Pronomina Bahasa Pesisir Batahan Di Kabupaten Mandailing Natal (Tinjauan Sosiolinguistik)
PRONOMINA BAHASA PESISIR BATAHAN
DI KABUPATEN MANDAILING NATAL
(TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK)
SKRIPSI
Oleh
DEWI PURNAWITA SARAGIH
060701019
DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya perbuat ini tidak benar maka saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.
Medan, Juni 2010 Penulis,
(3)
PRONOMINA BAHASA PESISIR BATAHAN
DI KABUPATEN MANDAILING NATAL
(TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK)
Oleh
DEWI PURNAWITA SARAGIH
060701019
Skripsi ini diajukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar sarjana dan telah disetujui oleh
Pembimbing I,
Dra. Salliyanti, M.Hum NIP 130284308
Pembimbing II,
Dra. Sugihana, M.Hum NIP 19600307 198612001
Departemen Sastra Indoensia Ketua,
Dra. Nurhayati Harahap, M.Hum NIP 19620419 198703 2 001
(4)
PRAKATA
Penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT karena berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Syaifuddin, M.A.,Ph.D. sebagai Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dra. Nurhayati Harahap, M.Hum. sebagai Ketua Departemen Sastra Indonesia Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Mascahaya Daulay, M.Hum. sebagai Sekretaris Departemen Sastra Indonesia Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dra. Salliyanti, M.Hum. sebagai dosen pembimbing I yang telah banyak memberikan masukan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Dra. Sugihana Sembiring, M.Hum. sebagai dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan masukan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh staf pengajar di Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing penulis selama kuliah.
7. Teristimewa untuk orangtua penulis Ayahanda Darwis Saragih dan Ibunda Samsuwar yang senantiasa memberi dukungan baik material maupun spiritual. Dengan kesungguhan penulis persembahkan semua ini sebagai tanda sayang dan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan, baik berupa bantuan moral seperti doa, dukungan, nasihat, dan petunjuk praktis, maupun bantuan material, dukungan yang telah diberikan selama ini. Kakanda Dedi Suwardi, Benni Saputra, Ibrahim serta Adinda Gito Rolis yang selalu setia memberikan dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
8. Teman-teman penulis stambuk 2006 di Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara, khususnya Saripah, Desy, Rina, Mey, Yessa, Rahmi,
(5)
Intan, Fera, Bambang dan yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu,terima kasih atas doa dan dukungannya selama ini kepada penulis.
9. Buat Muhammad Hambali yang selalu memberi semangat, dan yang selalu ada saat penulis butuh bantuan.
10. Buat teman kosku di lorong IX Kak Devi, Kak Evi, Kak Kas, Windi, Aya, Dian, Inun, dan yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas doa dan dukungannya selama ini kepada penulis 11. Buat Kak Dedek yang selalu memberi semangat, terima kasih atas doa
dan dukungannya selama ini kepada penulis.
12. Buat Responden yang telah membantu penulis, terima kasih telah meluangkan waktunya untuk menjawab kuesioner yang diberikan oleh penulis.
Penulis memohon kepada Allah SWT kiranya semua bantuan dan dorongan tersebut dibalas oleh-Nya. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini walaupun telah berusaha menyajikan yang terbaik. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Medan, Juni 2010 Penulis
(6)
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
PRAKATA ... iii
DAFTAR ISI ... vi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ……….. 1
1.2 Rumusan Masalah ………... 4
1.3 Batasan Masalah ……….. 4
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ……… 5
1.4.1Tujuan Penelitian ……….. 5
1.4.2 Manfaat Penelitian ………...…… 5
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA.. 6
2.1 Konsep ………. 6
2.1.1 Jenis-Jenis Pronomina ……….. 6
2.1.2 Fungsi Pronomina ……… 11
2.2 Landasan Teori ……… 12
2.3 Tinjauan Pustaka ……….. 13
BAB III METODE PENELITIAN ... 15
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 15
3.1.1 Lokasi Penelitian ... 15
3.1.2 Waktu Penelitian ... 15
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 15
3.2.1 Populasi ... 15
3.2.2 Sampel ... 16
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 17
3.4 Metode dan Teknik Analisis Data ... 17 BAB IV PRONOMINA PERSONA BAHASA PESISIR BATAHAN
(7)
4.1 Pengertian Pronomina ………...………… 20
4.2 Jenis-Jenis Pronomina Bahasa Pesisir Batahan ………... 20
4.2.1 Pronomina Persona ……… 20
4.2.1.1 Pronomina persona pertama ……….. 20
4.2.1.2 Pronomina persona kedua ………. 21
4.2.1.3 Pronomina persona ketiga ………. 22
4.2.2 Pronomina Penunjuk ………. 23
4.2.3 Pronomina Penanya ……… 24
4.3 Fungsi Pronomina bahasa Pesisir Batahan ………...………... 25
4.3.1 Fungsi Pronomina Persona ……… 25
4.3.1.1 Pronomina persona pertama …..………....… 26
4.3.1.2 Pronomina persona kedua …..……….... 30
4.3.1.3 Pronomina persona ketiga ….……….… 33
4.3.1.4 Pronomina persona sebenarnya dan tak sebenarnya ……. 35
4.3.2 Fungsi Pronomina Penunjuk ……….. 46
4.3.2.1 Pronomina penunjuk umum ………... 46
4.3.2.2 Pronomina penunjuk tempat ……….. 47
4.3.2.3 Pronomina penunjuk ikhwal ……….. 50
4.3.3 Fungsi Pronomina Penanya ……… 51
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 53
5.1 Simpulan ... 53
5.2 Saran ... 54
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DATA
(8)
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipergunakan manusia, baik lisan maupun tulisan. Sebagai alat untuk berkomunikasi, bahasa mempunyai peranan penting untuk menyampaikan informasi, maksud, ide, atau pendapat dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat di Indonesia selain menggunakan bahasa Indonesia juga menggunakan bahasa daerah sebagai alat untuk berkomunikasi. Misalnya, masyarakat Pesisir Batahan di Kabupaten Mandailing Natal menggunakan bahasa Pesisir Batahan untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Ibu kota Kabupaten Mandailing Natal adalah Panyabungan. Luas : 6.620,70 km2 atau 662,070 hektar, penduduknya berjumlah sekitar 369,691 jiwa. Kabupaten Mandailing Natal kini memiliki 23 kecamatan dangan jumlah desa sebanyak 353 desa dan kelurahan sebanyak 32 kelurahan. Kabupaten Mandailing Natal terdiri dari beberapa suku dan bahasa. Suku-suku tersebut dapat dibagi atas suku Batak, Melayu, Minangkabau, Jawa, Aceh dan Nias. Bahasa yang dipakai juga bermacam-macam sesuai dengan banyaknya suku yang terdapat di daerah pesisir Batahan. Dari sekian banyak bahasa tersebut, terdapat satu bahasa yaitu bahasa Pesisir Batahan.
Bahasa Pesisir Batahan berasal dari bahasa Minangkabau
Batahan
merupakan alat komunikasi yang digunakan masyarakat Pesisir dalam menyampaikan maksud dan tujuan, baik secara lisan maupun tulisan. Bahasa
(9)
Pesisir ini dipergunakan masyarakat dalam pergaulan sehari-hari di tengah masyarakat, seperti di pasar, pada upacara adat dan upacara keagamaan. Penduduk asli Kabupaten Mandailing Natal terdiri dari dua etnis yaitu masyarakat etnis Mandailing dan masyarakat etnis Pesisir, etnis Mandailing 80% dan etnis Melayu Pesisir 70%. Etnis Mandailing sebagian besar mendiami daerah Mandailing, sedangkan etnis Melayu Pesisir dan Minangkabau mendiami daerah Pantai Barat, ada empat variasi logat dalam bahasa Pesisir di Kabupaten Mandailing Natal yaitu: bahasa Pesisir logat Batahan, bahasa Pesisir logat Natal, bahasa Pesisir
logat Pulopadang, dan bahasa Pesisir logat Tapus
(http://amrulfahmi.blogspot.com/15/6/2010).
Pronomina yang dipakai harus disesuaikan dengan siapa kita berbicara (lawan bicara), situasi dan lingkungan pembicaraan agar tidak terjadi salah paham antara pembicara dan lawan bicara yang bisa mengakibatkan terganggunya komunikasi.
Inilah alasan peneliti memilih judul Pronomina Bahasa Pesisir Batahan, karena pronomina persona wa’ang: kamu, hanya digunakan untuk laki-laki, sedangkan pronomina kau: kamu, hanya digunakan untuk perempuan. Penelitian tentang pronomina bahasa Pesisir Batahan belum pernah diteliti. Hal tersebutlah yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti pronomina persona bahasa Pesisir Batahan. Beberapa contoh pronomina yang digunakan dalam bahasa Pesisir Batahan adalah sebagai berikut :
• Pronomina persona
- wa’ang : kamu (laki-laki)
(10)
- Kito : kita
- Inyo : dia
- Kau : kamu ( perempuan)
- Awak : aku
Penggunaan pronomina persona dalam bahasa Pesisir Batahan tidak dapat dilakukan sembarangan. Lebih jelasnya, penggunaan pronomina persona untuk menyapa seseorang dipengaruhi oleh variabel-variabel seperti usia, status sosial, dan tingkat keakraban. Selain dari ketiga variabel tersebut, untuk menentukan pemakaian pronomina persona juga dipengaruhi oleh unsur-unsur hormat. Penggunaan bahasa dalam bahasa Pesisir Batahan harus disesuaikan dengan situasi dan lingkungan tempat komunikasi itu berlangsung. Jika situasinya santai maka bahasa yang digunakan adalah bahasa yang santai. Misalnya :
Ronal :”Ondak ka mano wa’ang moncik?” ‘Mau ke mana kamu tikus ?’ Arnol :’Ka sinin’.
‘ke sana.’
Pemakaian pronomina moncik ‘tikus’ menunjukkan hubungan persahabatan antara Ronol dan Arnol sudah sangat akrab. Jadi, dalam bahasa Pesisir Batahan pemakaian pronomina persona yang menggunakan nama hewan seperti yang tertulis di atas tidak menimbulkan permasalahan antara dua orang tersebut karena digunakan dalam situasi santai, tetapi jika pronomina moncik digunakan dilingkungan sekolah ketika seorang guru berkomunikasi dengan muridnya maka pemakaian pronomina tersebut menyalahi tata krama dan sopan
(11)
santun karena pembicaraan antara guru dan murid di lingkungan sekolah merupakan pembicaraan yang sangat formal.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa buku referensi, seperti buku karangan Hasan Alwi dkk. yang berjudul Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia. Dalam bukunya tersebut dinyatakan bahwa pronomina dibagi menjadi
tiga jenis seperti berikut: pronomina persona, pronomina penunjuk, pronomina penanya.
1.2 Masalah
Masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah jenis-jenis pronomina dalam bahasa Pesisir Batahan ? 2. Bagaimanakah fungsi pronomina dalam bahasa Pesisir Batahan?
1.3 Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada bahasa Pesisir Batahan yang digunakan masyarakat penutur bahasa Pesisir Batahan di Desa Kuala Batahan Kecamatan Batahan Kabupaten Mandailing Natal.
(12)
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Mendeskripsikan jenis-jenis pronomina dalam bahasa Pesisir Batahan. 2. Mendeskripsikan fungsi pronomina dalam bahasa Pesisir Batahan.
1.4.2 Manfaat penelitian
Manfaat dalam penelitian ini adalah :
1. Menjadi bahan inventarisasi dalam usaha pelestarian bahasa daerah. 2. Menjadi sumber rujukan terhadap penelitian sejenis untuk bahasa daerah
lainnya.
3. Menambah pengetahuan tentang bentuk, fungsi dan makna pronomina persona dalam bahasa Pesisir Batahan.
(13)
BAB II
KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep
Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya sastra yang ada di luar bahasa yang digunakan untuk memahami hal-hal tersebut. Konsep dapat mendukung proses berjalannya suatu penelitian. Paparan konsep-konsep bersumber dari pendapat para ahli, pengalaman peneliti, dokumentasi dan nalar yang berhubungan dengan masalah yang diteliti (Marlina, 200: 9).
Untuk memahami hal-hal yang ada dalam penelitian ini perlu dipaparkan beberapa konsep, yaitu konsep jenis-jenis pronomina dan fungsi pronomina.
2.1.1 Jenis-Jenis Pronomina dalam Bahasa Pesisir Batahan A. Pronomina Persona
Pronomina persona adalah pronomina yan dipakai untuk mengacu kepada orang. Pronomina persona dalam bahasa Pesisir Batahan terbagi atas :
1. Pronomina Persona Pertama
Pronomina persona pertama adalah pronomina yang mengacu kepada diri sendiri atau si pembicara. Pronomina persona pertama tersebut masih dapat dibedakan lagi menjadi pronomina persona tunggal dan pronomina persona jamak. Pronomina persona tunggal yaitu pronomina yang mengacu pada diri si pembicara yang jumlahnya satu orang contoh :
(14)
‘Saya pergi ke kebun tadi.’
b. “Poi ka mano si Ronal, ambo coliek di kamarnyo inyo indo ado.” ‘Pergi ke mana si Ronal, saya lihat di kamarnya dia tidak ada.’
Sedangkan pronomina persona jamak yaitu pronomina yang mengacu kepada diri si pembicara yang jumlahnya lebih dari satu.
a. “Kami poi ka Medan beko malam.” ‘Kami pergi ke Medan nanti malam.’ b. “Kito poi ka kobun beko.”
‘Kita pergi ke kebun nanti.’
2. Pronomina Persona Kedua
Pronomina persona kedua yaitu pronomina yang mengacu kepada lawan bicara. Pronomina ini masih dapat dibedakan atas dua, yaitu pranomina persona kedua tunggal dan pronomina persona kedua jamak. Pronomina persona kedua tunggal adalah pronomina yang mengacu kepada lawan bicara yang jumlahnya satu orang atau tunggal contoh :
a. “Mangapo wa’ang manangih ?”
‘Mengapa kamu (laki-laki) menangis ?’ b. “Ondak poi kamano kau ?”
‘Mau pergi kemana kamu (perempuan) ?’
Sedangkan pronomina persona kedua jamak adalah pronomina yang mengacu kepada lawan bicara yang jumlahnya lebih dari satu orang atau jamak contohnya :
(15)
‘Kalian mengapa di situ ?’
b. “Mangapo kalian/ galian tiduo di situ?” ‘Mengapa kalian tidur di situ ?’
3. Pronomina Persona Ketiga
Pronomina persona ketiga yaitu pronomina yang mengacu kepada diri orang yang dibicarakan. Dalam bahasa Pesisir Batahan, pronomina persona ketiga ini masih dapat dibedakan menjadi pronomina persona ketiga tunggal dan pronomina persona ketiga jamak. Yang dimaksud dengan pronomina persona ketiga tunggal adalah pronomina yang mengacu kepada diri orang yang dibicarakan dan jumlahnya satu orang atau tunggal, contohnya :
a. “Ambo di rumah inyo kinin.” ‘Saya di rumah dia sekarng.’
b. “Inyo datang ka kobun ambo cako.” ‘Dia datang ke kebun saya tadi.’
Sedangkan pronomina persona ketiga jamak adalah ponomina yang mengacu kepada diri orang yang dibicarakan dan jumlahnya lebih dari satu orang, contohnya :
c. “Urang du manangih cako.” ‘Mereka menangis tadi.’ d. “Urang du ditangkok polisi.” ‘Mereka ditangkap polisi.’
Dalam bahasa Pesisir Batahan masih terdapat pronomina yang lain. Badudu (1984: 116) membagi pronomina persona menjadi dua yaitu pronomina
(16)
persona sebenarnya dan pronomina persona yang tak sebenarnya. Pronomina persona yang langsung menggantikan orang disebut pronomina persona yang sebenarnya, misalnya ambo, kau, wa’ang, kalian, kito, inyo, nyo. Pronomina persona yang fungsinya mengantikan pronomina persona yang sebenarnya disebut dengan pronomina persona tak sebenarnya, misalnya abak, umak, uci, ongku,
cani, teti, mintuo, minantu, bunde, dan moncu. Pronomina persona tak sebenarnya
yang telah diuraikan di atas hanya mewakili, karena masih ada pronomina tak sebenarnya dalam bahasa Pesisir Batahan yang tidak disebutkan penulis.
B. Pronomina Penunjuk
Moeliono (1993) membagi pronomina penunjuk menjadi tiga, yaitu pronomina penunjuk akhwal, pronomina penunjuk umum, dan pronomina penunjuk tempat. Pronomina penunjuk yang telah diuraikan oleh Moeliono dapat dijumpai dalam bahasa Pesisir Batahan. Dalam bahasa Pesisir Batahan yang tergolong pada pronomina penunjuk ikhwal, contohnya :
a. “Bak itu sapatu nan ondak di boli si Gito.” ‘Seperti itu sepatu yang mau di beli si Gito.’ b. “Inyo mangecekkan bak itu.”
‘Dia mengatakan seperti itu.’
Pronomina penunjuk umum ialah kata yang digunakan untuk menunjukkan dan bersifat umum, contohnya dalam bahasa Pesisir Batahan adalah:
a. “Iko bola nan wa’ang cari.”
(17)
b. “Inin umak ambo.” ‘Itu ibu saya.’
Pronomina penunjuk tempat yaitu pronomina yang berfungsi menunjukkan tempat, contohnya:
a. ”Di siko wa’ang tiduo ? “ ‘Di sini kamu (laki-laki) tidur ?’
b. ”Bajunyo ado di sinin.”
‘‘Bajunya ada di sana.’ c. ” Kito ondak poi dari siko.” ‘Kita akan pergi dari sini.’ d. ”Dari sinin inyo lewat.” ‘Dari sana dia lewat.’
e. ”Siapo ondak poi ka sinin ?” ‘Siapa mau pergi ke sana ?’
f. ”Ka siko kau sabonta ado nan ondak ambo tanyokan.”
‘Ke sini kamu (perempuan) sebentar ada yang ingin saya tanyakan.’
C. Pronomina Penanya
Dalam bahasa Pesisir Batahan ditemukan adanya pronomina penanya. Pronomina penanya adalah pronomina yang dipakai sebagai pemarkah pertanyaan (Moeliono, 1993: 184). Pronomina ini berfungsi untuk menanyakan orang, barang, dan pilihan. Pronomina penanya yang digunakan untuk menanyakan orang, contohnya :
(18)
a. “Siapo nan golak du ?” ‘Siapa yang ketawa itu’ b. “Apo nan abak bao du ?”
‘Apa yang bapak/ayah bawa itu?’
Pronomina penanya yang digunakan untuk menanyakan pilihan tentang orang atau barang, contohnya :
a. “Dosen nan pake baju putieh du urang mano?” ‘Dosen yang pakai baju putih itu orang mana ?’ b. “Mano umak wa’ang ?”
‘Mana ibu kamu (laki-laki) ?’
2.1.2 Fungsi Pronomina
Setiap pronomina digunakan berdasarkan fungsinya masing-masing agar tidak terjadi kesalahpahaman antara pembicara dan lawan bicara. Pronomina persona mengacu kepada orang atau pronomina yang berfungsi untuk menggantikan orang pertama, orang kedua, dan orang ketiga. Pronomina penunjuk mengacu kepada acuan dekat dengan si pembicara, ke masa yang akan datang dan informasi yang akan disampaikan atau mengacu ke acuan yang agak jauh dari pembicara, ke masa yang lampau atau informasi yang sudah disampaikan. Pronomina penanya adalah pronomina yang berfungsi sebagai pemarkah pertanyaan (Moeliono, 1993 : 170-190). Fungsi pronomina persona adalah penunjuk kepada pembicara, kawan bicara dan yang dibicarakan (Djajasudarma, 1993:44) . Dalam bahasa Indonesia pronomina persona yang mengacu dan menunjuk kepada pembicara yaitu saya, aku, kami, dan kita,
(19)
mengacu kepada yang diajak bicara yaitu engkau, anda, dan kalian, mengacu kepada yang dibicarakan yaitu ia, dia, beliau, dan mereka.
2.2 Landasan Teori
Pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu kepada nomina lain (Moeliono, 1993: 170). Lebih lanjut Moeliono membagi pronomina tersebut menjadi tiga jenis seperti berikut:
1. Pronomina persona (kata ganti orang) yang meliputi pronomina persona pertama yaitu saya dan aku : pronomina kedua yaitu kau dan kamu; pronomina persona ketiga yaitu dia dan mereka.
2. Pronomina penunjuk (kata ganti penunjuk) meliputi pronomina penunjuk ikhwal yaitu begini dan begitu ; pronomina penunjuk umum yaitu: ini, itu, dan
anu; pronomina penunjuk tempat yaitu di sana, di sini ke sana, dari sini, dan dari sana.
3. Pronomina penanya (kata ganti penanya) yaitu : apa, siapa, mengapa, kenapa,
kapan, mana, bilamana, di mana, ke mana, dari mana, bagaimana, berapa, keberapa.
Badudu (1982: 126) membagi pronomina persona menjadi dua bagian besar yaitu :
a. Pronomina sebenarnya yang terdiri dari : - Pronomina persona pertama, contoh: saya, aku - Pronomina persona kedua, contoh: kamu - Pronomina persona ketiga, contoh: dia, mereka
(20)
Chaer (1994: 115-129) membagi pronomina persona menjadi : - Kata ganti orang pertama, contoh: saya, kami, dan kita
- Kata ganti orang kedua, contoh: kamu, engkau, dan kalian. - Kata ganti orang ketiga, contoh: ia, dia dan mereka.
2.3 Tinjauan Pustaka
Suatu penelitian maupun hasil penelitian adalah bagian yang tidak terpisahkan dari unsur-unsur lain, baik yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan permasalahan yang sedang dibahas oleh seorang peneliti atau penulis.
Sebuah karya ilmiah mutlak membutuhkan referensi atau acuan yang menopang penelitian yang sedang dikerjakan. Sejauh yang peneliti ketahui belum ada penelitian yang meneliti pronomina persona dalam bahasa Pesisir Batahan. Pembicaraan tentang pronomina sudah banyak diteliti oleh para ahli melibatkan sejumlah bahasa daerah seperti bahasa Jawa, Sunda, Simalungun, Karo, dan bahasa Batak Toba.
Tugiman (1998) dengan judul Pronomina Persona yang Dipakai di
Stasiun Pinang Baris. Meliala (1999) dengan judul Pronomina Bahasa Batak Karo Tinjauan Sosiolinguistik, berisi tentang jenis-jenis pronomina dalam bahasa
Batak Karo serta fungsi pronomina tersebut di dalam masyarakat. Rahmat Kartolo S. (2001) yaitu Pronomina Bahasa Batak Toba: Tinjauan Sosiolinguistik, berisi tentang jenis-jenis pronomina dalam Bahasa Batak Toba.
(21)
Dari uraian di atas tampak bahwa sampai saat ini belum ada penelitin yang khusus membahas pronomina persona dalam bahasa Pesisir Batahan, padahal sebagaimana dikemukakan di atas, peranan pronomina sangat penting dalam sistem sapaan bahasa Pesisir Batahan.
(22)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian
Lokasi adalah letak atau tempat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005: 680). Lokasi penelitian penulis adalah Desa Kuala Batahan Kecamatan Batahan Kabupaten Mandailing Natal. Lokasi ini merupakan mayoritas penutur asli bahasa Pesisir Batahan. Dalam penyusunan skripsi ini penulis memperoleh data dari lapangan dan kepustakaan. Sumber data tersebut berbentuk lisan dan tulisan. Data lisan diperoleh dari penutur asli bahasa Pesisir Batahan, sedangkan data tulisan diperoleh dari buku-buku yang berhubungan dengan bahasa Pesisir Batahan.
3.1.2 Waktu Penelitian
Penulis melakukan penelitian pronomina bahasa Pesisir Batahan: tinjauan sosiolinguisik, berisi tentang bentuk pronomina persona bahasa Pesisir Batahan serta fungsi dan makna pronomina tersebut di dalam masyarakat. Penelitian ini dilakukan selama tiga minggu, dari tanggal 12 April – 2 Mei 2010.
3.2Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi
Populasi bukan diartikan sebagai penduduk seperti halnya dalam studi kependudukan. Populasi adalah sekumpulan unsur atau elemen yang menjadi objek penelitian. Populasi dapat berupa kumpulan semua kota di Indonesia, semua
(23)
wanita di daerah pedesaan, semua perusahaan yang jumlah buruhnya kurang dari 2000, dan sebagainya. Pada dasarnya populasi adalah himpunan semua hal yang ingin diketahui, maka populasi bisa berupa lembaga, individu, kelompok, dokumen, atau konsep (Manase Malo, 1985: 149).
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri atas manusia, benda, hewan, tumbuhan, gejala, nilai tes, atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian.
Selain itu, menurut Kamus Basar Bahasa Indonesia (2005: 889). Populasi adalah sekelompok orang, benda, atau hal yang menjadi sumber pengambilan sampel: suatu kumpulan yang memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian. Oleh sebab itu, yang menjadi populasi penelitian adalah masyarakat yang bertempat tinggal di Desa Kuala Batahan Kecamatan Batahan Kabupaten Mandailing Natal yang jumlah penduduknya 1485 orang.
3.2.2 Sampel
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 991), sampel adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjukkan sifat suatu kelompok yang lebih besar, bagian kecil yang mewakili kelompok atau keseluruhan yang lebih besar. Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi data sebenarnya dalam suatu penelitian. Penentuan sampel dilakukan dengan cara memilih beberapa orang dari masyarakat Desa Kuala Batahan Kecamatan Batahan Kabupaten Mandailing Natal, yang jumlahnya 11 orang dari populasi yang ada.
(24)
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian ini adalah data lisan dan tulisan. Karena itu, ada dua metode yang digunakan dalam pengumpulan data, yaitu metode simak dan metode cakap (Sudaryanto, 1993: 133 – 137). Metode simak merupakan metode yang dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa (dalam hal ini, bahasa Pesisir Batahan), baik terhadap bahasa lisan maupun terhadap bahasa tulisan. Metode cakap merupakan metode yang dilakukan dengan percakapan dan kontak langsung antara penelitian dan penutur bahasa Pesisir Batahan.
Sesuai dengan jenis data yang digunakan, teknik yang dipakai dalam pengumpulan data adalah teknik pancing dan teknik catat (Sudaryanto 1993: 135 – 137). Teknik pancing dilakukan untuk memancing informan untuk memperoleh data yang diinginkan. Sewaktu percakapan berlangsung diikuti oleh pencatatan.
Seluruh data yang terkumpul akan diuji kebenarannya pada narasumber. Syarat narasumber yaitu penutur asli bahasa Pesisir Batahan yang berusia antara 40-50 tahun karena pada usia tersebut mereka telah menguasai bahasa atau dialeknya, tetapi belum sampai taraf pikun (Ayatrohaedi, 1983: 48).
3.4 Metode dan Teknik Analisis Data
Metode yang digunakan dalam menganalisis data yang sudah terkumpul adalah metode padan yaitu metode yang memadankan sesuatu dengan alat penentu lain di luar bahasa yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993: 13-16) dan metode agih yaitu metode yang memadankan sesuatu dengan alat penentunya
(25)
adalah bagian dari bahasa yang bersangkutan yaitu bahasa Pesisir Batahan (Sudaryanto, 1993: 32-40)
Metode padan digunakan untuk menyeleksi pronomina yang diperkirakan mempunyai jenis dan fungsi yang sama juga pronomina-pronomina yang jenis dan fungsinya berbeda. Misalnya pronomina persona wa’ang sama dengan pronomina
kau dari segi semantik yang berarti kamu, namun dari segi sosiolinguistiknya
keduanya berbeda, wa’ang hanya digunakan untuk lawan bicara yang berjenis kelamin laki-laki sedangkan kau hanya dapat digunakan untuk lawan bicara yang berjenis kelamin perempuan, misalnya:
a. Rini : “Ondak kamano kau beko malam?”
‘Pergi ke mana kamu (perempuan) nanti malam?’ Rina : “Ondak ka rumah uci.”
‘Mau ke rumah nenek.’ b. Ali : “Poi ka mano wa’ang beko ?”
‘Pergi ke mana kamu (laki-laki) nanti ?’ Iwan : “ka sakolah.”
: ‘Ke sekolah.’
Metode agih dengan teknik lanjutan yaitu tehnik ganti digunakan untuk menggantikan pemakaian pronomina yang tidak sesuai atau tidak tepat menjadi pronomina yang sesuai dan tepat penggunaannya dalam bahasa Pesisir Batahan. Misalnya pemakaian pronomina persona kau dalam percakapan antara seorang anak dan ibunya, seperti yang tertera di bawah ini.
Santi : “Ondak ka mano kau ?”
(26)
Umak : “Ondak ka pasa.” ‘Mau ke pasar.’
Pemakaian pronomina kau dalam kalimat di atas tidak tepat karena pronomina kau hanya digunakan untuk menyebut lawan bicara yang sebaya atau lebih muda. Maka pronomina persona kau diganti dengan pronomina persona ibu yang digunakan untuk menyebut lawan bicara yang lebih tua, seperti pada contoh kalimat di bawah ini :
Santi : “Ondak ka mano umak ( ibu) ?” ‘Mau ke mana ibu?’
Umak : “Ondak ka sumuo.”
(27)
BAB IV
PRONOMINA PERSONA DALAM BAHASA PESISIR BATAHAN
4.1 Pengertian Pronomina
Moeliono dalam bukunya Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia menyatakan bahwa pronomina merupakan kata yang mengacu kepada nomina lain. Moeliono juga membagi pronomina tersebut menjadi tiga jenis yaitu pronomina persona (kata ganti orang), pronomina penunjuk (kata ganti penunjuk), dan pronomina penanya (kata ganti penanya).
4.2 Jenis-Jenis Pronomina dalam Bahasa Pesisir Batahan 4.2.1 Pronomina Persona
Pronomina persona pertama adalah pronomina yang dipakai untuk mengacu kepada orang. Pronomina persona dalam bahasa Pesisir Batahan terbagi atas :
4.2.1.1Pronomina persona pertama
Pronomina persona pertama adalah pronomina yang mengacu pada diri sendiri atau si pembicara. Pronomina persona pertama tersebut masih dapat dibedakan lagi menjadi pronomina persona pertama tunggal dan pronomina persona pertama jamak. Pronomina persona pertama tunggal yaitu pronomina yang mengacu pada diri si pembicara yang jumlahnya satu orang contoh :
a . ”Ambo poi ka kobun cako.”
‘Saya pergi ke kebun tadi.’
b. ”Poi ka mano si Ronal, ambo coliek dikamarnyo inyo indo ado.” ‘Pergi ke mana si Ronal, saya lihat di kamarnya dia tidak ada.’
(28)
Sedangkan pronomina persona jamak yaitu pronomina yang mengacu kepada diri si pembicara yang jumlahnya lebih dari satu orang contoh:
a.”Kami poi ka pasa cako.” ‘Kami pergi ke pasar tadi.’
b.”Kito poi ka Jakarta beko malam.” ‘Kita pergi ke Jakarta nanti malam.’
4.2.1.2 Pronomina persona kedua
Pronomina persona kedua yaitu pronomina yang mengacu kepada lawan bicara. Pronomina ini masih dapat dibedakan atas dua, yaitu pronomina persona kedua tunggal dan pronomina persona kedua jamak. Pronomina persona kedua tunggal adalah pronomina yang mengacu kepada lawan bicara yang jumlahnya satu orang atau tunggal, contohnya:
a.”Mangapo kau indo dating rapat cako?”
‘ Mengapa kamu (perempuan) tidak datang rapat tadi?’ b.”Ondak poi kamano wa’ang ?”
‘Mau pergi ke mana kamu (laki-laki) ?’
Sedangkan pronomina persona kedua jamak adalah pronomina yang mengacu kepada lawan bicara yang jumlahnya lebih dari satu orang atau jamak, contoh :
a.”Kalian/galian di mano ?” ‘Kalian di mana ?’
b.”Mangapo kalian/galian indo makan?” ‘Mengapa kalian tidak makan?’
(29)
4.2.1.3 Pronomina Persona Ketiga
Pronomina persona ketiga yaitu pronomina yang mengacu kepada diri orang yang dibicarakan. Dalam bahasa Pesisir Batahan, pronomina persona ketiga ini masih dapat dibedakan menjadi pronomina persona ketiga tunggal dan pronomina persona ketiga jamak. Yang dimaksud dengan pronomina persona ketiga tunggal adalah pronomina yang mengacu kepada diri orang yang dibicarakan dan jumlahnya satu orang atau tunggal, contohnya:
a.“ siapo laki inyo?” ‘siapa Suami dia ?’
b.”Inyo datang ka kampus ambo kapotang.” ‘Dia datang ke kampus saya kemaren.’
Sedangkan pronomina persona ketiga jamak adalah pronomina yang mengacu kepada diri orang yang dibicarakan dan jumlahnya lebih dari satu orang, contohnya:
a.”Urang du ka pantai cako.” ‘Orang itu/mereka ke pantai tadi.’
b.”Umak dewi punyo ompek urang anak, urang du sadonyo lah tamat SMA. ” ‘Ibu si dewi punya empat orang anak, mereka semua sudah tamat SMA.’
Dalam bahasa Pesisir Batahan masih terdapat pronomina yang lain. Badudu (1984: 116) membagi pronomina persona menjadi dua yaitu pronomina persona sebenarnya dan pronomina persona yang tak sebenarnya. Pronomina persona yang langsung menggantikan orang disebut pronomina persona yang sebenarnya, misalnya ambo, wa’ang, kito, inyo, kalian/galian. Pronomina persona yang fungsinya menggantikan pronomina persona yang sebenarnya disebut dengan
(30)
pronomina persona tak sebenarnya, misalnya abak, umak, uci, ongku, uni, etek,
mintuo, minantu, moncu, bunde dan uwek. Pronomina persona tak sebenarnya
yang telah diuraikan di atas hanya mewakili kerena masih ada pronomina persona tak sebenarnya dalam bahasa Pesisir Batahan yang tidak disebutkan penulis.
4.2.2 Pronomina Penunjuk
Moeliono (1993) membagi pronomina penunjuk menjadi tiga yaitu pronomina penunjuk ikhwal, pronomina penunjuk umum, dan pronomina penunjuk tempat. Pronomina-pronomina penunjuk yang telah diuraikan oleh moeliono dapat dijumpai dalam bahasa Pesisir Batahan. Dalam bahasa Pesisir Batahan yang tergolong pada pronomina penunjuk ikhwal, contohnya:
a.”Bak iko jilbab nan ondak ambo boli.” ‘Seperti ini jilbab yang akan saya beli.’
b.”Bak itu sapatu nan ondak ambo boli.” ‘Seperti itu sepatu yang akan saya beli.’
Pronomina penunjuk umum ialah kata yang digunakan untuk menunjukkan dan bersifat umum contohnya dalam bahasa Pesisir Batahan adalah:
a.”Iko bola nan wa’ang cari.”
‘Ini bola yang kamu (laki-laki) cari.” b.”Inin baju ambo.”
(31)
Pronomina penunjuk tempat yaitu pronomina yang berfungsi menunjukkan tempat, contohnya:
a.”Siapo nan ondak poi ka sinin?” ‘Siapa yang mau pergi ke sana?’
b.”Kasiko wa’ang sabonta ado nan ambo tanyokan.”
‘Ke sini kamu (laki-laki) sebentar ada yang saya tanyakan.’ c.”Umaknyo manangih dari sinin.”
‘Ibunya menangis dari sana.’ d.”Ambo ondak poi dari siko.” ‘Saya mau pergi dari sini.’
e.”Di siko cani tiduo?” ‘Di sini kakak tidur ?’
4.2.3 Pronomina Penanya
Dalam bahasa Pesisir Batahan ditemukan adanya pronomina penanya. Pronomina penanya adalah pronomina yang dipakai sebagai pemarkah pertanyaan (Moeliono, 1993: 184). Pronomina ini berfungsi untuk menanyakan orang, barang, dan pilihan. Pronomina penanya yang digunakan untuk menanyakan orang, contohnya:
a.”Siapo nan datang du?” ‘Siapa yang datang itu?’
b.”Apo nan dicoliek umak du?” ‘Apa yang dilihat ibu itu?’
(32)
Pronomina penanya yang digunakan untuk menanyakan pilihan tentang orang atau barang, contohnya:
a.”Mano buku wa’ang ?”
‘Mana buku kamu (laki-laki) ?’ b.”Urang mano bini wa’ang ?”
‘Orang mana istri kamu (laki-laki) ?’
4.3 Fungsi Pronomina Bahasa Pesisir Batahan
Pronomina dalam bahasa Pesisir Batahan harus dikuasai dengan baik oleh
setiap penutur bahasa Pesisir Batahan. Apabila penutur tersebut tidak menguasai pemakaian pronomina dengan tepat maka pada saat terjadi komunikasi tidak tertutup kemungkinan terjadinya kesalahpahaman antara pelaku komunikasi. Jadi, seorang penutur bahasa Pesisir Batahan yang baik harus menguasai pronomina dalam bahasa Pesisir Batahan dan dapat menggunakannya sesuai dengan fungsinya masing-masing agar komunikasi antara penutur bahasa Pesisir Batahan dapat berlangsung dengan baik.
4.3.1 Fungsi Pronomina Persona
Pronomina Persona dalam bahasa Pesisir Batahan berfungsi untuk menggantikan orang pertama, orang kedua, dan orang ketiga. Penggunaan pronomina persona dalam bahasa Pesisir Batahan harus disesuaikan dengan situasi dan dengan siapa kita melakukan komunikasi. Lebih jelasnya penggunaan pronomina persona harus disesuaikan dengan jenis kelamin, umur, status sosial dan keakraban.
(33)
Penggunaan pronomina persona dalam bahasa Pesisir Batahan disesuaikan dengan umur si pembicara maupun lawan bicara pada saat komunikasi berlangsung karena pronomina persona yang digunakan untuk menyebut lawan bicara yang lebih muda ataupun yang sebaya tentu berbeda dengan pronomina persona yang digunakan untuk menyebut lawan bicara yang lebih tua. Parameter
jenis kelamin juga menentukan dalam penggunaan pronomina persona dalam
bahasa Pesisir Batahan. Ada pronomina persona khusus untuk lawan bicara yang berjenis kelamin perempuan dan ada pronomina persona khusus untuk laki-laki.
Status sosial seseorang dalam masyarakat juga sangat menentukan dalam
pemakaian pronomina karena panggilan kepada orang yang status sosialnya lebih tinggi berbeda dengan panggilan kepada seseorang yang status sosialnya lebih rendah daripada pembicara. Prameter yang terakhir adalah keakraban, pronomina persona yang digunakan oleh orang yang sudah akrab tentunya berbeda dengan pronomina persona orang yang belum akrab. Ada kalanya keakraban dapat menghilangkan perbedaan umur dan status sosial ketika berkomunikasi tetapi itu tidak selamanya dan hanya pada tempat dan saat tertentu saja.
4.3.1.1 Pronomina persona pertama
a. Ambo ’aku’
Pronomina persona ambo ’aku/saya’ dalam bahasa Pesisir Batahan tidak dibatasi pemakaiannya. Pronomina ambo sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari oleh pria dan wanita, baik dalam acara formal maupun informal. Dalam acara formal ambo digunakan pada pesta adat pernikahan, sunatan, dan acara pelantikan kepala desa beserta staf-stafnya, contoh:
(34)
Kepala Desa : “ Sampe di siko pidato nanbisa ambo sampekan, tarimokasieh Ateh perhatiannyo.”
‘Sampai di sini pidato yang bisa saya sampaikan, terima kasih atas perhatiannya.’
Dalam acara informal ambo digunakan pada percakapan antar orangtua, antara ibu dan ayah, antar anak dengan orangtua, dan antara anak dengan teman sebayanya.
Contoh :
a. Percakapan antar ibu dan ayah
ayah : “Di mano tali pinggang ambo cako?” ‘di mana ikat pinggang saya tadi?” umak : “Indo tau ambonyo.”
‘Saya tidak tau.’ b. Percakapan antara orang tua
Bapak yani : “Di mano wa’ang cako ?”
‘Di mana kamu (laki-laki) tadi ?’ Bapak elfin : “Ambo poi ka ladang.”
‘Saya pergi ke ladang .’
c. Percakapan antara anak dan orang tua Angga : “Mak, ambo domom.” ‘Bu/ibu, saya demam.’
(35)
Umak : ”Olah minum ubek ?” ‘’Sudah minum obat ?”
d. Percakapan antara teman sebaya Yola : “Ambo taragak dokek umak.” ‘Saya rindu pada ibu.’
Sani : “Telepon ajo kalo taragak.” ‘Telepon saja kalau rindu.’
b. Kami/Kito ’Kami/Kita’
Pronomina persona kami ’kami’ dengan pronomina persona kito ’kita’ mempunyai perbedaan dan persamaan dalam bahasa Pesisir Batahan. Pronomina persona kami dan kito sama-sama merupakan pronomina persona jamak. Pronomina persona kami digunakan untuk menggantikan pembicara yang jumlahnya lebih dari satu sedangkan pronomina persona kito digunakan untuk menggantikan pembicara dan lawan bicara yang jumlahnya juga lebih dari satu. Contoh :
a.Eflin : “Kito wajib pulang walopun ujan.” ‘Kita harus pulang walaupun hujan.” Gilang : “Moh la.”
‘Ayo la.’
b. Elin : “Kito wajib mandongakan kato-kato abak jo umak.” ‘Kita harus mendengarkan kata-kata ayah dan ibu.’
(36)
‘Iya benar.’
Pada kalimat di atas terlihat pronomina persona kito menggantikan si pembicara dan lawan bicaranya. Kalimat di atas menyatakan si pembicara harus mendengarkan kata-kata ayah dan ibu dengan lawan bicaranya. Apabila lawan bicara tidak mendengarkan kata-kata ayah dan ibu maka pronomina yang digunakan adalah kami. Pronomina persona kito harus diganti dengan kami agar maksud yang disampaikan dapat dipahami oleh lawan bicara. Misalnya, pada kalimat di bawah ini:
Yona : “Kami ka Medan beko malam.” ‘Kami ka Medan nanti malam.’ Erin : “Elok-elok di jalan yo !”
‘Hati-hati di jalan ya!’
