 18 pola ini individu mampu mengendalikan berbagai kesibukan dan tantangan dengan cara mengatur waktu secara teratur. karyawan pun selalu menghadapi tugas secara tepat, dan kalau perlu karyawan mendelegasikan tugas-tugar tertentu kepada orang lain dengan memberikan kepercayaan penuh. 3. Pola Patologis Adalah pola menghadapi stres dengan berdampak berbagai gangguan fisik maupun sosial psikologis. Dalam pola ini individu akan menghadapi berbagai tantangan dengan cara-cara yang tidak memiliki kemampuan dan keteraturan mengelola tugas dan waktu. Cara ini dapat menimbulkan reaksi-reaksi yang berbahaya karena bisa menimbulkan berbagai masalah yang buruk,

2.2.2.4. Pendekatan Stres Kerja

Ada 4 pendekatan terhadap stres kerja ysiut dukungan sosial social, meditasi, dan program kesehatan pribadi. Pendkatan tersebut sesuai dengan pendapat Keith Davis dalam Mangkunegara 2002:157 yang mengemukakan bahwa ”Four approaches that or ten involve employye and management cooperation, for stress management are social support, mediation, biofeedback and personal welness programs. 1. Pendekatan Dukungan Sosial Pendekatan ini dilakukan melalui aktivitas yang bertujuan untuk memberikan kepuasan sosial kepada karayawan. Misalnya bermain game, lelucon dan bodor kerja Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 19 2. Pendekatan Melalui Meditasi Pendekatan ini perlu dilakukan karyawan dengan cara berkonsentrasi ke alam pikiran, mengendorkan kerja otot, dan menenagkan emosi. Meditasi ini dapat dilakukan sealam dua periode waktu yang masing-masing 15-20 menit. Meditasi ini bisa dilakukan di ruangan khusus. Karyawan yang beragama islam bisa melakukannya setelah Shoalt Dzuhur 3. Pendekatan Melalui Biofeedback Pendekatan ini dilakukan melalui bimbingan medis. Melalui bimbingan dokter,psikiater, dan psikolog, sehingga diharapkan karyawan dpat menghilangkan stres yang dialaminya 4. Pendekatan Kesehatan Pribadi Pendekatan ini merupakan pendekatan preventif sebelum terjadinya stres. Dalam hal ini karyawan secara periode waktu yang kontinue memeriksa kesehatan, melakukan relaksasi otot, peraturan gizi, dan olahraga secara teratur.

2.2.2.5. Indikator Stres Kerja

Menurut Lou dalam Koesmono 2007 stres kerja dapat diukur dengan indikator sebagai berikut : 1. Morale and Organizational climate 2. Lock Of Power 3. Unclear Promotion Prospect 4. Managerial Role 5. Lock Of Consultation dan Communication Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 20

