Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama yang mengajarkan kepada umatnya untuk saling tolong-menolong, karena setiap muslim adalah saudara dan sesama saudara haruslah saling tolong dan membantu sesamanya. Allah dan Rasul-nya juga mengajarkan keikhlasan. Bukan saja keikhlasan ketika memberi, tetapi keikhlasan ketika beribadah serta keikhlasan ketika menerima cobaan dan ujian. Dalam keikhlasan terkandung kesabaran, dan keikhlasan menjadikan keimanan menjadi begitu indah. Islam sebagai ajaran yang menjelaskan segala sesuatu telah banyak berbicara tentang harta. Harta bisa menjadi alat untuk mendapatkan surga, tapi juga bisa menjerumuskan manusia ke dalam neraka. Allah menyampaikan hal tersebut dalam al- Qur’an,                “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan- amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan”.Qs. 18:46 Harta yang Allah berikan kepada manusia dapat dipergunakan untuk menyejahterakan dirinya, keluarga masyarakat sekitar, negara bahkan penduduk dunia. Sejahtera artinya hidup dengan harta yang berkah. Salah satu ciri harta yang berkah adalah baik dan halal mendapatkannya, baik dan halal 2 memanfaatkannya, baik dan halal menyalurkannya. Harta yang didapat dengan baik, dimanfaatkan dan disalurkan dengan baik sesuai tuntunan agama Islam merupakan harta yang berkah. Harta yang berkah itulah yang akan membawa kesejahteraan bagi pemiliknya, baik sejahtera lahir maupun batin. “Harta merupakan ujian dari Allah. Dengan diberikan harta tersebut apakah manusia mampu menjalankan amanahnya atau tidak. Oleh karena itu, selanjutnya kedudukan harta didalam Islam adalah sebagai bekal ibadah dan perjuangan. Dengan harta yang dimilki, seorang muslim akan melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang paling berharga, yaitu surga ” 1 Dengan harta manusia bisa melakukan apa saja termasuk menjadikan harta sebagai kekuatan utuk menegakkan kebenaran. Harta seperti itu bisa di optimalkan pemanfaatannya oleh kaum muslim. Harta yang dimiliki seorang muslim harus dijadikan sebagai peluang ibadah kepada Allah, peluang untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada orang lain, peluang untuk mensejahterahkan kehidupan bersama Pemilik mutlak dari harta pada dasarnya adalah Allah SWT, jadi pada hakikatnya harta merupakan milik Allah SWT. Karena Allah sebagai zat yang memiliki segala kekayaan. Dalam hal ini Allah SWT berfirman,                             Katakanlah: Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Qs. 3:26 1 Didin Hafidhuddin, Agar Harta Berkah dan Bertabah Gema Insani. Jakarta 2007 h.11 3 Ayat diatas jelas menerangkan bahwa hakikat harta milik Allah semata dan manusia hanya dititipi untuk mengatur, memanfaatkan, dan menyalurkan sebaik-baiknya harta tersebut. Ajaran Islam memberikan peringatan dan ancaman yang keras terhadap orang yang enggan bersedekah. “Di akhirat kelak, harta benda yang disimpan dan ditumpuk akan berubah menjadi azab bagi pemiliknya”. 2 Rasulullah saw bersabda: “Bersedekahlah kalian, sesungguhnya sedekah dapat membebaskan kalian dari api neraka” HR. At-Thabrani , Abu Nua’aim “Tidak suatu sedekahpun yang dikeluarkan oleh seseorang, sehingga dilepaskan karenanya sedekah itu tujuh puluh kutukan setan” HR. Imam Ahmad dan Hakim Banyak orang yang begitu takut kalau kenikmatan yang digenggam, kesenangan yang diraih musnah sewaktu-waktu, takut miskin bila bersedekah Inilah yang kerap membuat hati selalu beriak, selalu berombak. Karena jelas, energi manusia tidak akan sanggup mengimbangi kehidupan yang serba materialistis. Karena bagaimanapun salah satu pokok ajaran Islam yang belum ditangani secara serius ialah penanggulangan kemiskinan dengan cara mengoptimalkan pengumpulan dan pendayagunaan