Tabel 3. Kriteria diagnosis pneumonia nosokomial dari CDC
Harus memenuhi satu dari 4 kriteria :
1. Ronkhi atau
Dullness pada perkusi torak. Ditambah salah satu :
a. Onset baru sputum purulen atau perubahan karakteristiknya b. Isolasi kuman dari darah
c. Isolasi kuman dari bahan yang didapat aspirasi transtrakheal, biopsi atau sapuan bronkhus
2. Gambaran radialogik berupa infiltrat baru atau yang progresif, konsolidasi, kavitasi, atau efusi pleura. Dan salah satu dari a, b, atau c di atas.
d. Isolasi virus atau deteksi antigen virus dari sekret respirasi e. Titer antibodi tunggal yang diagnostik IgM, atau peningkatan 4 kali titer IgG
dari kuman f. Bukti histopatologik dari pneumonia
3. Pasien berumur 12 bulan dengan 2
dari gejala-gejala berikut: apnea, tachypnea, bradycardia, wheezing, rhonki atau batuk. Dan disertai salah satu
dari : g. Peningkatan produksi sekresi respirasi atau salah satu dari kriteria no 2 di
atas
4. Pasien berumur 12 bulan yang menunjukkan infiltrat baru atau progresif, kavitasi, konsolidasi atau efusi pleura pada foto torak. Ditambah salah satu dari
kriteria No.3 di atas
II.3. Pneumonia sebagai komplikasi dari Stroke Iskemik
Pnumonia merupakan komplikasi yang sering terjadi setelah stroke akut yang menyulitkan penyembuhan sampai 7-22 pasien stroke. Kurang lebih 10
menyebabkan kematian dan secara signifikan meningkatkan angka mortalitas juga memperpanjang masa perawatan Hassan,dkk,2005.
Insidens yang tinggi dari infeksi nosokomial merupakan masalah yang sering terjadi di ruang rawat intensif yang biasanya akibat dari tingkat keparahan
penyakit pasien, pengobatan dan alat-alat bantu yang digunakan.
Beberapa studi menemukan bahwa disfagia berhubungan dengan pasien yang tidak dapat makan secara normal atau yang menggunakan
NGT memiliki
resiko yang tinggi terhadap infeksi sehubungan dengan aspirasi dari bakteri dari saliva atau akibat refluks Langdon, 2009.
Berdasarkan Study on the Efficacy of Nosocomial Infection Control
SENIC dikatakan bahwa dengan adanya peningkatan jumlah staf yang ahli
tentang infeksi nosokomial dan dengan adanya sistem pelaporan tingkat kejadian infeksi di rumah sakit, efektif untuk mengontrol kejadian infeksi nosokomial
Dettenkofer, 2001.
II.4. Peranan Stroke Corner dalam Penatalaksanaan Stroke
Stroke Corner adalah suatu bentuk modifikasi perawatan unit stroke.
Letak stroke corner
ada dalam perawatan neurologi umum Rasyid A, Soertidewi L, 2007.
Lahirnya ide stroke corner
karena adanya keterbatasan biaya, sarana dan prasarana dari beberapa rumah sakit di Indonesia, terutama tipe B kebawah,
sedangkan perawatan stroke yang diberikan kepada pasien seharusnya sesuai dengan standar pelayanan yang berlaku saat ini. Persiapan pendirian
stroke corner
antara lain : 1. Sumber Daya Manusia :
- Neurolog - Perawat mahir stroke minimal 1 orang
- Ada konsultan penyakit dalam, jantung, terapis, dan nutrisi
2. Rekaman EKG 3. Bila mungkin monitor EKG
4. Suction 5. Regulator Oksigen + Oksigen
6. Tempat tidur 7. Leaflet edukasi Alat peraga edukasi keluarga
Tata laksana di stroke corner sama dengan di unit stroke, yaitu terbagi dalam : 1. Perawatan di Rumah Sakit pada keadaan hiperakut dan akut
- Aktifitas berupa tidur, duduk, beraktivitas dengan bantuan atau beraktivitas dengan normal.
- Perawatan oleh perawat mahir stroke yang mampu memberikan asesmen neurologi sederhana dan tanda vital, mengontrol level
oksigen, monitor jantung, perawatan kandung kemih, posisi bolak-balik dan perawatan kulit, latihan
ROM Range of Motion - Hidrasi Nutrisi berupa cairan intra vena, asesmen menelan, diet sesuai
kondisi pasien misalnya diet rendah garam, rendah purin, dst. - Medikamentosa sesuai
Guideline Stroke Perdossi dibagi dalam terapi
stroke, simptomatis , dan concomitant disease
- Konsultan spesialis sesuai dengan kebutuhan pasien - Terapis
- Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium atau radiologi.
2. Rencana Kepulangan - Komunikasi Edukasi Informasi pada pasien dan keluarga
- Pelayanan Sosial Seperti yang telah dikatakan diatas bahwa
stroke corner merupakan
modifikasi dari unit stroke. Unit Stroke adalah fasilitas rumah sakit yang menyediakan bentuk model perawatan spesialistik stroke dengan pendekatan
terapi komprehensif, meliputi terapi hiperakut onset kurang dari 6 jam, biasanya dengan terapi rt-PA, akut, rehabilitasi dan prevensi sekunder Soertidewi L,
2007. Unit Stroke merupakan perawatan
high care , bukan
intensive care .
Kelengkapan unit stroke sebagai high care
adalah adanya peralatan monitoring jantung, tekanan darah, oksigen dalam darah, tempat tidur 4 posisi,
bladder scan Soertidewi L, 2007.
Komponen Unit Stroke berupa : 1. Peralatan :
- Jumlah tempat tidur tergentung kemampuan rumah sakit 4-14 - Monitoring jantung
- Monitor tekanan darah - Monitoring saturasi oksigen
- Bladder scan
- Bila mungkin : Peralatan rahabilitasi di ruangan yang mudah terjangkau pasien.
2. Sumber Daya Manusia SDM - Neurolog yang merupakan pimpinan unit stroke
- Dokter umum, residen yang bertugas di unit stroke - Spesialis lain untuk konsultan
- Perawat terlatih stroke dan perawat penghubung - Rehabilitasi : Fisioterapi, Terapi bicara, Terapi okupasi
- Ahli Gizi - Farmasi
- Perencanaan program setelah keluar dari rumah sakit - Pekerja sosial biasanya untuk negara-negara maju
3. Protokol Stroke di Indonesia menurut Guideline Nasional Stroke - Terapi akut
- Monitoring komplikasi, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan neurologik. - Evaluasi kemajuan terapi menggunakan skor
NIHSS dan
Barthel Index - Terapi prevensi sekunder
II.5. KERANGKA KONSEPSIONAL