masyarakat luas, wisata sejarah ini tampaknya potensial untuk dikembangkan lebih jauh. Semuanya itu bisa dikelola dan dikemas sebagai destinasi wisata
sejarah dan budaya Kota Medan.
I. 2. Perumusan Masalah
Penelitian yang dilakukan dengan mengambil judul “Wisata Sejarah” bertujuan untuk melihat sejauh mana peranan wisata sejarah dalam dunia
kepariwisataan Kota Medan. Hal yang dimaksud adalah keberadaan Tjong A Fie Mansion sebagai salah satu objek dari tujuan wisata sejarah yang berada di Kota
Medan. Perumusan masalah memerlukan adanya pembatasan masalah, agar
penelitian ini tidak menjadi rancu ataupun menjadi meluas kepada hal-hal yang tidak terkait dengan masalah yang sedang diteliti. Adanya pembatasan masalah,
diharapkan agar dalam penelitian ini akan menjadi lebih fokus yaitu Tjong A Fie Mansion. Pembahasan dilakukan dengan cara memasukkan suatu informasi
maupun data yang didapat di lapangan maupun studi kepustakaan yang memiliki keterkaitan dengan masalah ini.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah sebelumnya, permasalahan utama dari penelitian ini adalah peranan dan perkembangan Tjong A Fie Mansion
sebagai salah satu objek wisata sejarah yang memiliki potensi untuk perkembangan dunia kepariwisataan di Kota Medan.
Permasalahan tersebut dapat dijabarkan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian, antara lain :
Universitas Sumatera Utara
- Bagaimana awal perkembangan Tjong A Fie Mansion sehingga sampai
sebagai objek wisata Kota Medan. -
Bagaimana peranan pihak-pihak terkait : pemerintah, keluarga dan masyarakat dalam melestarikan bangunan bersejarah tersebut.
- Apa pandangan wisatawan yang telah berkunjung dalam menilai Tjong A
Fie Mansion sebagai objek wisata sejarah Kota Medan. -
Mengapa Tjong A Fie menjadi ikon wisata sejarah Kota Medan
I. 3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan harus memiliki tujuan yang hendak dicapai dan manfaat dari penelitian tersebut, adapun yang menjadi
tujuan dan manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
I.3.1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara keseluruhan perkembangan dan peranan Tjong A Fie Mansion sebagai salah satu bangunan
bersejarah yang berpotensi sebagai objek wisata sejarah yang ada di Kota Medan. Hal ini ditujukan untuk melihat bagaimana pelestarian Tjong A Fie
Mansion sebagai suatu objek wisata sejarah dan merupakan manifestasi kebudayaan yang ada di Kota Medan. Untuk mengetahui pendapat atau
pandangan wisatawan dalam menilai Tjong A Fie Mansion sebagai objek wisata sejarah di Kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
Adapun tujuan dari penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut: -
Untuk mengetahui peranan pihak-pihak terkait, yaitu: pemerintah, keluarga, dan masyarakat dalam melestarikan bangunan bersejarah sebagai
objek wisata sejarah, dalam hal ini Tjong A Fie Mansion -
Untuk menggambarkan perkembangan Tjong A Fie Mansion sebagai objek wisata Kota Medan saat sekarang ini
- Menjelaskan bahwa Tjong A Fie Mansion merupakan ikon wisata sejarah
Kota Medan -
Untuk mengetahui tanggapan dan pandangan wisatawan yang telah berkunjung dalam menilai Tjong A Fie Mansion sebagai objek wisata
sejarah Kota Medan
I.3.2. Manfaat Penelitian
Sebagai sebentuk penelitian, besar harapan penulis agar nantinya hasil dari penelitian dapat memberikan sumbangan nyata yang berarti bagi khalayak umum
dan masyarakat Kota Medan pada khususnya. Secara sederhana manfaat yang diharapkan dari penelitian dan hasil penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut
: agar masyarakat mengetahui peranan Tjong A Fie di Kota Medan serta untuk mendapatkan gambaran tentang alur pariwisata Tjong A Fie Mansion di Kota
Medan secara utuh, penelitian ini melihat Tjong A Fie Mansion sebagai suatu bangunan bersejarah yang memiliki nilai-nilai sejarah yang merupakan salah satu
identitas pengukir sejarah Kota Medan. Penelitian tentang Tjong A Fie Mansion ini juga bermanfaat sebagai suatu yang penting, menarik dan berguna untuk
melestarikan sejarah dan budaya yang ada di Kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
Menariknya penelitian ini untuk semakin memperkokoh jatidiri masyarakat Kota Medan melalui Tjong A Fie Mansion dengan tujuan utama
agar para generasi berikutnya mengenal sejarah dan budaya sebagai identitas. Adapun manfaat penelitian ini nantinya adalah :
- Pada bidang akademis, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi
penambah khasanah penelitian bidang antropologi pariwisata. -
Penelitian ini secara akademis diharapkan dapat memberikan sumbangan secara nyata mengenai bangunan bersejarah yang berpotensi sebagai
objek wisata sejarah di Kota Medan. -
Penelitian ini bermanfaat untuk menjadi suatu bahan evaluasi terhadap penelitian yang telah ada sebelumnya mengenai Tjong A Fie
Mansion.