zakat, infak dan sedekah 2 Didin Hafidhuddin, Anda bertanya tentang Zakat, InfakSedekah kami menjawab BAZNAZ, Jakarta 2006 h.7 4 dalam arti yang seluas-luasnya. Sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw serta penerus-penerusnya di zaman keemasan Islam. Dengan membangun lembaga nirlaba sebagai sistem untuk mewujudkan keadilan ekonomi dan distribusi kekayaan sosial. Sistem ini untuk menstransformasikan masyarakat yang timpang secara sosial ekonomi, ke arah masyarakat yang adil dan makmur dengan memanfaatkan sumber- sumber keuangan yang ada dalam masyarakat yang terdiri dari zakat, infak dan sedekah. “Padahal kalau melihat kondisi umat Islam Indonesia sebenarnya memiliki potensi dana yang sangat besar. Dari hipotesa awal, Indonesia berpenduduk kurang lebih 204,8 jiwa, diperkirakan 83 umat Islam atau kurang lebih 166 juta jiwa”. 3 Kalau diperhatikan banyak sekali lembaga nirlaba yang melakukan promosi produk dalam iklan melalui media massa, sehingga dalam penyampaian pesannya dibutuhkan suatu strategi komunikasi yang merupakan paduan perencanaan komunikasi dengan manajemen komunikasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi komunikasi ini harus mampu menunjukan bagaimana operasionlanya secara praktis yang harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan bisa berbeda sewaktu-waktu tergantung pada situasi dan kondisi. 4 Dana sedekah sebenarnya menyimpan potensi yang luar biasa. Meski tidak ada lembaga pengelola atau orang miskin yang menerima, dana ZIS akan 3 Didin Hafiduddin, Panduan Zakat Praktis Baznaz Dompet Dhuafa, Azzahra Graphic, 2006h.12 4 Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2004 h.23 5 terus mengalir, walaupun krisis ekonomi selalu terjadi pada masyarakat, mereka akan tetap mengeluarkan dana sedekahnya, karena merupakan bagian dari ajaran agama Islam. Ini adalah sebuah tantangan untuk PPPA Daarul Qur’an untuk memaksimalkan dalam mensosialisasikan dan penggalangan serta pendayagunaan dana ZIS. Dengan demikian, penulis sangat tertarik untuk mengkaji bagaimana strategi komunikasi yang di lakukan oleh PPPA Daarul Qur’an dalam mensosialisasikan program sedekah produktif kepada masyarakat agar tertarik mengeluarkan sedekahnya. Sehingga program ini mampu membangun dan mensejahterahkan masyarakat. Karena dari hasil sedekah yang di peroleh, dapat di gunakan sebagai sumber alternatif pengentasan kemiskinan. Berdasarkan alasan di atas, maka penulis berusaha menuangkannya melalui penulisan skripsi dengan judul : Strategi Komunikasi Program Pembibitan Penghafal Al- Qur’an Daarul Qur’an Dalam Mensosialisasikan Program Sedekah produktif B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Ada banyak hal yang dapat di bahas dalam masalah sedekah produktif antara lain masalah: strategi komunikasi PPPA Daarul Qur’an dalam mensosialisasikan sedekah produktif, peran sedekah produktif dalam pengembangan PPPA Daarul Qur’an, dan respon masyarakat dengan adanya program sedekah produktif. Untuk memudahkan pemahaman dalam penelitian ini. Sekaligus agar terfokus ruang lingkup penelitian, 6 maka penulis perlu membatasi masalah pada strategi komunakasi yang di lakukan oleh lembaga PPPA Daarul Qur’an dalam mensosialisasikan program sedekah produktif.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah yang di angkat dalam skripsi ini adalah : a. Bagaimanakah strategi komunikasi PPPA Daarul Qur’an dalam mensosialisasikan program sedekah produktif? b. Bagaimanakah implementasi dan analisis SWOT strategi komunikasi PPPA Daarul Qur’an dalam mensosialisasikan program sedekah produktif? c. Bagaimanakah upaya PPPA Daarul Qur’an menghadapi hambatan- hambatan dalam mensosialisasikan sedekah produktif?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian