tugas tambahan yang memdorong mereka untuk mempelajarinya kembali.
B. Matematika
1. Pengertian matematika
Menurut Jhonson Rising dalam Runtukahu, 2014: 28, mengatakan pengertian sebagai berikut.
a. Matematika adalah pengetahuan terstruktur, dimana sifat dan teori
dibuat secara deduktif berdasarkan unsur-unsur yang didefinisikan dan berdasarkan aksioma, sifat, atau teori yang telah dibuktikan kebenaran.
b. Matematika ialah bahasa simbol tentang berbagai gagasan dengan
menggunakan istilah-istilah yang didefinisikan secara cermat, jelas, dan akurat.
c. Matematika ialah seni, dimana keindahannya terdapat dalam
keterurutan dan keharmonisan. Sedangkan menurut Berth Piaget dalam Runtukahu, 2014: 28
mengatakan bahwa yang dimaksudkan dengan matematika adalah pengetahuan yang berkaitan dengan struktur abstrak dan hubungan antar
struktur tersebut sehingga terorganisasi dengan baik. Di pihak lain, Reys dalam dalam Runtukahu, 2014: 28 mengatakan bahwa, matematika
adalah studi tentang pola dan hubungan, cara berpikir dan strategi organisasi, analisis dan sintesis, seni, bahasa, dan alat untuk memecahkan
masalah-masalah abstrak dan praktis. Sedangkan, menurut Russeffendi 1980: 148, Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang didapat
dengan berfikir bernalar. Matematika lebih menekankan pada kegiatan dalam dunia rasio penalaran, bukan menekankan dari hasil eksperimen
atau hasil observasi matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran.
Pengertian matematika menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antar bilangan dan
prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah bilangan.
Dari beberapa pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian matematika adalah suatu ilmu yang mempelajari
bilangan dan bangun serta konsep-konsep yang berkenaan dengan kebenarannya secara logika menggunakan simbol-simbol yang umum serta
aplikasi dalam bidang lainnya.
2. Pembelajaran Matematika
Menurut Amir Risnawati 2015: 8, pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk
mengembangkan kreatifitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat mengembangkan kemampuan
mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi matematika. Dalam proses pembelajaran
matematika, baik guru maupun siswa bersama-sama menjadi pelaku terlaksananya tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini akan belajaran
ini akan mencapai hasil maksimal apabila pembelajaran berjalan secara efektif.
Menurut Orton dalam Pitadjeng, 2015: 35, untuk mengajar matematika diperlukan teori, yang digunakan antara lain untuk membuat
keputusan di kelas. Sedangkan teori belajar matematika juga diperlukan untuk dasar mengobservasi tingkah laku anak didik didalam belajar.
Kemampuan untuk mengambil keputusan di kelas dengan tepat dan cepat, dan kemampuan untuk mengobservasi tingkah laku anak didik dalam
belajar, merupakan sebagian dari faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan guru dalam menentukan pendekatan pembelajaran yang tepat,
sehingga pembelajaran menjadi efektif, bermakna dan menyenangkan.
Menurut Bruner dalam Hudojo, 1988: 56, belajar matematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang
terdapat didalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu.
Pemahaman terhadap konsep dan terstruktur suatu materi menjadikan materi itu mudah dipahami secara lebih komprehensif. Selain
itu anak didik lebih mudah mengingat materi bila yang dipelajari mempunyai pola terstruktur. Dengan memahami konsep dan struktur akan
mempermudah terjadinya transfer. Menurut Bruner dalam Pitadjeng, 2015: 38-39, melukiskan
anak-anak berkembang melalui tiga tahap perkembangan mental, yaitu
sebagai berikut.
a. Tahap Enaktif
Pada tahap ini, dalam belajar anak didik menggunakan atau memanipulasi objek-objek kongret secara langsung. Misalnya guru
menyuruh siswa untuk menghitung jumlah buah kelapa keseluruhan yang berada di dalam lima buah keranjang, di mana tiap keranjang berisi
tiga buah kelapa. Maka anak tersebut akan menghitung dengan menggabungkan buah kelapa pada tiap keranjang sebanyak lima
keranjang. b.
Tahap Ikonik Pada tahap ini kegiatan anak didik mulai menyangkut mental
yang merupakan gambaran dari objek-objek konkret. Anak didik tidak memanipulasi langsung objek-objek konkret seperti pada tahap enaktif,
melainkan sudah dapat memanipulasi dengan memakai gambaran dari objek-objek yang dimaksud. Misalnya guru menyuruh siswa menghitung
jumlah gambar buah kelapa yang terdapat dalam lima keranjang, dimana tiap keranjang berisih tiga buah kelapa. Maka siswa tersebut
menjumlahkan gambar buah kelapa yang terdapat dalam keranjang sebanyak lima kali.
c. Tahap Simbolik
Tahap ini merupakan tahap memanipulasi simbol-simbol secara langsung dan tidak ada lagi kaitannya dengan objek-objek. Misalnya
guru menyuruh siswa menghitung jumlah buah kelapa yang terdapat dalam lima keranjang, di mana tiap keranjang berisih tiga buah kelapa.
Maka, siswa membuat pemisalan yaitu � = buah kelapa, sehingga
kalimat matematika tersebut secara simbolik menjadi 3� × 5.
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Anak Dalam Belajar Matematika
Menurut Slameto dalam Pitadjeng, 2015: 81, ada banyak faktor yang mempengaruhi belajar anak, tetapi dapat digolongkan menjadi dua
golongan, yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern adalah faktor yang berada didalam diri anak didik yang sedang belajar, sedangkan faktor
ekstern adalah faktor yang berada diluar diri anak didik tersebut. pengaruh positif yang ditimbulkan misalnya anak menjadi senang belajar,
meningkatkan minat anak terhadap minat yang sedang dipelajari, meningkatkan semangat anak untuk belajar, bergairah, dan sebagainya.
Sedangkan pengaruh negatif yang ditimbulkan misalnya menghilangkan
minat anak untuk belajar, menumbuhkan rasa tidak suka, dan sebagainya.
a. Faktor Intern
1 Faktor jasmani tubuh
Menurut Slameto dalam Pitadjeng, 2015: 82, faktor jasmani yang dapat mempengaruhi anak dalam belajar matematika ditinjau
dari faktor kesehatan dan cacat tubuh. a
Faktor kesehatan Menurut Pitadjeng 2015: 82, sehat berarti dalam
keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya, atau bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat.
Sehingga kesehatan seorang anak sangat berpengaruh pada pembelajarannya.
Berdasarkan Pitadjeng 2015: 82, dari hasil angket terbuka diajukan kepada 38 mahasiswa PGSD UPPI UNNES
Semarang pada tanggal 1 Juni 2004 tentang faktor-faktor yang menyebabkan mereka tidak suka matematika, 11 mahasiswa
28,9 menyatakan bahwa dia tidak suka belajar matematika kalau kesehatannya sedang terganggu sakit.
b Cacat tubuh
Menurut Pitadjeng 2015: 83, cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai
tubuh atau badan. Cacat tubuh bisa berupa buta, setengah buta, tuli, setengah tuli, patah kaki atau tangan, lumpuh, dan
sebagainya. Sehingga
anak tersebut
sulit mengikuti
pembelajaran, interaksi dengan guru, dan interaksi dengan sesama temannya.
2 Faktor psikologi
a Intelegensi
Menurut J.P. Chaplin dalam Slameto, 2010: 54, intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu
kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau
menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
Intelengensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Agar faktor intelegensi dapat berkembang menjadi
pengaruh positif bagi anak dalam pelajaran matematika, guru harus bijaksana dalam menangani perbedaan intelegensi tiap-tiap
anak. Misalnya memberikan pengayaan bagi anak yang cepat menguasai materi punya intelegensi tinggi, dan memberikan
kegiatan tambahan atau kesempatan belajar lebih lama bagi anak yang lamban punya intelegensi rendah.
b Perhatian
Perhatian menurut Gazali dalam Slameto, 2010: 56, adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu semata-mata
tertuju kepada suatu objek benda atau hal atau sekumpulan objek. Jika dalam pembelajaran matematematika perhatian anak
tinggi, maka dia akan berhasil hasil belajar tinggi. Sebaliknya jika perhatian rendah dalam belajar matematika, mungkin bosan
atau tidak suka, maka dia tidak berhasil hasil belajarnya rendah. Dan jika hal ini terjadi, maka anak tersebut menjadi tidak suka
pada matematika. c
Minat Hilgard dalam Slameto, 2010: 57, memberikan rumusan
tentang minat adalah sebagai berikut: “Interest is persisting
tendency to pay attention to and enjoy some activity or content”. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan
dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang diperhatikan terus-
menerus yang disertai dengan rasa senang. Minat mempunyai pengaruh besar dalam belajar matematika, karena jika pelajaran
matematika tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tersebut tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya bahkan tidak menyukai
dengan matematika. d
Bakat Munandir 2001: 15-16, bakat adalah kemampuan yang
dibawah sejak lahir, dengan kata lain bersifat keturunan. Sedangkan menurut Makmum Khairani 2014: 126, bakat adalah
kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih untuk mencapai suatu kecakapan,
pengetahuan, dan keterampilan khusus, misalnya kemampuan berbahasa, bermain musik, melukis, dan lain-lain.
Jika ada siswa yang dalam belajar matematika sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia
menyukai matematika dan selanjutnya ia lebih giat lagi dalam pembelajaran matematika.
e Motivasi
Petri dalam
Nyayu Khodijah,
2014: 150,
menggambarkan motivasi sebagai kekuatan yang bertindak pada organisme yang mendorong dan mengarahkan perilakunya. Mc
Donald dalam Nyayu Khodijah, 2014: 150, mengatakan bahwa motivasi adalah sesuatu perubahan energi di dalam pribadi
seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.
Eggen dalam
Nyayu Khodijah,
2014: 150,
mendefenisikan matematika sebagai kekuatan yang memberikan energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk
mencapai tujuan tertentu. Dengan kata lain, motivasi adalah kondisi psikologi yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu. f
Kematangan Menurut Slameto 2010: 58, kematangan adalah suatu
tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru.
g Kesiapan
Menurut Hamalik 2008: 94, kesiapan adalah tingkatan atau keadaan yang harus dicapai dalam proses perkembangan
perorangan pada tingkatan pertumbuhan mental, fisik, sosial, dan emosional.
3 Faktor kelelahan
Slameto 2010: 58, mengatakan kelelahan dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani
bersifat psikis. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh dan
kelelahan rohani dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.
Untuk itu guru hendaknya memperhatikan banyaknya tugas yang diberikan kepada siswa, jangan sampai terlalu banyak hingga
melelahkan anak. Ketika anak lelah dalam mengerjakan tugas maka hasilnya juga kurang optimal. Jika anak merasa hasil belajarnya
kurang baik, maka anak menjadi kecewa dan bisa menyebabkan anak tidak menyukai pelajaran matematika.
b. Faktor Ekstern
1 Faktor keluarga
a Cara mendidik orang tua
Menurut Wirowidjojo dalam Slemato, 2010: 61, keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Orang tua yang
bersikap acuh tak acuh terhadap pendidikan anak berakibatnya pendidikan anak dijenjang sekolahan.
Sikap acuh tak acuh ini bisa dinyatakan dengan sikap tidak mau tahu terhadap cara belajar anak, tidak mengatur waktu belajar
anak di rumah, terlalu memanjakan anak dan sebagainya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sebaliknya orang tua yang sangat memperhatikan pendidikan anaknya berpengaruh pada keberhasilan pendidikan anak. Misalnya
orang tua yang membantu, menunggu, memperhatikan dan memenuhi fasilitas anaknya untuk belajar matematika akan
membuat anak tersebut merasa senang dan nyaman dalam belajar matematika.
b Relasi antara anggota keluarga
Hubungan yang menunjang dalam belajar anak adalah hubungan yang poisitif antara orang tua dan anak maupun saudara.
Contohnya hubungan saling mengasihi, saling mengerti, dan saling memperhatikan.
Hal ini dapat mengupayakan agar anak senang belajar matematika dan berhasil dalam belajar matematika, anggota
keluarga orang tua dan saudara, memberika dukungan kepada anak dalam belajar dengan kasih, pengertian, dan perhatian kepada anak
dalam belajar matematika, yang berupa kesempatan, fasilitas, pantauan, dorongan, bimbingan, motivasi positif, dan bantuan bila
diperlukan. Dan ketika anak mendapatkan nilai jelek pada pelajaran matematika, orang tua dan saudara jangan memarahi melainkan
berusaha membantu anak untuk memahami topik matematika tersebut agar anak tetap menyukai matematika.
c Suasana rumah
Suasana rumah bisa menjadi faktor yang mendukung atau tidak mendukung anak dalam belajar matematika. suasana yang
tidak mendukung belajar anak adalah rumah yang kacau, dan ribut sehingga hasil belajar anak tidak maksimal.
Agar anak bisa belajar matematika dirumah, hendaklah suasana rumah mendukung untuk belajar matematika. Untuk itu,
suasana rumah harus diusahkan tenang, tentram, tidak bising, dan tidak ada pertengkaran. Dengan suasana rumah yang sehat dan
mendukung anak dalam belajar matematika, maka anak menjadi betah belajar matematika dan akhirnya menjadi senang belajar
matematika. 2
Faktor sekolah 1
Motode mengajar Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus
dilalui didalam mengajar. Mengajar menurut Ulih dalam Slameto, 2010: 65, adalah menyajikan bahan pengajaran oleh orang kepada
orang lain agar orang lain itu menerima, menguasai, dan mengembangkannya. Oleh karena itu metode mengajar sangat
mempengaruhi dalam belajar matematika. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi
belajar siswa tidak baik pula. Metode mengajar guru kurang baik bisa terjadi misalnya guru kurang persiapan dan menguasai bahan
pelajaran sehingga guru tersebut menyajikan tidak jelas. Selain itu, misalnya guru mengajar dengan metode ceramah saja. Siswa akan
menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat saja. Hal ini dapat mengakibatkan siswa kurang menyukai matematika dan malas
belajar matematika. 2
Metode belajar Metode belajar anak sangat berpengaruh pada hasil belajar.
Oleh karena itu, agar berhasil dalam belajar matematika, guru harus membiasakan anak didiknya menggunakan metode belajar yang
baik, dikelas maupun dirumah. Selama anak belajar dikelas, selalu berada dalam pantauan
guru. Untuk membiasakan anak belajar di rumah , dapat dilakukan dengan setiap hari memberikan PR dan tugas belajar di rumah, atau
memberikan tugas kelompok untuk belajar bersama teman- temannya yang berdekatan rumahnya. Ketika anak menerapkan
metode belajar matematika yang baik, maka ia semakin menyukai matematika.
3 Media pengajaran
Media pengajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar dan mempermudah anak dalam belajar matematika. karena media
belajar yang berbentuk alat peraga yang tepat maupun benda-benda yang kongkret yang dimanipulasi anak dalam memahami suatu
konsep matematika. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Guru perlu menyediakan alat peraga sebagai alat bantu dalam pembelajaran matematika, sehingga konsep matematika yang pada
awalnya dianggap abstrak akan menjadi lebih mudah. Ketika siswa senang belajar matematika maka ia akan semakin menyukai
matematika. 4
Guru Guru merupakan salah satu faktor pengaruh besar bagi siswa
dalam belajar matematika. Berdasarkan Pitadjeng 2015: 100, dari hasil angket yang diberikan pada mahasiswa PGSD tentang faktor
penyebab mereka benci pelajaran matematika, semua 100 menyatakan kalau sikap guru yang menyebabkan mereka menjadi
benci pada pelajaran matematika, disamping faktor-faktor penyebab lainnya, sebaliknya dari hasil angket tentang penyebab mereka
menjadi senang pada pelajaran matematika, semua 100 juga menyatakan bahwa sikap guru menjadikan mereka senang pada
pelajaran matematika disamping faktor-faktor lainnya. Hal ini menyatakan kalau pengaruh guru sangat besar terhadap belajar anak.
Jika anak senang pada guru matematika, maka ia akan senang pada pelajaran amtematika, serta aktif dan giat mengikuti segala
proses pembelajaran matematika dan sebaliknya. Oleh karena itu, agar guru menjadi faktor pengaruh positif atau yang menyenangkan
bagi belajar anak, maka guru harus berusaha agar anak senang berinteraksi dengannya baik didalam pembelajaran matematika
maupun diluar kelas, serta menjadikan dirinya guru matematika yang ideal bagi anak didiknya.
5 Interaksi dikelas atau di sekolah
Menurut Pitadjeng 2015: 111, interaksi dengan guru maupun dengan teman di kelas atau di sekolah juga mempengaruhi
belajar anak. Anak yang takut pada guru matematikanya juga juga takut pada pelajaran matematika. Di kelas tidak berani maju
mengerjakan soal matematika di papan tulis, atau mengeluarkan pendapatnmya, karena takut salah atau dimarahi.
Hal ini menyebabkan prestasi belajar anak semakin turun. Penurunan prestasi belajar matematika berlanjut pada penurunan
minat anak pada matematika yang menyebabkan anak tidak suka pada pelajaran matematika. oleh karena itu hendaknya guru dapat
menciptakan interaksi yang baik diluar atau didalam kelas terutama interaksi pada pembelajaran matematika agar anak semakin
menyukai matematika. 6
Materi pelajaran Berdasarkan Pitadjeng 2015: 114, dari hasil angket terhadap
mahasiswa PGSD tentang pengalaman mereka belajar matematika waktu SD, semuanya 100 menyatakan mereka menjadi senang
belajar matematika jika materi yang sedang dipelajari mudah dipahami, masalah yang diberikan dapat dikerjakan, materi yang
dipelajari dapat menambah pengetahuan, materinya menantang dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menyenangkan, tugas yang diberikan tidak terlalu banyak, materi yang dipelajari merupakan kunci atau rumus praktis untuk
menyelesaikan masalah, dan tidak harus menghafalkan. Sedangkan 97,4 menyatakan mereka menjadi tidak suka belajar matematika
kalau dirasakan materi yang sedang diajarkan sulit, masalah yang diberikan tidak dapat diselesaikannya, atau materi sering ulang-
ulang, banyak rumus yang harus dihafalkan, materinya tidak menarik dan tidak menyenangkan, dan terlalu banyak tugas.
Dari hasil angket tersebut dapat disimpulkan bahwa anak senang belajar matematika karena kebutuhan terpenuhi, terutama
kebutuhan untuk mencapai hasil dan kebutuhan untuk mengatasi kesulitan. Oleh karena itu guru harus bisa mengelolah materi
matematika sehingga dapat menyenangkan, tidak sulit untuk dipahami dan semakin menyukai dengan matematika.
3 Faktor masyarakat
a Kegiatan siswa dalam masyarakat
Kegiatan siswa dalam masyarakat sangat mempengaruhi belajarnya. Ketika anak terlalu sibuk dalam mengikuti kegiatan
misalnya, berorganisasi, kegiatan-kegiatan sosial dan sebagainya jika telah menyita banyak waktu maka ini sangat mengganggu waktu
belajar anak. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sebaiknya siswa mengikuti kegiatan berupa kursus matematika atau kelompok diskusi matematika, agar anak semakin
menyukai dan mencintai matematika. b
Mass Media Menurut Slameto 2010: 70, yang dimaksud dengan mass
media adalah bioskop, radio, TV, surat kabar, majalah, buku-buku, komik-komik dan lain-lain. Mass media yang baik memberi
pengaruh yang baik terhadap belajarnya. Sebaliknya mass media yang jelek juga mempengaruh jelek terhadap siswa.
c Teman Bergaul
Agar siswa dapat belajar dengan baik, perlu diusahkan agar siswa memiliki teman bergaul yang baik dan pembinaan pergaulan
yang baik serta pengawasan dari orang tua dan pendidik cukup harus bijaksana.
Anak semakin menyukai matematika, sebaiknya teman sepergaulan anak dengan anak-anak yang senang belajar
matematika pula. d
Bentuk Kehidupan Masyarakat Ketika anak hidup dilingkungan masyarakat yang baik maka
anak akan menjadi baik, dan sebaliknya jika anak hidup pada masyarakat yang tidak baik maka anak juga akan menjadi tidak baik.
Begitu juga ketika anak hidup dilingkungan yang banyak anak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
senang belajar matematika maka ia juga akan senang belajar matematika.
4. Faktor Penyebab Siswa Tidak Menyukai Matematika
Fadjar Shadiq https:fadjarp3g.files.wordpress.com200709aa- litansiswa_wartaguru_.pdf diakses pada tanggal 18-02-2016, pukul 12:00,
ada beberapa faktor yang menyebabkan siswa tidak menyukai matematika diantaranya:
a. Persepsi umum tentang sulitnya matematika berdasarkan pendapat
orang lain. b.
Pengalaman belajar di kelas yang diakibatkan proses pembelajaran yang kurang menarik hati siswa.
c. Pengalaman di kelas sebagai hasil perlakuan guru contohnya, guru
yang selalu mencooh dirinya. d.
Persepsi yang dibentuk oleh ketidak berhasilan mempelajari matematika.
e. Tidak mengetahui kegunaan matematika.
C. Minat