D. Kasus dan Analisa Kasus
1. Kasus
Kronologis Bahwa terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean bersama-sama dengan saksi
Ir. Hasudungan Butar-butar, Msi., saksi Drs. Junhael Siahaan, saksi Drs. Viktor Siahaan, saksi Friz Mangatas Datumira Simanjuntak, SH, saksi Parles Sianturi,
SPd., saksi Drs. Burhanuddin Rajagukguk, saksi Junhaidel Samosir dilakukan penuntutan secara terpisah, melakukan unjuk rasa demonstrasi untuk
mendukung Propinsi Tapanuli, pada hari Selasa tanggal 3 Februari 2009 sekitar pukul 10.35 WIB atau setidak-tidaknya pada waktu lain dalam bulan Februari
tahun 2009, bertempat di gedung DPRD Sumatera Utara jalan Imam Bonjol Nomor 5 Medan atau setidak-tidaknya di tempat lain yang masih termasuk daerah
hukum Pengadilan Negeri Medan, Bahwa terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean sebagai Ketua Panitia
Pembentukan Propinsi Tapanuli mengetahui bahwa rencana Rapat Panitia Musyawarah DPRD Sumatera Utara tanggal 27 Januari 2009 tidak terlaksana
sehingga sidang paripurna pembentukan Propinsi Tapanuli tanggal 4 Februari 2009 tidak dapat diagendakan.
Dengan tidak diagendakannya sidang paripurna pembentukan Propinsi Tapanuli tanggal 4 Februari 2009, terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean, saksi
Friz Mangatas Datumira Simanjuntak, SH, saksi Drs.Burhanuddin Rajagukguk, saksi Gelmok Samosir, saksi Junhaidel Samosir, saksi Drs.Junhael Siahaan, saksi
Ir.Hasudungan Butar-butar, Msi, saksi Drs.Viktor Siahaan, saksi Parles Sianturi,
Universitas Sumatera Utara
SPd., merasa sangat kecewa terhadap korban Ketua DPRD Sumatera Utara, Drs.Abdul Aziz Angkat, MSP., karena keinginan untuk mengagendakan sidang
paripurna pembentukan Propinsi Tapanuli tidak diakomodir oleh korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs.Abdul Aziz Angkat, MSP., sehingga pada hari Selasa
tanggal 3 Februari 2009 sekitar pukul 09.00 WIB, terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean memimpin massa yang berjumlah ribuan orang datang ke Gedung
DPRD Sumatera Utara di Jalan Imam Bonjol Nomor 5 Medan, selanjutnya saksi Junhaidel Samosir menggembok pintu pagar gedung DPRD Sumatera Utara
dengan rantai dan gembok yang telah dipersiapkan sebelumnya, kemudian terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean memimpin massa pengunjuk rasa memaksa
masuk ke ruang sidang paripurna dengan cara mendobrak pintu depan ruang sidang paripurna DPRD Sumatera Utara yang dijaga oleh satuan kepolisian.
Karena jumlah massa yang banyak, massa pengunjuk rasa berhasil mendobrak pintu depan dan belakang ruang sidang paripurna.
Setelah pintu masuk berhasil didobrak, lalu terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean bersama-sama dengan massa masuk ke ruang paripurna. Melihat
massa yang sangat banyak masuk ke dalam ruang sidang paripurna, maka korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP meninggalkan ruang
sidang paripurna dan masuk ke ruang VIP yang berada di belakang ruang sidang paripurna, selanjutnya terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean bersama-sama
dengan saksi Friz Mangatas Datumira Simanjuntak, SH, saksi Drs. Burhanuddin Rajagukguk, saksi Ir. Hasudungan Butar-butar, Msi, saksi Parles Sianturi, SPd,
saksi Drs. Junhael Siahaan dan saksi Drs. Viktor Siahaan mendatangi korban
Universitas Sumatera Utara
Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP di ruang VIP. Di dalam ruang VIP, terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean dan saksi-saksi tersebut
mendesak dan mengancam korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP untuk melaksanakan sidang paripurna pembentukan Propinsi
Tapanuli. Terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean mengatakan ”Kau penipunya, dari dulu tidak pernah kau tepati”, dan ”Ketua segera tandatangani hari ini juga,
dan Ketua juga sudah berjanji tanggal 4 Februari 2009 akan memparipurnakan Protap, segeralah teken. Ketua tolonglah tandatangani, lihatlah massa sudah
banyak, mohonlah tandatangani, gunakanlah hati nurani, kalau ketua tidak tanda tangan, nyawa ketua pun ikut terancam”. Kemudian saksi Friz Mangatas Datumira
Simanjuntak, SH mengatakan: ”Itu harus ditetapkan dan diparipurnakan sekarang juga. Kalau tidak hajab kau nanti”. Demikian juga saksi Drs. Junhael Siahaan
mengatakan ”Aziz, teken ini Aziz kau harus teken protap ini. Jangan main-main kau Saya bawa massa dari Taput 1.500 orang. Kalau tidak kau teken nyawamu
taruhannya. 15 menit harus sudah diputuskan, kalau tidak nyawa ketua tidak bisa dijamin keselamatannya”, selanjutnya saksi Ir. Hasudungan Butar-butar, Msi.,
mengatakan: ”Teken itu ketua Apalagi, jangan dihalang-halangi lagi. Ketua harus teken hari ini juga apapun ceritanya”. Kemudian saksi Drs. Burhanuddin
Rajagukguk mengatakan: ”Pak Ketua, ini rumah rakyat, itu semua rakyat diluar meminta Ketua gunakan hati nurani. Tekenlah agenda paripurna”. Terhadap
perkataan terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean dan saksi-saksi tersebut, korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat MSP menolak keinginan
terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean dan saksi-saksi tersebut lalu menjawab:
Universitas Sumatera Utara
”Mana bisa teken-teken aja. Ini bukan gedung DPRDSU milik Abdul Aziz Angkat, sesuka hatiku meneken, ikuti mekanisme ya, putuskanlah dalam rapat
hari ini dan jangan kalian mengancam saya begini”. Kemudian saksi Drs. Burhanuddin Rajagukguk mengatakan: ”Teken aja Ketua, apa kamu tidak sayang
dengan nyawamu, tengok orang ini lagi ribut”, lalu saksi Drs. Viktor Siahaan mengatakan: ”Tekenlah itu Ketua, apalagi Ketua, kalau udah Ketua teken kami
ulosi Ketua nanti. Hari ini harus diteken, kalau tidak diteken tanggung sendiri resikonya”. Kemudian saksi Junhaidel Samosir secara tiba-tiba membuka pintu
ruang VIP sambil mengatakan: ”udah, diteken? Apalagi, Aziz teken, mau mati kau, teken” sedangkan saksi Parles Sianturi, SPd berteriak-teriak: ”Satu komando
satu tujuan” secara berulang-ulang sehingga suasana semakin mencekam dan tidak terkendali, selanjutnya korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul
Aziz Angkat, MSP meninggalkan ruang VIP Gedung DPRD Sumatera Utara, sehingga terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean bersama-sama dengan saksi Friz
Mangatas Datumira Simanjuntak, SH, saksi Drs. Burhanuddin Rajagukguk, saksi Ir. Hasudungan Butar-butar, Msi, saksi Drs. Junhael Siahaan dan saksi Drs. Viktor
Siahaan merasa sangat kecewa karena keinginan untuk mengagendakan rapat paripurna pembentukan Propinsi Tapanuli tidak diakomodir oleh korban Ketua
DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP, lalu terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean bersama-sama dengan saksi Friz Mangatas Datumira
Simanjuntak, SH, saksi Drs. Burhanuddin Rajagukguk, saksi Ir. Hasudungan Butar-butar, Msi, saksi Drs. Junhael Siahaan dan saksi Drs. Viktor Siahaan secara
bersama-sama berteriak: ”Tangkap...Tangkap... Bunuh...Bunuh...” sambil
Universitas Sumatera Utara
menunjuk kepada korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP yang ditujukan kepada massa pengunjuk rasa yang berada di luar ruang VIP.
Mendengar teriakan tersebut kemudian saksi Junhaidel Samosir dan saksi Parles Sianturi, SPd serta massa pengunjuk rasa langsung mengejar korban Ketua DPRD
Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP yang berjalan menuju pagar samping Bank Mandiri. Dalam perjalanan ke pintu samping Bank Mandiri
tersebut, Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP dilempar, dipukul dan didorong-dorong sehingga terdesak dan terjepit di terali besi lantai
dua Gedung DPRD Sumatera Utara namun berhasil di bawa ke arah samping pintu Bank Mandiri, sesampainya korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs.
Abdul Aziz Angkat, MSP di pintu keluar samping Bank Mandiri, pintu pagar tidak bisa dibuka karena ternyata sebelumnya telah dirantai dan digembok oleh
saksi Junhaidel Samosir, sehingga korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP tidak dapat keluar melalui pintu pagar samping Bank
Mandiri, lalu korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP dipukul oleh saksi Junhaidel Samosir dan pengunjuk rasa lainnya yang mengenai
wajah dan dada serta ditarik-tarik sehingga terjadi tarik menarik tubuh korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP antara petugas
keamanan dengan pengunjuk rasa, namun petugas keamanan berhasil membawa korban DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP ke ruang fraksi
Golkar. Sesampainya di ruang fraksi Golkar, korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP sudah tidak sadarkan diri. Melihat korban Ketua
DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP dimasukkan ke dalam
Universitas Sumatera Utara
ruang fraksi Golkar, massa pengunjuk rasa merusak pintu dan jendela ruang fraksi Golkar untuk dapat masuk ke dalam dan mematikan listrik kantor DPRD
Sumatera Utara sehingga AC mati. Kemudian pengunjuk rasa memasukkan peti mati ke dalam ruang fraksi Golkar dan meletakkan di dekat korban Ketua DPRD
Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP yang tidak sadarkan diri. Di dalam ruang fraksi Golkar tersebut saksi Junhaidel Samosir mengatakan: ”Mati kau
Aziz, ini peti mati”. Oleh karena korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP tidak sadarkan diri, lalu korban Ketua DPRD Sumatera Utara
Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP akan di bawa ke luar ruang fraksi Golkar menuju rumah sakit. Namun pada saat akan dibawa ke luar ruang fraksi Golkar tersebut,
saksi Junhaidel Samosir menghalang-halangi dan memaksa dengan mengatakan ”Teken dulu ini, baru boleh dibawa”, namun korban Ketua DPRD Sumatera Utara
Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP dapat dibawa ke luar ruang fraksi Golkar untuk dibawa ke rumah sakit. Kemudian Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz
Angkat, MSP dibawa ke rumah sakit dengan menggunakan truk Dalmas Polisi dan saat truk berjalan menuju pintu keluar halaman DPRD Sumatera Utara
dihadang oleh massa pengunjuk rasa dengan meletakkan mobil angkot di pintu pagar serta melempari truk tersebut dengan batu maupun gelas-gelas aqua bekas.
Setelah mobil angkot dapat dipindahkan selanjutnya truk Dalmas berjalan menuju rumah sakit, dan saksi Junhaidel Samosir ikut naik ke truk Dalmas tersebut.
Sesampainya di Rumah Sakit Gleni, korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP sudah meninggal dunia. Mendapat kabar korban Ketua
Universitas Sumatera Utara
DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP meninggal dunia lalu saksi Junhaidel Samosir pergi meninggalkan rumah sakit.
DAKWAAN
Pertama Primair:
Bahwa terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean bersama-sama dengan saksi Ir. Hasudungan Butar-butar, Msi., saksi Drs. Junhael Siahaan, saksi Drs. Viktor
Siahaan, saksi Friz Mangatas Datumira Simanjuntak, SH, saksi Parles Sianturi, SPd., saksi Drs. Burhanuddin Rajagukguk, saksi Junhaidel Samosir dilakukan
penuntutan secara terpisah, pada hari Selasa tanggal 3 Februari 2009 sekitar pukul 10.35 WIB atau setidak-tidaknya pada waktu lain dalam bulan Februari
tahun 2009, bertempat di gedung DPRD Sumatera Utara jalan Imam Bonjol Nomor 5 Medan atau setidak-tidaknya di tempat lain yang masih termasuk daerah
hukum Pengadilan Negeri Medan, sebagai orang yang melakukan, yang menyuruh melakukan atau turut serta melakukan perbuatan dengan sengaja dan dengan
direncanakan terlebih dahulu menghilangkan nyawa orang lain dilakukan terdakwa, dengan cara sebagai berikut:
Bahwa terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean sebagai Ketua Panitia Pembentukan Propinsi Tapanuli mengetahui bahwa rencana Rapat Panitia
Musyawarah DPRD Sumatera Utara tanggal 27 Januari 2009 tidak terlaksana sehingga sidang paripurna pembentukan Propinsi Tapanuli tanggal 4 Februari
2009 tidak dapat diagendakan.