2.2.3. Komitmen Organisational

2.2.3.1. Pengertian Komitmen Organisasi

Pada umumnya seorang karyawan apabila telah bergabung dalam suatu institusi dituntut untuk memberikan loyalitas yang tinggi demi tercapainya tujuan organisasi. Organisasi atau tempat kerja menjadi rumah kedua bagi seseorang karena dari tempat kerja yang bersangkutan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Komitmen organisasi sangat diperlukan bagi semua karyawan karena berhasil atau tidaknya suatu usaha untuk mencapai tujuan harus dilandasai komitmen yang tinggi dari semua angota organisasi Koesmono :2007 Beberapa para ahli juga mendefinisikan beberapa pengertian stres seperti berikut ini: 1. Kritner 2003:274 menyatakan bahwa komitmen organisasi mencerminkan bagaimana seseorang individu mengidentifikasi dirinya dengan organisasi dan terikat dengan tujuan-tujuannya 2. Mathis 2001:99 berpendapat bahwa komitmen organisasi adalah tingkat kepercayaan dan penerimaan tenaga kerja terhadap tujuan organisasi dan mempunyai keinginan untuk tetap dalam organisasi tersebut. 3. Greenberg 2000 dalam Koesmono 2007 komitmen organisasi adalah tingkat identifikasi dan keterlibatan individu dengan dan dalam suatu organsasi dan tidak ingin untuk meninggalkannya. 4. Luthans 2005: 217 mendefinisikan komitmen organisasional sebagai sebuah sikap mengenai loyalitas pekerja kepada organisasi dan merupakan suatu proses terus menerus dimana dengan proses ini para anggota organisasi dapat Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 21 mengungkapkan perhatian dan keberhasilan anggota organisasi terhadap organisasi tersebut, serta bagi kesejahteraan selanjutnya. 5. Menurut Greenberg and Baron 1993:163 komitmen organisasional mencerminkan sejauh mana seseorang mengidentifikasikan dirinya dan melibatkan diri dengan organisasinya akan mendorong seseorang untuk meninggalkannya Merangkum dari pendapat Handoko 1994:164 komitemn organisasional memiliki definisi yang mencakup: 1. Keinginan yang kuat untuk mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi. Karyawan yang menunjukkan komitmen tinggi akan memiliki keinginan yang lebih kuat untuk tetap bekerja pada organisasi agar dapat terus memberikan sumbangan bagi pencapaian tujuan yang karyawan yakini. 2. Keinginan untuk berusaha semaksimal mungkin demi kepentingan organisasi Komitmen pada organisasi berkaitan dengan keinginan untuk berkorban dan saling berbagi. Sehingga karyawan yang terlibat dengan organisasi diharapkan dengan segenap kesdarannya untuk berkorban demi organisasi. 3. Kepercayaan yang kuat dan penerimaan tujuan, serta nilai didalam organisasi. Tiap organisasi memiliki tujuan yang ingin dicapai. Adanya penerimaan tujuan serta nilai dalam organisasi yang diyakini dan dipercayai, serta sesuai dengan diri seorang karyawan, maka komitmen pada organisasi cenderung meningkat. Sterss, Ongson Mowday 1985:144 mengungkapkan bahwa Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 22 agar karyawan dapat mengidentifikasikan dirinya dengan organisasi, maka identifikasi tersebut dapat dilakukan dengan memodifikasi tujuan organisasi sehingga juga dapat dilakukan dengan memodifikasi tujuan organisasi sehingga juga mencakup beberapa tujuan pribadi pada karyawan. Untuk itu perlu diciptakan suasana saling percaya dan saling mendukung diantara karyawan dengan organisasi 4. Komitmen organisasional merupakan sikap yang merefkleksikan kesetiaan karyawan pada organisasi, serta merupakan proses yang bekelanjutan, dimana anggota organisasi memperlihatkan perhatian karyawan terhadap organisasi dnegan terlibat di dalam organisasi, serta peduli terhadap kesuksesan yang berkelanjutan dan kesejahteraan organisasi. Komitmen pada organisasi tidak hanya menyangkut pada kesetiaan karyawan pada organisasi yang bersifat positif tetapi juga melibatkan hubungan yang aktif dengan organisasi, dimana karyawan atas kemauannya sendiri bersedia untuk memberikan sesuatu. 2.2.3.2. Aspek Komitmen Organisasi Menurut Steers, Ongson Mowday 1985 komitmen karyawan terhadap organisasi memiliki tiga aspek utama, yaitu : identifikasi, keterlibatan dan loyalitas karyawan terhadap organisasi atau perusahaannya . 1. Identifikasi, merupakan keyakinan dan penerimaan terhadap serangkaian nilai dan tujuan organisai. Dimensi ini tercermin dalam beberapa perilaku seperti adanya kesamaan nilai dan tujuan pribadi dengan nilai dan tujuan organisasi, penerimaan terhadap kebijakan organisasi serta adanya kebanggaan menjadi bagian dari organisasi. Aspek identifikasi ini dapat dikembangkan dengan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 23 memodifikasi tujuan organisasi, sehingga mencakup beberapa tujuan pribadi para karyawan ataupun dengan kata lain perusahaan memasukkan pula kebutuhan dan keinginan karyawan dalam tujuan organisasinya sehingga akan membuahkan suasana saling mendukung diantara para karyawan dengan organisasi. Lebih lanjut, suasana tersebut akan membawa karyawan dengan rela menyumbangkan sesuatu bagi tercapainya tujuan organisasi, karena karyawan menerima tujuan organisasi yang dipercayai telah disusun demi memenuhi kebutuhan pribadi mereka pula. 2. Keterlibatan yaitu keinginan yang kuat untuk berusaha demi kepentingan organisasi. Hal ini tercermin dari usaha karyawan untuk menerima dan melaksanakan setiap tugas dan kewajiban yang dibebankan kepadanya. Karyawan bukan hanya sekedar melaksanakan tugas-tugasnya melainkan selalu berusaha melebihi standar minimal yang ditentukan oleh organisasi. Karyawan akan terdorong pula untuk melakukan pekerjaan diluar tugas dan peran yang dimilikinya apabila bantuannya dibutuhkan oleh organisasi. bekerja sama baik dengan pimpinan ataupun dengan sesama teman kerja. Salah satu cara yang dapat dipakai untuk memancing keterlibatan karyawan adalah dengan memancing partisipasi mereka dalam berbagai kesempatan pembuatan keputusan, yang dapat menumbuhkan keyakinan pada karyawan bahwa apa yang telah diputuskan adalah merupakan keputusan bersama. Oleh Steers, Ongson Mowday 1985 dikatakan bahwa tingkat kehadiran mereka yang memiliki rasa keterlibatan tinggi umumnya tinggi pula. Mereka hanya absen jika mereka sakit hingga benar-benar tidak dapat masuk kerja. Jadi, Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 24 tingkat kemangkiran yang disengaja pada individu tersebut lebih rendah dibandingkan dengan pekerja yang keterlibatannya lebih rendah. 3. Loyalitas karyawan terhadap organisasi memiliki makna kesediaan seorang untuk melanggengkan hubungannya dengan organisasi, kalau perlu dengan mengorbankan kepentingan pribadinya demi mencapai kesuksesan dan keberhasilan organisasi tersebut. Kesediaan karyawan untuk mempertahankan diri bekerja dalam perusahaan adalah hal yang penting dalam menunjang komitmen karyawan terhadap organisasi dimana mereka bekerja. Hal ini dapat diupayakan bila karyawan merasakan adanya keamanan dan kepuasan di dalam organisasi tempat ia bergabung untuk bekerja.

