I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemanfaatan lahan hutan untuk pertanian dapat menjawab permasalahan keterbatasan kepemilikan lahan masyarakat yang digunakan untuk pertanian.
Dengan luas hutan Indonesia yang mencapai 113 juta hektar dengan komposisi hutan produksi sekitar 66,3 juta hektar, hutan lindung 33,5 juta hektar, serta hutan
suaka dan wisata sekitar 20,5 juta hektar maka masalah ketersediaan lahan pertanian akan teratasi. Dalam Peraturan Pemerintah 34 tentang kehutanan,
kawasan hutan produksi dan hutan lindung dapat dimanfaatkan untuk tanam- tanaman pertanian, seperti tanaman pangan dan tumbuhan obat, selama tidak
mengganggu fungsi hutannya. Asalnya program rehabilitasi hutan dan lahan kritis seharusnya dapat menjadi sarana bagi pengembangan konsep diversifikasi pangan
dan pertanian. Tanaman pangan selain padi yang umumnya tidak memerlukan treatment khusus lebih mudah untuk dikembangkan di daerah-daerah tersebut
yang dijadikan sasaran program rehabilitasi hutan dan lahan kritis dapat diterapkan sistem ecoagroindustry, yaitu kawasan agroindustri dimana pertanian,
kehutanan, peternakan, serta industri berada dalam satu kawasan Yudo,S.H, 2004.
Hampir seluruh wilayah Indonesia sangat berpeluang untuk pengembangan kulit manis. Ini di dukung oleh kondisi wilayah yang berbukit-
bukit dengan ketinggian ideal untuk kayu manis. Sebagaimana diketahui kulit manis sangat menyukai daerah lereng dengan ketinggian di atas 500 m dpl.
Penggalakan kulit manis tersebut selain untuk memenuhi permintaan pasar, juga
Universitas Sumatera Utara
2
merupakan upaya penghijauan. Hanya saja penanaman dan pengolahan kebun masih diserahkan kapada masyarakat sehingga pengelolaan pascapanen masih
dilakukan dengan cara yang sangat sederhana. Bahkan tidak jarang dijumpai ada perkebunan yang dibiarkan begitu saja tanpa dipelihara dengan baik karena alasan
harga jual yang rendah. Bila diperhatikan, harga jual rendah diakibatkan oleh kualitas produk yang rendah. Untuk itu diperlukan peran serta pemerintah dalam
menggalakkan peningkatan mutu produk agar pendapatan petani meningkat Rismunandar, 2001.
Harga kulit manis yang dinikmati petani jauh lebih rendah dibandingkan harga di pasaran internasional. Nilai tambah kulit manis juga tidah bisa mereka
nikmati. Untuk memecahkan masalah tersebut, perlu upaya komprehensif bersama-sama dan kontinu untuk meningkatkan nilai tambah kulit manis dan
meningkatkan pendapatan petani. Salah satu upaya yang bisa dilakukan membangun kawasan agrotechnopark kulit manis
http:minangkita.combisnis20080306kulit manis-salah satu komoditi ekspor- penting-di sumbar .
Jasa pertanian merupakan jasa-jasa khusus yang diberikan untuk menunjang kegiatan ekonomi pertanian berdasarkan suatu pungutan atau kontrak
tertentu. Tanaman perkebunan yang diusahakan baik oleh rakyat maupun oleh perusahaan perkebunan, komoditi yang dicakup meliputi antara lain: cengkeh,
jahe, jambu mete, jarak, kakao, karet, kapas, kapuk, kulit manis, kelapa sawit,
kemiri, kina, kopi, lada, tebu, tembakau,teh, serta tanaman perkebunan lainnya.
Universitas Sumatera Utara
3
Kulit manis merupakan salah satu komoditi perkebunan rakyat yang menjadi sumber pendapatan penduduk di Sumatera Utara. Hampir semua
kabupaten memiliki perkebunan rakyat kayu manis, termasuk kabupaten Pakpak Bharat
Tabel 1. Luas Tanaman Produksi Kulit Manis Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut Kabupaten di Sumatera Utara Tahun 2007
No Kabupaten Luas
Tanaman Jumlah
Ha Produksi
Ton TBM
TM TTM
1. Mandailing Natal
629.55 10981.40 3.00 2.613.95 1.972.40 2. Tapanuli
Selatan 512.25 1.037.50 427.00 1.976.75 227.87
3. Tapanuli Tengah
- 12.20
- 12.20
4.03 4. Tapanuli
Utara 258.00
220.00 6.81 484.81 334.32 5. Atoba
Samosir 1.00
78.99 -
79.99 43.22 6. Simalungun
12.64 349.92 2.00 364.56 79.45
7. Dairi 124.00
236.00 -
360.00 323.95 8. Karo
- 263.00
- 263.00 277.42
9. Deli Serdang
12.00 61.00
- 73.00 54.00
10. Langkat -
74.00 -
74.00 40.70
11. Hbg.Hasundutan 345.80
376.00 61.00
782.80 229.58 12. Pakpak
Bharat -
136,72 -
136,72 274,77 13. Samosir
- 3.00
- 3.00
0.95 Jumlah 1.895.24
4.829,73 499.81
7.224,78 3.862,65
BPS Provinsi Sumatera Utara 2008
Dari tabel 1 diketahui bahwa luas lahan tanaman kulit manis di Sumatera Utara adalah seluas 7.205.06 dan prodoksinya adalah 3.676.23. Kabupaten Pakpak
Bharat termasuk penghasil terbesar yang ketujuh di Sumatera Utara dengan memiliki luas lahan sebesar 136,72 hektar, dengan jumlah produksi 274,77 ton.
Universitas Sumatera Utara
4
Tabel 2. Luas Tanaman dan Produksi Kulit Manis Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut Kecamatan di Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2008
No Kecamatan Luas
Areal Ha Produksi
Ton Rata-rata
Produksi Kg
HaThn KK
TBM TM
JUMLAH 1 Salak
5 10
15 43,50
4,350 60 2 Kerajaan
27 23
50 78,59
4,370 82 3 STT.
Jehe 20
15 35
27,75 1,850 140
4 STT. Julu
3 2,5
5,5 14,07
5,630 24 5 PGG.sengkut
2,5 3
5,40 18,56
5,120 20 6 Siempat
Rube - 15,13 15,13
55,47 3,630 60
7 Tinada 2,7
8 10,70
26,83 3,350 44
Jumlah 60,2 76,63 136,72 274,77 3.537.5 430
Sumber: Dinas Kehutanan Pakpak Bharat 2009
Dari Tabel 2 diketahui bahwa daerah yang menghasilkan kulit manis terbesar itu adalah Kecamatan Kerajaan di Desa Surung Mersada dan Desa
Parpulungan dengan luas lahan 50 ha dan produksi sebesar 78,59 ton. Jumlah keseluruhan tanaman kulit manis yang belum menghasilkan adalah 60,2 ha,
tanaman menghasilkan adalah 76,63 ha dengan jumlah keseluruhan 136,72 ha. Dengan produksi kulit manis keseluruhan adalah 274,77 Ha. Dengan produksi
rata-rata 3.537.5 kilogram per hektar dalam satu tahun. Dengan jumlah kepala rumah tangga yang mengusahakan usaha tani kulit manis di Kecamatan Kerajaan
adalah 82 kepala keluarga. Pengolahan kulit manis di daerah penelitian dilakukan secara tradisional
dimana menanam tumbuhan ini dengan cara stek. Dengan begitu petani tidak kewalahan untuk mendapatkan bibit yang unggul. Dan kebanyakan para petani
sewaktu berusaha tani kulit manis bila belum bisa diproduksi atau dipanen banyak yang menanam tanaman lain yang bisa menghasilkan uang untuk kebutuhan
sehari-hari. Pada waktu panen biasanya petani kulit manis kebanyakan melakukan penebangan dahulu baru dikuliti. Biasanya setelah pohon kulit manis ditebang
Universitas Sumatera Utara
5
maka dijemur selama kurang lebih satu minggu, tetapi apabila matahari terik maka proses penjemuran bisa dilakukan sekitar tiga atau empat hari.
Dari hasil pra survei diketahui bahwa penjualan kulit manis dilakukan di pasar kecamatan, petani membawa langsung ke pasar. Harga jual kulit manis saat
ini adalah sebesar Rp.4000 per kilogram. Jika dilihat dari hasil yang diperoleh petani dengan harga jualnya, sebenarnya tidak sesuai dengan produksi yang
diperoleh karena tanaman kulit manis dapat dipanen sekitar 8 tahun masa tanam baru setelah itu dipanen. Tanaman kulit manis merupakan tanaman sampingan
oleh petani, karena membutuhkan waktu yang sangat lama.
1.2 Identifikasi masalah