11
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Pajak Pertambahan Nilai Impor 2.1.1 Sejarah PPN impor
Sejarah pajak pertambahan nilai PPN impor tidak terlepas dari sejarah pengenaan pajak pertambahan nilai di Indonesia. Pajak pertambahan nilai value
added tax mulai diperkenalkan di indonesia pada saat reformasi perpajakan tahun 1983 menggantikan pajak penjualan PPn yang sudah berlaku di Indonesia sejak
tahun 1951. PPN mulai diterapkan di Indonesia pada tanggal 1 April 1985, yaitu pada saat berlakunya undang-undang nomor 8 tahun 1983 tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjaualan atas Barang Mewah. Impor barang kena pajak dan jasa kena pajak merupakan objek pajak pertambahan
nilai PPN pada undang-undang nomor 8 tahun 1983 dan perubahannya. Munculnya PPN impor merupakan bagian dari kemunculan PPN Itu sendiri di
Indonesia.
2.1.2 Defenisi dan Karakteristik PPN
Tidak ditemukan defenisi PPN dalam undang-undang nomor 42 tahun 2009 tentang peruabahan atas undang-undang nomor 8 tahun 1983 tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjaualan atas Barang Mewah. Akan tetapi, jika melihat karakteristiknya, kita dapat memberi definisi PPN
sebagai pajak atas konsumsi dalam negeri yang dikenakan secara bertingkat
12
disetiap jalur produksi dan distribusi. Pajak pertambahan nilai impor adalah PPN yang dikenakan atas setiap kegiatan memasukkan barang kena pajak, pemanfaatan
barang kena pajak tidak berwujud danatau pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pebean ke dalam daerah pabean. Adapun karakteristik pajak pertambahan
nilai menurut Sukardji 2010:1-14 adalah sebagai berikut: 1.
Pajak tidak Langsung Pajak yang menempatkan kedudukan pemikul beban pajak dan
penanggung jawab pembayaran pajak ke kas negara berada pada pihak yang berbeda. Pemikul beban pajak adalah pembeli atau pemakai jasa,
sedangkan penanggung jawabnya adalah penjual barang atau pengusaha jasa. Apabila penjual atau pengusaha jasa tidak memungut PPN dari
pembeli atau penerima jasa, maka PPN tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab penjual atau pengusaha jasa, bukan tanggung jawab
pembeli atau penerima jasa. Apabila pembeli atau penerima jasa sudah membayar PPN kepada penjual atau pengusaha jasa, pada dasarnya sudah
membayar PPN tersebut ke kasa negara. 2.
Pajak Objektif Timbulnya kewajiban pajak PPN sangat ditentukan oleh adanya objek
pajak, bukan subjek pemikul beban pajak. Nilai PPN terutang ditentukan oleh nilai objek pajak, bukan penghasilan subjek pemikul beban pajak.
3. Multi Satge Levy
PPN dikenakan pada setiap mata rantai jalur produksi dan distribusi barang kena pajak atau jasa kena pajak secara berjenjang terhadap setiap
13
penambahan nilai penyerahan barang kena pajak dan jasa kena pajak tersebut. Pengenaan atas setiap penambahan nilai penyerahan
mengakibatkan PPN tidak menimbulkan pengenaan pajak berganda. 4.
Indirect Subtraction Method Metode penghitungan PPN yang di setor ke kas negara dengan cara
mengurangkan pajak atas penyerahan barang atau jasa dengan pajak atas perolehan barang atau jasa tersebut. Jadi yang dikenakan pajak adalah nilai
tambah dari barang dan jasa, yaitu penjumlahan unsur-unsur biaya dan laba dalam rangka proses produksi atau distribusi. Undang-undang pajak
di Indonesia, menganut indirect subtation methode dalam menghitung nilai tambah tersebut, yaitu dengan cara mengurangkan PPN yang di pungut
oleh penjual atau pengusaha jasa atas penyerahan barang atau jasa dengan PPN yang dibayar kepada penjual atau pengusaha jasa lain atas perolehan
barang atau jasa tersebut. 5.
Non Kumulatif Pengenaan pajak yang bersifat berulang disetiap jalur produksi dan
distribusi namun mengenakan pada nilai tambah barang dan jasa mengakibatkan pajak PPN di Indonesia tidak menimbulkan pengenaan
pajak berganda. 6.
Tarif tunggal Single Rate Undang-undang PPN di Indonesia menganut tarif tunggal yaitu ditetapkan
sebesar 10 dari nilai penyerahan barang kena pajak atau jasa kena pajak.
14
Tarif pajak tersebut dapat dibuah diubah paling tinggi menjadi 15 atau paling rendah 5 yang perubahannya diatur dengan perturan pemerintah.
7. Pajak atas Konsumsi Dalam Negeri
PPN hanya dikenakan atas barang atau jasa yang dikonsumsi di dalam daerah pabean Republik Indonesia. Apabila barang atau jasa tersebut akan
dikonsumsi di luar daerah pabean, tidak dikenakan PPN di Indonesia. 8.
PPN Tipe Konsumsi consumption type Pajak masukan atas perolehan barang modal dapat dikreditkan dengan
pajak keluaran sehingga barang modal hanya dikenakan hanya satu kali. Yang dikenakan adalah nilai tambah barang atau jasa pada setiap jalur
produksi dan distribusi. Jadi pemikul beban pajak sebenarnya adalah pengguna barang atau jasa akhir. Hal ini terjadi karena pengenaan tarif
10 yang dihitung dari nilai penyerahan, akan sepenuhnya ditanggung oleh pengguna barang atau jasa akhir disebabkan pengguna akhir tidak
bisa mengkreditkan pajak tersebut kembali.
2.1.3 Dasar Hukum PPN Impor