berpromosi layaknya seorang SPG yang sedang mempromosikan sebuah produk. Dengan adanya penyampaian pesan lewat foto atau gambar akan
didapatkan persepsi yang berbeda – beda dari khalayak sasaran yang memaknainya.
Karikatur editorial di situs INILAH.COM sarat akan kritis baik dari peristiwa politik, sosial, ekonomi, budaya dan sebagainya, salah satu
peristiwa sosial politik yang banyak merebut perhatian media massa termasuk media online INILAH.COM adalah berita tentang kasus Sri
Mulyani yang diduga menjadi SPG dari organisasi IMF. Peneliti memilih INILAH.COM karena banyak sekali pilihan referensi
karikaturnya. Dengan adanya penyampaian pesan lewat karikatur akan didapatkan persepsi yang berbeda-beda dari khalayak sasaran yang
memaknainya.
1.2 Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “Bagaimana kritik sosial karikatur Sri
Mulyani dalam situs INILAH.COM yang dimuat tanggal 02 Februari 2011?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui makna yang dikomunikasikan karikatur Sri Mulyani dalam situs INILAH.COM yang
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
dimuat tanggal 02 Februari 2011 dengan menggunakan pendekatan semiotika berdasarkan teori segitiga makna.
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran pada ilmu komunikasi mengenai karikatur Sri
Mulyani dalam situs INILAH.COM yang dimuat tanggal 02 Februari 2011.
1.4.2 Kegunaan Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan dan dapat menjadi pertimbangan atau masukan untuk mengetahui penerapan tanda
dalam studi semiotik sehingga dapat memberi makna bagi para pengakses situs google mengenai makna dari karikatur.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Media Elektronik
Secara garis besar media massa dapat dibedakan menjadi dua, yakni media massa cetak dan media massa elektronik. Media massa cetak maupun
media massa elektronik merupakan media massa yang banyak digunakan oleh masyarakat di berbagai lapisan sosial terutama di masyarakat kota.
Keberadaan media massa seperti halnya pers, radio, televisi, film, dan lain- lain, tidak terlepas kaitannya dengan perubahan-perubahan yang terjadi
dalam masyarakat. Media massa dapat menjadi jembatan yang menghubungkan komunikator dengan komunikan yang melintasi jarak,
waktu, bahkan lapisan sosial dalam masyarakat. Sugiharti, 2003: 3 Media elektronik adalah media yang proses bekerjanya berdasar pada
prinsip elektronik dan elektromagnetis. Media elektronik menyampaikan berita atau informasi dengan cara memperdengarkan suara dan
memperlihatkan gambar, serta dengan menampilkan proses terjadinya suatu peristiwa, seperti pada televisi.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.1.2 Komunikasi Non Verbal
Istilah non verbal biasanya digunakan untuk melakukan semua peristiwa komunikasi diluar kata – kata terucap dan tertulis. Pada saat yang
sama kita harus menyadari bahwa banyak peristiwa dan perilaku non verbal ini ditafsirkan melalui simbol – simbol verbal. Dalam pengertian ini,
peristiwa dan perilaku non verbal itu tidak sungguh – sungguh bersifat non verbal Mulyana, 2001: 312.
Jurgen Ruesch mengklasifikasikan isyarat non verbal menjadi beberapa bagian, antara lain:
1. Isyarat Tangan
Isyarat tangan atau “berbicara dengan tangan” termasuk apa yang disebut emblem, yang dipelajari yang punya makna suatu budaya atau
subkultur. Meskipun isyarat tangan yang digunakan sama, maknanya boleh jadi berbeda, atau isyarat fisiknya berbeda namun maksudnya sama.
2. Postur Tubuh
Postur tubuh sering bersifat simbolik. Postur tubuh memang mempengaruhi citra diri. Beberapa penelitian dilakukan untuk mengetahui
hubungan antara fisik dan karakter atau temperamen. Klasifikasi bentuk tubuh yang dilakukan William misalnya menunjukkan hubungan antara
bentuk tubuh dan temperamen.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
3. Ekspresi Wajah dan Tatapan Mata
Secara umum dapat dikatakan bahwa makna ekspresi wajah dan padangan mata tidaklah universal, melainkan sangat dipengaruhi oleh
budaya.
