B. KEDISIPLINAN 1. Defenisi Kedisiplinan
Menurut Fathoni 2006:126 kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan
seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku baik itu secara terpaksa maupun sukarela demi kepentingan perusahaan.
2. Pentingnya Kedisiplinan Menurut.Yayat 2001:78 kedisiplinan adalah fungsi operatif di dalam
suatu organisasi perusahaan yang sangat penting, karena semakin baik disiplin pegawai, semakin tinggi pula prestasi kerja yang dicapainya. Tanpa disiplin
pegawai yang baik, sulit bagi organisasi perusahaan mencapai hasil yang optimal. Kedisiplinan dapat diartikan bilamana pegawai selalu datang dan pulang
tepat pada waktunya, mengerjakan semua pekerjaan dengan baik, mematuhi semua peraturan perusahaan dan norma-norma social yang berlaku.
Kedisiplinan harus diberlakukan dalam suatu organisasi perusahaan, karena tanpa dukungan disiplin pegawai yang baik, maka perusahaan sulit untuk
mencapai tujuannya. Jadi, kedisiplinan adalah kunci keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuan.
3. Indikator-Indikator Kedisiplinan
Menurut Fathoni 2006:127 indikator-indikator yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan pegawai suatu organisasi perusahaan, diantaranya adalah :
1. Tujuan dan kemampuan 2. Teladan
pimpinan 3. Balas
jasa
Universitas Sumatera Utara
4. Keadilan 5. Waskat Pengawasan Melekat
Dengan waskat ini , pimpinan harus aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan prestasi kerja bawahannya. Hal ini berarti
bahwa pimpinan harus selalu adahadir di tempat pekerjaannya, agar pimpinan dapat mengawasi dan memberikan petunjuk, jika ada bawahannya yang
mengalami kesulitan dalam mengerjakan pekerjaannya. Jadi, waskat ini menuntut adanya kebersamaan aktif antara atasan dengan bawahan dalam
mencapai tujuan perusahaan, pegawai dan masyarakat. 6. Sanksi
hukuman 7. Ketegasan
8. Hubungan kemanusiaan
4. CaraTekhnik Pimpinan Dalam Meningkatkan Disiplin Kerja Pegawai
Untuk memotivasi bawahannya agar bekerja sesuai dengan harapan, pimpinan harus mempunyai kemampuan dalam memotivasi bawahannya yang
disebut dengan motivasi bawahan. Kedisiplinan merupakan kepedulian, ketaatan, kemauan, kesadaran seseorang untuk bekerja sesuai dengan peraturan yang telah
disepakati bersama. Dalam hal ini pimpinan harus mampu mengatasinya sehingga disiplin bawahan terjamin.
Usaha – usaha yang mungkin dilakukan pimpinan dalam memotivasi bawahan agar kedisiplinannya meningkat, dapat dilakukan seperti dibawah ini :
Universitas Sumatera Utara
a. Tekhnik Pengayaan Pekerjaan
Menurut Hezberg dalam Rensis 2006 : 225 bahwa pimpinan dapat merangsang kepuasan pekerjaan bawahan dengan cara merubah
karakteristik pekerjaan menjadi tugas – tugas yang lebih menarik dengan cara menyediakan tugas – tugas dalam pekerjaan yang lebih bervariasi,
lebih menuntut tanggung jawab dan memungkinkan memberikan umpan balik secara jelas dari prestasi yang telah diperoleh bawahan. Teknik ini
digunakan untuk mengatasi faktor penyebab lemahnya produktivitas kerja yang disebabkan kebosanan pegawai karena selalu mengerjakan tugas
tertentu secara rutin.
b. Spesialisasi Pekerjaan
Menciptakan produktivitas kerja juga dapat direalisir dengan cara menetapkan spesialis – spesialis pekerjaan, dengan ini speasialisasi akan
meningkatkan disiplin kerja.
c. Teknik Penambahan Pekerjaan
Penambahan pekerjaan merupakan teknik untuk meningkatkan disiplin kerja, dimana dengan menambah tugas yang sama juga menyediakan
kemungkinan diperluasnya tanggung jawab bagi bawahan tertentu terhadap tugas – tugas yang sama.
d. Rotasi Pekerjaan
Melalui proses pekerjaan memungkinkan pemberian kesempatan sejumlah pegawai untuk mengalami berbagai macam variasi tanggung jawab dan
menentukan kualifikasi pekerjaan.
Universitas Sumatera Utara
e. Keluwesan Waktu
Keluwesan waktu merupakan penjadwalan waktu personil yang mana masing – masing pegawai diberi kebebasan dan tanggung jawab untuk
menetapkan waktu kerja mereka.
5. Hambatan - Hambatan Yang Dihadapi Dalam Meningkatkan Disiplin Kerja
Menurut Yayat 2001:85 pada dasarnya pegawaikaryawan dapat digolongkan dalam kriteria sebagai berikut :
1. Pegawai yang berprestasi dan memiliki potensi. 2. Pegawai yang berpotensi tetapi mempunyai masalah.
3. Pegawai yang biasa-biasa saja dan sulit untuk mengembangkan diri. 4. Pegawai yang tidak berpotensi dan tidak memiliki motivasi kerja yang baik.
Untuk pegawai yang berkriteria 1 satu tidak terdapat permasalahan yang berarti untuk meningkatkan disiplin kerja karena pegawai yang bersangkutan
memiliki motivasi yang baik untuk berprestasi. Untuk pegawai yang berkriteria 2 dua memiliki potensi yang telah tergali dari dalam dirinya tetapi mempunyai
masalah yang cukup berartisebut saja masalah dalam disiplin. Untuk yang berkriteria 3 tiga tergolong yang biasa saja akan tetapi sulit mengembangkan
potensi dalam dirinya, biasanya pegawai ini cenderung pasif. Dan untuk pegawai dengan kriteria 4 empat terdapat kesulitan untuk meningkatkan disiplin karena
pegawai ini cenderung mengabaikan aturan yang telah ditetapkan perusahaan dan sanksi yang diberikan tidak efektif untuk merubah perilaku yang bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
C. ANALISIS DAN EVALUASI
Setelah melakukan tinjauan pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Medan, tentang Peranan Pimpinan Dalam Meningkatkan Disiplin Kerja
Sataf dan Karyawan, maka pada bab ini penulis mencoba mengadakan analisa dan evaluasi tentang hasil tinjauan berdasarkan data-data yang diperoleh dari Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Medan dibandingkan dengan teori-teori yang telah dipelajari.
1. KEPEMIMPINAN