Universitas Sumatera Utara
Dengan tidak diagendakannya sidang paripurna pembentukan Propinsi Tapanuli tanggal 4 Februari 2009, terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean, saksi
Friz Mangatas Datumira Simanjuntak, SH, saksi Drs.Burhanuddin Rajagukguk, saksi Gelmok Samosir, saksi Junhaidel Samosir, saksi Drs.Junhael Siahaan, saksi
Ir.Hasudungan Butar-butar, Msi, saksi Drs.Viktor Siahaan, saksi Parles Sianturi, SPd., merasa sangat kecewa terhadap korban Ketua DPRD Sumatera Utara,
Drs.Abdul Aziz Angkat, MSP., karena keinginan untuk mengagendakan sidang paripurna pembentukan Propinsi Tapanuli tidak diakomodir oleh korban Ketua
DPRD Sumatera Utara Drs.Abdul Aziz Angkat, MSP., sehingga pada hari Selasa tanggal 3 Februari 2009 sekitar pukul 09.00 WIB, terdakwa Ir. GM Chandra
Panggabean memimpin massa yang berjumlah ribuan orang datang ke Gedung DPRD Sumatera Utara di Jalan Imam Bonjol Nomor 5 Medan, selanjutnya saksi
Junhaidel Samosir menggembok pintu pagar gedung DPRD Sumatera Utara dengan rantai dan gembok yang telah dipersiapkan sebelumnya, kemudian
terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean memimpin massa pengunjuk rasa memaksa masuk ke ruang sidang paripurna dengan cara mendobrak pintu depan ruang
sidang paripurna DPRD Sumatera Utara yang dijaga oleh satuan kepolisian. Karena jumlah massa yang banyak, massa pengunjuk rasa berhasil mendobrak
pintu depan dan belakang ruang sidang paripurna. Setelah pintu masuk berhasil didobrak, lalu terdakwa Ir. GM Chandra
Panggabean bersama-sama dengan massa masuk ke ruang paripurna. Melihat massa yang sangat banyak masuk ke dalam ruang sidang paripurna, maka korban
Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP meninggalkan ruang
Universitas Sumatera Utara
sidang paripurna dan masuk ke ruang VIP yang berada di belakang ruang sidang paripurna, selanjutnya terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean bersama-sama
dengan saksi Friz Mangatas Datumira Simanjuntak, SH, saksi Drs. Burhanuddin Rajagukguk, saksi Ir. Hasudungan Butar-butar, Msi, saksi Parles Sianturi, SPd,
saksi Drs. Junhael Siahaan dan saksi Drs. Viktor Siahaan mendatangi korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP di ruang VIP. Di
dalam ruang VIP, terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean dan saksi-saksi tersebut mendesak dan mengancam korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz
Angkat, MSP untuk melaksanakan sidang paripurna pembentukan Propinsi Tapanuli. Terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean mengatakan ”Kau penipunya,
dari dulu tidak pernah kau tepati”, dan ”Ketua segera tandatangani hari ini juga, dan Ketua juga sudah berjanji tanggal 4 Februari 2009 akan memparipurnakan
Protap, segeralah teken. Ketua tolonglah tandatangani, lihatlah massa sudah banyak, mohonlah tandatangani, gunakanlah hati nurani, kalau ketua tidak tanda
tangan, nyawa ketua pun ikut terancam”. Kemudian saksi Friz Mangatas Datumira Simanjuntak, SH mengatakan: ”Itu harus ditetapkan dan diparipurnakan sekarang
juga. Kalau tidak hajab kau nanti”. Demikian juga saksi Drs. Junhael Siahaan mengatakan ”Aziz, teken ini Aziz kau harus teken protap ini. Jangan main-main
kau Saya bawa massa dari Taput 1.500 orang. Kalau tidak kau teken nyawamu taruhannya. 15 menit harus sudah diputuskan, kalau tidak nyawa ketua tidak bisa
dijamin keselamatannya”, selanjutnya saksi Ir. Hasudungan Butar-butar, Msi., mengatakan: ”Teken itu ketua Apalagi, jangan dihalang-halangi lagi. Ketua harus
teken hari ini juga apapun ceritanya”. Kemudian saksi Drs. Burhanuddin
Universitas Sumatera Utara
Rajagukguk mengatakan: ”Pak Ketua, ini rumah rakyat, itu semua rakyat diluar meminta Ketua gunakan hati nurani. Tekenlah agenda paripurna”. Terhadap
perkataan terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean dan saksi-saksi tersebut, korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat MSP menolak keinginan
terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean dan saksi-saksi tersebut lalu menjawab: ”Mana bisa teken-teken aja. Ini bukan gedung DPRDSU milik Abdul Aziz
Angkat, sesuka hatiku meneken, ikuti mekanisme ya, putuskanlah dalam rapat hari ini dan jangan kalian mengancam saya begini”. Kemudian saksi Drs.
Burhanuddin Rajagukguk mengatakan: ”Teken aja Ketua, apa kamu tidak sayang dengan nyawamu, tengok orang ini lagi ribut”, lalu saksi Drs. Viktor Siahaan
mengatakan: ”Tekenlah itu Ketua, apalagi Ketua, kalau udah Ketua teken kami ulosi Ketua nanti. Hari ini harus diteken, kalau tidak diteken tanggung sendiri
resikonya”. Kemudian saksi Junhaidel Samosir secara tiba-tiba membuka pintu ruang VIP sambil mengatakan: ”udah, diteken? Apalagi, Aziz teken, mau mati
kau, teken” sedangkan saksi Parles Sianturi, SPd berteriak-teriak: ”Satu komando satu tujuan” secara berulang-ulang sehingga suasana semakin mencekam dan
tidak terkendali, selanjutnya korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP meninggalkan ruang VIP Gedung DPRD Sumatera Utara,
sehingga terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean bersama-sama dengan saksi Friz Mangatas Datumira Simanjuntak, SH, saksi Drs. Burhanuddin Rajagukguk, saksi
Ir. Hasudungan Butar-butar, Msi, saksi Drs. Junhael Siahaan dan saksi Drs. Viktor Siahaan merasa sangat kecewa karena keinginan untuk mengagendakan rapat
paripurna pembentukan Propinsi Tapanuli tidak diakomodir oleh korban Ketua
Universitas Sumatera Utara
DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP, lalu terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean bersama-sama dengan saksi Friz Mangatas Datumira
Simanjuntak, SH, saksi Drs. Burhanuddin Rajagukguk, saksi Ir. Hasudungan Butar-butar, Msi, saksi Drs. Junhael Siahaan dan saksi Drs. Viktor Siahaan secara
bersama-sama berteriak: ”Tangkap...Tangkap... Bunuh...Bunuh...” sambil menunjuk kepada korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat,
MSP yang ditujukan kepada massa pengunjuk rasa yang berada di luar ruang VIP. Mendengar teriakan tersebut kemudian saksi Junhaidel Samosir dan saksi Parles
Sianturi, SPd serta massa pengunjuk rasa langsung mengejar korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP yang berjalan menuju pagar
samping Bank Mandiri. Dalam perjalanan ke pintu samping Bank Mandiri tersebut, Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP dilempar,
dipukul dan didorong-dorong sehingga terdesak dan terjepit di terali besi lantai dua Gedung DPRD Sumatera Utara namun berhasil di bawa ke arah samping
pintu Bank Mandiri, sesampainya korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP di pintu keluar samping Bank Mandiri, pintu pagar
tidak bisa dibuka karena ternyata sebelumnya telah dirantai dan digembok oleh saksi Junhaidel Samosir, sehingga korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs.
Abdul Aziz Angkat, MSP tidak dapat keluar melalui pintu pagar samping Bank Mandiri, lalu korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP
dipukul oleh saksi Junhaidel Samosir dan pengunjuk rasa lainnya yang mengenai wajah dan dada serta ditarik-tarik sehingga terjadi tarik menarik tubuh korban
Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP antara petugas
Universitas Sumatera Utara
keamanan dengan pengunjuk rasa, namun petugas keamanan berhasil membawa korban DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP ke ruang fraksi
Golkar. Sesampainya di ruang fraksi Golkar, korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP sudah tidak sadarkan diri. Melihat korban Ketua
DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP dimasukkan ke dalam ruang fraksi Golkar, massa pengunjuk rasa merusak pintu dan jendela ruang fraksi
Golkar untuk dapat masuk ke dalam dan mematikan listrik kantor DPRD Sumatera Utara sehingga AC mati. Kemudian pengunjuk rasa memasukkan peti
mati ke dalam ruang fraksi Golkar dan meletakkan di dekat korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP yang tidak sadarkan diri. Di dalam
ruang fraksi Golkar tersebut saksi Junhaidel Samosir mengatakan: ”Mati kau Aziz, ini peti mati”. Oleh karena korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul
Aziz Angkat, MSP tidak sadarkan diri, lalu korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP akan di bawa ke luar ruang fraksi Golkar menuju
rumah sakit. Namun pada saat akan dibawa ke luar ruang fraksi Golkar tersebut, saksi Junhaidel Samosir menghalang-halangi dan memaksa dengan mengatakan
”Teken dulu ini, baru boleh dibawa”, namun korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP dapat dibawa ke luar ruang fraksi Golkar untuk
dibawa ke rumah sakit. Kemudian Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP dibawa ke rumah sakit dengan menggunakan truk Dalmas Polisi
dan saat truk berjalan menuju pintu keluar halaman DPRD Sumatera Utara dihadang oleh massa pengunjuk rasa dengan meletakkan mobil angkot di pintu
pagar serta melempari truk tersebut dengan batu maupun gelas-gelas aqua bekas.
Universitas Sumatera Utara
Setelah mobil angkot dapat dipindahkan selanjutnya truk Dalmas berjalan menuju rumah sakit, dan saksi Junhaidel Samosir ikut naik ke truk Dalmas tersebut.
Sesampainya di Rumah Sakit Gleni, korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP sudah meninggal dunia. Mendapat kabar korban Ketua
DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP meninggal dunia lalu saksi Junhaidel Samosir pergi meninggalkan rumah sakit.
Akibat perbuatan terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean bersama-sama dengan saksi Friz Mangatas Datumira Simanjuntak, SH, saksi Drs. Burhanuddin
Rajagukguk, saksi Ir. Hasudungan Butar-butar, Msi., saksi Parles Sianturi, SPd., saksi Drs. Junhael Siahaan, saksi Junhaidel Samosir dan saksi Drs. Viktor Siahaan
maka korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP meninggal dunia berdasarkan Visum Et Repertum Nomor.37IIVER2009 tanggal
3 Februari 2009 yang dikeluarkan oleh dr. H. Guntur Bumi Nasution, Sp.F dari Rumah Sakit Umum DR. Pirngadi kota Medan yang pada kesimpulannya
menyatakan dari hasil pemeriksaan luar dan dalam diambil kesimpulan bahwa penyebab kematian korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz
Angkat, MSP adalah akibat ruda paksa tumpul pada dada, disertai penyakit jantung kronis, perdarahan pada batang otak, perdarahan pada ginjal, ruda paksa
tumpul pada jari manis dan lengan bawah bagian dalam kiri; Sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 340 KUHP jo. Pasal
55 ayat 1 ke-1 KUHP; Subsidair
Universitas Sumatera Utara
Bahwa terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean bersama-sama dengan saksi Ir. Hasudungan Butar-butar, Msi., saksi Drs. Junhael Siahaan, saksi Drs. Viktor
Siahaan, saksi Friz Mangatas Datumira Simanjuntak, SH, saksi Parles Sianturi, SPd., saksi Drs. Burhanuddin Rajagukguk, saksi Junhaidel Samosir dilakukan
penuntutan secara terpisah, pada hari Selasa tanggal 3 Februari 2009 sekitar pukul 10.35 WIB atau setidak-tidaknya pada waktu lain dalam bulan Februari
tahun 2009, bertempat di gedung DPRD Sumatera Utara jalan Imam Bonjol Nomor 5 Medan atau setidak-tidaknya di tempat lain yang masih termasuk daerah
hukum Pengadilan Negeri Medan, sebagai orang yang melakukan, yang menyuruh melakukan atau turut serta melakukan perbuatan dengan sengaja menghilangkan
nyawa orang lain dilakukan terdakwa, dengan cara sebagai berikut: Bahwa terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean sebagai Ketua Panitia
Pembentukan Propinsi Tapanuli mengetahui bahwa rencana Rapat Panitia Musyawarah DPRD Sumatera Utara tanggal 27 Januari 2009 tidak terlaksana
sehingga sidang paripurna pembentukan Propinsi Tapanuli tanggal 4 Februari 2009 tidak dapat diagendakan.
Dengan tidak diagendakannya sidang paripurna pembentukan Propinsi Tapanuli tanggal 4 Februari 2009, terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean, saksi
Friz Mangatas Datumira Simanjuntak, SH, saksi Drs.Burhanuddin Rajagukguk, saksi Gelmok Samosir, saksi Junhaidel Samosir, saksi Drs.Junhael Siahaan, saksi
Ir.Hasudungan Butar-butar, Msi, saksi Drs.Viktor Siahaan, saksi Parles Sianturi, SPd., merasa sangat kecewa terhadap korban Ketua DPRD Sumatera Utara,
Drs.Abdul Aziz Angkat, MSP., karena keinginan untuk mengagendakan sidang
Universitas Sumatera Utara
paripurna pembentukan Propinsi Tapanuli tidak diakomodir oleh korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs.Abdul Aziz Angkat, MSP., sehingga pada hari Selasa
tanggal 3 Februari 2009 sekitar pukul 09.00 WIB, terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean memimpin massa yang berjumlah ribuan orang datang ke Gedung
DPRD Sumatera Utara di Jalan Imam Bonjol Nomor 5 Medan, selanjutnya saksi Junhaidel Samosir menggembok pintu pagar gedung DPRD Sumatera Utara
dengan rantai dan gembok yang telah dipersiapkan sebelumnya, kemudian terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean memimpin massa pengunjuk rasa memaksa
masuk ke ruang sidang paripurna dengan cara mendobrak pintu depan ruang sidang paripurna DPRD Sumatera Utara yang dijaga oleh satuan kepolisian.
