Mochamad Rangga Rambe : Mekanisme Penegakan Hukum Law Enforcement Terhadap Kejahatan-Kejahatan Internasionaldalam Perspektif Hukum Humaniter, 2008.
USU Repository © 2009
PRINSIP-PRINSIP HUKUM INTERNASIONAL TERHADAP KEJAHATAN- KEJAHATAN INTERNASIONAL
A. Kejahatan Genosida Pembunuhan Massal
Genosida didefinisikan sebagai tindakan-tindakan berikut yang dilakukan dengan tujuan untuk menghancurkan, secara menyeluruh atau sebagian, suatu
kelompok bangsa, etnis, ras atau agama seperti dengan melakukan
45
a. Membunuh anggota kelompok
:
b. Menyebabkan luka parah baik mental maupun fisik kepada anggota kelompok
c. Secara sengaja menciptakan kondisi hidup kelompok yang diperhitungkan akan
mengakibatkan kehancuran fisik baik secara menyeluruh maupun sebagian d.
Memaksakan tindakan yang menghambat kelahiran dalam kelompok e.
Secara paksa memindah anak-anak dalam kelompok ke kelompok lain. Jadi secara umum genocide genosida, adalah tindakan terencana yang
ditujukan untuk menghancurkan eksistensi dasar dari sebuah bangsa atau kelompok sebuah entitas, yang diarahkan pada individu-individu yang menjadi anggota
kelompok bersangkutan. pada 11 Desember 1946 dimana Majelis Umum PBB dengan suara bulat mengeluarkan resolusi yang mengatakan bahwa ‘Genosida adalah
penyangkalan atas eksistensi kelompok manusia secara keseluruhan… yang menggoncang nurani manusia.
Meskipun banyak kritik yang dilontarkan mengenai definisi ini, termasuk kritik yang menyatakan bahwa definisi ini terlalu sempit, masyarakat dunia hampir
45
Andrey Sudjatmoko, Perlindungan HAM dalam hukum HAM dan Hukum Humaniter Internasional, Pusat Studi Hukum Humaniter, Fakultas Hukum Trisakti, Jakarta, 1999, hal. 30.
Mochamad Rangga Rambe : Mekanisme Penegakan Hukum Law Enforcement Terhadap Kejahatan-Kejahatan Internasionaldalam Perspektif Hukum Humaniter, 2008.
USU Repository © 2009
secara universal menerima bahwa definisi ini mencerminkan ketentuan hukum kebiasaan.
Definisi hukum tindak kejahatan genosida internasional tidak termasuk tindakan yang diarahkan kepada kelompok-kelompok politik, seperti sebuah gerakan
yang mendukung kemerdekaan politik. Persoalan apakah korban serangan pasukan keamanan Indonesia merupakan sebuah kelompok bangsa yang berjuang untuk
mendapatkan hak menentukan nasib sendiri merupakan persoalan yang membutuhkan pertimbangan teknis hukum tingkat tinggi oleh pengadilan yang mempunyai jurisdiksi
mengenai persoalan ini. Komisi tidak menganggap keputusan teknis tingkat tinggi jurisprudensi internasional sebagai bagian dari mandatnya. Karena itu, Komisi telah
memutuskan untuk tidak membuat temuan mengenai persoalan apakah tindakan pasukan keamanan Indonesia merupakan tindakan genosida atau tidak. Namun
demikian, Komisi telah membuat temuan mengenai tindak kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang, yang keduanya berlaku dalam kasus-kasus yang
sedang dipertimbangkan. Konvensi Genosida Convention on the Prevention and Punishment of the
Crime of Genocide 1948 adalah sebuah langkah yang sangat penting bagi perlindungan dan pemajuan hak asasi manusia Untuk maksud di atas, tulisan ini
hendak melihat posisi konvensi Genosida dalam sistem perlindungan HAM yang berkembang di tingkat internasional, khususnya sejak PD II. Setelah itu, melihat
implikasinya terhadap negara maupun individu. Tulisan ini juga menyoroti praktik- praktik internasional dan sumbangan konvensi Genosida dalam mendorong
akuntabilitas kejahatan hak asasi manusia Dimulai dengan sebuah proposal dari Raphael Lemkin yang diajukan pada Konperensi International Unification of
Mochamad Rangga Rambe : Mekanisme Penegakan Hukum Law Enforcement Terhadap Kejahatan-Kejahatan Internasionaldalam Perspektif Hukum Humaniter, 2008.
USU Repository © 2009
Criminal Law kelima pada 1933 gagasan mengkriminalisasikan genosida mulai dirumuskan secara internasional. Dalam konperensi di Madrid - Spanyol itu, ia
mengadvokasi agar penghancuran kolektivitas rasial, agama, atau sosial dinyatakan sebagai kejahatan internasional, karena biadab barbatary dan besarnya
penghancuran yang dilakukan vandalism. Namun, usulan ini tidak diterima.
Sebelas tahun kemudian Lemkin yang anggota keluarganya juga menjadi korban kekejaman Nazi, menerbitkan sebuah buku dan memperkenalkan istilah ‘Genocide’,
yang diambil dari kata ‘genos’ yang dalam bahasa Yunani berarti ras race, bangsa nation atau suku, dan dari bahasa Latin “cide” yang berarti membunuh. Dalam
definisinya Genosida adalah tindakan terencana yang ditujukan untuk menghancurkan eksistensi dasar dari sebuah bangsa atau kelompok sebuah entitas, yang diarahkan
pada individu-individu yang menjadi anggota kelompok bersangkutan.
46
Pada 8 Oktober 1945 konsep mengenai genocide untuk pertama kali diterima secara legal formal dalam sebuah dokumen internasional, yaitu pada pasal 6 c dari
Piagam Nuremburg. Dalam proses pengadilan itu sejumlah terdakwa dikenakan dakwaan melakukan Genosida. Salah satunya dituduh dengan sengaja dan sistematis
melakukan Genosida, yaitu ‘the extermination of racial and national groups, against the civilian populations of certain occupied territories in order to destroy particular
races and classes of people and national, racial or religious groups’ Gagasan ini semakin kuat kedudukannya dalam sistem internasional pada 11 Desember 1946
dimana Majelis Umum PBB dengan suara bulat mengeluarkan resolusi yang mengatakan bahwa ‘Genosida adalah penyangkalan atas eksistensi kelompok manusia
secara keseluruhan… yang menggoncang nurani manusia’.
46
Antonia Pradjasto, H, Konvensi Genocida, Melindungi Hak Asasi, Memerangi Impunitas, diakses dari situs : hhttp:www.mediaindonesia.comberita.asp?id=130543
Mochamad Rangga Rambe : Mekanisme Penegakan Hukum Law Enforcement Terhadap Kejahatan-Kejahatan Internasionaldalam Perspektif Hukum Humaniter, 2008.
USU Repository © 2009
Secara bulat pula ditegaskan “status” Genosida sebagai kejahatan dalam hukum internasional. Berdasarkan resolusi Dewan Ekonomi dan Sosial PBB
dibentuklah ad hoc committee on Genocide yang bertugas merumuskan rancangan konvensi Genosida. Hanya dalam waktu 8 bulan Konvensi tentang Pencegahan dan
Penghukuman Kejahatan Genosida Konvensi Genosida diterima oleh Majelis untuk ditandatangani atau diratifikasi. Dan tepatnya, sehari sebelum Deklarasi Umum Hak
Asasi Manusia Universal Declaration of Human Rights selanjutnya disebut DUHAM konvensi ini terbuka untuk diratifikasi yang pada 12 Januari 1951 mulai
berlaku.
47
B. Kejahatan terhadap Kemanusiaan Crime Against Humanity