2. Perumusan Masalah 4. Lokasi Penelitian 5. Tinjauan Pustaka

masyarakat luas, wisata sejarah ini tampaknya potensial untuk dikembangkan lebih jauh. Semuanya itu bisa dikelola dan dikemas sebagai destinasi wisata sejarah dan budaya Kota Medan.

I. 2. Perumusan Masalah

Penelitian yang dilakukan dengan mengambil judul “Wisata Sejarah” bertujuan untuk melihat sejauh mana peranan wisata sejarah dalam dunia kepariwisataan Kota Medan. Hal yang dimaksud adalah keberadaan Tjong A Fie Mansion sebagai salah satu objek dari tujuan wisata sejarah yang berada di Kota Medan. Perumusan masalah memerlukan adanya pembatasan masalah, agar penelitian ini tidak menjadi rancu ataupun menjadi meluas kepada hal-hal yang tidak terkait dengan masalah yang sedang diteliti. Adanya pembatasan masalah, diharapkan agar dalam penelitian ini akan menjadi lebih fokus yaitu Tjong A Fie Mansion. Pembahasan dilakukan dengan cara memasukkan suatu informasi maupun data yang didapat di lapangan maupun studi kepustakaan yang memiliki keterkaitan dengan masalah ini. Berdasarkan uraian latar belakang masalah sebelumnya, permasalahan utama dari penelitian ini adalah peranan dan perkembangan Tjong A Fie Mansion sebagai salah satu objek wisata sejarah yang memiliki potensi untuk perkembangan dunia kepariwisataan di Kota Medan. Permasalahan tersebut dapat dijabarkan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian, antara lain : Universitas Sumatera Utara - Bagaimana awal perkembangan Tjong A Fie Mansion sehingga sampai sebagai objek wisata Kota Medan. - Bagaimana peranan pihak-pihak terkait : pemerintah, keluarga dan masyarakat dalam melestarikan bangunan bersejarah tersebut. - Apa pandangan wisatawan yang telah berkunjung dalam menilai Tjong A Fie Mansion sebagai objek wisata sejarah Kota Medan. - Mengapa Tjong A Fie menjadi ikon wisata sejarah Kota Medan

I. 3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan harus memiliki tujuan yang hendak dicapai dan manfaat dari penelitian tersebut, adapun yang menjadi tujuan dan manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

I.3.1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara keseluruhan perkembangan dan peranan Tjong A Fie Mansion sebagai salah satu bangunan bersejarah yang berpotensi sebagai objek wisata sejarah yang ada di Kota Medan. Hal ini ditujukan untuk melihat bagaimana pelestarian Tjong A Fie Mansion sebagai suatu objek wisata sejarah dan merupakan manifestasi kebudayaan yang ada di Kota Medan. Untuk mengetahui pendapat atau pandangan wisatawan dalam menilai Tjong A Fie Mansion sebagai objek wisata sejarah di Kota Medan. Universitas Sumatera Utara Adapun tujuan dari penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut: - Untuk mengetahui peranan pihak-pihak terkait, yaitu: pemerintah, keluarga, dan masyarakat dalam melestarikan bangunan bersejarah sebagai objek wisata sejarah, dalam hal ini Tjong A Fie Mansion - Untuk menggambarkan perkembangan Tjong A Fie Mansion sebagai objek wisata Kota Medan saat sekarang ini - Menjelaskan bahwa Tjong A Fie Mansion merupakan ikon wisata sejarah Kota Medan - Untuk mengetahui tanggapan dan pandangan wisatawan yang telah berkunjung dalam menilai Tjong A Fie Mansion sebagai objek wisata sejarah Kota Medan

I.3.2. Manfaat Penelitian

Sebagai sebentuk penelitian, besar harapan penulis agar nantinya hasil dari penelitian dapat memberikan sumbangan nyata yang berarti bagi khalayak umum dan masyarakat Kota Medan pada khususnya. Secara sederhana manfaat yang diharapkan dari penelitian dan hasil penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut : agar masyarakat mengetahui peranan Tjong A Fie di Kota Medan serta untuk mendapatkan gambaran tentang alur pariwisata Tjong A Fie Mansion di Kota Medan secara utuh, penelitian ini melihat Tjong A Fie Mansion sebagai suatu bangunan bersejarah yang memiliki nilai-nilai sejarah yang merupakan salah satu identitas pengukir sejarah Kota Medan. Penelitian tentang Tjong A Fie Mansion ini juga bermanfaat sebagai suatu yang penting, menarik dan berguna untuk melestarikan sejarah dan budaya yang ada di Kota Medan. Universitas Sumatera Utara Menariknya penelitian ini untuk semakin memperkokoh jatidiri masyarakat Kota Medan melalui Tjong A Fie Mansion dengan tujuan utama agar para generasi berikutnya mengenal sejarah dan budaya sebagai identitas. Adapun manfaat penelitian ini nantinya adalah : - Pada bidang akademis, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi penambah khasanah penelitian bidang antropologi pariwisata. - Penelitian ini secara akademis diharapkan dapat memberikan sumbangan secara nyata mengenai bangunan bersejarah yang berpotensi sebagai objek wisata sejarah di Kota Medan. - Penelitian ini bermanfaat untuk menjadi suatu bahan evaluasi terhadap penelitian yang telah ada sebelumnya mengenai Tjong A Fie Mansion.

I. 4. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian adalah Tjong A Fie Mansion. Bangunan ini berada di jalan Ahmad Yani Kesawan No. 105 Kelurahan Kesawan Kecamatan Medan Barat.

I. 5. Tinjauan Pustaka

Pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda Universitas Sumatera Utara yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat http:id.wikipedia.orgwikiKebudayaan. Pada dasarnya kebudayaan memiliki unsur-unsur yang terjalin dan saling berhubungan satu dengan yang lainya. Adapun mengenai unsur-unsur kebudayaan menurut Koenjtaraningrat, bahwa ada tujuh unsur kebudayaan yang dapat ditemukan pada semua bangsa di dunia yang kemudian disebut unsur-unsur kebudayaan universal, yaitu: 1. Bahasa, 2. Sistem Pengetahuan, 3. Organisasi Sosial, 4. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi, 5. Sistem Mata Pencaharian, 6. Sistem Religi, dan 7. Kesenian Koentjaraningrat, 1996: 80-8. Kebudayaan fisik meliputi semua benda atau objek fisik hasil karya manusia, seperti rumah, gedung bersejarah, perkantoran, jalan, jembatan, jalan, mesin-mesin, dan sebagainya. Oleh karenanya, sifatnya pun paling konkrit, mudah diraba dan diobservasi. Kebudayaan fisik merupakan hasil dari aktivitas sosial manusia Maran, 2007: 49. Seperti yang diketahui, bahwa antropologi sangat erat hubungannya dengan kebudayaan. Dimana antropologi memiliki beberapa sub bidang ilmu di dalamnya. Salah satu sub bidang ilmu dalam antropologi adalah antropologi pariwisata. Hubungan antropologi dan pariwisata adalah membahas dua hal utama yaitu relevansi teori-teori antropologi dalam melihat berbagai masalah dalam pariwisata dan masalah kedudukan peneliti dalam proses representasi. Pokok pembahasan mencakup masalah-masalah pembentukan tradisi, identitas Universitas Sumatera Utara dan hubungan antar suku bangsa, politik, pariwisata, stereotipe dan pengalaman, serta masalah penulisan dan otoritas etnografi. Relevansi teori-teori antropologi dalam menjelaskan gejala pariwisata dan relevansi kajian pariwisata bagi perkembangan teori-teori antropologi akan diperlihatkan melalui pembahasan yang mencakup permasalahan permasalahan yang muncul di kalangan wisatawan, dalam industri pariwisata, maupun di masyarakat daerah tujuan wisata itu sendiri. Konsep-konsep dan teori-teori mengenai perjalanan the journey, the Other, identitas, rekacipta budaya, dan asimilasi yang akan digunakan untuk mengkaji. Hubungan antropologi dan dunia pariwisata adalah untuk membahas aspek-aspek budaya masyarakat sebagai asset dalam dunia pariwisata. Kajian teori dan konsep-konsep antropologi terutama dalam melestarikan aspek budaya masyarakat dan sekaligus mengkaji aspek budaya masyarakat sebagai asset pariwisata dalam upaya guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat tanpa merusak makna dan nilai dari aspek budayanya. Antropologi pariwisata memiliki fokus pada masalah pariwisata dari segi sosial budaya. Adapun sosial budaya disini adalah sistem sosial, dan sistem budaya yang berkembang antara pariwisata. Pariwisata merupakan perjumpaan antara berbagai sistem sosial dan sistem budaya yang saling mempengaruhi. Dimana sistem sosial dan sistem budaya setempat sebagai variabel yang dipengaruhi MH. Graburn, 1975. Antropologi membandingkan cara hidup, budaya dari suatu kelompok manusia dengan manusia lainnya dan yang menyangkut segala sesuatu tentang manusia. Penelitian dasar antropologi pada pariwisata adalah bertujuan Universitas Sumatera Utara untuk lebih memahami berbagai macam tindakan-tindakan wisatawan dalam konteks budaya yang berbeda . selain itu kajian antropologi pada pariwisata adalah untuk menyingkap cara yang digunakan wisatawan untuk memberikeuntungan kepada daerah tujuan wisata dalam upaya mengembangkan dunia wisata. Para antropolog juga ingin mengetahui pengaruh dari tindakan orang-orang yang ada di daerah tuan rumah terhadap wisatawan-wisatawan itu sendiri. Pariwisata sendiri adalah segala kegiatan yang berhubungan dengan wisatawan. Hal ini membukt ikan bahwa ini erat hubungannya dengan antropologi. Dimana kita dituntut untuk belajar mengetahui apa yang diinginkan orang-orang sebagai calon wisatawan sebagai dasar atau awal usaha pemenuhan kebutuhan yang benar-benar mereka inginkan. Hal ini diciptakan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan, yaitu mendatangkan banyak pengunjung atau wisatawan karena mereka berhasil “dipuaskan” kebutuhannya Sukadijo, 1996: 2. Ada berbagai pendapat dalam mendefinisikan kata pariwisata tersebut, namun hal yang paling penting adalah kita harus memandang pariwisata secara menyeluruh berdasarkan scope cakupan atau komponen yang terlibat dan mempengaruhi pariwisata antara lain: 1. Wisatawan Setiap wisatawan ingin mencari dan menemukan pengalaman fisik dan psikologis yang berbeda – beda antara satu wisatawan dengan wisatawan lainnya. Hal inilah yang membedakan wisatawan dalam memilih tujuan dan jenis kegiatan di daerah yang dikunjungi. 2. Industri Penyedia Barang dan Jasa Universitas Sumatera Utara Orang – orang bisnis atau investor melihat pariwisata sebagai suatu kesempatan untuk mendatangkan keuntungan dengan cara menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan wisatawan. 3. Pemerintah Lokal. 4. Masyarakat setempat, Masyarakat lokal biasanya melihat pariwisata dari faktor budaya dan pekerjaan karena hal yang tidak kalah pentingnya bagi masyarakat lokal adalah bagaimana pengaruh interaksi wisatawan dengan masyarakat lokal baik pengaruh yang menguntungkan maupun yang merugikan. Dari uraian di atas dapat kita lihat bahwa pariwisata merupakan gabungan dari sejumlah fenomena yang muncul dari interaksi antara wisatawan, industri penyedia barang jasa, pemerintah lokal, dan masyarakat setempat dalam sebuah proses untuk menarik perhatian dan melayani wisatawan http:madebayu.blogspot.comsearchlabeldefinisi pariwisata dan wisatawan. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek wisata dan daya tarik wisata. Objek wisata dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata. Sementara wisatawan sendiri adalah orang- orang yang melakukan perjalanan wisata Pendit, 2003: 14 Adapun jenis-jenis pariwisata itu sendiri adalah: Wisata Budaya, Wisata Kesehatan, Wisata Olahraga, Komersial, Wisata Industri, Wisata Politik, Wisata konvensi, Wisata sosial, Wisata Pertanian, Wisata maritim bahari, Wisata Cagar Alam, Wisata Buru, Wisata Pilgrim dan Wisata Sejarah. Dalam hal ini yang akan dibahas adalah wisata sejarah Marpaung, 2002: 19 Universitas Sumatera Utara Informasi dan makna sejarah. Dua hal itu merupakan aspek penting yang dicari orang ketika mereka mengunjungi situs wisata sejarah. Hal ini dapat dilakukan dengan mengunjungi prasasti, candi, istana, benteng, makam, mesjid, gereja, vihara, klenteng, pura, museum dan monument. Dimana dalam hal ini bangunan dianggap sebagai suatu bangunan yang berpotensi untuk dijadikan suatu sumber yang kuat untuk mencari dan mengetahui suatu sejarah dan asal muasal peristiwa maupun daerah terkait. Bangunan tujuan wisata sejarah ini juga merupakan tempat yang dijadikan pemerintah sebagai cagar budaya dan sejarah karena mamiliki sejarah yang tinggi dalam peristiwa yang terkait Yoeti, 1985: 95. Adapun contoh dari wisata sejarah ini adalah Vihara Phak Khak Liang. Tempat ini berada di Desa Kuto Panji, Kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka, Sekitar 2 km dari Kota Belinyu atau 53 km dari Kota Sungailiat. Pha Kak Liang adalah sebuah kawasan wisata sejarah bergaya China, yang dibangun di daerah bekas tambang timah, luasnya mencapai 2 ha. Wisatawan yang datang kesini seolah berada didaratan Hongkong atau Taiwan. Vihara ini dijadikan sebagai suatu objek wisata sejarah karena bangunan ini merupakan pendukung sejarah dari terbentuknya Kabupaten Bangka Belitung http:www.visitbangkabelitung.comjenis_objek_wisataWisata Sejarah. Kota Semarang, Jawa Tengah, terdapat salah satu pilihan untuk berwisata sejarah, yaitu mengunjungi Kelenteng Sam Poo Kong. Kelenteng ini dibangun pertamakali pada tahun 1724 oleh masyarakat Tionghoa di Semarang, sebagai bentuk penghormatan kepada Laksamana Zheng He atau yang lebih dikenal dengan nama Laksamana Cheng Ho, yang dianggap sebagai leluhur Universitas Sumatera Utara mereka. Pada perkembangannya, Kelenteng Sam Poo Kong mengalami perubahan bentuk setelah dibangun kembali pada tahun 2002 . Tak hanya sebagai tempat peribadatan, lokasi ini menjadi tempat kunjungan wisata tak hanya dari dalam negeri tapi juga wisatawan mancanegara. Nama Sam Poo Kong diambil sebagai kehormatan untuk Zheng He, yang berarti leluhur http:www.detikpos.net200907yuk-mengenal-wisata-sejarah-di-semarang . Penulis sendiri mengangkat penelitian yang berdasarkan pada pengertian di atas, yakni wisata sejarah. Dimana tempat yang ingin penulis teliti adalah Tjong A Fie Mension adalah tempat yang bersejarah dan merupakan cagar budaya yang memiliki peran penting dalam perkembangan Kota Medan. Sehingga Tjong A Fie Mension ini dapat diteliti sebagai suatu objek wisata sejarah yang ada di Kota Medan. Antara pariwisata dengan kebudayaan memiliki hubungan yang dapat dijelaskan berdasarkan dari cerita. Dimana hubungan antara pariwisata dan kebudayaan berawal dari rasa ingin tahu seseorang. Perasaan ini yang mendorong orang untuk melakukan perjalanan berwisata. Lebih lanjut dilakukan penyimpulan bahwa makin banyak orang melakukan perjalanan, makin bertambah pula pengetahuan serta pengalamannya. Kemudian berlanjut pada bertambahnya ‘kekayaan’ intelegensia dan jiwanya. Hal inilah yang dinamakan emansipasi seseorang Pendit, 2003: 195. Emansipasi seseorang lazim pula disebut budaya pribadi personal culture atu subjective culture. Makin tinggi nilai watak dan sifat seseorang, makin tinggi pula emansipasi yang dicapai olehnya. Dalam hal ini ia disebut seseorang yang berkebudayaan, manusia budaya a cultured man yang dihasilkan Universitas Sumatera Utara oleh pengetahuan serta pengalamannya dalam melakukan perjalanan selama hidupnya. Konferensi Pariwisata Internasional yang disponsori oleh Perserikatan Bnagsa Bangsa PBB Roma, 22 Agustus-5 September 1963 telah memberikan tekanan akan pentingnya arti nilai sosial dan budaya kepariwisataan, dimana hubungan yang dihasilkan selalu merupakan faktor dan cara yang paling utama untuk menyebarkan ide-ide dan pengertian tentang kebudayaan satu dan yang lainnya. Dokumen UNESCO United nations educational, Scientific and Culture Organizatio Nomor E CONF. 478, mengandung gagasan-gagasan yang menyatakan bahwa perhatian khusus harus diberikan dengan jalan serasi untuk mempelajari dan meneliti faktor-faktor kebudayaan dalam pariwisata. Pentingnya faktor kebudayaan ditinjau dengan segala daya upaya untuk memajukan pariwisata internasional maupun untuk memperluas penyebaran ide-ide dan pengertian tentang kebudayaan antar negara. Kebudayaan nampak dalam tingkah laku dan hasil karya manusia culture in act and artifact. Manifestasi kebudayaan itulah yang diharapkan kepada wisatawan untuk dinikmati sebagai atraksi wisata. Dengan kata lain, di belakang manifestasi kebudayaan terdapat nilai kebudayaan yang dapat dijual Soekadijo, 1996: 288-289. Pariwisata yang berhubungan dengan penelitian etnografi, sebagai antropolog tidak boleh mengabaikan wisatawan selama penelitian lapangan dan tidak juga boleh mengabaikan keseriusan pariwisata sebagai suatu akademisi penelitian yang berhubungan untuk mengambil peran aktif dalam perencanaan dan Universitas Sumatera Utara pengembangan pariwisata sebagai disiplin ilmu penelitian antropologi. Pemahaman melalui pendekatan secara interpretatif adalah aspek penting dalam mempelajari pariwisata sebagai suatu karya etnografi. I. 6. Metode Penelitian I. 6.1. Tipe dan Pendekatan Penelitian