Karena jumlah massa yang banyak, massa pengunjuk rasa berhasil mendobrak pintu depan dan belakang ruang sidang paripurna.
Setelah pintu masuk berhasil didobrak, lalu terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean bersama-sama dengan massa masuk ke ruang paripurna. Melihat
massa yang sangat banyak masuk ke dalam ruang sidang paripurna, maka korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP meninggalkan ruang
sidang paripurna dan masuk ke ruang VIP yang berada di belakang ruang sidang paripurna, selanjutnya terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean bersama-sama
dengan saksi Friz Mangatas Datumira Simanjuntak, SH, saksi Drs. Burhanuddin Rajagukguk, saksi Ir. Hasudungan Butar-butar, Msi, saksi Parles Sianturi, SPd,
saksi Drs. Junhael Siahaan dan saksi Drs. Viktor Siahaan mendatangi korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP di ruang VIP. Di
dalam ruang VIP, terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean dan saksi-saksi tersebut
Universitas Sumatera Utara
mendesak dan mengancam korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP untuk melaksanakan sidang paripurna pembentukan Propinsi
Tapanuli. Terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean mengatakan ”Kau penipunya, dari dulu tidak pernah kau tepati”, dan ”Ketua segera tandatangani hari ini juga,
dan Ketua juga sudah berjanji tanggal 4 Februari 2009 akan memparipurnakan Protap, segeralah teken. Ketua tolonglah tandatangani, lihatlah massa sudah
banyak, mohonlah tandatangani, gunakanlah hati nurani, kalau ketua tidak tanda tangan, nyawa ketua pun ikut terancam”. Kemudian saksi Friz Mangatas Datumira
Simanjuntak, SH mengatakan: ”Itu harus ditetapkan dan diparipurnakan sekarang juga. Kalau tidak hajab kau nanti”. Demikian juga saksi Drs. Junhael Siahaan
mengatakan ”Aziz, teken ini Aziz kau harus teken protap ini. Jangan main-main kau Saya bawa massa dari Taput 1.500 orang. Kalau tidak kau teken nyawamu
taruhannya. 15 menit harus sudah diputuskan, kalau tidak nyawa ketua tidak bisa dijamin keselamatannya”, selanjutnya saksi Ir. Hasudungan Butar-butar, Msi.,
mengatakan: ”Teken itu ketua Apalagi, jangan dihalang-halangi lagi. Ketua harus teken hari ini juga apapun ceritanya”. Kemudian saksi Drs. Burhanuddin
Rajagukguk mengatakan: ”Pak Ketua, ini rumah rakyat, itu semua rakyat diluar meminta Ketua gunakan hati nurani. Tekenlah agenda paripurna”. Terhadap
perkataan terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean dan saksi-saksi tersebut, korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat MSP menolak keinginan
terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean dan saksi-saksi tersebut lalu menjawab: ”Mana bisa teken-teken aja. Ini bukan gedung DPRDSU milik Abdul Aziz
Angkat, sesuka hatiku meneken, ikuti mekanisme ya, putuskanlah dalam rapat
Universitas Sumatera Utara
hari ini dan jangan kalian mengancam saya begini”. Kemudian saksi Drs. Burhanuddin Rajagukguk mengatakan: ”Teken aja Ketua, apa kamu tidak sayang
dengan nyawamu, tengok orang ini lagi ribut”, lalu saksi Drs. Viktor Siahaan mengatakan: ”Tekenlah itu Ketua, apalagi Ketua, kalau udah Ketua teken kami
ulosi Ketua nanti. Hari ini harus diteken, kalau tidak diteken tanggung sendiri resikonya”. Kemudian saksi Junhaidel Samosir secara tiba-tiba membuka pintu
ruang VIP sambil mengatakan: ”udah, diteken? Apalagi, Aziz teken, mau mati kau, teken” sedangkan saksi Parles Sianturi, SPd berteriak-teriak: ”Satu komando
satu tujuan” secara berulang-ulang sehingga suasana semakin mencekam dan tidak terkendali, selanjutnya korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul
Aziz Angkat, MSP meninggalkan ruang VIP Gedung DPRD Sumatera Utara, sehingga terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean bersama-sama dengan saksi Friz
Mangatas Datumira Simanjuntak, SH, saksi Drs. Burhanuddin Rajagukguk, saksi Ir. Hasudungan Butar-butar, Msi, saksi Drs. Junhael Siahaan dan saksi Drs. Viktor
Siahaan merasa sangat kecewa karena keinginan untuk mengagendakan rapat paripurna pembentukan Propinsi Tapanuli tidak diakomodir oleh korban Ketua
DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP, lalu terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean bersama-sama dengan saksi Friz Mangatas Datumira
Simanjuntak, SH, saksi Drs. Burhanuddin Rajagukguk, saksi Ir. Hasudungan Butar-butar, Msi, saksi Drs. Junhael Siahaan dan saksi Drs. Viktor Siahaan secara
bersama-sama berteriak: ”Tangkap...Tangkap... Bunuh...Bunuh...” sambil menunjuk kepada korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat,
MSP yang ditujukan kepada massa pengunjuk rasa yang berada di luar ruang VIP.
Universitas Sumatera Utara
Mendengar teriakan tersebut kemudian saksi Junhaidel Samosir dan saksi Parles Sianturi, SPd serta massa pengunjuk rasa langsung mengejar korban Ketua DPRD
Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP yang berjalan menuju pagar samping Bank Mandiri. Dalam perjalanan ke pintu samping Bank Mandiri
tersebut, Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP dilempar, dipukul dan didorong-dorong sehingga terdesak dan terjepit di terali besi lantai
dua Gedung DPRD Sumatera Utara namun berhasil di bawa ke arah samping pintu Bank Mandiri, sesampainya korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs.
Abdul Aziz Angkat, MSP di pintu keluar samping Bank Mandiri, pintu pagar tidak bisa dibuka karena ternyata sebelumnya telah dirantai dan digembok oleh
saksi Junhaidel Samosir, sehingga korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP tidak dapat keluar melalui pintu pagar samping Bank
Mandiri, lalu korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP dipukul oleh saksi Junhaidel Samosir dan pengunjuk rasa lainnya yang mengenai
wajah dan dada serta ditarik-tarik sehingga terjadi tarik menarik tubuh korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP antara petugas
keamanan dengan pengunjuk rasa, namun petugas keamanan berhasil membawa korban DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP ke ruang fraksi
Golkar. Sesampainya di ruang fraksi Golkar, korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP sudah tidak sadarkan diri. Melihat korban Ketua
DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP dimasukkan ke dalam ruang fraksi Golkar, massa pengunjuk rasa merusak pintu dan jendela ruang fraksi
Golkar untuk dapat masuk ke dalam dan mematikan listrik kantor DPRD
Universitas Sumatera Utara
Sumatera Utara sehingga AC mati. Kemudian pengunjuk rasa memasukkan peti mati ke dalam ruang fraksi Golkar dan meletakkan di dekat korban Ketua DPRD
Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP yang tidak sadarkan diri. Di dalam ruang fraksi Golkar tersebut saksi Junhaidel Samosir mengatakan: ”Mati kau
Aziz, ini peti mati”. Oleh karena korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP tidak sadarkan diri, lalu korban Ketua DPRD Sumatera Utara
Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP akan di bawa ke luar ruang fraksi Golkar menuju rumah sakit. Namun pada saat akan dibawa ke luar ruang fraksi Golkar tersebut,
saksi Junhaidel Samosir menghalang-halangi dan memaksa dengan mengatakan ”Teken dulu ini, baru boleh dibawa”, namun korban Ketua DPRD Sumatera Utara
Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP dapat dibawa ke luar ruang fraksi Golkar untuk dibawa ke rumah sakit. Kemudian Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz
Angkat, MSP dibawa ke rumah sakit dengan menggunakan truk Dalmas Polisi dan saat truk berjalan menuju pintu keluar halaman DPRD Sumatera Utara
dihadang oleh massa pengunjuk rasa dengan meletakkan mobil angkot di pintu pagar serta melempari truk tersebut dengan batu maupun gelas-gelas aqua bekas.
Setelah mobil angkot dapat dipindahkan selanjutnya truk Dalmas berjalan menuju rumah sakit, dan saksi Junhaidel Samosir ikut naik ke truk Dalmas tersebut.
Sesampainya di Rumah Sakit Gleni, korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP sudah meninggal dunia. Mendapat kabar korban Ketua
DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP meninggal dunia lalu saksi Junhaidel Samosir pergi meninggalkan rumah sakit.
Universitas Sumatera Utara
Akibat perbuatan terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean bersama-sama dengan saksi Friz Mangatas Datumira Simanjuntak, SH, saksi Drs. Burhanuddin
Rajagukguk, saksi Ir. Hasudungan Butar-butar, Msi., saksi Parles Sianturi, SPd., saksi Drs. Junhael Siahaan, saksi Junhaidel Samosir dan saksi Drs. Viktor Siahaan
maka korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP meninggal dunia berdasarkan Visum Et Repertum Nomor.37IIVER2009 tanggal
3 Februari 2009 yang dikeluarkan oleh dr. H. Guntur Bumi Nasution, Sp.F dari Rumah Sakit Umum DR. Pirngadi kota Medan yang pada kesimpulannya
menyatakan dari hasil pemeriksaan luar dan dalam diambil kesimpulan bahwa penyebab kematian korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz
Angkat, MSP adalah akibat ruda paksa tumpul pada dada, disertai penyakit jantung kronis, perdarahan pada batang otak, perdarahan pada ginjal, ruda paksa
tumpul pada jari manis dan lengan bawah bagian dalam kiri; Sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 338 KUHP jo. Pasal
55 ayat 1 ke-1 KUHP; Atau
Kedua; Bahwa terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean dilakukan penuntutan
secara terpisah serta para pengunjuk rasa lainnya yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, pada hari Selasa tanggal 3 Februari 2009 atau setidak-
tidaknya pada waktu lain dalam bulan Februari tahun 2009, bertempat di gedung DPRD Sumatera Utara jalan Imam Bonjol Nomor 5 Medan atau setidak-tidak
pada waktu lain dalam bulan Februari tahun 2009, bertempat di gedung DPRD
Universitas Sumatera Utara
Sumatera Utara jalan Imam Bonjol Nomor 5 Medan atau setidak-tidaknya di tempat lain yang masih termasuk daerah hukum Pengadilan Negeri Medan, secara
terbuka dan secara bersama-sama melakukan kekerasan terhadap manusia atau barang, sehingga menyebabkan matinya orang, dilakukan terdakwa dengan cara
sebagai berikut: Bahwa pada hari Selasa tanggal 3 Februari 2009, terdakwa Ir. GM
Chandra Panggabean bersama-sama dengan saksi Ir. Hasudungan Butar-butar, Msi., saksi Drs. Junhael Siahaan, saksi Drs. Viktor Siahaan, saksi Friz Mangatas
Datumira Simanjuntak, SH, saksi Parles Sianturi, SPd., saksi Drs. Burhanuddin Rajagukguk, saksi Junhaidel Samosir serta massa pengunjuk rasa yang berjumlah
ribuan orang mendobrak pintu depan dan belakang ruang sidang Paripurna DPRD Sumatera Utara Jalan Imam Bonjol No.5, Medan yang dijaga oleh petugas
kepolisian. Karena jumlah massa yang sangat banyak, terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean bersama-sama dengan saksi Ir. Hasudungan Butar-butar, Msi., saksi
Drs. Junhael Siahaan, saksi Drs. Viktor Siahaan, saksi Friz Mangatas Datumira Simanjuntak, SH, saksi Parles Sianturi, SPd., saksi Drs. Burhanuddin Rajagukguk,
saksi Junhaidel Samosir serta massa pengunjuk rasa berhasil mendobrak pintu depan sampai retak, pecah dan terbuka, kemudian secara bersama-sama massa
pengunjuk rasa memasukkan peti mati ke ruang rapat paripurna. Setelah pintu masuk ruang paripurna berhasil didobrak lalu massa masuk ke ruang paripurna.
Melihat massa yang sangat banyak masuk ke dalam ruang sidang paripurna, maka korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP
meninggalkan ruang sidang paripurna dan masuk ke ruang VIP yang berada di
Universitas Sumatera Utara
belakang ruang sidang paripurna, sedangkan massa pengunjuk rasa semakin bertindak anarki dengan melemparkan gelas, kursi, papan nama dewan dan air
mineral serta pecahan kaca hingga ruang sidang paripurna rusak dan porak poranda, selanjutnya Ir. GM Chandra Panggabean bersama-sama dengan saksi Ir.
Hasudungan Butar-butar, Msi., saksi Drs. Junhael Siahaan, saksi Drs. Viktor Siahaan, saksi Friz Mangatas Datumira Simanjuntak, SH, saksi Parles Sianturi,
SPd., saksi Drs. Burhanuddin Rajagukguk, saksi Junhaidel Samosir mendatangi korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP di ruang VIP.
Di dalam ruang VIP, terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean dan saksi-saksi tersebut mendesak dan mengancam korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs.
Abdul Aziz Angkat, MSP untuk melaksanakan sidang paripurna pembentukan Propinsi Tapanuli. Terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean mengatakan ”Kau
penipunya, dari dulu tidak pernah kau tepati”, dan ”Ketua segera tandatangani hari ini juga, dan Ketua juga sudah berjanji tanggal 4 Februari 2009 akan
memparipurnakan Protap, segeralah teken. Ketua tolonglah tandatangani, lihatlah massa sudah banyak, mohonlah tandatangani, gunakanlah hati nurani, kalau ketua
tidak tanda tangan, nyawa ketua pun ikut terancam”. Kemudian saksi Friz Mangatas Datumira Simanjuntak, SH mengatakan: ”Itu harus ditetapkan dan
diparipurnakan sekarang juga. Kalau tidak hajab kau nanti”. Demikian juga saksi Drs. Junhael Siahaan mengatakan ”Aziz, teken ini Aziz kau harus teken protap
ini. Jangan main-main kau Saya bawa massa dari Taput 1.500 orang. Kalau tidak kau teken nyawamu taruhannya. 15 menit harus sudah diputuskan, kalau tidak
nyawa ketua tidak bisa dijamin keselamatannya”, selanjutnya saksi Ir.
Universitas Sumatera Utara
Hasudungan Butar-butar, Msi., mengatakan: ”Teken itu ketua Apalagi, jangan dihalang-halangi lagi. Ketua harus teken hari ini juga apapun ceritanya”.
Kemudian saksi Drs. Burhanuddin Rajagukguk mengatakan: ”Pak Ketua, ini rumah rakyat, itu semua rakyat diluar meminta Ketua gunakan hati nurani.
Tekenlah agenda paripurna”. Terhadap perkataan terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean dan saksi-saksi tersebut, korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs.
Abdul Aziz Angkat MSP menolak keinginan terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean dan saksi-saksi tersebut lalu menjawab: ”Mana bisa teken-teken aja.
Ini bukan gedung DPRDSU milik Abdul Aziz Angkat, sesuka hatiku meneken, ikuti mekanisme ya, putuskanlah dalam rapat hari ini dan jangan kalian
mengancam saya begini”. Kemudian saksi Drs. Burhanuddin Rajagukguk mengatakan: ”Teken aja Ketua, apa kamu tidak sayang dengan nyawamu, tengok
orang ini lagi ribut”, lalu saksi Drs. Viktor Siahaan mengatakan: ”Tekenlah itu Ketua, apalagi Ketua, kalau udah Ketua teken kami ulosi Ketua nanti. Hari ini
harus diteken, kalau tidak diteken tanggung sendiri resikonya”. Kemudian saksi Junhaidel Samosir secara tiba-tiba membuka pintu ruang VIP sambil mengatakan:
”udah, diteken? Apalagi, Aziz teken, mau mati kau, teken” sedangkan saksi Parles Sianturi, SPd berteriak-teriak: ”Satu komando satu tujuan” secara berulang-
ulang sehingga suasana semakin mencekam dan tidak terkendali, selanjutnya korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP
meninggalkan ruang VIP Gedung DPRD Sumatera Utara, sehingga terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean bersama-sama dengan saksi Friz Mangatas Datumira
Simanjuntak, SH, saksi Drs. Burhanuddin Rajagukguk, saksi Ir. Hasudungan
Universitas Sumatera Utara
Butar-butar, Msi, saksi Drs. Junhael Siahaan dan saksi Drs. Viktor Siahaan merasa sangat kecewa karena keinginan untuk mengagendakan rapat paripurna
pembentukan Propinsi Tapanuli tidak diakomodir oleh korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP, lalu terdakwa Ir. GM Chandra
Panggabean bersama-sama dengan saksi Friz Mangatas Datumira Simanjuntak, SH, saksi Drs. Burhanuddin Rajagukguk, saksi Ir. Hasudungan Butar-butar, Msi,
saksi Drs. Junhael Siahaan dan saksi Drs. Viktor Siahaan secara bersama-sama berteriak: ”Tangkap...Tangkap... Bunuh...Bunuh...” sambil menunjuk kepada
korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP yang ditujukan kepada massa pengunjuk rasa yang berada di luar ruang VIP.
Mendengar teriakan tersebut kemudian saksi Junhaidel Samosir dan saksi Parles Sianturi, SPd serta massa pengunjuk rasa langsung mengejar korban Ketua DPRD
Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP yang berjalan menuju pagar samping Bank Mandiri. Dalam perjalanan ke pintu samping Bank Mandiri
tersebut, Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP dilempar, dipukul dan didorong-dorong sehingga terdesak dan terjepit di terali besi lantai
dua Gedung DPRD Sumatera Utara namun berhasil di bawa ke arah samping pintu Bank Mandiri, sesampainya korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs.
Abdul Aziz Angkat, MSP di pintu keluar samping Bank Mandiri, pintu pagar tidak bisa dibuka karena ternyata sebelumnya telah dirantai dan digembok oleh
saksi Junhaidel Samosir, sehingga korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP tidak dapat keluar melalui pintu pagar samping Bank
Mandiri, lalu korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP
Universitas Sumatera Utara
dipukul oleh saksi Junhaidel Samosir dan pengunjuk rasa lainnya yang mengenai wajah dan dada serta ditarik-tarik sehingga terjadi tarik menarik tubuh korban
Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP antara petugas keamanan dengan pengunjuk rasa, namun petugas keamanan berhasil membawa
korban DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP ke ruang fraksi Golkar. Sesampainya di ruang fraksi Golkar, korban Ketua DPRD Sumatera Utara
Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP sudah tidak sadarkan diri. Melihat korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP dimasukkan ke dalam
ruang fraksi Golkar, massa pengunjuk rasa merusak pintu dan jendela ruang fraksi Golkar untuk dapat masuk ke dalam dan mematikan listrik kantor DPRD
Sumatera Utara sehingga AC mati. Kemudian pengunjuk rasa memasukkan peti mati ke dalam ruang fraksi Golkar dan meletakkan di dekat korban Ketua DPRD
Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP yang tidak sadarkan diri. Di dalam ruang fraksi Golkar tersebut saksi Junhaidel Samosir mengatakan: ”Mati kau
Aziz, ini peti mati”. Oleh karena korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP tidak sadarkan diri, lalu korban Ketua DPRD Sumatera Utara
Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP akan di bawa ke luar ruang fraksi Golkar menuju rumah sakit. Namun pada saat akan dibawa ke luar ruang fraksi Golkar tersebut,
saksi Junhaidel Samosir menghalang-halangi dan memaksa dengan mengatakan ”Teken dulu ini, baru boleh dibawa”, namun korban Ketua DPRD Sumatera Utara
Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP dapat dibawa ke luar ruang fraksi Golkar untuk dibawa ke rumah sakit. Kemudian Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz
Angkat, MSP dibawa ke rumah sakit dengan menggunakan truk Dalmas Polisi
Universitas Sumatera Utara
dan saat truk berjalan menuju pintu keluar halaman DPRD Sumatera Utara dihadang oleh massa pengunjuk rasa dengan meletakkan mobil angkot di pintu
pagar serta melempari truk tersebut dengan batu maupun gelas-gelas aqua bekas. Setelah mobil angkot dapat dipindahkan selanjutnya truk Dalmas berjalan menuju
rumah sakit, dan saksi Junhaidel Samosir ikut naik ke truk Dalmas tersebut. Sesampainya di Rumah Sakit Gleni, korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs.
Abdul Aziz Angkat, MSP sudah meninggal dunia. Mendapat kabar korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP meninggal dunia lalu saksi
Junhaidel Samosir pergi meninggalkan rumah sakit. Akibat perbuatan terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean bersama-sama
dengan saksi Friz Mangatas Datumira Simanjuntak, SH, saksi Drs. Burhanuddin Rajagukguk, saksi Ir. Hasudungan Butar-butar, Msi., saksi Parles Sianturi, SPd.,
saksi Drs. Junhael Siahaan, saksi Junhaidel Samosir dan saksi Drs. Viktor Siahaan maka korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP
meninggal dunia berdasarkan Visum Et Repertum Nomor.37IIVER2009 tanggal 3 Februari 2009 yang dikeluarkan oleh dr. H. Guntur Bumi Nasution, Sp.F dari
Rumah Sakit Umum DR. Pirngadi kota Medan yang pada kesimpulannya menyatakan dari hasil pemeriksaan luar dan dalam diambil kesimpulan bahwa
penyebab kematian korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP adalah akibat ruda paksa tumpul pada dada, disertai penyakit
jantung kronis, perdarahan pada batang otak, perdarahan pada ginjal, ruda paksa tumpul pada jari manis dan lengan bawah bagian dalam kiri;
Universitas Sumatera Utara
Sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 170 ayat 2 ke-3 KUHP;
Atau Ketiga:
Bahwa terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean bersama-sama dengan saksi Ir. Hasudungan Butar-butar, Msi., saksi Drs. Junhael Siahaan, saksi Drs. Viktor
Siahaan, saksi Friz Mangatas Datumira Simanjuntak, SH, saksi Parles Sianturi, SPd., saksi Drs. Burhanuddin Rajagukguk, saksi Junhaidel Samosir, saksi Gelmok
Samosir dilakukan penuntutan secara terpisah, pada hari Selasa tanggal 3 Februari 2009 sekitar pukul 10.35 WIB atau setidak-tidaknya pada waktu lain
dalam bulan Februari tahun 2009, bertempat di gedung DPRD Sumatera Utara Jalan Imam Bonjol Nomor 5 Medan atau setidak-tidaknya di tempat lain yang
masih termasuk daerah hukum Pengadilan Negeri Medan, sebagai orang yang melakukan, yang menyuruh melakukan atau turut serta melakukan perbuatan
dimuka umum dengan lisan atau tulisan, menghasut supaya melakukan perbuatan yang dapt dihukum, melawan kekuasaan umum dengan kekerasan atau supaya
jangan mau tunduk pada peraturan perundang-undangan yang sah, dilakukan terdakwa dengan cara sebagai berikut:
Pada hari Selasa tanggal 3 Februari 2009 sekitar pukul 09.00, terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean bersama-sama dengan saksi Ir. Hasudungan Butar-
butar, Msi., saksi Drs. Junhael Siahaan, saksi Drs. Viktor Siahaan, saksi Friz Mangatas Datumira Simanjuntak, SH, saksi Parles Sianturi, SPd., saksi Drs.
Burhanuddin Rajagukguk, saksi Junhaidel Samosir, saksi Gelmok Samosir serta
Universitas Sumatera Utara
massa pengunjuk rasa yang berjumlah ribuan orang datang ke Kantor DPRD Sumatera Utara Jalan Imam Bonjol Nomor 5 Medan guna mendesak Ketua DPRD
Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP melaksanakan sidang paripurna pembentukan Propinsi Tapanuli, dengan membawa spanduk-spanduk serta kertas-
kertas karton bertuliskan sebagai berikut: -
Protap pasti jadi atau mati, -
Katakan yes, pada protap, -
Mahasiswa Nisel komit Protap dan pemuda katolik dukung Protap, -
Protap harga mati US XII, -
DPR RI aja sudah paripurna, DPRDSU mandul, pembohong, penakut, -
Protap harga mati, -
Unang parmeam-meam hami lae, so maribak… 1x 2x 3x ketuk palu, -
DPRDSU tidak nasionalis terhadap Protap rakyat Protap, -
Protap bukan isu sara rakyat Protap, -
Propinsi Tapanuli harga mati, segera wujudkan, kini saatnya, jangan ditunda,
- Aziz buka mata dan telinga, lihat dan dengarkan aspirasi rakyat Tapanuli,
jangan tidur di kantor dewan, -
Umat muslim Tapanuli dukung Protap rakyat Protap, -
Libas DPRDSU bila tolak Protap rakyat Protap, -
Kami mahasiswa Nias minta Prop. Tapanuli disahkan sekarang, -
DPRDSU hambat aspirasi rakyat, -
DPRDSU segera paripurnakan Protap,
Universitas Sumatera Utara
- Da lungun ilu do rakyat Protap,
- Peti mati untuk oknum anggota DPRDSU anti Protap dari masyarakat
batak pendukung Protap. Dengan adanya spanduk-spanduk dan kertas-kertas karton berisikan
tulisan-tulisan tersebut diatas membuat massa pengunjuk rasa menjadi terhasut dan terbakar semangatnya untuk menekan dan mendesak Ketua DPRD Sumatera
Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP segera melakukan sidang paripurna pembentukan Propinsi Tapanuli. Selanjutnya saksi Gelmok Samosir juga
menyampaikan orasi-orasi yang memprovokasi pengunjuk rasa antara lain mengatakan: “kita telah dizolimi oleh Ketua DPRDSU Aziz Angkat, Aziz kita
angkat dari sini”. Kemudian terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean, saksi Friz Mangatas Datumira Simanjuntak, SH, saksi Gelmok Samosir memimpin dan
menghasut massa pengunjuk rasa lainnya mendobrak pintu masuk depan ruang sidang paripurna DPRD Sumatera Utara yang dijaga oleh petugas kepolisian.