2.2.3.3. Faktor Komitmen Karyawan Pada Organisasi

Mowday dalam Greenberg Baron, 1993 mengelompokkan empat faktor besar yang mempengaruhi komitmen organisasional, yaitu : 1. Karakteristik personal, antara lain usia, lama kerja, tingkat pendidikan, jenis kelamin, ras, dan beberapa faktor kepribadian lainnya. Secara umum, usia dan lama bekerja mempunyai hubungan positif dengan komitmen organisasi. Sementara tingkat pendidikan mempunyai hubungan negatif dengan komitmen organisasional, meskipun hubungan ini tidak terlalu konstan. Wanita cenderung memiliki komitmen organisasional yang lebih tinggi daripada pria. Beberapa karakteristik kepribadian lain seperti motivasi berprestasi dan perasaan kompeten ditemukan berhubungan dengan komitmen organisasional. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 25 2. Karakteristik pekerjaan dan peran, antara lain kesempatan kerja, konflik peran dan ambiguitas peran. Semakin besar kesempatan yang diperoleh dalam bekerja semakin banyak pengalaman yang diperolah yang pada akhirnya memperbesar komitmen individu terhadap organisasi. Sedangkan konflik peran mempunyai hubungan yang negatif dengan komitmen terhadap organisasi, demikian halnya dengan ambiguitas peran. 3. Karakteristik struktural organisasi, antara lain ukuran organisasi, kesatuan, luasnya kontrol dan sentralisasi otoritas. 4. Pengalaman kerja, antara lain ketergantungan pada organisasi, kepentingan personal pada perusahaan, sikap positif terhadap perusahaan, dan keterikatan sosial individu dalam perusahaan. Semakin besar semua faktor tersebut semakin tinggi pula komitmen individu terhadap organisasi. 5. Dukungan organisasi ini didefinisikan sebagai sejauh mana pegawai mempersepsikan bahwa organisasi lembaga, atasan, dan rekan kerja memberi dorongan, respek, menghargai kontribusi pegawai, dan memberi apresiasi bagi individu dalam pekerjaannya. persepsi karyawan terhadap dukungan organisasi mempunyai hubungan yang positif komitmen organisasional. Hal ini berarti jika organisasi peduli dengan keberadaan dan kesejahteraan personal karyawan dan juga menghargai kontribusi karyawan pada organisasi maka karyawan mau mengikatkan diri dan menjadi bagian dari organisasi. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 26

2.2.3.4. Indikator Komitmen Organisasi

Menurut Porter dan Streers dalam Prasetyo 2008:261 komitmen organisasi dapat diukur dengan indikator sebagai berikut : 1. Karakteristik Personal 2. Karakterisitk Peran dan Tugas 3. Karakteristik Struktural 4. Pengalaman Kerja

2.2.4. Pengaruh Stres Kerja Terhadap Komitmen Organisasi

Menurut Mangkunegara 2002 : 157 stres kerja merupakan perasaan tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan. Stress kerja ini tampak dari symptom, antara lain emosi yang tidak stabil, perasaan tidak tenang, suka menyendiri, sulit tidur, merokok yang berlebihan, tidak bisa rileks, cemas, tegang, gugup tekanan darah meningkat dan mengalami gangguan pencernaan. Stres kerja dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah beban kerja yang dirasakan terlalu berat waktu kerja yang mendesak, kualitas pengawasan kerja yang rendah, iklim kerja yang tidak sehat, otoritas kerja yang tidak memadai yang berhubungan dengan tanggung jawab konflik kerja, perbedaan nilai antara karyawan dengan pemimpin yang frustasi dalam kerja Mangkunegara, 2002: 157. Karyawan yang mengalami stres cenderung tidak dapat berpikir dengan jernih sehingga mengakibatkan tidak dapat mengidentifikasi dengan tujuan perusahaan. Hal ini didukung oleh penelitian Mulyati 2008 yang menyatakan stres yang dialami anggota organisasi juga harus diperhatikan untuk mengetahui Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 27 pengaruhnya terhadap intensitas komitmen. Stres kerja muncul sebagai ketidaksesuaian antara individu dengan lingkungan kerjanya. Stres kerja merupakan stres yang timbul dari beban kerja yang berlebihan dan berbagai tekanan waktu dari tempat kerja seperti pekerjaan-pekerjaan yang dikejar deadline. Semakin tinggi stres kerja yang dialami seseorang maka makin rendah komitmen organisasi yang dimilikinya. Timbulnya stres pada setiap orang dalam menghadapi pekerjaannya banyak dipengaruhi oelh beberapa faktor diantaranya faktor organisasi, faktor individu dan faktor lingkungan, stres kerja berpengaruh terhadap komitmen organisasi hal ini didukung oleh penelitian Thoyib 2008 yang menyatakan bahwa pengaruh stres lebih terhadap komitmen organisasi baik lansung maupun tidak langsung lebih besar dari pada pengaruh stres terhadap kepuasan kerja Penelitian lain yang pernah dilakukan oleh Cooper dalam Thoyib 2008 stres dalam bekerja dapat menurunkan motivasi dalam bekerja dan moral, menurunkan kinerja, meningkatkan perilaku pindah kerja, meningkatkan kecelakaan, menurunkan kepuasan kerja dan stres juga dapat secara langsung berpengaruh terhadap komitmen organisasi. Menurut Prasetyo 2008 banyak terdapat definisi stres yang intinya adalah stres digambarkan sebagai suatu reaksi psikologis yang dialami oleh individu karena tidak mampu memenuhi suatu tuntutan tertentu yang pada akhirnya menghasilkan sesuatu yang berharga dalam kehidupan, rasa ketidakmampuan itulah yang menyebabkan individu menjadi stres. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo 2008 yang mengatakan bahwa faktor-faktor stres yang terdiri dari role conflict, role ambiguity, role overload dan time pressure berpengaruh terhadap komitmen organisasi. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 28

2.3. Kerangka konseptual