2.1.3 Pemaknaan Warna
Para teoritis bahasa mengemukakan bahwa kebanyakan kata memiliki makna majemuk. Setiap kata dari kata-kata seperti : merah, kuning, hitam,
dan putih memiliki makna konotatif yang berlainan. Dalam Roget’s Thesaurus, seperti dikutip Mulyana 2003: 260-261, terdapat kira-kira 12
sinonim untuk kata hitam, dalam beberapa kepercayaan warna-warna seperti warna hitam dan abu-abu memiliki asosiasi yang kuat dengan bahasa, hitam
tidak dapat dipisahkan dari hal-hal yang bersifat buruk dan negatif, misal : daftar hitam, dunia hitam, dan kambing hitam.
Sedangkan terdapat sinonim untuk kata putih, dan semua bersifat positif. Warna putih kebalikan dari warna hitam. Putih mewakili sesuatu
yang menyenangkan dan mencerminkan segala sesuatu yang bersifat kebaikan, seperti : murni, bersih, dan suci. Jadi, kata hitam umumnya
berkonotasi negatif, sedangkan warna putih berkonotasi positif Sobur, 2001: 25.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Warna mampu memberikan pemaknaan tentang sesuatu hal, misalnya warna merah, berarti bisa api atau darah, dibeberapa kata merah darah lebih
tua dibandingkan dengan kata merah itu sendiri. Namun dibeberapa bahasa kata merah digunakan pada saat bersamaan menjadi merah darah. Karena
unsur-unsur tersebut, merah dapat diartikan sebagai hasrat yang kuat dalam hubungannya dengan ikatan, kebenaran dan kejayaan, namun tak jarang
pula warna merah diartikan sebagai suatu kebencian dan dendam tergantung dari situasi.
Warna menurut Hoed dan Benny Hoedoro 1992 dalam bukunya “periklanan”, memiliki beberapa makna dalam menunjang kegiatan
periklanan karena perpaduan dan kombinasi warna yang menarik akan mempunyai nilai ketertarikan tersendiri dibenak khalayak, diantaranya :
1. Merah
Merah merupakan warna power, energi, kehangatan, cinta, nafsu, agresif, bahaya, kekuatan, eksentrik, aktif, bersaing.
Warna ini memberikan pengaruh berkemauan keras dan penuh semangat. Sering juga diapresiasikan untuk menunjuk emosi
atau debaran jantung.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2. Biru
Biru melambangkan kepercayaan, konservatif, keamanan, teknologi, kebersihan, keteraturan, komunikasi, peruntungan
yang baik, kebijakan, perlindungan, inspirasi, spiritual, kelembutan, dinamis, air, laut, kreatifitas, cinta, kedamaian,
kepercayaan, loyalitas, kepandaian, panutan, kekuatan dari dalam, kesedihan, kestabilan, kepercayaan diri, kesadaran,
pesan, ide, berbagi, idealisme, empati, dingin, konservatisme, menenangkan namun juga dapat berarti dingin dan depresi.
Sebagai dari akibat efek menenangkan, warna biru dapat membuat orang lebih konsentrasi.
3. Putih
Putih melambangkan positif, ketetapan, ketidakbersalahan, steril, kematian, kedamaian, pencapaian ketinggian diri,
spiritualitas, kedewasaan, keperawanan atau kesucian, kesederhanaan, kebersihan, kesempurnaan, cahaya, persatuan,
lugu, murni, ringan, netral, dan fleksibel.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4. Hitam
Hitam melambangkan power, seksualitas, kecanggihan, kematian, misteri, ketakutan, kesedihan, keanggunan,
perlindungan, pengusiran sesuatu yang negatif, mengikat, formalitas, kekayaan, kejahatan, perasaan yang dalam,
kemarahan, harga diri dan ketangguhan.
5. Abu-abu
Abu-abu melambangkan intelek, masa depan, kesederhanaan, kesedihan, keamanan, reabilitas, kepandaian, tenang, serius,
kesederhanaan, kedewasaan, konservatif, praktis, kesedihan, bosan, professional, kualitas, dan diam.
2.1.4 Kartun dan Karikatur
Secara singkat dapat dijelaskan, bahwa karikatur seperti halnya kartun strip, kartun gags kartun kata, kartun komik dan kartun animasi adalah
bagian dari apa yang dinamakan kartun. Karikatur adalah produk suatu keahlian seorang karikaturis, baik dari
segi pengetahuan, intelektual, teknik melukis, psikologis, cara melobi, referensi bacaan, maupun bagaimana dia memilih topik isu yang tepat.