I. 4. Lokasi Penelitian
Adapun lokasi penelitian adalah Tjong A Fie Mansion. Bangunan ini berada di jalan Ahmad Yani Kesawan No. 105 Kelurahan Kesawan Kecamatan
Medan Barat.
I. 5. Tinjauan Pustaka
Pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam
pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan
oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda
Universitas Sumatera Utara
yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk
membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat http:id.wikipedia.orgwikiKebudayaan.
Pada dasarnya kebudayaan memiliki unsur-unsur yang terjalin dan saling berhubungan satu dengan yang lainya. Adapun mengenai unsur-unsur kebudayaan
menurut Koenjtaraningrat, bahwa ada tujuh unsur kebudayaan yang dapat ditemukan pada semua bangsa di dunia yang kemudian disebut unsur-unsur
kebudayaan universal, yaitu: 1. Bahasa, 2. Sistem Pengetahuan, 3. Organisasi Sosial, 4. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi, 5. Sistem Mata Pencaharian, 6.
Sistem Religi, dan 7. Kesenian Koentjaraningrat, 1996: 80-8. Kebudayaan fisik meliputi semua benda atau objek fisik hasil karya
manusia, seperti rumah, gedung bersejarah, perkantoran, jalan, jembatan, jalan, mesin-mesin, dan sebagainya. Oleh karenanya, sifatnya pun paling konkrit, mudah
diraba dan diobservasi. Kebudayaan fisik merupakan hasil dari aktivitas sosial manusia Maran, 2007: 49.
Seperti yang diketahui, bahwa antropologi sangat erat hubungannya dengan kebudayaan. Dimana antropologi memiliki beberapa sub bidang ilmu di
dalamnya. Salah satu sub bidang ilmu dalam antropologi adalah antropologi pariwisata. Hubungan antropologi dan pariwisata adalah membahas dua hal utama
yaitu relevansi teori-teori antropologi dalam melihat berbagai masalah dalam pariwisata dan masalah kedudukan peneliti dalam proses representasi.
Pokok pembahasan mencakup masalah-masalah pembentukan tradisi, identitas
Universitas Sumatera Utara
dan hubungan antar suku bangsa, politik, pariwisata, stereotipe dan pengalaman, serta masalah penulisan dan otoritas etnografi.
Relevansi teori-teori antropologi dalam menjelaskan gejala pariwisata dan relevansi kajian pariwisata bagi perkembangan teori-teori antropologi akan
diperlihatkan melalui pembahasan yang mencakup permasalahan permasalahan yang muncul di kalangan wisatawan, dalam industri pariwisata, maupun di
masyarakat daerah tujuan wisata itu sendiri. Konsep-konsep dan teori-teori mengenai perjalanan the journey, the Other, identitas, rekacipta budaya, dan
asimilasi yang akan digunakan untuk mengkaji. Hubungan antropologi dan dunia pariwisata adalah untuk membahas
aspek-aspek budaya masyarakat sebagai asset dalam dunia pariwisata. Kajian teori dan konsep-konsep antropologi terutama dalam melestarikan aspek budaya
masyarakat dan sekaligus mengkaji aspek budaya masyarakat sebagai asset pariwisata dalam upaya guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat tanpa
merusak makna dan nilai dari aspek budayanya. Antropologi pariwisata memiliki fokus pada masalah pariwisata dari segi
sosial budaya. Adapun sosial budaya disini adalah sistem sosial, dan sistem budaya yang berkembang antara pariwisata. Pariwisata merupakan perjumpaan
antara berbagai sistem sosial dan sistem budaya yang saling mempengaruhi. Dimana sistem sosial dan sistem budaya setempat sebagai variabel yang
dipengaruhi MH. Graburn, 1975. Antropologi membandingkan cara hidup, budaya dari suatu kelompok
manusia dengan manusia lainnya dan yang menyangkut segala sesuatu tentang manusia. Penelitian dasar antropologi pada pariwisata adalah bertujuan
Universitas Sumatera Utara
untuk lebih memahami berbagai macam tindakan-tindakan wisatawan dalam konteks budaya yang berbeda . selain itu kajian antropologi pada pariwisata
adalah untuk menyingkap cara yang digunakan wisatawan untuk memberikeuntungan kepada daerah tujuan wisata dalam upaya mengembangkan
dunia wisata. Para antropolog juga ingin mengetahui pengaruh dari tindakan orang-orang yang ada di daerah tuan rumah terhadap wisatawan-wisatawan itu
sendiri. Pariwisata sendiri adalah segala kegiatan yang berhubungan dengan
wisatawan. Hal ini membukt ikan bahwa ini erat hubungannya dengan antropologi. Dimana kita dituntut untuk belajar mengetahui apa yang diinginkan orang-orang
sebagai calon wisatawan sebagai dasar atau awal usaha pemenuhan kebutuhan yang benar-benar mereka inginkan. Hal ini diciptakan untuk mendapatkan hasil
yang diinginkan, yaitu mendatangkan banyak pengunjung atau wisatawan karena mereka berhasil “dipuaskan” kebutuhannya Sukadijo, 1996: 2.
Ada berbagai pendapat dalam mendefinisikan kata pariwisata tersebut, namun hal yang paling penting adalah kita harus memandang pariwisata secara
menyeluruh berdasarkan scope cakupan atau komponen yang terlibat dan mempengaruhi pariwisata antara lain:
1. Wisatawan
Setiap wisatawan ingin mencari dan menemukan pengalaman fisik dan psikologis yang berbeda – beda antara satu wisatawan dengan wisatawan
lainnya. Hal inilah yang membedakan wisatawan dalam memilih tujuan dan jenis kegiatan di daerah yang dikunjungi.
2. Industri Penyedia Barang dan Jasa
Universitas Sumatera Utara
Orang – orang bisnis atau investor melihat pariwisata sebagai suatu kesempatan untuk mendatangkan keuntungan dengan cara menyediakan
barang dan jasa yang dibutuhkan wisatawan. 3.
Pemerintah Lokal. 4.
Masyarakat setempat, Masyarakat lokal biasanya melihat pariwisata dari faktor budaya dan
pekerjaan karena hal yang tidak kalah pentingnya bagi masyarakat lokal adalah bagaimana pengaruh interaksi wisatawan dengan masyarakat lokal
baik pengaruh yang menguntungkan maupun yang merugikan. Dari uraian di atas dapat kita lihat bahwa pariwisata merupakan gabungan
dari sejumlah fenomena yang muncul dari interaksi antara wisatawan, industri penyedia barang jasa, pemerintah lokal, dan masyarakat setempat dalam sebuah
proses untuk menarik perhatian dan melayani wisatawan http:madebayu.blogspot.comsearchlabeldefinisi pariwisata dan wisatawan.
Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek
wisata dan daya tarik wisata. Objek wisata dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata. Sementara wisatawan sendiri adalah orang-
orang yang melakukan perjalanan wisata Pendit, 2003: 14 Adapun jenis-jenis pariwisata itu sendiri adalah: Wisata Budaya, Wisata
Kesehatan, Wisata Olahraga, Komersial, Wisata Industri, Wisata Politik, Wisata konvensi, Wisata sosial, Wisata Pertanian, Wisata maritim bahari,
Wisata Cagar Alam, Wisata Buru, Wisata Pilgrim dan Wisata Sejarah. Dalam hal ini yang akan dibahas adalah wisata sejarah Marpaung, 2002: 19
Universitas Sumatera Utara
Informasi dan makna sejarah. Dua hal itu merupakan aspek penting yang dicari orang ketika mereka mengunjungi situs wisata sejarah. Hal ini dapat
dilakukan dengan mengunjungi prasasti, candi, istana, benteng, makam, mesjid, gereja, vihara, klenteng, pura, museum dan monument. Dimana dalam hal ini
bangunan dianggap sebagai suatu bangunan yang berpotensi untuk dijadikan suatu sumber yang kuat untuk mencari dan mengetahui suatu sejarah dan asal muasal
peristiwa maupun daerah terkait. Bangunan tujuan wisata sejarah ini juga merupakan tempat yang dijadikan pemerintah sebagai cagar budaya dan sejarah
karena mamiliki sejarah yang tinggi dalam peristiwa yang terkait Yoeti, 1985: 95.
Adapun contoh dari wisata sejarah ini adalah Vihara Phak Khak Liang. Tempat ini berada di Desa Kuto Panji, Kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka,
Sekitar 2 km dari Kota Belinyu atau 53 km dari Kota Sungailiat. Pha Kak Liang adalah sebuah kawasan wisata sejarah bergaya China, yang dibangun di daerah
bekas tambang timah, luasnya mencapai 2 ha. Wisatawan yang datang kesini seolah berada didaratan Hongkong atau Taiwan. Vihara ini dijadikan sebagai
suatu objek wisata sejarah karena bangunan ini merupakan pendukung sejarah dari
terbentuknya Kabupaten
Bangka Belitung
http:www.visitbangkabelitung.comjenis_objek_wisataWisata Sejarah. Kota Semarang, Jawa Tengah, terdapat salah satu pilihan untuk berwisata
sejarah, yaitu mengunjungi Kelenteng Sam Poo Kong. Kelenteng ini dibangun pertamakali pada tahun 1724 oleh masyarakat Tionghoa di Semarang,
sebagai bentuk penghormatan kepada Laksamana Zheng He atau yang lebih dikenal dengan nama Laksamana Cheng Ho, yang dianggap sebagai leluhur
Universitas Sumatera Utara
mereka. Pada perkembangannya, Kelenteng Sam Poo Kong mengalami perubahan bentuk setelah dibangun kembali pada tahun 2002 . Tak hanya sebagai tempat
peribadatan, lokasi ini menjadi tempat kunjungan wisata tak hanya dari dalam negeri tapi juga wisatawan mancanegara. Nama Sam Poo Kong diambil sebagai
kehormatan untuk Zheng He, yang berarti leluhur
http:www.detikpos.net200907yuk-mengenal-wisata-sejarah-di-semarang
. Penulis sendiri mengangkat penelitian yang berdasarkan pada pengertian
di atas, yakni wisata sejarah. Dimana tempat yang ingin penulis teliti adalah Tjong A Fie Mension adalah tempat yang bersejarah dan merupakan cagar budaya yang
memiliki peran penting dalam perkembangan Kota Medan. Sehingga Tjong A Fie Mension ini dapat diteliti sebagai suatu objek wisata sejarah yang ada di Kota
Medan. Antara pariwisata dengan kebudayaan memiliki hubungan yang dapat
dijelaskan berdasarkan dari cerita. Dimana hubungan antara pariwisata dan kebudayaan berawal dari rasa ingin tahu seseorang. Perasaan ini yang mendorong
orang untuk melakukan perjalanan berwisata. Lebih lanjut dilakukan penyimpulan bahwa makin banyak orang melakukan perjalanan, makin bertambah
pula pengetahuan serta pengalamannya. Kemudian berlanjut pada bertambahnya ‘kekayaan’ intelegensia dan jiwanya. Hal inilah yang dinamakan emansipasi
seseorang Pendit, 2003: 195. Emansipasi seseorang lazim pula disebut budaya pribadi personal culture
atu subjective culture. Makin tinggi nilai watak dan sifat seseorang, makin tinggi pula emansipasi yang dicapai olehnya. Dalam hal ini ia disebut
seseorang yang berkebudayaan, manusia budaya a cultured man yang dihasilkan
Universitas Sumatera Utara
oleh pengetahuan serta pengalamannya dalam melakukan perjalanan selama hidupnya.
Konferensi Pariwisata Internasional yang disponsori oleh Perserikatan Bnagsa Bangsa PBB Roma, 22 Agustus-5 September 1963 telah memberikan
tekanan akan pentingnya arti nilai sosial dan budaya kepariwisataan, dimana hubungan yang dihasilkan selalu merupakan faktor dan cara yang paling utama
untuk menyebarkan ide-ide dan pengertian tentang kebudayaan satu dan yang lainnya.
Dokumen UNESCO United nations educational, Scientific and Culture Organizatio Nomor E CONF. 478, mengandung gagasan-gagasan yang
menyatakan bahwa perhatian khusus harus diberikan dengan jalan serasi untuk mempelajari dan meneliti faktor-faktor kebudayaan dalam pariwisata. Pentingnya
faktor kebudayaan ditinjau dengan segala daya upaya untuk memajukan pariwisata internasional maupun untuk memperluas penyebaran ide-ide dan
pengertian tentang kebudayaan antar negara. Kebudayaan nampak dalam tingkah laku dan hasil karya manusia culture
in act and artifact. Manifestasi kebudayaan itulah yang diharapkan kepada wisatawan untuk dinikmati sebagai atraksi wisata. Dengan kata lain, di belakang
manifestasi kebudayaan terdapat nilai kebudayaan yang dapat dijual Soekadijo, 1996: 288-289.
Pariwisata yang berhubungan dengan penelitian etnografi, sebagai antropolog tidak boleh mengabaikan wisatawan selama penelitian lapangan
dan tidak juga boleh mengabaikan keseriusan pariwisata sebagai suatu akademisi penelitian yang berhubungan untuk mengambil peran aktif dalam perencanaan dan
Universitas Sumatera Utara
pengembangan pariwisata sebagai disiplin ilmu penelitian antropologi. Pemahaman melalui pendekatan secara interpretatif adalah aspek penting dalam
mempelajari pariwisata sebagai suatu karya etnografi.
I. 6. Metode Penelitian I. 6.1. Tipe dan Pendekatan Penelitian