Objek Pajak Penghasilan Pasal 23

6. Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri tertentu yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak Dirjen Pajak, sebagai pemotong Pajak Penghasilan Pasal 23, yaitu : a. Akuntan, arsitek, dokter, notaris, Pejabat Pembuat Akte Tanah PPAT, kecuali Camat, pengacara, dan konsultan yang melakukan pekerjaan bebas. b. Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan pembukuan atas pembayaran berupa sewa. Penerima penghasilan yang dipotong Pajak Penghasilan Pasal 23 adalah Wajib Pajak dalam negeri yang meliputi Orang Pribadi atau badan dan Bentuk Usaha Tetap BUT yang menerima penghasilan dari usaha dibidang jasa konstruksi.

2. Objek Pajak Penghasilan Pasal 23

Pihak yang menjadi Objek Pajak Penghasilan adalah penghasilan. Penghasilan yang dimaksud dalam perpajakan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai sebagai konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun. Pengertian penghasilan tersebut mempunyai arti bahwa pajak dikenakan atas setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dari manapun yang dapat digunakan untuk menambah konsumsi atau menambah kekayaan Wajib Pajak tersebut. Objek Pajak Penghasilan Pasal 23 adalah jenis penghasilan yang dikenakan pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23, antara lain : 1. Deviden, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 1 huruf g, undang- undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008, yaitu bagian laba yang diperoleh pemegang saham atau pemegang polis asuransi atau pembagian sisa hasil usaha koperasi yang diperoleh anggota koperasi. Universitas Sumatera Utara 2. Bunga , sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 1 huruf f, undang - undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008 yaitu termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang. 3. Royalti, yaitu imbalan atas penggunaan hak atas harta tak berwujud, misalnya: hak pengarang, hak paten, merek dagang dan sebagainya , maupun penggunaan hak atas harta berwujud , misalnya: alat industri, komersial dan ilmu pengetahuan yang mempunyai nilai intelektual misalnya peralatan-peralatan yang digunakan di beberapa industri seperti pengeboran minyak dan sebagainya. 4. Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21 ayat 1 huruf e, yaitu penghasilan yang diterima ata diperoleh Wajib Pajak dalam negeri orang pribadi yang berasal dari penyelenggara kegiatan sehubungan dengan pelaksanaan suatu kegiatan. 5. Sewa dan penghasilan lain sehubungan penggunaan harta kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang telah dikenai Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 2, yaitu 6. Imbalan sehubungan dengan Jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Undang-Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008.

D. Tarif Dan Tata Cara Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 1. Tarif Pajak Penghasilan Pasal 23