8
Gambar 2.2. Patofisiologi dari dismenore primer
8
2.3. Diagnosis Dismenore Primer
Anamnesis yang diperlukan mencakup usia saat terjadinya menarche, keteraturan menstruasi, lamanya periode menstruasi, perkiraan perdarahan
yang terjadi, perdarahan di antara siklus menstruasi dan beratnya nyeri. Disamping itu juga hubungannya dengan aktivitas fisik dan sosial, serta
riwayat seksualitas sebelumnya.
7
Nyeri yang terjadi harus dijelaskan mengenai tipe, lokasi, penjalaran, dan hubungannya dengan gejala lain.
8
Dismenore primer umumnya terjadi dalam 6 sampai 12 bulan setelah menarche. Nyeri kram di perut bawah dan menjalar ke arah paha dan daerah
pinggang merupakan gejala yang tersering. Sakit kepala, mual, konstipasi atau diare, dan muntah kadang dapat terjadi. Karakteristik nyeri dijumpai
pada hari pertama dari menstruasi, bersamaan dengan keluarnya darah menstruasi. Gejala puncak dalam 24 jam dan menghilang setelah 2
hari.
3,5,7,11
Perbedaan gambaran klinis dismenore primer dan sekunder seperti terlihat pada Tabel 2.1 berikut:
Universitas Sumatera Utara
9
Tabel 2.1. Perbedaan gambaran klinis dismenore primer dan sekunder
3
Dismenore primer
Dismenore sekunder
Onset singkat setelah menarche Onset dapat terjadi kapan saja setelah
menarche khasnya setelah 25 tahun Nyeri kram di perut bawah atau pelvis
Waktu dari nyeri berubah-ubah sepanjang dengan awal keluarnya darah selama 8-72 jam siklus menstruasi
Pola nyeri sama setiap siklus Memburuk setiap waktu, dapat unilateral,
dapat memburuk pada waktu berkemih Nyeri pada paha dan pinggang, sakit kepala,
Dijumpai gejala ginekologi: dispareunia diare, mual dan muntah dapat dijumpai
dan menorragia Tidak dijumpai kelainan patologis pelvis
Dijumpai abnormalitas pelvis patologis
Pemeriksaan laboratorium dan radiologis tidak dibutuhkan dalam mendiagnosis dismenore primer. Pemeriksaan yang mendetail hanya
dilakukan bila dari gejala klinis disangkakan suatu dismenore sekunder.
8
2.4. Pengobatan Dismenore Primer
Tujuan pengobatan dismenore primer adalah mengurangi nyeri atau gejala yang timbul oleh karena peningkatan produksi prostaglandin,
3
sehingga pemberian obat yang menghambat sintesis prostaglandin dan mempunyai
efek analgesik merupakan pilihan.
7
Pengobatan dengan menggunakan analgesik, OAINS dan penghambat spesifik COX-2 bekerja dengan mengurangi aktivitas cyclo-
oxygenase sehingga menghambat produksi prostaglandin, sedangkan kontrasepsi oral bekerja dengan menghambat terjadinya ovulasi.
3,7,14
Penghambat spesifik COX-2 yang sudah dilaporkan adalah rofecoxib
25
dan
Universitas Sumatera Utara
10
valdecoxib.
26
Pada pemberian kontrasepsi oral dosis rendah menunjukkan perbaikan dismenore dihubungkan dengan rasa nyeri yang terjadi.
27,28
Pengobatan lain yang umum dipakai adalah latihan fisik, pemanasan daerah pelvis, intervensi tingkah laku, suplemen diet atau obat
tradisional.
3,8,11,29
Latihan fisik dapat meningkatkan aliran darah ke daerah pelvis sehingga menstimulasi pelepasan
β endorfin yang bekerja sebagai analgesik nonspesifik. Penempelan panas dengan suhu 39°C selama 12 jam
terbukti sama efektifnya dengan penggunaan ibuprofen.
3,8,14
Studi acak tersamar ganda manfaat obat tradisional cina Si Wu Tang di Taiwan mendapatkan hasil tidak berbeda bermakna dibanding plasebo
dalam mengurangi dismenore yang terjadi.
30
Pengobatan dismenore secara akupunktur terbukti efektif pada penderita yang sudah tidak respons terhadap
OAINS dan kontrasepsi oral.
31-32
Algoritma pengobatan pada dismenore primer ditunjukkan pada Gambar 2.3 di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
11
Gambar 2.3. Algoritma pengobatan dismenore primer
12
2.5. Peranan Vitamin E dalam Pengobatan Dismenore Primer