Karena jumlah massa yang banyak, massa pengunjuk rasa berhasil mendobrak pintu depan dan belakang ruang sidang paripurna sehingga pintu rusak dan
terbuka. Pada saat terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean bersama-sama dengan saksi Friz Mangatas Datumira Simanjuntak, SH memimpin massa pengunjuk rasa
lainnya mendobrak pintu depan ruang sidang paripurna DPRD Sumatera utara, saksi Drs. Viktor Siahaan dan saksi Drs. Junhael Siahaan memimpin massa
pengunjuk rasa lainnya mendobrak pintu belakang ruang sidang paripurna. Setelah pintu depan dan belakang ruang sidang paripurna terbuka, lalu terdakwa
Ir. GM Chandra Panggabean dan saksi Friz Mangatas Datumira Simanjuntak, SH,
Universitas Sumatera Utara
saksi Drs. Burhanuddin Rajagukguk, saksi Gelmok Samosir, saksi Junhaidel Samosir, saksi Pustaha Nurdin Manurung, saksi Drs. Junhael Siahaan, saksi Anju
Mangasi Naibaho, saksi Parles Sianturi, SPd, saksi Ir. Hasudungan Butarbutar, Msi, saksi Drs. Viktor Siahaan serta massa pengunjuk rasa masuk ke dalam ruang
sidang paripurna dengan membawa peti mati sambil meneriakkan “Aziz, Aziz”, dimana pada saat itu sedang berlangsung sidang paripurna DPRD Sumatera Utara
dengan agenda penyampaian Rancangan Peraturan Daerah tentang pengelolaan keuangan daerah. Didalam ruang sidang paripurna, terdakwa Ir. GM Chandra
Panggabean dan saksi Friz Mangatas Datumira Simanjuntak, SH, saksi Drs. Burhanuddin Rajagukguk, saksi Gelmok Samosir, saksi Junhaidel Samosir, saksi
Pustaha Nurdin Manurung, saksi Drs. Junhael Siahaan, saksi Anju Mangasi Naibaho, saksi Parles Sianturi, SPd, saksi Ir. Hasudungan Butarbutar, Msi, saksi
Drs. Viktor Siahaan serta massa pengunjuk rasa lainnya menguasai ruang sidang dan melakukan orasi-orasi mendesak dilaksanakannya sidang paripurna
pembentukan Propinsi Tapanuli. Akibat masuknya terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean dan saksi Friz Mangatas Datumira Simanjuntak, SH, saksi Drs.
Burhanuddin Rajagukguk, saksi Gelmok Samosir, saksi Junhaidel Samosir, saksi Pustaha Nurdin Manurung, saksi Drs. Junhael Siahaan, saksi Anju Mangasi
Naibaho, saksi Parles Sianturi, SPd, saksi Ir. Hasudungan Butarbutar, Msi, saksi Drs. Viktor Siahaan serta massa pengunjuk rasa lainnya mengakibatkan sidang
paripurna DPRD Sumatera Utara tercerai-berai dan terhenti serta tidak dapat dilanjutkan lagi.
Universitas Sumatera Utara
Melihat massa yang sangat banyak masuk ke dalam ruang sidang paripurna, maka korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat,
MSP meninggalkan ruang sidang paripurna dan masuk ke ruang VIP yang berada di belakang ruang sidang paripurna, selanjutnya terdakwa Ir. GM Chandra
Panggabean bersama-sama dengan saksi Friz Mangatas Datumira Simanjuntak, SH, saksi Drs. Burhanuddin Rajagukguk, saksi Ir. Hasudungan Butar-butar, Msi,
saksi Parles Sianturi, SPd, saksi Drs. Junhael Siahaan dan saksi Drs. Viktor Siahaan mendatangi korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz
Angkat, MSP di ruang VIP. Di dalam ruang VIP, terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean dan saksi-saksi tersebut mendesak dan mengancam korban Ketua
DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP untuk melaksanakan sidang paripurna pembentukan Propinsi Tapanuli. Terdakwa Ir. GM Chandra
Panggabean mengatakan ”Kau penipunya, dari dulu tidak pernah kau tepati”, dan ”Ketua segera tandatangani hari ini juga, dan Ketua juga sudah berjanji tanggal 4
Februari 2009 akan memparipurnakan Protap, segeralah teken. Ketua tolonglah tandatangani, lihatlah massa sudah banyak, mohonlah tandatangani, gunakanlah
hati nurani, kalau ketua tidak tanda tangan, nyawa ketua pun ikut terancam”. Kemudian saksi Friz Mangatas Datumira Simanjuntak, SH mengatakan: ”Itu
harus ditetapkan dan diparipurnakan sekarang juga. Kalau tidak hajab kau nanti”. Demikian juga saksi Drs. Junhael Siahaan mengatakan ”Aziz, teken ini Aziz kau
harus teken protap ini. Jangan main-main kau Saya bawa massa dari Taput 1.500 orang. Kalau tidak kau teken nyawamu taruhannya. 15 menit harus sudah
diputuskan, kalau tidak nyawa ketua tidak bisa dijamin keselamatannya”,
Universitas Sumatera Utara
selanjutnya saksi Ir. Hasudungan Butar-butar, Msi., mengatakan: ”Teken itu ketua Apalagi, jangan dihalang-halangi lagi. Ketua harus teken hari ini juga
apapun ceritanya”. Kemudian saksi Drs. Burhanuddin Rajagukguk mengatakan: ”Pak Ketua, ini rumah rakyat, itu semua rakyat diluar meminta Ketua gunakan
hati nurani. Tekenlah agenda paripurna”. Terhadap perkataan terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean dan saksi-saksi tersebut, korban Ketua DPRD Sumatera
Utara Drs. Abdul Aziz Angkat MSP menolak keinginan terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean dan saksi-saksi tersebut lalu menjawab: ”Mana bisa teken-teken aja.
Ini bukan gedung DPRDSU milik Abdul Aziz Angkat, sesuka hatiku meneken, ikuti mekanisme ya, putuskanlah dalam rapat hari ini dan jangan kalian
mengancam saya begini”. Kemudian saksi Drs. Burhanuddin Rajagukguk mengatakan: ”Teken aja Ketua, apa kamu tidak sayang dengan nyawamu, tengok
orang ini lagi ribut”, lalu saksi Drs. Viktor Siahaan mengatakan: ”Tekenlah itu Ketua, apalagi Ketua, kalau udah Ketua teken kami ulosi Ketua nanti. Hari ini
harus diteken, kalau tidak diteken tanggung sendiri resikonya”. Kemudian saksi Junhaidel Samosir secara tiba-tiba membuka pintu ruang VIP sambil mengatakan:
”udah, diteken? Apalagi, Aziz teken, mau mati kau, teken” sedangkan saksi Parles Sianturi, SPd berteriak-teriak: ”Satu komando satu tujuan” secara berulang-
ulang sehingga suasana semakin mencekam dan tidak terkendali, selanjutnya korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP
meninggalkan ruang VIP Gedung DPRD Sumatera Utara, sehingga terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean bersama-sama dengan saksi Friz Mangatas Datumira
Simanjuntak, SH, saksi Drs. Burhanuddin Rajagukguk, saksi Ir. Hasudungan
Universitas Sumatera Utara
Butar-butar, Msi, saksi Drs. Junhael Siahaan dan saksi Drs. Viktor Siahaan merasa sangat kecewa karena keinginan untuk mengagendakan rapat paripurna
pembentukan Propinsi Tapanuli tidak diakomodir oleh korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP, lalu terdakwa Ir. GM Chandra
Panggabean bersama-sama dengan saksi Friz Mangatas Datumira Simanjuntak, SH, saksi Drs. Burhanuddin Rajagukguk, saksi Ir. Hasudungan Butar-butar, Msi,
saksi Drs. Junhael Siahaan dan saksi Drs. Viktor Siahaan secara bersama-sama berteriak: ”Tangkap...Tangkap... Bunuh...Bunuh...” sambil menunjuk kepada
korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP yang ditujukan kepada massa pengunjuk rasa yang berada di luar ruang VIP.
Mendengar teriakan tersebut kemudian saksi Junhaidel Samosir dan saksi Parles Sianturi, SPd serta massa pengunjuk rasa langsung mengejar korban Ketua DPRD
Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP yang berjalan menuju pagar samping Bank Mandiri. Dalam perjalanan ke pintu samping Bank Mandiri
tersebut, Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP dilempar, dipukul dan didorong-dorong sehingga terdesak dan terjepit di terali besi lantai
dua Gedung DPRD Sumatera Utara namun berhasil di bawa ke arah samping pintu Bank Mandiri, sesampainya korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs.
Abdul Aziz Angkat, MSP di pintu keluar samping Bank Mandiri, pintu pagar tidak bisa dibuka karena ternyata sebelumnya telah dirantai dan digembok oleh
saksi Junhaidel Samosir, sehingga korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP tidak dapat keluar melalui pintu pagar samping Bank
Mandiri, lalu korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP
Universitas Sumatera Utara
dipukul oleh saksi Junhaidel Samosir dan pengunjuk rasa lainnya yang mengenai wajah dan dada serta ditarik-tarik sehingga terjadi tarik menarik tubuh korban
Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP antara petugas keamanan dengan pengunjuk rasa, namun petugas keamanan berhasil membawa
korban DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP ke ruang fraksi Golkar. Sesampainya di ruang fraksi Golkar, korban Ketua DPRD Sumatera Utara
Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP sudah tidak sadarkan diri. Melihat korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP dimasukkan ke dalam
ruang fraksi Golkar, massa pengunjuk rasa merusak pintu dan jendela ruang fraksi Golkar untuk dapat masuk ke dalam dan mematikan listrik kantor DPRD
Sumatera Utara sehingga AC mati. Kemudian pengunjuk rasa memasukkan peti mati ke dalam ruang fraksi Golkar dan meletakkan di dekat korban Ketua DPRD
Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP yang tidak sadarkan diri. Di dalam ruang fraksi Golkar tersebut saksi Junhaidel Samosir mengatakan: ”Mati kau
Aziz, ini peti mati”. Oleh karena korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP tidak sadarkan diri, lalu korban Ketua DPRD Sumatera Utara
Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP akan di bawa ke luar ruang fraksi Golkar menuju rumah sakit. Namun pada saat akan dibawa ke luar ruang fraksi Golkar tersebut,
saksi Junhaidel Samosir menghalang-halangi dan memaksa dengan mengatakan ”Teken dulu ini, baru boleh dibawa”, namun korban Ketua DPRD Sumatera Utara
Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP dapat dibawa ke luar ruang fraksi Golkar untuk dibawa ke rumah sakit. Kemudian Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz
Angkat, MSP dibawa ke rumah sakit dengan menggunakan truk Dalmas Polisi
Universitas Sumatera Utara
dan saat truk berjalan menuju pintu keluar halaman DPRD Sumatera Utara dihadang oleh massa pengunjuk rasa dengan meletakkan mobil angkot di pintu
pagar serta melempari truk tersebut dengan batu maupun gelas-gelas aqua bekas. Setelah mobil angkot dapat dipindahkan selanjutnya truk Dalmas berjalan menuju
rumah sakit, dan saksi Junhaidel Samosir ikut naik ke truk Dalmas tersebut. Sesampainya di Rumah Sakit Gleni, korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs.
Abdul Aziz Angkat, MSP sudah meninggal dunia. Mendapat kabar korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP meninggal dunia lalu saksi
Junhaidel Samosir pergi meninggalkan rumah sakit. Akibat perbuatan terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean bersama-sama
dengan saksi Friz Mangatas Datumira Simanjuntak, SH, saksi Drs. Burhanuddin Rajagukguk, saksi Ir. Hasudungan Butar-butar, Msi., saksi Parles Sianturi, SPd.,
saksi Drs. Junhael Siahaan, saksi Junhaidel Samosir dan saksi Drs. Viktor Siahaan maka korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP
meninggal dunia berdasarkan Visum Et Repertum Nomor.37IIVER2009 tanggal 3 Februari 2009 yang dikeluarkan oleh dr. H. Guntur Bumi Nasution, Sp.F dari
Rumah Sakit Umum DR. Pirngadi kota Medan yang pada kesimpulannya menyatakan dari hasil pemeriksaan luar dan dalam diambil kesimpulan bahwa
penyebab kematian korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP adalah akibat ruda paksa tumpul pada dada, disertai penyakit
jantung kronis, perdarahan pada batang otak, perdarahan pada ginjal, ruda paksa tumpul pada jari manis dan lengan bawah bagian dalam kiri;
Universitas Sumatera Utara
Sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 160 KUHP jo. Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP;
Dan Keempat:
Bahwa terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean bersama-sama dengan saksi Ir. Hasudungan Butar-butar, Msi., saksi Drs. Junhael Siahaan, saksi Drs. Viktor
Siahaan, saksi Friz Mangatas Datumira Simanjuntak, SH, saksi Parles Sianturi, SPd., saksi Drs. Burhanuddin Rajagukguk, saksi Junhaidel Samosir, saksi Pustaha
Nurdin Manurung, saksi Gelmok Samosir, saksi Anju Mangasi Naibaho dilakukan penuntutan secara terpisah serta para pengunjuk rasa lainnya yang
tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, pada hari Selasa tanggal 3 Februari 2009 sekitar pukul 10.35 WIB atau setidak-tidaknya pada waktu lain dalam bulan
Februari tahun 2009, bertempat di gedung DPRD Sumatera Utara jalan Imam Bonjol Nomor 5 Medan atau setidak-tidaknya di tempat lain yang masih termasuk
daerah hukum Pengadilan Negeri Medan, sebagai orang yang melakukan, yang menyuruh melakukan atau turut serta melakukan perbuatan dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan mencerai beraikan persidangan badan pembuat Undang- undang, Pemerintahan atau Perwakilan Rakyat, memaksa untuk mengambil
keputusan atau tidak mengambil keputusan, atau mengusir Ketua seorang anggota dari persidangan, dilakukan terdakwa dengan cara sebagai berikut:
Bahwa pada tanggal 22 Januari 2009, terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean selaku Ketua Panitia Pembentukan Propinsi Tapanuli melakukan
audiensi ke Ketua DPRD Sumatera Utara di Kantor DPRD Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
bersama-sama dengan anggota panitia lainnya. Hasil audiensi tersebut akan dilaksanakan siding paripurna tanggal 4 Februari 2009, namun harus diagendakan
dahulu melalui rapat panitia musyawarah yang ditetapkan pada tanggal 27 Januari 2009. Rapat Panitia Musyawarah tanggal 27 Januari 2009 tidak terlaksana
sehingga sidang paripurna pembentukan Propinsi Tapanuli tanggal 4 Februari 2009 tidak dapat diagendakan.
