58
4.1.4 Dampak Produk
Selain melihat kualitas buku melalui instrumen validasi dari ahli, peneliti juga melihat dampak yang diberikan dari penggunaan buku. Data yang
digunakan adalah nilai pretest dan posttest yang telah dilakukan kepada lima subjek penelitian. Pretest dan posttest dilakukan dengan menggunakan soal yang
sama yaitu 20 soal yang telah dilakukan uji empiris. Uji empiris dilakukan untuk mengetahui soal yang valid sehingga apabila digunakan untuk mengukur hal yang
sama akan mendapat hasil yang sama. Uji validasi dilakukan dengan menggunakan SPSS dengan t tabel 0,374. Soal dianggap valid apabila t hitung
dari SPSS lebih besar dari t tabel. Berikut tabel soal yang telah dilakukan uji empiris.
Tabel 4.6 Uji Validasi Soal
Nomor Item
Thitung Kesimpulan
1. 0,768
Valid 2.
0,384 Valid
3. 0,472
Valid 4.
0,507 Valid
5. 0,119
Tidak valid 6.
0,472 Valid
7. 0,477
Valid 8.
0,675 Valid
9. 0,048
Tidak valid 10.
0,620 Valid
11. 0,414
Valid 12.
0,414 Valid
13. 0,225
Tidak valid 14.
0,561 Valid
15. 0,294
Tidak valid 16.
0,117 Tidak valid
17. 0,496
Valid 18.
0,258 Tidak valid
19. 0,053
Tidak valid 20.
0,642 Valid
21. 0.502
Valid 22.
0,065 Tidak valid
23. 0,751
Valid 24.
0,563 Valid
25. 0,721
Valid 26.
0,026 Tidak valid
59
27. 0,087
Tidak valid 28.
0,496 Valid
29. 0,401
Valid 30.
0,642 Valid
Berdasarkan tabel uji validitas diketahui terdapat 20 butir soal dinyatakan valid. Hasil t hitung pada tabel uji validasi terdapat beberapa angka yang tidak
berbintang, berbintang satu , dan berbintang dua . Bintang tersebut ada sesuai dengan tingkat kesalahan. Bintang satu dinyatakan valid dengan tingkat
kesalahan 0,05. Bintang dua dinyatakan valid dengan tingkat kesalah 0,01. maka soal yang valid tersebut kemudian dilakukan uji reliabilitas. Uji reliabilitas
dilakukan untuk mengetahui jika soal layak untuk digunakan selama beberapa kali. Soal dikatakan reliabel apabila nilai t tabel lebih besar sama dengan 0,6.
Berikut tabel uji reliabilitas soal.
Reliability Statistics
Cronbachs Alpha
N of Items .889
20
Tabel 4.7 Uji Reliabilitas Soal
Nilai yang ditunjukkan pada tabel sebesar 0,889. Nilai tersebut lebih besar dari 0,6, sehingga soal yang digunakan dapat dinyatakan reliabel. Nilai
tersebut diperoleh melalui skor yang didapat siswa dapatkan siswa dalam menjawab soal. Skor tersebut sebelum menjadi nilai dilakukan perhitungan
dengan rumus. Berikut adalah tabel dari data pretest dan posttest dari lima siswa. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Tabel 4.8 Data Pretest dan Posttes
NAMA PRETEST
POSTTEST Skor Nilai Skor Nilai
GT 8
40 15
75 GS
6 30
17 85
GL 5
25 16
80 SY
9 45
17 85
MC 4
20 16
80 Total Nilai
160 405
Rerata Nilai 32
81 Perbedaan Nilai
49
GT pada pretest mendapatkan skor 8 dengan nilai 40 yang berada di bawah KKM. Setelah melakukan pemebelajaran dengan menggunakan buku, skor
yang didapatkan sebesar 15 dengan nilai 75. Pada posttest yang telah dilakukan nilai GT telah meningkat dan di atas KKM.
GS pada pretest mendapatkan skor 6 dengan nilai 30 yang masih tergolong di bawah KKM. Akan tetapi terjadi peningkatan perolehan skor pada
posttes menjadi 17. Oleh karena itu, nilai yang didapatkan GS untuk posttests sebesar 85 yang sudah melewati kriteria ketuntasan minimal.
Siswa ketiga juga mengalami peningkatan. Peningkatan terjadi dengan selisih skor sebesar 11. Nilai yang diperoleh pada pretest 25 dan meningkat
menjadi 80 pada posttest. Peningkatan nilai terjadi dengan selisih sebesar 55. Selain itu, pada SY juga terjadi peningkatan nila dari 45 menjadi 85 dengan
selisih 40. Nilai SY yang lebih dari 70 menjadikan nilai berada di atas kriteria ketuntasan minimal.
MC merupakan siswa yang mendapatkan selisih nilai yang paling besar dibandingkan keempat siswa lainnya. Selisih nilai tersebut sebesar 60 dari 20
menjadi 80 yang menyebabkan nilainya menjadi di atas KKM. Berdasarkan data yang diperoleh dari kelima siswa, terjadi peningkatan setelah dilakukan
61
pembelajaran menggunakan buku guru dan buku siswa yang membuat siswa mendapatkan nilai di atas KKM.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Situasi Pembelajaran Di Kelas
Peneliti memulai penelitian dengan mengumpulkan informasi dengan wawancara untuk mengetahui situasi pembelajaran di kelas. Wawancara
dilakukan untuk mengetahui masalah dan produk yang sesuai dengan masalah yang dihadapi. Peneliti melakukan wawancara kepada guru dan siswa dari empat
sekolah dasar yaitu SD Kanisius Demangan Baru 1, SDN Deresan, SD Kanisius Eksperimental Mangunan, dan SD Kanisius Sengkan. Hal yang ditanyakan
kepada guru adalah seputar materi yang sulit, buku yang digunakan, dan proses pembelajaran di kelas.
Berdasarkan hasil wawancara, masalah yang menjadi sorotan peneliti disini adalah siswa kelas II sekolah dasar sulit untuk membedakan nilai tempat dan nilai
angka. Hal tersebut dikarenakan, guru dalam mengajar tidak menggunakan media. Cara guru dalam mengajarkan materi tersebut yaitu dengan meminta siswa untuk
menghafalkan ciri-ciri dari nilai tempat dan nilai angka. Pembelajaran seperti itu tidak sesuai dengan yang seharusnya. Pembelajaran matematika sebaiknya
dimulai dengan menggunakan konteks sehingga siswa dapat dengan mudah memahami konsep yang diajarkan Depdiknas, 2016: 148.
Selain tentang situasi pembelajaran, peneliti juga mengamati buku teks pelajaran yang digunakan. Di SD Kanisius Buku yang digunakan yaitu buku teks