Karena itu, kita bisa mendeteksi intelektual seorang karikaturis dari sudut ini. Juga, cara dia mengkritik yang secara langsung membuat orang yang
dikritik justru tersenyum Sobur, 2006: 140
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Karikatur adalah bagian dari opini penerbit yang dituangkan dalam bentuk gambar-gambar khusus. Semula, karikatur ini hanya merupakan
selingan atau ilustrasi belaka. Namun, pada perkembangan selanjutnya, karikatur dijadikan sarana untuk menyampaikan kritik yang sehat.
Dikatakan kritik yang sehat karena penyampaiannya dilakukan dengan gambar-gambar lucu dan menarik Sobur, 2006: 40.
2.1.5 Karikatur Dalam Media Massa
Komunikasi massa secara umum diartikan sebagai komunikasi yang dilakukan melalui media massa seperti majalah, surat kabar, radio, televisi
dan lain sebagainya. Komunikasi massa merupakan komunikasi dimana penyampaian pesan kepada sejumlah orang dilakukan melalui media massa.
Baik kartun maupun karikatur di Indonesia belakangan ini sudah bisa menjadi karya seni yang menyimpan gema panjang, sarat oleh pesan dan
estetika, disamping kadar humornya. Karikatur penuh dengan perlambangan-perlambangan yang kaya akan
makna, oleh karena itu karikatur merupakan ekspresi dari situasi yang menonjol di dalam masyarakat. Setajam atau sekeras apapun kritik yang
diampaikan sebuah gambar karikatur, tidak akan menyebabkan terjadinya evolusi. Dengan kata lain, karikatur dapat mengetengahkan suatu
permasalahan yang sedang hangat di permukaan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Menurut Anderson, dalam memahami studi komunikasi politik di Indonesia akan lebih mudah dianalisa mengenai konsep politik Indonesia
dengan membedakan dalam dua konsep, yaitu dengan direct speech komunikasi langsung dan Symbolic speech Komunikasi tidak langsung.
Komunikasi langsung merupakan konsepsi politik yang analisanya dipahami sejauh penelitian tersebut ditinjau dari komunikasi yang bersifat langsung,
seperti humor, gossip, diskusi, argumen, intrik, dan lain-lain. Sedangkan komunikasi tidak langsung, tidak dapat secara langsung dipahami maupun
diteliti seperti patung, monument dan simbol-simbol lainnya Bintoro dalam Marliani, 2004: 49.
Peran karikatur yang tertulis seperti yang telah diuraikan di atas, merupakan alasan utama dijadikannya karikatur sebagai objek studi ini.
Selain karena karikatur merupakan suatu penyampaian pesan lewat kritik yang sehat dan juga suatu keahlian karikaturis adalah bagaimana dia
memilih topik-topik isu yang tepat dan masih hangat.
2.1.6 Kritik Sosial
Indonesia terbangun ketika budaya tulis sudah menyebar luas, ketika segala tatanan kehidupan dirumuskan secara tertulis dan tidak tertulis baik
dalam bentuk buku, majalah, surat kabar, radio, televisi, dan internet. Semakin luas melalui pendidikan modern dan yang tak kalah pentingnya,
ketika segala bentuk tulisan sebagian besar menyampaikan berbagai
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
informasi melalui bahasa Indonesia dijadikan media resmi pendidikan nasional dan sebagai alat komunikasi dalam birokrasi Masoed, 1999: 42.
Dengan demikian melestarikan atau mempertahankan kritik terselubung dalam konteks budaya yang tidak lagi menopangnya, sama saja
dengan membunuh eksistensi kritik sehingga sebuah institusi sosial yang lahir dari kebutuhan pengembangan hidup bersama manusia. Dalam konteks
budaya tulis, budaya modern materialistis yang berpenopang pada budaya tulis di atas pembangunan, pengembangan, dan penyebaran kritik sama
statusnya dengan pembangunan dan pengembangan, dan penyebaran kritik itu sendiri.
Dalam beberapa pengertian kritik sosial mengandung konotasi negatif seperti “celaan”, namun kata “kecaman” mengandung kemungkinan kata
positif yaitu dukungan, usulan, atau saran, penyelidikan yang cermat. Masoed, 1999: 36. Definisi “kritik” menurut kamus Oxford adalah “one
who appreises literaryor artistic work” atau suatu hal yang membentuk dan memberikan penilaian untuk menemukan kesalahan terhadap sesuatu.
Kritik awalnya dari bahasa Yunani Kritike = pemisahan, Krinoo = memutuskan dan berkembang dalam bahasa Inggris “critism” yang berarti
evaluasi atau penilaian tentang sesuatu. Sementara sosial adalah suatu kajian yang menyangkut kehidupan dalam bermasyarakat menciptakan suatu
kondisi sosial yang tertib dan stabil Susanto, 1986: 7.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Dalam kritik sosial, pers dan politik Indonesia kritik sosial adalah salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat yang bertujuan atau
berfungsi sebagai sumber kontrol terhadap jalannya sebuah sistem sosial atau proses bermasyarakat. Dalam konteks inilah kritik sosial merupakan
salah satu unsur penting dalam memelihara sistem sosial. Dengan kata lain, kriti sosial dalam hal ini berfungsi sebagai wahana untuk konservasi dan
reproduksi sebuah sistem sosial atau masyarakat Abar dalam Masoed, 1999: 47.
Kritik sosial juga dapat berarti sebuah inovasi sosial dalam arti bahwa kritik sosial menjadi sarana komunikasi gagasan baru, sembari menilai
gagasan lama, untuk suatu perubahan sosial. Kritik sosial konservatif, status quo dalam masyarakat untuk perubahan sosial, kritik sosial dalam
pengertian ini sering muncul ketika masyarakat atau sejumlah orang atau kelompok sosial dalam masyarakat yang menginginkan suasana baru,
suasana yang lebih bai dan lebih maju, atau secara kritik sosial yang demikian yang lebih banyak dianut kaum oleh kritis dan strutualis. Mereka
melihat kritis sosial adalah wahana komunikatif untuk suatu tujuan perubahan sosial.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Suatu kritik sosial selalu menginginkan perbaikan, ini berarti bahwa suatu kritik sosial yang murni kurang didasarkan pada peneropongan
kepentingan diri saja, melainkan justru menitikberatkan dan mengajak masyarakat atau khalayak untuk memperhatikan kebutuhan – kebutuhan
nyata dalam masyarakat. Suatu kritik sosial kiranya didasarkan pada rasa tanggung jawab atas perkembangan lingkungan sosialnya, sehingga
diharapkan dapat menuju ke arah perbaikan dalam masyarakat untuk mewujudkan suatu ketertiban sosial. Susanto, 1986: 105.
Kritik sosial dapat disampaikan melalui berbagai wahana, mulai dari cara yang paling tradisional, seperti berjemur diri, ungkapan – ungkapan
sindiran melalui komunikasi antar personal dan komunikasi sosial melalui berbagai pertunjukan sosial dan kesenian dalam komunikasi publik, seni
sastra, dan melalui media massa. Kritik dari masyarakat ini hendaknya ditanggapi dengan serius oleh pemerintah.
Memang dalam menanggapi kritik dari masyarakat, belum menjamin persoalan akan selesai, tetapi itu menunjukkan adanya perhatian dari
pemerintah. Perhatian inilah yang secara akumulatif membentuk kesan, pemerintah mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap rakyatnya. Apabila
masyarakat sudah diperhatikan aspirasinya, masyarakat tidak akan lupa budi, sehingga apabila pemerintah mempunyai program kerja maka
partispasi masyarakat akan muncul dengan sendirinya Panuju, 1999: 49.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Kritik sosial itu sebenarnya merupakan sesuatu yang positif karena ia mendorong sesuatu yang terjadi didalam masyarakat untuk kembali ke
kriteria yang dianggap wajar dan telah disepakati bersama. Menurut Aris Susanto dalam bidang politik istilah kritik sosial seringkali memperoleh
konotasi negatif karena diartikan mencari kelemahan – kelemahan pihak lain dalam pertarungan politik sehingga arti yang substansial dari kritik
sosial itu menjadi kabur Masoed, 1999: 71. Kesan oposisi sejauh mungkin harus dapat dihindarkan, masyarakat
awam menganggap kritik sama dengan oposisi, yang artinya “pihak sana” out group sehingga kritik tertuju kebijaksanaan atau oknum aparat
pemerintah, diidentifikasi sebagai penentang atau melawan pemerintah. Padahal, kritik bukanlah seperti itu. Kritik tidak selamanya berarti melawan.
Kritik itu mengandung muatan – muatan saling memberi arti. Setidaknya menjadi masukan yang dapat dipertimbangkan dalam merumuskan
kebijaksanaan dan tindak lanjutnya. Ali, 1999: 84. Kritik – kritik terbaik, sesuai dengan setting sosial, politik, dan budaya
kita adalah kritik yang membuat saran kritik menangis, tapi dalam mimik mukanya yang tetap tertawa, artinya jika kita melaksanakan kritik kepada
sasaran tertentu, kritik tersebut tidak boleh membuat malu sasaran kritik dihadapan publik, apalagi secara meluas.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Sesuai dengan ciri makhluk rasional, maka keterbukaan dan kritik harus mengandung beberapa unsur utama. Diantaranya adalah peningkatan
supremasi individu, kompetisi dan membuka peluang pengarahan bagi tindakan manusia untuk meraih sukses dan keuntungan di planet bumi ini.
Ali, 1999: 194 Dengan demikian, melestarikan atau mempertahankan kritik
terselubung dalam konteks budaya yang tidak lagi menopangnya sama saja membunuh eksistensi kritik sebagai sebuah institusi sosial yang lahir dari
kebutuhan pengembangan hidup kebersamaan manusia. Dalam konteks budaya tulis, budaya modern materialistis yang berpenopang pada budaya
tulis diatas, pembangunan, pengembangan, penyebaran kritik sama statusnya dengan pembangunan, pengembangan, dan penyebaran kritik itu
sendiri.
2.1.7 Keterkaitan IMF Dan Sri Mulyani Definisi Dana Moneter Internasional atau International Monetary
Fund IMF adalah organisasi internasional yang bertanggung jawab
mengatur sistem finansial global dengan mengikuti kebijakan-kebijakan makroekonomi negara-negara anggotanya, khususnya yang memiliki
dampak pada nilai tukar dan neraca pembayaran.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Markas besar IMF berada di Washington D.C, Amerika Serikat. IMF berdiri secara formal pada bulan Desember 1945 ketika ke-29 negara
pertama menandatangani pasal-pasal perjanjian articles of agreement. IMF mulai bekerja pada 1 Maret 1947. Untuk menjadi anggota IMF, sebuah
negara harus mendaftar dan kemudian disetujui oleh mayoritas anggota- anggota yang ada. IMF telah memiliki anggota sebanyak 186 negara.
Semua anggota PBB berpartisipasi secara langsung dalam IMF, kecuali Taiwan dikeluarkan tahun 1980, Korea Utara, Kuba menarik
keanggotaannya di tahun 1964, Andora, Monako, Liechtenstein, Tuvalu, dan Nauru.
Board of Governor merupakan badan pembuat keputusan terbesar
dalam IMF yang terdiri dari satu gubernur dan satu wakil gubernur bagi tiap negara anggota. Gubernur ditunjuk oleh negara anggota dan biasanya
merupakan menteri keuangan atau kepala bank sentral negara. Nama
: Dr. Sri Mulyani Indrawati Lahir
: Tanjung Karang, 26 Agustus 1962 Agama :
Islam Suami
: Tonny Sumartono Anak
: Dewinta Illinia Adwin Haryo Indrawan
Luqman Indra Pambudi
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Jabatan Menteri Keuangan diduduki Sri Mulyani ketika pemerintahan SBY periode tahun 2009-2014. Jabatan itu berakhir pada 1 Juni 2010, ketika
Sri Mulyani akan menduduki sebuah jabatan penting di Bank Dunia. Bank Dunia telah mengumumkan penunjukannya sebagai Direktur Pelaksananya.
Sri Mulyani akan menjadi direktur Bank Dunia untuk 3 wilayah yakni Amerika Latin dan Karibia, Timur Tengah dan Afrika Utara, Asia Timur
dan Pasifik. Sri Mulyani juga akan mengurusi masalah Information System Group.
2.1.10 Pendekatan Semiotika
Kata “semiotika” berasal dari bahasa yunani, semeion yang berarti tanda, atau seme yang berarti penafsir tanda. Semiotika sendiri berakar dari
studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika, poetika. Semiotika adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang tanda. Tanda
terdapat dimana-mana “kata” adalah tanda, demikian pula gerak isyarat, lampu lalu lintas, bendera, dan sebagainya. Struktur karya sastra, struktur
film, bangunan arsitektur atau nyanyian burung dapat dianggap sebagai tanda. Segala sesuatu dapat menjadi tanda, tanda-tanda tersebut
menyampaikan suatu informasi atau pesan baik secara verbal maupun non verbal sehingga bersifat komunikatif.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Hal tersebut memunculkan suatu proses pemaknaan oleh penerima tanda akan makna informasi atau pesan dari pengirim pesan. Semiotika
merupakan cabang ilmu yang semula berkembang dalam bidang bahasa. Dalam perkembangannya kemudian semiotika bahkan masuk pada semua
segi kehidupan manusia. Sehingga Derrida dalam kurniawan, 2008: 34, mengikrarkan bahwa tidak ada sesuatu pun di dunia ini sepenting bahasa.
