Pendahuluan Mengembangkan keterampilan generik pada mata kuliah IPBA

Mengembangkan Keterampilan Generik pada matakuliah IPBA Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa Iwan Permana Suwarna, M.Pd Dosen Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Email: iwan.permana.suwarnagmail.com Abstrak Sebagian besar matakuliah di perguruan tinggi mengarahkan tujuan perkuliahannya pada kemampuan kognitif saja. Untuk aspek kemampuan lainnya seperti: psikomotorik, dan afektif terkadang dilupakan. Ternyata berdampak banyak seperti keringnya suasana perkuliahan, dan rendahnya kecakapan hidup mahasiswa untuk hidup dilingkungan masyarakat. Salah satu usaha untuk menumbuh kembangkan berbagai aspek kemampuan kognitif, apektif, dan psikomotorik adalah melalui keterampilan generik generic skill. Dengan keterampilan generik diharapkan dapat tercipta suasana yang kondusif dalam merangsang tumbuh kembangnya berbagai kemampuan terutama bagi para calon guru, yang akan mengembangkannya kembali di lingkungan sekolah dikemudian hari setelah lulus. Keterampilan generik yang dapat tumbuhkembangkan dalam matakuliah IPBA menurut Brotosiswoyo 2000 diantaranya, adalah: pengamatan langsung, observasi tidak langsung, kesadaran tentang skala besaran, bahasa simbolik, kerangka konsisten logis, inferensi logika, kausalitas, pemodelan matematika, dan konsep pembangunan. Indikator keterampilan generik tersebut dapat mengacu pada pendapat. Kata kunci : keterampilan generik generic skill

A. Pendahuluan

Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa IPBA adalah salah satu cabang ilmu fisika yang mempelajari fenomena kebumian dan benda˗ benda langit. IPBA merupakan matakuliah wajib pada jurusanprogram studi pendidikan fisika dan Pendidikan Guru Mandrasah IbtidaiyahSekolah Dasar PGMISD. Melalui IPBA diharapkan para mahasiswa dapat memahami fenomena˗fenomena alam kebumian dan benda˗benda langit dengan baik. Kemampuan pemahaman yang baik hanya dapat dilakukan jika kemampuan kognitif, apektif, dan psikomotorik terintegrasi dengan baik Kurikulum Prodi Pendidikan Fisika UIN Jakarta, 2011. Fakta yang terjadi di lingkungan kampus, tujuan mata kuliah pada umumnya, lebih banyak mengarah dan diarahkan pada kemampuan kognitif saja. Untuk aspek kemampuan lainnya seperti: psikomotorik, dan afektif jarang sekali disentuh. Demikian juga penelitian di bidang pendidikan fisika di tingkat menengah dan tinggi dalam beberapa tahun terakhir lebih berfokus pada konsep belajar atau pemahaman dari pada keterampilan dan pengembangan nilai-nilai. Aspek psikomotorik akan sedikit tersentuh jika dalam perkuliahan sedikit diselingi dengan kegiatan praktikum, itu pun kalau dilaksanakan. Jika tidak, maka aspek inipun akan terabaikan. Demikian juga kemampuan apektif, padahal kemampuan afektif sangat diperlukan ketika mahasiswa harus hidup dalam lingkungan masyarakat. Salah satu faktor yang penyebabkan proses pembinaan mahasiswa dalam perkuliahan kurang bermutu dan kering adalah proses perkuliahan yang dilakukan oleh para dosen kurang memberikan makna. Perkuliahan akan memiliki makna kalau ada misikarakter yang sajikan atau ingin disampaikan oleh para dosen. Dosen tidak sekedar menyampaikan materi perkuliahan secara teoretik saja tapi ada nilai kebermaknaan. Salah satu cara untuk mendapatkan kebermaknaan dalam perkuliahan adalah dengan mengajarkan keterampilan generik dalam perkuliahan. Keringnya nuansa perkuliahan di kampus dapat dijadikan sebagai indikasi dari ketidakmampuan dosen dalam mengembangkan berbagai aspek kemampuan. Salah satu contoh rendahnya kemampuan mahasiswa dalam aspek psikomotorik adalah tidak bisa memperkirakan ukuran skala panjang. Contohnya adalah memperkirakan panjang sedotan plastik, mahasiswa tidak bisa memperkirakan panjangnya. Atau memperkirakan besarnya kecepatan angin yang menghembus wajah. Selain itu kemampuan mahasiswa dalam melakukan pengamatan langsung juga rendah. Mahasiswa terbiasa mengisi data percobaan sebelum percobaan itu sendiri dilakukan, atau melihat atau mencari informasi hasil pekerjaan yang sudah dilakukan mahasiswa lainnya. Hal ini menunjukkan rendahnya sikap kejujuran yang dimiliki mahasiswa terhadap hasil pengamatan. Bayangkan apa yang akan dilakukan oleh mahasiswa yang tidak menghargai nilai kejujuran seperti ini, kalau hidup di tengah˗tengah masyarakat jika kelak telah lulus nanti?

B. Isi