Indonesia Kembali Menjadi Anggota PBB Penghentian Konfrontasi dengan Malaysia

Masa Orde Baru dan Lahirnya Reformasi 277 Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka, 1977 Sebagai tindak lanjut dari penyerahan kekuasaan tersebut, MPRS mengadakan Sidang Istimewa pada 7–12 Maret 1967. Dalam Sidang Istimewa tersebut, MPRS berhasil merumuskan Tap MPRS No.XXXIIIMPRS1967 tentang pencabutan kekuasaan pemerintah negara dari Presiden Soekarno dan pengangkatan Jenderal Soeharto sebagai Pejabat Presiden hingga dipilihnya presiden menurut hasil pemilu. Pada 21–30 Maret 1968, berlangsung Sidang Umum MPRS yang mengukuhkan Pejabat Presiden Jenderal TNI Soeharto sebagai Presiden Republik Indonesia sampai dengan terpilihnya Presiden RI hasil Pemilu. Pengambilan sumpahnya dilakukan pada 27 Maret 1968. Sejak saat itu, Soeharto secara resmi menjabat sebagai Presiden RI yang kedua.

3. Kebijakan Politik dan Ekonomi pada Masa Orde Baru

a. Indonesia Kembali Menjadi Anggota PBB

Keluarnya Indonesia dari keanggotaan PBB pada 7 Januari 1965 berakibat dikucilkannya Indonesia dari pergaulan internasional. Oleh karena itu, dalam upaya mengembalikan posisi Indonesia dalam pergaulan internasional dan demi kepentingan nasional, Komisi C DPRGR yang mengurusi Bidang Hankam dan Luar Negeri mendesak pemerintah untuk masuk kembali menjadi anggota PBB. Usul ini mulai dibahas oleh Panitia Musyawarah DPRGR pada 3 Juni 1966. Hasilnya, DPRGR menyepakati bahwa Indonesia kembali menjadi anggota PBB dan organisasi-organisasi internasional lainnya. Pada 28 September 1966, Indonesia akhirnya secara resmi aktif kembali menjadi anggota PBB.

b. Penghentian Konfrontasi dengan Malaysia

Upaya-upaya untuk menghentikan konfrontasi dengan negara Malaysia telah dirintis sejak diselenggarakannya perundingan di Bangkok, Thailand pada 29 Mei–1 Juni 1966. Pihak Indonesia diwakili oleh Adam Malik dan pihak Malaysia diwakili oleh Tun Abdul Razak. Hasil terpenting perundingan tersebut adalah ke- sepaka tan berupa Persetujuan Bangkok yang berisi hal-hal berikut. Gambar 15.5 Pengambilan sumpah Soeharto sebagai Presiden RI. Di unduh dari : Bukupaket.com Jelajah Cakrawala Sosial untuk Kelas IX 278 u er: 30 Tahun Indonesia Merdeka, 1977 1 Kepada rakyat Sabah dan Serawak akan diberi kesempatan menegaskan lagi keputusan yang telah mereka ambil mengenai kedudukan mereka dalam Malaysia. 2 Kedua pemerintah menyetujui memulihkan hubungan di plomatik. 3 Menghentikan tindakan-tindakan permusuhan. Sebagai tindak lanjut dari Persetujuan Bangkok, Indonesia dan Malaysia pada 11 Agustus 1966 menan- datangani naskah per setujuan normalisasi hubungan Malaysia-Indonesia di Jakarta. Malaysia diwakili oleh Menteri Luar Negeri Tun Abdul Razak dan Indonesia diwakili oleh Menteri Luar Negeri Adam Malik. Selanjutnya, pada 31 Agustus 1967, kedua pemerintahan telah membuka kembali hubungan diplomatik pada tingkat kedutaan besar. Pe angunan asi na Langkah utama melaksanakan pembangunan n a s i o n a l a d a l a h d e n g a n m e m b e n t u k K a b i n e t Pembangunan I sesuai dengan Tap MPRS No. XLI MPRS1968 pada 6 Juni 1968. Adapun program Kabinet Pembangunan I dikenal dengan sebutan Pancakrida Kabinet Pembangunan. Tujuan umum pembangunan nasional Indonesia adalah terciptanya masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Sebagai realisasinya, Orde Baru melaksana kan konsep Pembangunan Lima Tahun Pelita yang dimulai sejak 1 April 1969. a ar 15 6 Penandatanganan naskah persetujuan normalisasi hubungan Malaysia–Indonesia di Jakarta pada 11 Agustus 1966. Di unduh dari : Bukupaket.com Masa Orde Baru dan Lahirnya Reformasi 279 Pemilu merupakan cerminan dari demokrasi. General election is a reflection of democracy. I u sia Social Science Pelita merupakan dasar bagi lajunya pembangunan Indonesia. Berikut waktu program Pelita yang telah dilaksanakan oleh pemerintahan Orde Baru. 1 Pelita I 1 April 1969–31 Maret 1974. 2 Pelita II 1 April 1974–31 Maret 1979. 3 Pelita III 1 April 1979–31 Maret 1984. 4 Pelita IV 1 April 1984–31 Maret 1989. 5 Pelita V 1 April 1989–31 Maret 1994. 6 Pelita VI 1 April 1994–31 Maret 1999. Pe i i an u Sesuai ketetapan Sidang Umum MPRS 1966, penyelenggaraan pemilu paling lambat pada 5 Juli 1968. Namun, hal tersebut tidak bisa dilaksanakan karena DPRGR dan pemerintah belum bisa menyelesaikan UU tentang Pemilu. DPRGR menyetujui tentang Pemilihan Umum Anggota-Anggota Badan Permusyawaratan Perwakilan Daerah dan tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, dan DPRD pada 10 November 1969. Kedua rancangan undang-undang tersebut, kemudian disahkan sebagai undang-undang oleh pemerintah pada 17 Desember 1969. Ber dasarkan kedua undang-undang tersebut, pemerintah Orde Baru menyeleng garakan pemilu yang pertama pada 3 Juli 1971. Lebih dari 58 juta rakyat Indonesia yang berhak memilih melaksanakan hak konstitusionalnya untuk memilih wakil-wakilnya di DPR, DPRD Tingkat I, dan DPRD Tingkat II. Pemilu 1971 diikuti oleh 10 kontestan, yaitu Partai Sarikat Islam Indonesia PSII, Nahdlatul Ulama NU, Partai Muslimin Indonesia Parmusi, Partai Katholik Parkindo, Golongan Karya Golkar, Partai Kristen Indonesia, Murba, Partai Nasional Indonesia PNI, Partai Tarbiyah Islamiyah PERTI, dan Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia IPKI. Berdasarkan undang-undang yang berlaku pada saat itu, anggota DPR berjumlah 460, dengan perincian 360 dipilih melalui pemilu dan 100 orang diangkat, di antaranya 75 orang mewakili golongan karya ABRI yang pada pemilu kali ini tidak menggunakan hak pilihnya. Pemilu pada masa pemerintahan Orde Baru selanjutnya diselenggarakan setiap lima tahun sekali, yaitu pada 2 Mei 1977, 4 Mei 1982, 23 April 1987, 9 Juli 1992, dan 29 Mei 1997. Pada pemilihan umum tersebut, jumlah kontestan hanya 3, yaitu Partai Persatuan Pancakrida Kabinet Pembangunan, yaitu sebagai berikut. 1. Menciptakan stabilitas politik dan ekonomi. 2. Menyusun dan merencanakan Rencana Pembangunan Lembar Kegiatan Siswa Lima Tahun. 3. Melaksanakan pemilihan umum. 4. Mengembalikan ketertiban dan keamanan masyarakat. 5. Melanjutkan penyempurnaan dan pembersihan secara menyeluruh aparatur negara, baik di tigkat pusat maupun di tingkat daerah. eferensi sia Di unduh dari : Bukupaket.com Jelajah Cakrawala Sosial untuk Kelas IX 280 a e 14 1 Per e an Kursi i DP a a Pe i u 1971 Partai u a kursi PSII NU Parmusi Partai Katolik Golkar Parkindo Murba PNI Perti IPKI 10 kursi 58 kursi 24 kursi 3 kursi 236 kursi 7 kursi - 20 kursi 2 kursi - Jumlah 360 Kursi Pembangunan PPP, Golongan Karya Golkar, dan Partai Demokrasi Indonesia PDI. Hal ini berkaitan dengan adanya penyederhanaan sistem kepartaian sesuai ketetapan MPR. 4 Integrasi i r i ur Sebelum berintegrasi dengan Indonesia, di Timor Timur 1974 terbentuk organisasi politik, di antaranya Associacao Social Democratica Timorense ASDT yang kemudian berubah menjadi Frente Revolucionaria de Timor Leste Independente Fretilin, Uniao Democratica Timorense UDT, Associacao Popular Democratica de Timor Apodeti, Associacao Integracao Timor Indonesia AITI, Klibun Oan Timor Aswain KOTA, Associacao Democratica Integracao Timor Leste Australia ADITLA, dan Trabalhista. Setiap partai politik ini mewakili ideologi politik serta tujuan yang berbeda. Perbedaan ideologi politik menyebabkan perang saudara sejak Agustus 1975. Pada 28 November 1975, Fretilin memproklamasikan kemerdekaan Timor Timur dan berdirinya sebuah Republik Demokrasi Timor Timur. Namun, proklamasi itu tidak mendapat dukungan, baik dari masyarakat Timor Timur maupun dunia inter nasional. KOTA • UDT • PSST • Apodeti • Trabalhista • Fretelin • PBB • P j k Isti a Di unduh dari : Bukupaket.com Masa Orde Baru dan Lahirnya Reformasi 281 Sumber: Forum Keadilan, 5 September 1999 UDT, Apodeti, KOTA, dan Trabalhista menyampai- kan proklamasi tandingan di Balibo pada 30 November 1975 yang berisi keinginan Timor Timur untuk berintegrasi dengan Republik Indonesia. Pada 7 Desember 1975, Kota Dili berhasil diduduki kelompok pendukung integrasi yang mendapat bantuan militer dari Indonesia melalui Operasi Seroja. Kelompok pendukung integrasi yang terdiri atas Arnaldo dos Reis Araujo yang mewakili Apodeti, Fransisco Xavier Lopez da Cruz yang mewakili UDT, Thomas Diaz Xemenes yang mewakili KOTA, dan Domingus C. Pareira yang mewakili Trabalhista sepakat membentuk Pemerintahan Sementara Timor Timur PSTT pada 17 Desember 1975. Adapun pemerintahan Sementara Timor Timur PSTT dipimpin oleh Arnaldo dos Reis Araujo. Setelah itu, pada Mei 1976, DPRD Timor Timur secara resmi menerima Petisi Integrasi Timor Timur dengan Republik Indonesia dari masyarakat Timor Timur pro-integrasi. Timor Timur akhirnya secara resmi menjadi sebuah provinsi dari Republik Indonesia setelah UU No. 7 tahun 1976 disahkan oleh DPR pada 17 Juli 1976. Ketentuan ini, kemudian diperkuat oleh Ketetapan MPR No.VI MPR1978 pada 22 Maret 1978. Pada 27 Januari 1999, Presiden B.J. Habibie menawar- kan pilihan, antara pemberian otonomi khusus kepada Timor Timur di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia atau me misahkan diri dari Indonesia. Melalui perundingan yang disponsori oleh PBB, akhirnya pada 5 Mei 1999 di New York di tanda tangani kesepakatan tripartit antara Indonesia, Portugal, dan PBB untuk melakukan jajak pendapat mengenai status masa depan Timor Timur. Pihak Indonesia diwakili oleh Menteri Luar Negeri Ali Alatas, pihak Portugal diwakili oleh Menteri Luar Negeri Jaime Gama, dan pihak PBB diwakili oleh Sekjen PBB Kofi Annan. Pada 11 Juni 1999, Dewan Keamanan PBB membentuk sebuah misi perdamaian untuk Timor Timur atau United Nation Mission for East Timor UNAMET. Misi PBB ini bertugas melaksanakan jajak pendapat bagi warga Timor Timur, baik yang berada di Timor Timur maupun di negara-negara lain. Jajak pendapat diseleng garakan pada 30 Agustus 1999. Hasilnya diumumkan oleh Gambar 15.7 Pendaratan pasukan Indonesia di Timor Timur tahun 1975. Di unduh dari : Bukupaket.com Jelajah Cakrawala Sosial untuk Kelas IX 282 Keadaan ekonomi Orde Baru pada Pelita IV secara umum mulai menunjukkan prestasi yang luar biasa dan sempat dipuji oleh Bank Dunia sebagai salah satu negara termaju lapis dua di Asia setelah Jepang, Korea Selatan, Hongkong, dan Taiwan. Pembangunan ekonomi masa Orde Baru harus terhenti karena Indonesia mengalami krisis ekonomi yang diawali dengan tanda-tanda sejak Juli 1997, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS merosot drastis dan hanya tinggal bernilai 30, harga-harga melambung tinggi, utang luar negeri mencapai 163 miliar dollar AS lebih, pendapatan per kapita hanya tinggal US 400, pengangguran dan kemiskinan penduduk meningkat tajam, terjadi kredit Sekjen PBB Kofi Annan pada 4 September 1999. Kubu Pro–Kemerdekaan mem peroleh 78,5 suara, sedangkan dari Kubu Pro–Integrasi mem peroleh 21,5 suara. Meskipun hasil ini diprotes oleh Kubu Prointegrasi, PBB tetap mengesahkan. Kemerdekaan bagi rakyat Timor Timur akhirnya secara resmi disahkan pada 19 Oktober 1999 dalam rapat paripurna ke-12 Sidang Umum MPR. Pengesahan ini berdasarkan pada Ketetapan MPR No. VMPR1999 tentang Penentuan Jajak Pendapat di Timor Timur. Pada sidang ke-54 tanggal 17 Desember 1999, Majelis Umum PBB di New York secara bulat memutuskan menerima resolusi yang diajukan Indonesia dan Portugal untuk menghapus masalah Timor Timur dari agenda PBB. u er: Tempo, 3 Oktober 1999 atu n a Pe erinta an r e Baru B . a ar 15 8 Rakyat Timor Timur sedang antre untuk melakukan jajak pendapat. Di unduh dari : Bukupaket.com Masa Orde Baru dan Lahirnya Reformasi 283 Sumber: Gatra, 9 Januari 1999 macet pada dana perbankan, banyaknya bank bermasalah yang mengharuskan dilikuidasi pemerintah, pertumbuhan ekonomi menjadi minus sekitar 20–30, dan terkuaknya praktik korupsi, kolusi, nepotisme KKN di kalangan para pejabat pemerintah. Kondisi krisis ekonomi yang demikian buruk telah memaksa pemerintah Soeharto meminta bantuan dana dari International Monetary Fund IMF. IMF mengucurkan bantuan sebesar US 40 miliar lebih kepada Indonesia dengan disertai syarat-syarat tertentu. Kondisi krisis ekonomi dan krisis kepercayaan rakyat terhadap pemerintah ini pula yang telah mendorong ribuan mahasiswa turun ke jalan untuk berdemonstrasi. Pada 12 Mei 1998, terjadi Peristiwa Semanggi Tragedi Trisakti, yaitu ketika empat mahasiswa Universitas Trisakti tewas tertembak aparat keamanan saat berdemonstrasi. Keempat orang mahasiswa tersebut ialah sebagai berikut. 1. Elang Mulya Lesmana, mahasiswa Arsitektur angkatan 1996. 2. Herry Hartanto, mahasiswa Teknik Industri Jurusan Mesin angkatan 1995. 3. Hendriawan Lesmana, mahasiswa Fakultas Ekonomi angkatan 1996. 4. Ha Àdhin Royan, mahasiswa Teknik Sipil angkatan 1995. Gambar 15.9 Peringatan tragedi 12 Mei 1998 Peristiwa Semanggi. Di unduh dari : Bukupaket.com Jelajah Cakrawala Sosial untuk Kelas IX 284 a ar 15 11 Pelantikan B.J Habibie sebagai Presiden RI pada 21 Mei 1998. Apa yang kamu ketahui mengenai sosok B.J Habibie? u er Detik-Detik yang Menentukan, 2006 Keempat mahasiswa tersebut dikenal sebagai Pahlawan Reformasi. Peristiwa tersebut menyulut kerusuhan besar di Jakarta pada 14 Mei 1998 yang merembet ke kota-kota yang lain, seperti Solo, Surabaya, Medan, dan Padang. Ratusan bangunan dan kendaraan dihancurkan dan dibakar massa. Mahasiswa bersama-sama rakyat yang berdemonstrasi di jalan-jalan semakin gencar menuntut Presiden Soeharto untuk mundur dari jabatannya. Bahkan, gedung DPR MPR pun diduduki oleh ribuan mahasiswa. Pada 21 Mei 1998, Presiden Soeharto akhirnya mengundurkan diri dan segera digantikan oleh B.J. Habibie yang sebelumnya menjabat wakil presiden. Naiknya B.J. Habibie ke kursi presiden ke-3 RI itu tidak diterima secara bulat oleh semua kelompok masyarakat, namun memberikan harapan baru menuju Indonesia yang lebih baik. Untuk mengembangkan kemandirian dan berpikir kritis, buatlah kelompok belajar yang terdiri atas murid laki-laki dan perempuan. Kembangkan kecakapan personal dan sosialmu dengan mendiskusikan bersama kelompokmu mengenai persamaan dan perbedaan sistem pemerintahan yang dijalankan oleh Orde Lama dan Orde Baru. Tuliskan hasil kerja kelompok tersebut pada buku tugas. Kemudian, laporkan hasilnya kepada gurumu. Hasil pekerjaan yang terbaik akan dipresentasikan di depan kelas. ktivitas sia u er Detik-detik yang Menentukan, 2006 a ar 15 10 Mahasiswa menduduki Gedung MPR RI ketika menuntut reformasi di Indonesia. Di unduh dari : Bukupaket.com Masa Orde Baru dan Lahirnya Reformasi 285

1. Pemilu 7 Juni 1999