“there is nothing outside languange”. Bahasa dalam hal ini dibaca sebagai “teks” atau “tanda”. Dalam
konteks ini tanda memegang peranan penting dalam kehidupan umat manusia sehingga : “manusia yang tak mampu mengenal tanda, tak akan
bertahan hidup” Widagdo dalam Kurniawan, 2008. Charles Sanders Peirce merupakan ahli filsafat dan tokoh terkemuka
dalam semiotika modern Amerika menegaskan bahwa, manusia hanya dapat berfikir dengan sarana tanda dan manusia hanya dapat berkomunikasi
dengan tanda. Tanda yang dapat dimanfaatan dalam senirupa berupa tanda visual ang
bersifat non verbal, terdiri dari unsur dasar berupa seperti grafis, warna, bentuk, tekstur, komposisi, dan sebagainya. Tanda-tanda yang bersifat
verbal adalah objek yang dilukiskan, seperti objek, manusia, bintang, alam, imajinasi atau hal hal lainnya yang abstrak. Apapun alasan senirupawan,
designer untuk berkarya, karyanya adalah sesuatu yang kasat mata.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Karena itu secara umum bahasa digunakan untuk merangkul segala yang kasat mata dan merupakan media atara perupa dengan pemerhati atau
penonton. Seniman dan designer membatasi bahasa rupa pada segitiga, estetis-simbolis-bercerita story telling. Bahasa merupakan imaji dan tata
ungkapan. Imaji mencakup makna yang luas, baik imaji yang kasat mata maupun imaji yang ada khayalnya.
Menurut John Fiske pada intinya semua model yang membahas mengenai makna dalam studi semiotik memiliki bentuk yang sama, yaitu
membahas tiga elemen antara lain:
1. Sign atau tanda itu sendiri
Pada wilayah ini akan dipelajari tentang macam-macam tanda. Cara seseorang dalam memproduksi tanda, macam-
macam makna yang terkandung di dalamnya dan juga bagaimana mereka saling berhubung dengan orang-orang
yang menggunakannya. Dalam hal ini tanda dipahami sebagai komunikasi makna dan hanya bisa dimaknai oleh
orang-orang yang telah mempersiapkannya.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2. Codesi atau kode
Sebuah sistem yang terdiri dari berbagai macam tanda yang terorganisasikan dalam usaha memenuhi kebutuhan
masyarakat atau budaya untuk mengeksploitasi media komunikasi yang sesuai dengan transmisi pesan mereka.
3. Budaya
Lingkungan dimana tanda atau kode itu berada. Kode dan lambang tersebut segala sesuatunya tidak dapat lepas
dari latar belakang budaya dimana tanda dan lambang itu digunakan.
Dalam semiotik model yang digunakan dapat berasal dari berbagai ahli, seperti Saussure, Peirce, dan sebagainya. Pada penelitian ini yang akan
digunakan adalah model semiotik milik Peirce karena adanya kelebihan yang dimiliki yaitu tidak mengkhususkan analisisnya pada studi linguistik.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.1.11 Semiotika Charles Sanders Peirce
Semiotik untuk studi media massa tidak hanya terbatas sebagai kerangka teori, namun sekaligus juga sebagai metode analisis Sobur, 2004:
83. Bagi Peirce tanda “is something which stand to somebody for something in some respect or capacity”. Kita misalnya dapat menjadikan
teori segitiga makna triangel meaning menurut Peirce salah satu bentuk tanda adalah kata.
Sedangkan objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda. Sesuatu yang digunakan agar tanda dapat berfungsi, oleh Peirce disebut ground.
Konsekuensinya, tanda Sign atau represetamen selalu terdapat dalam sebuah triadik, yakni ground, object dan interpretant Sobur, 2004: 41.
Sementara itu interpretant adalah suatu tanda yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Apabila ketiga elemen
makna itu berinteraksi dalam benak seseorang, maka muncullah makna tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut. Makna adalah persoalan
bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang pada waktu berkomunikasi Barthes dalam Kurniawan, 2008: 37.
Charles Sanders Peirce membagi antara tanda dan acuannya tersebut menjadi kategori yaitu : ikon, indeks, simbol adalah tanda yang hubungan
antara penanda dan penandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Atau dengan kata lain ikon adalah hubungan antara tanda objek atau acuan yang
bersifat kemiripan, misalnya potret dan peta.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Indeks adalah tanda yang menunjuk adanya hubungan alamiah antara tanda dan penanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau
tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Contoh yang paling jelas ialah asap sebagai tanda adanya api. Tanda dapat pula mengacu pada
denotatum melalui konvensi. Tanda seperti itu adalah tanda konvensional yang biasa disebut simbol.
Jadi, simbol tanda yang menunjuk hubungan alamiah antara penanda dan petandanya. Hubungan diantaranya bersifat arbitrer atau semena,
hubungan berdasarkan konvensi atau perjanjian masyarakat Sobur, 2004: 42. Hubungan segitiga makna Peirce lazimnya ditampilkan dalam gambar
berikut. Fiske dalam Sobur, 2001: 85
Sign
Interpretant Object
Gambar 2.1 Hubungan Tanda, Objek, dan Interpretant Peirce
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Menurut Pierce sebuah tanda itu mengacu pada sebuah acuan, dan representasi adalah fungsi utamanya. Hal ini sesuai dengan definisi dari
tanda itu sendiri yaitu sebagai sesuatu yang memiliki bentuk fisik, dan harus merujuk pada sesuatu yang lain dari tanda tersebut. Pierce ingin
mengidentifikasikan partikel dasar dari tanda dan mengembangkannya kembali semua komponen dalam struktur tunggal. Dalam pendekatan
semiotik model Charles S. Pierce, diperlukan adanya 3 unsur utama yang bisa digunakan sebagai model analisis, yaitu tanda, objek, dan interpretant.
Charles S. Peirce membagi antara tanda dan acuannya tersebut menjadi tiga kategori, yaitu : ikon, indeks, simbol. Ketiga kategori tersebut
digambarkan dalam sebuah model segitiga sebagai berikut :
Icon
Index Simbol
Gambar 2.2 Model Kategori Tanda Oleh Peirce
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
1. Ikon
Adalah tanda yang berhubungan antara tanda dan acuannya bersifat bersamaan bentuk alamiah berupa hubungan kemiripan. Misalnya
adalah potret dan peta. Potret merupakan ikonik dari orang yang ada dalam potret tersebut, sedangkan peta merupakan ikonik dari pulau
yang ada dalam peta tersebut.
2. Indeks
Adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan acuannya yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat,
atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataanya. Misalnya adalah asap sebagai tanda adanya api.
3. Simbol
Adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara tanda dan acuannya berdasarkan hubungan konvensi atau perjanjian. Misalnya
orang yang menggelengkan kepalanya merupakan simbol yang menandakan ketidak setujuan termasuk secara konvensional Sobur,
2003: 41.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.1.12 Konsep Makna
Para ahli mengakui, istilah makna meaning memang merupakan kata dan istilah yang membingungkan. Dalam bukunya The Meaning of
meaning, Odgen dan Richards dalam buku Kurniawan, 2008: 27 telah mengumpulkan tidak kurang dari 22 batasan mengenai makna.
Makna sebagaimana dikemukakan oleh Fisher dalam Sobur, 2004: 248, merupakan konsep yang abstrak yang telah menarik perhatian para
ahli filsafat dan para teoritis ilmu sosial selama 2000 tahun silam. Semenjak Plato mengkonseptualisasikan makna manusia sebagai salinan
“ultrarealitas”, para pemikir besar telah sering mempergunakan konsep itu dengan penafsiran yang sangat luas yang merentang sejak pengungkapan
mental dari Locke sampai ke respon yang dikeluarkan dari Skinner. “Tetapi”, kata Jerold Katz dalam Kurniawan, 2008: 47, “setiap usaha
untuk memberikan jawaban yang langsung telah gagal. Beberapa seperti misalnya Plato, telah terbukti terlalu samar dan pekulatif. Yang lainnya
memberikan jawaban salah.” Menurut Devito, makna bukan terletak pada kata – kata melainkan
pada manusia. “Kita”, lanjut Devito, menggunakan kata – kata untuk mendekati makna yang ingin kita komunikasikan. Tetapi kata - kata ini
secara sempurna dan lengkap menggambarkan makna yang kita maksudkan. Demikian pula makna yang didapat pendengar dari pesan – pesan akan
sangat berbeda dengan makna yang ingin kita komunikasikan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Komunikasi adalah proses yang kita gunakan untuk memproduksi dibenak pendengar dan apa yang ada dalam benak kita.