Bahwa dengan tidak diagendakannya siding paripurna pembentukan Propinsi Tapanuli tanggal 4 Februari 2009, terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean
sebagai Ketua Umum Panitia Pembentukan Propinsi Tapanuli dan saksi Friz Magatas Datumira Simanjuntak, SH, saksi Drs. Burhanuddin Rajagukguk, saksi
Gelmok Samosir, saksi Junhaidel Samosir, saksi Pustaha Nurdin Manurung, saksi Drs. Viktor Siahaan, merasa kecewa sehingga pada hari Sabtu tanggal 31 Januari
2009 di Hotel Grand Antares Medan, terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean sebagai Ketua Umum Panitia Pembentukan Propinsi Tapanuli dan saksi Friz
Magatas Datumira Simanjuntak, SH, saksi Drs. Burhanuddin Rajagukguk, saksi Gelmok Samosir, saksi Junhaidel Samosir, saksi Pustaha Nurdin Manurung, saksi
Ir. Hasudungan Butarbutar, Msi, saksi Drs. Viktor Siahaan, saksi Anju Mangasi Naibaho dan beberapa orang pendukung pembentukan propinsi Tapanuli lainnya
yang tidak dapat disebutkan lagi satu-persatu, merencanakan aksi unjuk rasa ke Gedung DPRD Sumatera Utara untuk menekan dan mendesak Ketua DPRD
Sumatera Utara agar memparipurnakan pembentukan Propinsi Tapanuli Protap. Untuk mengumpulkan massa unjuk rasa ke kantor DPRD Sumatera Utara tersebut
maka dibuat undangan boa-boa dalam bahasa batak yang kemudian dibagi-
Universitas Sumatera Utara
bagikan kepada masyarakat untuk datang pada hari Selasa tanggal 3 Februari 2009 guna melakukan aksi unjuk rasa di kantor DPRD Sumatera Utara untuk mendesak
Ketua DPRD Sumatera Utara memparipurnakan pembentukan Propinsi Tapanuli Protap.
Bahwa selanjutnya pada hari Senin tanggal 2 Februari 2009, terdakwa bersama-sama dengan saksi Friz Magatas Datumira Simanjuntak, SH, saksi Drs.
Burhanuddin Rajagukguk, saksi Gelmok Samosir, saksi Junhaidel Samosir, saksi Pustaha Nurdin Manurung, saksi Ir. Hasudungan Butarbutar, Msi, saksi Drs.
Viktor Siahaan, saksi Anju Mangasi Naibaho dan beberapa orang pendukung pembentukan propinsi Tapanuli lainnya yang tidak dapat disebutkan lagi satu-
persatu, kembali melaksanakan rapat di tempat yang sama yakni Hotel Grand Antares guna memantapkan persiapan aksi unjuk rasa tanggal 3 Februari 2009 di
kantor DPRD Sumatera Utara dan segala biaya yang timbul untuk unjuk rasa tersebut ditanggung oleh terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean dan Panitia
Pembentukan Propinsi Tapanuli lainnya. Selanjutnya pada hari Selasa tanggal 3 Februari 2009 sekitar pukul 09.00,
terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean bersama-sama dengan saksi Ir. Hasudungan Butar-butar, Msi., saksi Drs. Junhael Siahaan, saksi Drs. Viktor
Siahaan, saksi Friz Mangatas Datumira Simanjuntak, SH, saksi Parles Sianturi, SPd., saksi Drs. Burhanuddin Rajagukguk, saksi Junhaidel Samosir, saksi Gelmok
Samosir serta massa pengunjuk rasa yang berjumlah ribuan orang datang ke Kantor DPRD Sumatera Utara Jalan Imam Bonjol Nomor 5 Medan guna
mendesak Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP
Universitas Sumatera Utara
melaksanakan sidang paripurna pembentukan Propinsi Tapanuli, dengan membawa spanduk-spanduk serta kertas-kertas karton bertuliskan sebagai berikut:
- Protap pasti jadi atau mati,
- Katakan yes, pada protap,
- Mahasiswa Nisel komit Protap dan pemuda katolik dukung Protap,
- Protap harga mati US XII,
- DPR RI aja sudah paripurna, DPRDSU mandul, pembohong, penakut,
- Protap harga mati,
- Unang parmeam-meam hami lae, so maribak… 1x 2x 3x ketuk palu,
- DPRDSU tidak nasionalis terhadap Protap rakyat Protap,
- Protap bukan isu sara rakyat Protap,
- Propinsi Tapanuli harga mati, segera wujudkan, kini saatnya, jangan
ditunda, -
Aziz buka mata dan telinga, lihat dan dengarkan aspirasi rakyat Tapanuli, jangan tidur di kantor dewan,
- Umat muslim Tapanuli dukung Protap rakyat Protap,
- Libas DPRDSU bila tolak Protap rakyat Protap,
- Kami mahasiswa Nias minta Prop. Tapanuli disahkan sekarang,
- DPRDSU hambat aspirasi rakyat,
- DPRDSU segera paripurnakan Protap,
- Da lungun ilu do rakyat Protap,
- Peti mati untuk oknum anggota DPRDSU anti Protap dari masyarakat
batak pendukung Protap
Universitas Sumatera Utara
Sesampainya di halaman kantor DPRD Sumatera Utara, saksi Junhaidel Samosir menggembok pintu pagar gedung DPRD Sumatera Utara dengan rantai
dan gembok yang telah dipersiapkan sebelumnya, kemudian saksi Gelmok Samosir langsung melakukan orasi-orasi yang memprovokasi pengunjuk rasa
antara lain mengatakan: “kita telah dizolimi oleh Ketua DPRDSU Aziz Angkat, Aziz kita angkat dari sini”. Di gedung DPRD Sumatera Utara, terdakwa Ir. GM
Chandra Panggabean bersama-sama dengan saksi Friz Mangatas Datumira Simanjuntak, SH, saksi Drs. Burhanuddin Rajagukguk dan saksi Junhaidel
Samosir memimpin massa pengunjuk rasa lainnya mendobrak pintu masuk depan ruang sidang paripurna sehingga pintu rusak dan terbuka saksi Drs. Viktor
Siahaan dan saksi Drs. Junhael Siahaan memimpin massa pengunjuk rasa lainnya mendobrak pintu belakang ruang sidang paripurna. Setelah pintu depan dan
belakang ruang sidang paripurna terbuka, lalu terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean dan saksi Friz Mangatas Datumira Simanjuntak, SH, saksi Drs.
Burhanuddin Rajagukguk, saksi Gelmok Samosir, saksi Junhaidel Samosir, saksi Pustaha Nurdin Manurung, saksi Drs. Junhael Siahaan, saksi Anju Mangasi
Naibaho, saksi Parles Sianturi, SPd, saksi Ir. Hasudungan Butarbutar, Msi, saksi Drs. Viktor Siahaan serta massa pengunjuk rasa masuk ke dalam ruang sidang
paripurna dengan membawa peti mati sambil meneriakkan “Aziz, Aziz”, dimana pada saat itu sedang berlangsung sidang paripurna DPRD Sumatera Utara dengan
agenda penyampaian Rancangan Peraturan Daerah tentang pengelolaan keuangan daerah. Didalam ruang sidang paripurna, terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean
dan saksi Friz Mangatas Datumira Simanjuntak, SH, saksi Drs. Burhanuddin
Universitas Sumatera Utara
Rajagukguk, saksi Gelmok Samosir, saksi Junhaidel Samosir, saksi Pustaha Nurdin Manurung, saksi Drs. Junhael Siahaan, saksi Anju Mangasi Naibaho, saksi
Parles Sianturi, SPd, saksi Ir. Hasudungan Butarbutar, Msi, saksi Drs. Viktor Siahaan serta massa pengunjuk rasa lainnya menguasai ruang sidang dan
melakukan orasi-orasi mendesak dilaksanakannya sidang paripurna pembentukan Propinsi Tapanuli. Akibat masuknya terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean dan
saksi Friz Mangatas Datumira Simanjuntak, SH, saksi Drs. Burhanuddin Rajagukguk, saksi Gelmok Samosir, saksi Junhaidel Samosir, saksi Pustaha
Nurdin Manurung, saksi Drs. Junhael Siahaan, saksi Anju Mangasi Naibaho, saksi Parles Sianturi, SPd, saksi Ir. Hasudungan Butarbutar, Msi, saksi Drs. Viktor
Siahaan serta massa pengunjuk rasa lainnya mengakibatkan sidang paripurna DPRD Sumatera Utara tercerai-berai dan terhenti serta tidak dapat dilanjutkan
lagi. Melihat massa yang sangat banyak masuk ke dalam ruang sidang
paripurna, maka korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP meninggalkan ruang sidang paripurna dan masuk ke ruang VIP yang berada
di belakang ruang sidang paripurna, selanjutnya terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean bersama-sama dengan saksi Friz Mangatas Datumira Simanjuntak,
SH, saksi Drs. Burhanuddin Rajagukguk, saksi Ir. Hasudungan Butar-butar, Msi, saksi Parles Sianturi, SPd, saksi Drs. Junhael Siahaan dan saksi Drs. Viktor
Siahaan mendatangi korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP di ruang VIP. Di dalam ruang VIP, terdakwa Ir. GM Chandra
Panggabean dan saksi-saksi tersebut mendesak dan mengancam korban Ketua
Universitas Sumatera Utara
DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP untuk melaksanakan sidang paripurna pembentukan Propinsi Tapanuli. Terdakwa Ir. GM Chandra
Panggabean mengatakan ”Kau penipunya, dari dulu tidak pernah kau tepati”, dan ”Ketua segera tandatangani hari ini juga, dan Ketua juga sudah berjanji tanggal 4
Februari 2009 akan memparipurnakan Protap, segeralah teken. Ketua tolonglah tandatangani, lihatlah massa sudah banyak, mohonlah tandatangani, gunakanlah
hati nurani, kalau ketua tidak tanda tangan, nyawa ketua pun ikut terancam”. Kemudian saksi Friz Mangatas Datumira Simanjuntak, SH mengatakan: ”Itu
harus ditetapkan dan diparipurnakan sekarang juga. Kalau tidak hajab kau nanti”. Demikian juga saksi Drs. Junhael Siahaan mengatakan ”Aziz, teken ini Aziz kau
harus teken protap ini. Jangan main-main kau Saya bawa massa dari Taput 1.500 orang. Kalau tidak kau teken nyawamu taruhannya. 15 menit harus sudah
diputuskan, kalau tidak nyawa ketua tidak bisa dijamin keselamatannya”, selanjutnya saksi Ir. Hasudungan Butar-butar, Msi., mengatakan: ”Teken itu
ketua Apalagi, jangan dihalang-halangi lagi. Ketua harus teken hari ini juga apapun ceritanya”. Kemudian saksi Drs. Burhanuddin Rajagukguk mengatakan:
”Pak Ketua, ini rumah rakyat, itu semua rakyat diluar meminta Ketua gunakan hati nurani. Tekenlah agenda paripurna”. Terhadap perkataan terdakwa Ir. GM
Chandra Panggabean dan saksi-saksi tersebut, korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat MSP menolak keinginan terdakwa Ir. GM Chandra
Panggabean dan saksi-saksi tersebut lalu menjawab: ”Mana bisa teken-teken aja. Ini bukan gedung DPRDSU milik Abdul Aziz Angkat, sesuka hatiku meneken,
ikuti mekanisme ya, putuskanlah dalam rapat hari ini dan jangan kalian
Universitas Sumatera Utara
mengancam saya begini”. Kemudian saksi Drs. Burhanuddin Rajagukguk mengatakan: ”Teken aja Ketua, apa kamu tidak sayang dengan nyawamu, tengok
orang ini lagi ribut”, lalu saksi Drs. Viktor Siahaan mengatakan: ”Tekenlah itu Ketua, apalagi Ketua, kalau udah Ketua teken kami ulosi Ketua nanti. Hari ini
harus diteken, kalau tidak diteken tanggung sendiri resikonya”. Kemudian saksi Junhaidel Samosir secara tiba-tiba membuka pintu ruang VIP sambil mengatakan:
”udah, diteken? Apalagi, Aziz teken, mau mati kau, teken” sedangkan saksi Parles Sianturi, SPd berteriak-teriak: ”Satu komando satu tujuan” secara berulang-
ulang sehingga suasana semakin mencekam dan tidak terkendali, selanjutnya korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP
meninggalkan ruang VIP Gedung DPRD Sumatera Utara, sehingga terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean bersama-sama dengan saksi Friz Mangatas Datumira
Simanjuntak, SH, saksi Drs. Burhanuddin Rajagukguk, saksi Ir. Hasudungan Butar-butar, Msi, saksi Drs. Junhael Siahaan dan saksi Drs. Viktor Siahaan merasa
sangat kecewa karena keinginan untuk mengagendakan rapat paripurna pembentukan Propinsi Tapanuli tidak diakomodir oleh korban Ketua DPRD
Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP, lalu terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean bersama-sama dengan saksi Friz Mangatas Datumira Simanjuntak,
SH, saksi Drs. Burhanuddin Rajagukguk, saksi Ir. Hasudungan Butar-butar, Msi, saksi Drs. Junhael Siahaan dan saksi Drs. Viktor Siahaan secara bersama-sama
berteriak: ”Tangkap...Tangkap... Bunuh...Bunuh...” sambil menunjuk kepada korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP yang
ditujukan kepada massa pengunjuk rasa yang berada di luar ruang VIP.
Universitas Sumatera Utara
Mendengar teriakan tersebut kemudian saksi Junhaidel Samosir dan saksi Parles Sianturi, SPd serta massa pengunjuk rasa langsung mengejar korban Ketua DPRD
Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP yang berjalan menuju pagar samping Bank Mandiri. Dalam perjalanan ke pintu samping Bank Mandiri
tersebut, Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP dilempar, dipukul dan didorong-dorong sehingga terdesak dan terjepit di terali besi lantai
dua Gedung DPRD Sumatera Utara namun berhasil di bawa ke arah samping pintu Bank Mandiri, sesampainya korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs.
Abdul Aziz Angkat, MSP di pintu keluar samping Bank Mandiri, pintu pagar tidak bisa dibuka karena ternyata sebelumnya telah dirantai dan digembok oleh
saksi Junhaidel Samosir, sehingga korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP tidak dapat keluar melalui pintu pagar samping Bank
Mandiri, lalu korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP dipukul oleh saksi Junhaidel Samosir dan pengunjuk rasa lainnya yang mengenai
wajah dan dada serta ditarik-tarik sehingga terjadi tarik menarik tubuh korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP antara petugas
keamanan dengan pengunjuk rasa, namun petugas keamanan berhasil membawa korban DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP ke ruang fraksi
Golkar. Sesampainya di ruang fraksi Golkar, korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP sudah tidak sadarkan diri. Melihat korban Ketua
DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP dimasukkan ke dalam ruang fraksi Golkar, massa pengunjuk rasa merusak pintu dan jendela ruang fraksi
Golkar untuk dapat masuk ke dalam dan mematikan listrik kantor DPRD
Universitas Sumatera Utara
Sumatera Utara sehingga AC mati. Kemudian pengunjuk rasa memasukkan peti mati ke dalam ruang fraksi Golkar dan meletakkan di dekat korban Ketua DPRD
Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP yang tidak sadarkan diri. Di dalam ruang fraksi Golkar tersebut saksi Junhaidel Samosir mengatakan: ”Mati kau
Aziz, ini peti mati”. Oleh karena korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP tidak sadarkan diri, lalu korban Ketua DPRD Sumatera Utara
Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP akan di bawa ke luar ruang fraksi Golkar menuju rumah sakit. Namun pada saat akan dibawa ke luar ruang fraksi Golkar tersebut,
saksi Junhaidel Samosir menghalang-halangi dan memaksa dengan mengatakan ”Teken dulu ini, baru boleh dibawa”, namun korban Ketua DPRD Sumatera Utara
Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP dapat dibawa ke luar ruang fraksi Golkar untuk dibawa ke rumah sakit. Kemudian Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz
Angkat, MSP dibawa ke rumah sakit dengan menggunakan truk Dalmas Polisi dan saat truk berjalan menuju pintu keluar halaman DPRD Sumatera Utara
dihadang oleh massa pengunjuk rasa dengan meletakkan mobil angkot di pintu pagar serta melempari truk tersebut dengan batu maupun gelas-gelas aqua bekas.
Setelah mobil angkot dapat dipindahkan selanjutnya truk Dalmas berjalan menuju rumah sakit, dan saksi Junhaidel Samosir ikut naik ke truk Dalmas tersebut.
Sesampainya di Rumah Sakit Gleni, korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP sudah meninggal dunia. Mendapat kabar korban Ketua
DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP meninggal dunia lalu saksi Junhaidel Samosir pergi meninggalkan rumah sakit.
Universitas Sumatera Utara
Akibat perbuatan terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean bersama-sama dengan saksi Friz Mangatas Datumira Simanjuntak, SH, saksi Drs. Burhanuddin
Rajagukguk, saksi Ir. Hasudungan Butar-butar, Msi., saksi Parles Sianturi, SPd., saksi Drs. Junhael Siahaan, saksi Junhaidel Samosir dan saksi Drs. Viktor Siahaan
maka korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz Angkat, MSP meninggal dunia berdasarkan Visum Et Repertum Nomor.37IIVER2009 tanggal
3 Februari 2009 yang dikeluarkan oleh dr. H. Guntur Bumi Nasution, Sp.F dari Rumah Sakit Umum DR. Pirngadi kota Medan yang pada kesimpulannya
menyatakan dari hasil pemeriksaan luar dan dalam diambil kesimpulan bahwa penyebab kematian korban Ketua DPRD Sumatera Utara Drs. Abdul Aziz
Angkat, MSP adalah akibat ruda paksa tumpul pada dada, disertai penyakit jantung kronis, perdarahan pada batang otak, perdarahan pada ginjal, ruda paksa
tumpul pada jari manis dan lengan bawah bagian dalam kiri; Sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 146 KUHP jo. Pasal
55 ayat 1 ke-1 KUHP;
TUNTUTAN
1. Menyatakan terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean telah terbukti secara sah
dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana ”Turut serta melakukan pembunuhan yang direncanakan dan mencerai beraikan persidangan badan
Perwakilan Rakyat, sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 340 jo. Pasal 55 ayat ke-1 KUHP dan Pasal 146 jo. Pasal 55 ayat 1 ke-1
KUHP.
Universitas Sumatera Utara
2. Menyatakan terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean dijatuhi pidana dengan
pidana penjara selama 12 tahun dikurangi selama terdakwa berada dalam tahan.
3. Menyatakan barang bukti berupa:
1 1 satu potong celana panjang warna coklat merk star
2 1 satu potong kaus dalam warna putih yang sudah sobek
3 1 satu potong celana dalam merk Byford warna hitam yang sudah sobek
4 1 satu potong jas warna coklat kehitam-hitaman dengan kondisi telah
sobek dan tinggal setengah 5
1 satu potong kemeja lengan panjang dengan warna dasar putih dan bercorak kotak garis-garis panjang yang membentuk kotak-kotak kecil
6 1 satu lembar karton warna putih bertuliskan ”PROTAP PASTI JADI
ATAU MATI” 7
1 satu lembar karton warna putih bertuliskan ”KATAKAN YES, PADA PROTAP”
8 2 dua lembar karton warna putih bertuliskan ”MAHASISWA NISEL
KOMIT PROTAP” dan ”PEMUDA KATOLIK DUKUNG PROTAP” 9
1 satu lembar karton warna putih bertuliskan ”PROTAP HARGA MATI US XII
10 1 satu lembar karton warna merah jambu bertuliskan ”DPR RI AJA
SUDAH PARIPURNA, DPRDSU MANDUL, PEMBOHONG, PENAKUT”
Universitas Sumatera Utara
11 1 satu lembar karton warna kuning bertuliskan ”PROTAP HARGA
MATI” 12
1 satu lembar karton warna merah bertuliskan ”UNANG PARMEAM- MEAM HAMI LAE, SO MARIBAK... 1X 2X 3X KETUK PALU”
13 1 satu lembar karton warna merah bertuliskan ”DPRD SU TIDAK
NASIONALIS TERHADAP PROTAP RAKYAT PROTAP” dan 1 satu lembar karton warna putih bertuliskan ”BATAK BERSATU TIDAK BISA
DIKALAHKAN, HIDUP PROTAP RAKYAT PROTAP 14
1 satu lembar karton warna putih bertuliskan ”PROTAP BUKAN ISU SARA RAKYAT PROTAP”
15 1 satu lembar karton warna kuning bertuliskan ”PROPINSI TAPANULI
HARGA MATI SEGERA WUJUDKAN, KINI SAATNYA JANGAN TUNDA”.
16 1 satu lembar karton warna putih bertuliskan ”AZIZ BUKA MATA DAN
TELINGA, LIHAT DAN DENGARKAN ASPIRASI RAKYAT TAPANULI, JANGAN TIDUR DI KANTOR DEWAN”
17 1 satu lembar karton warna putih bertuliskan ”UMAT MUSLIM
TAPANULI DUKUNG PROTAP RAKYAT PROTAP” 18
1 satu lembar karton warna putih bertuliskan ”LIBAS DPRDSU BILA TOLAK PROTAP RAKYAT PROTAP”
19 1 satu lembar karton warna biru bertuliskan ”KAMI MAHASISWA NIAS
MINTA PROP. TAPANULI DISAHKAN SEKARANG”
Universitas Sumatera Utara
20 1 satu lembar karton warna kuning bertuliskan ”DPRDSU HAMBAT
ASPIRASI RAKYAT” 21
1 satu lembar karton warna kuning bertuliskan ”DPRDSU SEGERA PARIPURNAKAN PROTAP”
22 1 satu lembar sobekan karton warna putih bertuliskan ”DALUNGUN ILU
DO RAKYAT PROTAP” 23
1 satu lembar kertas HVS putih bertuliskan ”PETI MATI UNTUK OKNUM ANGGOTA DPRDSU ANTI PROTAP DARI MASYARAKAT
BATAK PENDUKUNG PROTAP” 24
1 satu lembar selebaran bertuliskan ”PENDAPAT AKHIR FRAKSI PPP TERHADAP PENYERTAAN MODAL PD PT BPD SU TTD H.AHMAD
HUSEIN HUTAGALUNG S.Ag” 25
1 satu lembar kertas bertuliskan ”PIMPINAN DPRDSU PROP SU NO: 5KP2009TTD ABDUL AZIZ ANGKAT”
26 1 satu lembar kertas warna putih bertuliskan ”PELAKSANAAN
KEGIATAN” 27
2 dua buah pecahan bingkai foto dan sobekan foto 28
17 tujuh belas papan nama bertuliskan ”WAKIL KETUA An. JAPORMAN SARAGIH” dan ”H. ALI JABAR NAPITUPULU” dan
1satu buah papan nama bertuliskan ”Partai Golongan Karya” 29
8 delapan buah papan nama meja sidang 30
1 satu buah tangan kursi 31
2 dua buah sandal jepit
Universitas Sumatera Utara
32 Potongan kunci
33 Sarung kotak tissue warna coklat cream
34 6 enam potong pecahan gelas dan 4 empat buah tutup gelas
35 Pecahan kaca meja
36 Potongan gorden warna biru muda
37 2 dua buah potongan selang AC dan 1 satu buah tutup AC
38 1 satu lembar kain warna kuning bertuliskan ”JANGAN CARI ALASAN
PROP TAPANULI HARUS TERWUJUD” 39
1 satu buah hands free hand phone 40
1 satu buah spanduk warna kuning bertuliskan “PROPINSI TAPANULI PARIPURNA ATAU MATI”
41 1 satu unit TOA
42 1 satu potong jaket warna kuning Almamater US XII
43 6 enam buah batu koral
44 1 satu potong sobekan terpal truk Dalmas
45 1 satu buah pecahan lampu sen truk Dalmas
46 1 satu buah pecahan rotator truk Dalmas
47 2 dua buah rantai dan gembok
48 1 satu lembar surat warna putih pemberitahuan aksi damai masyarakat
Tapanuli ke DPRDSU untuk mendesak sidang paripurna Protap pada tanggal 2 Februari 2009
49 1 satu buah peti mati berukuran panjang ± 200 cm dan lebar 65 cm
Dirampas untuk dimusnahkan
Universitas Sumatera Utara
50 1 satu unit angkutan kota No. Pol: BK 1260 BD
51 1 satu unit angkutan kota No. Pol: BK 1371 BF
52 1 satu unit mobil angkutan kota trayek 04 No. Pol: 1215 BH
53 1 satu unit becak motor bak warna merah dan sepeda motor jenis Honda
Win Duta berwarna hitam dengan No. Pol: BK 1324 CD 54
1 satu unit mobil angkot No. Pol: BK 1201 MY merek dinding Nitra 02 Tanjung-Morawa
Dikembalikan kepada yang berhak 55
Rekaman I unjuk rasa a.n. Eka Fitrianto 56
Rekaman II unjuk rasa a.n. Irfan Siregar\ 57
Foto-foto aksi unjuk rasa Protap Tetap terlampir dalam berkas perkara.
4. Menetapkan agar terdakwa dibebani membayar biaya perkara sebesar Rp. 5000,- lima ribu rupiah
Fakta Hukum:
Majelis Hakim, setelah menghubungkan keterangan para saksi dengan seluruh barang bukti dan Visum Et Repertum Nomor: 3711VER2009 tanggal 3
Februari 2009 yang ditanda tangani oleh Dr. Guntur Bumi Nasution Sp.F dari Rumah Sakit Umum DR. Pirngadi, terdapat beberapa fakta hukum, yaitu:
1. Bahwa terdakwa adalah Ketua Panitia Pembentukan Propinsi Tapanuli;
Universitas Sumatera Utara
2. Bahwa pada hari Selasa tanggal 3 Februari 2009 telah melakukan unjuk
rasa ke kantor DPRD Propinsi Sumatera Utara menuntut segera dibentuknya Propinsi Tapanuli;
3. Bahwa pada hari Selasa tanggal 3 Februari 2009, DPRD Sumatera Utara
telah mengagendakan 3 agenda rapat paripurna yakni: 1
Rapat paripurna istimewa Dewan dengan acara peresmian dan pengambilan sumpah anggota DPRD Sumatera Utara Pergantian
Antar Waktu PAW; 2
Rapat paripurna Dewan dengan acara penyampaian Rancangan Peraturan Daerah Ranperda tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah oleh Gubernur Sumatera Utara; 3
Rapat paripurna Dewan dengan acara Pengambilan Keputusan terhadap Rancangan Peraturan Daerah Ranperda tentang
Penyertaan Modal pada PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara;
4. Bahwa rapat pada agenda sidang pertama dimulai pukul 09.30 WIB dan
selesai sekitar pukul 10.00 WIB; 5.
Bahwa pada agenda rapat pertama tersebut yakni PAW dapat dilaksanakan dengan lancar;
6. Bahwa pada agenda rapat kedua setelah anggota rapat yang hadir telah
memenuhi quorum, kemudian pimpinan membuka sidang yang dinyatakan terbuka untuk umum;
Universitas Sumatera Utara
7. Bahwa tidak lama kemudian masssa masuk ke dalam ruangan sidang
paripurna dengan cara bergelombang dan pada gelombang kedua massa masuk dengan membawa peti mati;
8. Bahwa karena massa sudah menguasai ruangan dan ada yang
menyampaikan orasi dan dengan mengatakan: ”Seluruh anggota DPRDSU agar jangan ada yang keluar”, sehingga massa semakin semangat, histeris
dengan mengatakan Protap hari ini harus disidang paripurnakan dan peti mati yang diusung ke kanan dan ke kri kemudian diletakkan di atas meja
pimpinan DPRDSU dan orang yang naik ke atas peti mati mengatakan: ”Aziz kau tanda tangani itu Protap, ini petimu”;
9. Bahwa pada hari itu tidak ada agenda sidang paripurna pembentukan
Propinsi Tapanuli; 10.
Bahwa terdakwa masuk ke dalam ruang sidang paripurna bersama dengan massa setelah peti masuk, kemudian tidak berapa lama, terdakwa keluar
berlawanan arah dengan massa yang akan masuk ke ruang sidang paripurna, sebagaimana tampak foto terdakwa di dalam berkas perkara
terdakwa tersebut; 11.
Bahwa setelah massa yang di dalam ruang sidang beringas sehingga anggota Dewan yang perempuan merasa ketakutan dan bersembunyi di
bawah meja masing-masing sehingga rapat paripurna terhenti; 12.
Bahwa sesuai dengan risalah rapat paripurna dewan masa persidangan 1 tahun sidang 2009 dengan Acara Penyampaian Ranperda Propinsi
Sumatera Utara tentang Pengelolaan Keuangan Daerah oleh Gubernur
Universitas Sumatera Utara
Sumatera Utara terhenti pada saat pembacaan pengantar jalannya rapat pukul 10.35 WIB karena massa pendemo pendukung Protap menerobos
masuk dari pintu belakang dan pintu depan ruang rapat paripurna Dewan dengan berteriak-teriak mencari Ketua Dewan sebagaimana risalah rapat
paripurna dewan yang ditanda tangani oleh Wakil Ketua Japorman Saragih dan Sekretaris DPRDSU M. Ridwan Bustam;
13. Bahwa akhirnya pimpinan DPRDSU H. Abdul Aziz Angkat berdiri dan
berjalan masuk ke ruang VIP; 14.
Bahwa di ruang VIP telah terjadi dialog antara pimpinan fraksi dan atau juga yang mewakili ketua fraksi utusan partai-partai di DPRDSU yakni
dari fraksi Golkar, PKS, PPP, PAN, dan PDS dengan Panitia Protap yakni terdakwa, Datumira Simanjuntak, Japansen Sinaga, Junhael Siahaan dan
Tahan Manahan Panggabean; 15.
Bahwa di dalam ruang VIP telah terjadi penekanan-penekanan dari para wakil Protap diantaranya ”Teken Ketua, nyawa Ketua terancam, ada bawa
massa 1500 orang dari Tapanuli Utara”; 16.
Bahwa dengan adanya tekanan tersebut, Ketua DPRDSU lalu keluar dari ruang VIP dan diantaranya terdakwa, Datumira dan Junhael meneriakkan
kata-kata; ”Tangkap”, ”Bunuh”, ”Tangkap”, dan selanjutnya dikejar oleh massa Protap;
17. Bahwa setelah itu, Ketua Dewan dikejar dan turun ke bawah lalu ditarik-
tarik dan dipukuli oleh massa; 18.
Bahwa akhirnya Ketua Dewan meninggal dunia;
Universitas Sumatera Utara
Didalam mengambil keputusan terhadap GM. Chandra Panggabean, Majelis Hakim mempertimbangkan:
1 Hal-hal yang memberatkan: a. Perbuatan terdakwa mencederai proses demokrasi yang sedang dibangun
bersama; b. Perbuatan terdakwa dapat melukai dan mencederai perasaan masyarakat
Tapanuli yang secara murni menghendaki mempunyai cita-cita berdirinya Propinsi Tapanuli;
c. Terdakwa berusaha mengulur-ulur pemeriksaan atas dirinya dan hal tersebut adalah merupakan tindakan yang tidak kooperatif;
d. Akibat adanya demonstrasi, Ketua DPRD Sumatera Utara meninggal dunia. 2 Hal-hal yang meringankan:
a. Terdakwa bersikap sopan dan belum pernah dihukum; b. Terdakwa mempunyai tanggungan yang masih memerlukan tanggung jawab
dari terdakwa.
PUTUSAN MENGADILI:
1. Menyatakan Terdakwa Ir. GM Chandra Panggabean terbukti secara sah
dan meyakinkan bersalah telah melakukan perbuatan pidana ”Turut serta dimuka umum secara lisan menghasut supaya melakukan perbuatan pidana
Universitas Sumatera Utara
dan dengan kekerasan memaksa Dewan Perwakilan Rakyat Daerah supaya mengambil suatu keputusan”.
2. Mempidana terdakwa dengan pidana penjara selama 8 delapan tahun;
3. Menetapkan bahwa massa tahanan yang telah dijalani oleh terdakwa
dikurangkan selanjutnya terhadap pidana yang dijatuhkan; 4.
Menetapkan terdakwa tetap ditahan; 5.
Menetapkan barang bukti: 1
1 satu potong celana panjang warna coklat merk Star 2
1 satu potong kaus dalam warna putih yang sudah sobek 3
1 satu potong celana dalam merk Byford warna hitam yang sudah sobek 4
1 satu potong jas warna coklat kehitam-hitaman dengan kondisi telah sobek dan tinggal setengah
5 1 satu potong kemeja lengan panjang dengan warna dasar putih dan
bercorak kotak garis-garis panjang yang membentuk kotak-kotak kecil 6
1 satu lembar karton warna putih bertuliskan ”PROTAP PASTI JADI ATAU MATI”
7 1 satu lembar karton warna putih bertuliskan ”KATAKAN YES, PADA
PROTAP” 8
2 dua lembar karton warna putih bertuliskan ”MAHASISWA NISEL KOMIT PROTAP” dan ”PEMUDA KATOLIK DUKUNG PROTAP”
9 1 satu lembar karton warna putih bertuliskan ”PROTAP HARGA MATI
US XII
Universitas Sumatera Utara
10 1 satu lembar karton warna merah jambu bertuliskan ”DPR RI AJA
SUDAH PARIPURNA, DPRDSU MANDUL, PEMBOHONG, PENAKUT”
11 1 satu lembar karton warna kuning bertuliskan ”PROTAP HARGA
MATI” 12
1 satu lembar karton warna merah bertuliskan ”UNANG PARMEAM- MEAM HAMI LAE, SO MARIBAK... 1X 2X 3X KETUK PALU”
13 1 satu lembar karton warna merah bertuliskan ”DPRD SU TIDAK
NASIONALIS TERHADAP PROTAP RAKYAT PROTAP” dan 1 satu lembar karton warna putih bertuliskan ”BATAK BERSATU
TIDAK BISA DIKALAHKAN, HIDUP PROTAP RAKYAT PROTAP 14
1 satu lembar karton warna putih bertuliskan ”PROTAP BUKAN ISU SARA RAKYAT PROTAP”
15 1 satu lembar karton warna kuning bertuliskan ”PROPINSI TAPANULI
HARGA MATI SEGERA WUJUDKAN, KINI SAATNYA JANGAN TUNDA”.
16 1 satu lembar karton warna putih bertuliskan ”AZIZ BUKA MATA
DAN TELINGA, LIHAT DAN DENGARKAN ASPIRASI RAKYAT TAPANULI, JANGAN TIDUR DI KANTOR DEWAN”
17 1 satu lembar karton warna putih bertuliskan ”UMAT MUSLIM
TAPANULI DUKUNG PROTAP RAKYAT PROTAP” 18
1 satu lembar karton warna putih bertuliskan ”LIBAS DPRDSU BILA TOLAK PROTAP RAKYAT PROTAP”
Universitas Sumatera Utara
19 1 satu lembar karton warna biru bertuliskan ”KAMI MAHASISWA
NIAS MINTA PROP. TAPANULI DISAHKAN SEKARANG” 20
1 satu lembar karton warna kuning bertuliskan ”DPRDSU HAMBAT ASPIRASI RAKYAT”
21 1 satu lembar karton warna kuning bertuliskan ”DPRDSU SEGERA
PARIPURNAKAN PROTAP” 22
1 satu lembar sobekan karton warna putih bertuliskan ”DALUNGUN ILU DO RAKYAT PROTAP”
23 1 satu lembar kertas HVS putih bertuliskan ”PETI MATI UNTUK
OKNUM ANGGOTA DPRDSU ANTI PROTAP DARI MASYARAKAT BATAK PENDUKUNG PROTAP”
24 1 satu lembar selebaran bertuliskan ”PENDAPAT AKHIR FRAKSI PPP
TERHADAP PENYERTAAN MODAL PD PT BPD SU TTD H.AHMAD HUSEIN HUTAGALUNG S.Ag”
25 1 satu lembar kertas bertuliskan ”PIMPINAN DPRDSU PROP SU NO:
5KP2009TTD ABDUL AZIZ ANGKAT” 26
1 satu lembar kertas warna putih bertuliskan ”PELAKSANAAN KEGIATAN”
27 2 dua buah pecahan bingkai foto dan sobekan foto
28 17 tujuh belas papan nama bertuliskan ”WAKIL KETUA An.
JAPORMAN SARAGIH” dan ”H. ALI JABAR NAPITUPULU” dan 1satu buah papan nama bertuliskan ”Partai Golongan Karya”
29 8 delapan buah papan nama meja sidang
Universitas Sumatera Utara
30 1 satu buah tangan kursi
31 2 dua buah sandal jepit
32 Potongan kunci
33 Sarung kotak tissue warna coklat cream
34 6 enam potong pecahan gelas dan 4 empat buah tutup gelas
35 Pecahan kaca meja
36 Potongan gorden warna biru muda
37 2 dua buah potongan selang AC dan 1 satu buah tutup AC
38 1 satu lembar kain warna kuning bertuliskan ”JANGAN CARI
ALASAN PROP TAPANULI HARUS TERWUJUD” 39
1 satu buah hands free hand phone 40
1 satu buah spanduk warna kuning bertuliskan “PROPINSI TAPANULI PARIPURNA ATAU MATI”
41 1 satu unit TOA
42 1 satu potong jaket warna kuning Almamater US XII
43 6 enam buah batu koral
44 1 satu potong sobekan terpal truk Dalmas
45 1 satu buah pecahan lampu sen truk Dalmas
46 1 satu buah pecahan rotator truk Dalmas
47 2 dua buah rantai dan gembok
48 1 satu lembar surat warna putih pemberitahuan aksi damai masyarakat
Tapanuli ke DPRDSU untuk mendesak sidang paripurna Protap pada tanggal 2 Februari 2009
Universitas Sumatera Utara
49 1 satu buah peti mati berukuran panjang ± 200 cm dan lebar 65 cm
Dirampas untuk dimusnahkan 50
1 satu unit angkutan kota No. Pol: BK 1260 BD 51
1 satu unit angkutan kota No. Pol: BK 1371 BF 52
1 satu unit mobil angkutan kota trayek 04 No. Pol: 1215 BH 53
1 satu unit becak motor bak warna merah dan sepeda motor jenis Honda Win Duta berwarna hitam dengan No. Pol: BK 1324 CD
54 1 satu unit mobil angkot No. Pol: BK 1201 MY merek dinding Nitra 02
Tanjung-Morawa Dikembalikan kepada yang berhak
55 Rekaman I unjuk rasa a.n. Eka Fitrianto
56 Rekaman II unjuk rasa a.n. Irfan Siregar\
57 Foto-foto aksi unjuk rasa Protap
Tetap terlampir dalam berkas perkara.
6. Menetapkan bahwa Terdakwa dibebani untuk membayar biaya perkara
sebesar Rp. 5000,- lima ribu rupiah
2. Analisa Kasus