Fenny W.P. Batak Toba Shakai Ni Okeru Martonun. 2007 USU e - Repository©2009
Selanjutnya tahun 1990 terjadi penggabungan desa dari 7 desa menjadi 3 desa, yaitu
1. Desa Lumban Suhi-suhi Toruan 2. Desa Lumban Suhi-suhi Dolok
3. Desa Pardomuan Nauli Masyarakat Desa Lumban Suhi-suhi Toruan yang menetap sekarang mayoritas
bermarga Sihaloho, Simarmata, Situmorang dan Sitinjak.
2.2 Lokasi dan Keadaan Alam
Kecamatan Pangururan adalah salah satu kecamatan di Pulau Samosir. Kecamatan ini terletak di bawah kaki gunung Pusuk Buhit dan di tepi Danau Toba, dengan jarak 114
km dari Medan. Desa Lumban Suhi-suhi Toruan memiliki luas kurang leih 330 ha atau sekitar
3,30 km
2.
Di daerah ini
ada 42 kampung huta.
2.3 Penduduk
Jumlah seluruh penduduk desa adalah kira-kira 1.426 jiwa yang trdiri dari 702 jiwa laki-laki dan 724 jiwa perempuan. Penghasilan utama dari daerah ini adalah bertani.
Sebagian penduduk adalah Pegawai Negeri. Sebagian besar penduduk memeluk agama Kristen, tetapi mereka juga masih mempercayai kekuaan Gaib dan roh Nenek Moyang.
Fenny W.P. Batak Toba Shakai Ni Okeru Martonun. 2007 USU e - Repository©2009
BAB III MARTONUN PADA MASYARAKAT BATAK TOBA
3.1 Bahan Dasar Martonun
Bahan utana untuk martonun adalah benang. Benang yang dipakai dalam pembuatan kain tenun adalah benang kapas. Pada jaman dahulu untuk mewarnai benang
berwarna dipergunakan daun nila yang dicampur dengan kapur sirih dan air abu dapur. Mula-mula daun nila direndam dengan air selama dua malam lalu diremas-remas
sehingga hancur dan kemudian disaring. Selanjutnya dicampur dengan air dan dibiarkan beberapa lama samapi kemudian mengendap. Endapannya diambil dan dicampur dengan
air abu dapur sehingga warnanya menjadi hitam. Proses mewarnai benang dengan cara tradisional ini sudah mulai langka karena
memakan waktu yang lama, selain itu jenis warnanay tidak banyak. Pada saat sekarang pengrajin telah menggunakan celup yang dapat dipilih berupa cat atau ada yang
berbentuk bubuk tepung atau yang disebut juga Swavel. Kedua jenis ini, yaitu cat dan swavel, merupakan sejenis alat perekat seperti batu, dimasukkan ke dalam air lalu
dimasak samapi mendidih sehingga menimbulkan warna hitam pekat. Keuntungan menggunakan pewarna modern ini adalah jenis warna ada banyak dan tahan lama.
Dahulu yang banyak dipakai adalah warna merah, hitam dan putih, tetapi sekarang banyak warna yang dipakai. Namun warna tradisional yang asli tetap mempunyai ciri
khas. Sekarang ini para pengrajin tenunan ulos yang berada di Desa Lumban Suhi-suhi
Toruan Pangururan menggunakan benang berwarna. Benang ini mereka beli sendiri dari
Fenny W.P. Batak Toba Shakai Ni Okeru Martonun. 2007 USU e - Repository©2009
seorang penjual benang. Di desa ini penjual tersebut berbelanja ke Medan atau pun ke Kabanjahe. Benang yang biasa dipergunakan para pengrajin di desa ini adalah benang
berwarna merah, lila, kuning, hijau dan hitam.
3.2 Cara Mendapatkan Bahan