Ada tiga hal yang dijelaskan para filusuf dan linguis sehubungan dengan usaha menjelaskan istilah makna. Ketiga hal tersebut adalah 1
menjelaskan makna secara alamiah, 2 mendeskripsikan secara alamiah, 3 menjelaskan makna dalam proses komunikasi Kempson dalam Sobur,
2004: 258. Ada beberapa pandangan yang menjelaskan teori atau konsep makna.
Model konsep makna Johnson dalam Devito 1997: 123 – 125 sebagai berikut :
1. Makna dalam diri manusia. Makna tidak terletak pada kata –
kata melainkan pada manusia. Kita menggunakan kata – kata untuk mendekati makna yang ingin kita komunikasikan, tetapi
kata – kata tersebut tidak secara sempurna dan lengkap menggambarkan makna yang ingin kita gunakan untuk
memproduksi dibenak pendengar apa yang ada dalam benak kita dan proses ini adalah proses yang bisa salah.
2. Makna berubah. Kata – kata relative statis, banyak dari kata –
kata yang kita gunakan 200 atau 300 tahun yang lalu. Tetapi makna dari kata – kata ini dan berubah khusus yang terjadi
pada dimensi emosional makna.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
3. Makna membutuhkan acuan. Walaupun tidak semua
komunikasi mengacu pada dunia nyata, komunikasi hanya masuk akal bilamana ia mempunyai kaitan dengan dunia atau
lingkungan eksternal.
4. Penyingkiran berlebihan akun mengubah makna. Berkaitan
erat dengan gagasan bahwa acuan tersebut kita butuhkan bilamana terjadi masalah komunikasi yang akibat
penyingkatan berlebihan tanpa mengaitkan acuan yang diamati. Bila kita berbicara tentang cerita, persahabatan,
kebahagiaan, kejahatan dan konsep – konsep lain yang serupa tanpa mengaitkannya dengan sesuatu yang spesifik, kita tidak
akan bisa berbagi makna dengan lawan bicara.
5. Makna tidak terbatas jumlahnya. Pada suatu saat tertentu,
jumlah kata dalam suatu bahasa terbatas, tetapi maknanya tidak terbatas. Karena itu kebanyakan kita mempunyai banyak
makna. Ini bisa menimbulkan masalah bila ada sebuah kata diartikan secara berbeda oleh dua orang yang sedang
berkomunikasi.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Makna yang dikomunikasikan hanya sebagian. Makna yang kita peroleh dari suatu kejadian bersifat multi aspek dan sangat kompleks. Tetapi
hanya sebagian saja dari makna – makna ini yang benar – benar dapat dijelaskan. Banyak dari makna tersebut yang tetap tinggal dalam benak kita,
karenanya pemaknaan yang sebenarnya mungkin juga merupakan tujuan yang ingin kita capai tetap tidak pernah tercapai Sobur, 2003: 285 – 289.
2.2 Kerangka Berpikir
Setiap individu mempunyai latar belakang pendidikan yang berbeda – beda dalam memahami suatu peristiwa atau obyek. Hal ini dikarenakan latar
belakang pengalaman field of experience dan pengetahuan frame of reference yang berbeda – beda dari setiap individu tersebut. Begitu juga
penelitian yang memahami lambang dan tanda yang ada, dalam obyek yang berdasarkan pengalaman dan pengetahuan peneliti.
Berdasarkan landasan teori yang telah disampaikan, maka peneliti dalam memaknai karikatur Sri Mulyani melakukan pemaknaan terhadap
tanda dan lambing berbentuk gambar dengan menggunakan teori sgitiga makna Pierce triangle meaning yang meliputi tanda, obyek, dan
interpretan sehingga diperoleh hasil intrepetasi data mengenai karikatur Sri Mulyani tersebut.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Tanda yang dimaksud disini adalah gambar dalam media massa yang kemudian tanda tersebut dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu : ikon,
indeks, dan symbol. Obyek disini adalah karikatur Sri Mulyani dalam situs INILAH.COM yang dimuat tanggal 02 Februari 2011. Setelah menganalisis
kategori tanda tersebut, maka peneliti akan mengetahui makna gambar karikatur Sri Mulyani tersebut. Sistematika tersebut digambarkan sebagai
berikut :
Hasil Interpretan
Pemaknaan dengan Pendekatan Semiotika Charles Sanders Pierce
1. Ikon 2. Indeks
3. Simbol
Karikatur Sri Mulyani
Dalam Situs INILAH.COM
Gambar 2.3 : Bagan Kerangka Berpikir
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian