Dokumentasi HASIL DAN PEMBAHASAN

Monitoring suhu dan kelembaban itu penting dalam penyimpanan suatu obat yang memerlukan kondisi khusus dalam penyimpanan. Kondisi suhu dan kelembaban yang tidak sesuai dapat menyebabkan kerusakan pada komponen yang terkandung di dalam obat tersebut. Tabel VII. Jumlah perbandingan PBF yang memiliki monitoring temperatur dan kelembaban di Provinsi Bangka-Belitung Jenis monitoring Nama PBF PT. A PT. B PT. C PT.D PT.E PT .F PT .G PT.H PT .I PT .J PT.K Pengontrol temperatur -        -   Pengontrol kelembababan -       - -  - Berdasarkan hasil wawancara mendalam kepada penanggung jawab PBF syarat bangunan yang baik adalah memiliki sirkulasi udara yang baik, kering, bebas dari binatang tikus, kecoa, harus bersih, cukup luas, memiliki penerangan yang baik, memiliki alat pengontol suhu, ada alas supaya barang yang disimpan tidak menyentuh langsung ke permukaan lantai.

4. Dokumentasi

Di dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1191MenkesSKIX2002 dikatakan bahwa Pedagang Besar Farmasi mempunyai kewajiban dalam melaksanakan dokumentasi pengadaan, penyimpanan dan penyaluran secara tertib ditempat usahanya mengikuti pedoman teknis yang ditetapkan oleh Menteri. Semua PBF di Provinsi Bangka-Belitung mempunyai dokumentasi. Dokumentasi seharusnya memuat informasi seperti: tanggal, nama produk, jumlah yang diterima dari supplier, nama dan alamat supplier. Dokumentasi pengadaan meliputi kegiatan pemesanan, penerimaan, dan penyimpanan. Dokumentasi penyaluran obat meliputi: penerimaan pesanan, pengeluaran dari gudang, dan pengiriman kepada pelanggan. Terdapat 11 PBF mempunyai dokumentasi pengeluaran dari gudang dari total 11 PBF yang berada di Provinsi Bangka- Belitung, 11 PBF mempunyai dokumentasi pengiriman obat kepada pelanggan, 11 PBF mempunyai dokumentasi penerimaan pesanan dari pelanggan dan 11 PBF mempunyai dokumentasi pengurangan barang dari stok penjualan, 11 PBF mempunyai dokumentasi stok barang, kegiatan pemesanan sediaan farmasi, penerimaan sediaan farmasi. Hasil wawancara mendalam kepada 11 penanggung jawab mengatakan bahwa PBF mereka memiliki dokumentasi pendistribusian yang mereka lakukan, tetapi tidak boleh difotokopi atau dibawa keluar dari perusahaan yang bersangkutan. Tabel VIII. Perbandingan jumlah total jenis Dokumentasi keseluruhan PBF dengan total per masing-masing dokumentasi yang ada di Provinsi Bangka- Belitung Jenis dokumentasi Nama PBF PT. A PT. B PT. C PT. D PT. E PT. F PT. G PT. H PT. I PT. J PT. K Jumlah total dokumentasi keseluruhan PBF pemesanan sediaan farmasi            11 penerimaan sediaan farmasi            11 penyimpanan obat            11 penerimaan pesanan dari pelanggan            11 pengeluaran obat dari gudang            11 pengiriman obat kepada pelanggan            11 pengurangan barang dari stok penjualan            11 stok barang            11 pengembalian            11 obat ke produsen pemusnahan obat   -        - 9 inspeksi diri -       -   - 8 10 11 10 11 11 11 11 10 11 11 9 Jumlah total dokumentasi masing-masing PBF Dalam pedoman CDOB dikatakan bahwa dokumentasi itu hendaknya dilaksanakan dengan baik dengan alasan: menjamin pelaksanaan pengadaan dan distribusi sesuai ketentuan perundang-undangan, penyediaan data dan informasi yang akurat dan aktual pada pemesanan, penerimaan, keadaan stok, penyaluran. Hasil wawancara terhadap PT.A tentang tidak adanya dokumentasi inspeksi diri dikarenakan yang menginspeksi adalah perusahaaan pusat yang dilakukan tim audit pusat sehingga kami tidak memiliki dokumentasinya. Hasil wawancara terhadap PT.C tentang tidak adanya dokumentasi pemusnahan obat dikarenakan perusahaan pusat yang memegang dokumentasi, kalau ada obat yang akan dimusnahkan semuanya akan di kirim ke pusat untuk dimusnahkan kemudian mereka yang membuat serta mencatat kegiatan dokumentasi pemusnahan obat. Hasil wawancara terhadap PT.K terhadap tidak adanya dokumentasi pemusnahan obat dikarenakan belum pernah dilakukan pemusnahan obat sehingga tidak dibuat dokumentasi pemusnahan obat. Hasil wawancara terhadap PT.H dan PT.K tentang tidak adanya dokumentasi inspeksi diri dikarenakan mereka tidak pernah melakukan inspeksi diri sehingga tidak perlu adanya dokumentasi untuk inspeksi diri. Prosedur dan catatan mengenai inspeksi diri hendaklah didokumentasikan Badan POM RI, 2007. Hanya delapan PBF di Provinsi Bangka-Belitung mendokumentasikan inspeksi diri PT.B, PT.C, PT.D, PT.E, PT.F, PT.G, PT.I, PT.J. Cara melakukan dokumentasi di PBF ada tiga cara yaitu dilakukan secara manual, secara komputerisasi, dan gabungan antara manual dan komputerisasi. Dokumentasi di PBF di Provinsi Bangka-Belitung sebagian besar dilakukan secara gabungan antara manual dan komputerisasi sebesar 100. Berdasarkan hasil wawancara mendalam sebagian besar PBF menggunakan sistem gabungan manual dan komputerisasi supaya mempunyai back up data apabila terjadi mati lampu, maka masih ada dokumen yang dapat digunakan untuk proses distribusi. Semua PBF di Provinsi Bangka-Belitung yang mempunyai dokumentasi menyimpan dokumennya. Berdasarkan hasil wawancara mendalam terhadap penanggung-jawab PBF secara umum informasi yang harus ada pada dokumen penyaluran obat meliputi: tanggal penyaluran, nama dan alamat tujuan, informasi produk yakni: nama produk, bentuk sediaan, kekuatan, jumlah, nomor batch, expire date , tanggal jatuh tempo apabila pelanggan membeli produk dengan cara kredit.

5. Inspeksi diri