Selain pronomina kami dan kito, dalam bahasa Pesisir Batahan dikenal juga pronomina kami sadonyo ‘kami semua’ dan pronomina kito sadonyo ‘kita semua’ yang merupakan variasi dari pronomina persona kami dan kito hanya untuk mempertegas dan menyatakan keseluruhan satuan yang kokoh.
Contoh :
a.”Kami sadonyo poi ka rumah uci.” ‘Kami semua pergi ke rumah nenek.’
b.”Kito sadonyo poi ka rumah uci.” ‘Kita semua pergi ke rumah nenek.’
(37)
4.3.1.2 Pronomina persona kedua
a. Wa’ang: kamu (laki-laki)/ kau : kamu (perempuan)
Pronomina persona wa’ang: kamu (laki-laki) dan kau (prempuan) dalam bahasa Pesisir Batahan merupakan pronomina persona kedua jamak. Pronomina ini digunakan untuk mengacu kepada lawan bicara. Pronomina persona wa’ang dalam bahasa Pesisir Batahan mempunyai keunikan tersendiri karena penggunanya tidak bebas. Pada saat komunikasi terjadi pronomina wa’ang tidak boleh sembarangan dipergunakan, harus disesuaikan dengan situasi dan lawan bicara. Pronomina persona wa’ang digunakan untuk menyebut lawan bicara yang berjenis kelamin laki-laki (pria) sedangkan pronomina persona kau digunakan untuk menyebut lawan bicara yang berjenis kelamin perempuan (wanita). Pronomina persona wa’ang dan pronomina kau harus digunakan untuk lawan bicara yang sebaya ataupun yang lebih muda dari si pembicara.
Contoh :
a.Iwan : “Ondak ka mano wa’ang?” ‘Mau ke mana kamu (laki-laki).’ Kevin : “Ka rumah bunde.”
‘Ke rumah bibik.’
b.Angga : ”Poi ka mano kau cako?”
‘Pergi ke mana kamu (prempuan) tadi?’
Elsi : “Ka dapuo.” ‘Ke dapur.’
(38)
Apabila seseorang berbicara dengan lawan bicara yang status sosial dan umumnya lebih tinggi daripada si pembicara, maka sebaiknya pronomina wa’ang dan kau tidak digunakan.
Contoh :
Yuna : “Dari mano kau Bunde?” ‘Dari mana kamu Bibik?’ Bunde : “Dari pasa.”
‘Dari pasar.’
“Dari mano wa’ang Moncu?” ‘Dari mana kamu Paman?’ Moncu : “Dari lauk.”
‘Dari laut.’
Pada contoh di atas penggunaan kau tidak tepat karena digunakan kepada lawan bicara yang status sosial dan umurnya lebih tinggi daripada si pembicara. Dengan demikian pronomina kau harus diganti dengan pronomina bunde (bibik). Pronomina wa’ang dan kau dapat digunakan kepada lawan bicara yang umurnya di bawah si pembicara atau status sosialnya lebih rendah daripada si pembicara. Contoh :
Bunde : “Di mano kau Yuna?” ‘Di mana kamu Yuna?’
Yuna : “Di kamar Bunde.” ‘Di kamar bibik.’
(39)
b. Kalian/galian sadonyo (kalian/kalian semua)
Pronomina persona galian adalah pronomina kedua jamak yang berfungsi untuk menggantikan lawan bicara yang jumlahnya lebih dari satu orang. Pada uraian sebelumnya sudah dibicarakan mengenai pronomina persona galian yang fungsinya menggantikan lawan bicara yang jumlahnya satu orang atau tunggal karena dalam bahasa Pesisir Batahan pronomina persona galian dapat digunakan untuk menggantikan orang kedua tunggal dan jamak. Saat ini dibicarakan adalah fungsi pronomina kalian sebagai orang kedua jamak.
Contoh :
Safa : “Ka mano kalian/galian?” ‘Ka mana kalian?”
Kevia dan Jhoni : “Ka pante Cermin.” ‘Ke pantai Cermin.’
Pronomina persona kalian/galian dalam bahasa Pesisir Batahan dapat bervariasi menjadi galian sadonyo (kalian semua).
Contoh:
Efrin : ”Galian sadonyo wajib pulang.” ‘Kalian semuanya harus pulang.’
Pada contoh di atas masing-masing kalimat menggunakan pronomina persona galian dan galian sadonyo. Dalam bahasa Pesisir Batahan pronomina itu tidak mempunyai perbedaan dalam hal makna. Pronomina tersebut berfungsi
(40)
untuk menggantikan orang ketiga jamak. Pronomina persona galian sadonyo pada kalimat di atas hanya untuk mempertegas maksud.
4.3.1.3 Pronomina persona ketiga a.Inyo ‘dia’
Pronomina persona inyo ‘dia’ adalah pronomina persona ketiga tunggal.
Inyo termasuk pronomina persona ketiga tunggal karena inyo hanya dapat
menggantikan lawan bicara yang jumlahnya satu orang atau tunggal. Pronomina persona inyo digunakan untuk menyebut lawan bicara yang sebaya maupun yang lebih tua dari si pembicara. Pemakaian Pronomina persona inyo dapat digunakan untuk siapa saja, tanpa melihat status sosial dan jenis kelamin lawan bicara.
Contoh:
Ibu : “Ka mano kamas kau nita ?” ‘Ke mana abang mu nita?’ Nita : “Inyo ka lading.”
‘Dia ke lading.’
b. Nyo ‘nya’
Pronomina persona nyo ‘nya’ adalah pronomina persona ketiga tunggal. Pronomina persona nyo dapat berfungsi sebagai pemilik dan pelaku. Fungsi pronomina nyo sebagai pemilik apabila melekat dengan kata benda.
Contoh:
(41)
‘Itu ibunya.’
b. ”Ambo ka kamarnyo cako.” ‘Saya ke kamarnya tadi.’
Fungsi pronomina nyo sebagai pelaku apabila melekat dengan kata kerja. Contoh :
a.”Di cubiknyo mbo cako.” ‘Di cubitnya saya tadi.’
b.”Tuduong mbo diciloknyo potang.” ‘Topi saya dicurinya kemaren.’
Pronomina persona nyo dapat menggantikan siapa saja, tetapi harus dilihat letak pemakaiannya. Pronomina persona nyo tidak boleh digunakan kepada lawan bicara yang status sosialnya lebih tinggi daripada si pembicara. Misalnya, pada percakapan antara seorang ibu dengan anaknya yang sedang membicarakan buku abang.
Contoh :
Ayah : ”Buku siapo iko?” ‘Buku siapa ini ?’ Evin : “Bukunyo.” ‘Buku dia.’
(42)
c.Urang du ‘orang itu’
Pronomina persona urang du ‘orang itu’ juga merupakan pronomina persona ketiga jamak dalam bahasa Pesisir Batahan. Penggunaan pronomina persona urang du hampir sama dengan pronomina persona galian ‘kalian’ yaitu digunakan untuk orang yang dibicarakan yang berjumlah lebih dari satu atau jamak.
Contoh :
a.”Kamano urang du cako?” ‘Kemana orang itu tadi?’
b. ”Urang du lah poi.” ‘Orang itu telah pergi.’
4.3.1.4 Pronomina persona sebenarnya dan tak sebenarnya
Pronomina persona sebenarnya diuraikan lagi menjadi pronomina persona pertama, pronomina persona kedua dan pronomina persona ketiga (Badudu, 1981: 126). Dalam bahasa Pesisir Batahan pronomina sebenarnya meliputi ambo ‘saya’,
wa’ang ‘kamu/laki-laki’, kau ‘kamu/perempuan’ dan lain-lain. Pronomina
persona tak sebenarnya adalah pronomina persona yang berfungsi untuk ‘ibu’, menggantikan pronomina persona sebenarnya. Pronomina tak sebenarnya dalam bahasa Pesisir Batahan meliputi pronomina persona abak ‘ayah’, umak bunde ‘bibik’, uci ‘nenek’, ongku ‘kakek’, moncu ‘paman’, cani ‘kakak’, kamas ‘abang’,
teti ‘kakak’, mintuo ‘mertua’, minantu ‘menantu’ dan sebagainya. Pronomina
tersebut dituliskan sebagai pronomina persona tak sebenarnya karena dapat menggantikan pronomina sebenarnya.
(43)
1. Abak/ayah ’bapak’
Dalam bahasa Pesisir Batahan pronomina persona tak sebenarnya abak/ayah ’bapak’ adalah pronomina persona yang dapat menggantikan pronomina sebenarnya galian dan inyo.
Contoh :
Umak : “Di mano abak wa’ang?” ‘Di mana bapak/ayahmu?’ Anis : “Abak poi ka pante.” ‘Ayah pergi ke pantai.’
Pronomina persona abak/ayah ‘bapak’ dapat bervariasi menjadi pak tuo, pak ketek. Dalam bahasa Pesisir Batahan hal itu terjadi karena perbedaan urutan waktu kelahiran. Pronomina persona pak tuo adalah panggilan kepada saudara bapak yang sulung. Pronomina persona pak ketek adalah panggilan kepada saudara bapak yang bungsu.
Contoh :
a.”Pak tuo di imbo abak mbo.” ‘Bapak di panggil ayahku.’
b.”Di mano pak ketek boli buku du?” ‘Di mana bapak beli buku itu?’
(44)
Pada dasarnya pronomina persona pak tuo, pak ketek merupakan panggilan kepada saudara bapak yang kandung. Namun pronomina pak tuo, dan pak ketek dapat juga digunakan untuk menggantikan suami kakak ibu dan suami adek ibu pembicara. Pronomina pak tuo, pak ketek, tidak hanya digunakan kepada orang yang sudah menikah. Pronomina ini dapat juga digunakan untuk menggantikan saudara ayah yang belum menikah dan usianya lebih muda dari si pembicara.
2. Umak ‘Ibu’
Pronomina persona tak sebenarnya yang lain adalah pronomina persona
umak ‘ibu’. Pronomina persona umak dapat menggantikan pronomina persona
sebenarnya galian/kalian dan inyo. Contoh :
Santi : “Ka mano umak cako?” ‘Ke mana ibu tadi?’ Yeni : “Umak ka pasa.”
‘Ibu ke pasar.’
Pronomina persona umak ‘ibu’ dapat bervariasi menjadi pronomina persona
mak tuo, mak ketek. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan urutan waktu
kelahiran. Pronomina persona mak tuo merupakan panggilan kepada saudara ibu yang sulung. Pronomina persona mak ketek merupakan panggilan kepada saudara ibu yang bungsu.
Contoh :
a.“Mak tuo managih di kamar cako.” ‘Ibu menangis di kamar tadi.’
(45)
b. “Mak ketek sodang mambaco buku di kamar.”
‘Ibu sedang membaca buku di kamar.’
Pronomina mak tuo dan mak ketek merupakan panggilan kepada saudara kandung umak ‘ibu’. Tetapi pronomina persona mak tuo dan mak ketek dapat juga digunakan untuk panggilan kekerabatan kepada istri adik ayah. Pronomina persona mak tuo dan mak ketek tidak hanya digunakan sebagai panggilan kepada orang yang sudah menikah namun pronomina persona tersebut dapat juga digunakan pada saudari dari umak ‘ibu’ si pembicara yang belum menikah.
3. Ongku ‘Kakek’
Pronomina persona tak sebenarnya ongku ‘kakek’ adalah pronomina persona yang dapat menggantikan pronomina sebenarnya galian dan inyo. Pronomina persona ongku digunakan untuk menggantikan orang tua laki-laki dari bapak dan ibu si pembicara.
Contoh :
Eprin : “Di mano ongku boli salak du?” ‘di mana kakek beli salak itu?’ ongku : “di pasa.”
‘di pasar.’
Pronomina persona ongku juga digunakan untuk orang yang sudah tua walaupun orang tua dari bapak dan ibu si pembicara.
Contoh:
a. “Ambo poi samo ongku wa’ang cako.”
(46)
b. “Ongku santi du sakik di kamar.”
‘Kakek santi itu sakit di kamar.’
4. Uci ‘nenek’
Pronomina persona uci ‘nenek’ adalah pronomina persona tak sebenarnya yang dapat menggantikan pronomina persona sebenarnya galian/kalian dan inyo. Pemakaian pronomina persona uci tidak berbeda dengan pemakaian pronomina
ongku. Pronomina persona uci digunakan untuk menggantikan lawan bicara yang
merupakan orangtua perempuan dari bapak dan ibu si pembicara. Contoh:
Dian : “Olah makan uci? ‘Sudah makan nenek?’ Uci : “Olah.”
‘Sudah.’
Pronomina persona uci juga digunakan untuk menyebut setiap orang yang sudah tua dan berjenis kelamin perempuan.
Contoh:
Windy : “Kamano uci inun?” ‘Kemana nenek inun?’ Uci : “Dari pangajian.”
(47)
5. Kamas ‘abang’
Pronomina persona tak sebenarnya kamas ‘abang’ dalam bahasa Pesisir Batahan dapat digunakan untuk menggantikan pronomina persona sebenarnya
galian dan inyo. Pronomina persona kamas digunakan untuk menggantikan lawan
bicara yang merupakan saudara kandung dari si pembicara, berjenis kelamin laki-laki dan umurnya lebih tua daripada si pembicara.
Contoh:
Aya : “Kamano kamas cako Dev?” ‘Kemana abang tadi Dev?’ Devi : “Kamas di kamarnyo.”
‘Abang di kamarnyo.’
Pronomina persona kamas dapat juga digunakan pada seorang lelaki yang bukan saudara kandung dari si pembicara tetapi umurnya harus lebih tua dari si pembicara.
Contoh :
Evi : “Pabilo kamas pulang?” ‘Kapan abang pulang?’ Angga : “Sabonta lai.”
‘Sebentar lagi.’
6. Cani ‘Kakak’
Cani ‘kakak’ merupakan panggilan si pembicara kepada saudara
kandungnya yang berjenis kelamin perempuan dan umurnya lebih tua dari si pembicara.
(48)
Contoh :
Adiek : “Cani, diimbo uci.” ‘Kakak, dipanggil nenek.’ Cani : “Iyo, sabonta lai ambo ka situ.”
‘Iya, sebentar lagi saya ke situ.’
Pronomina persona cani dapat juga digunakan untuk memanggil setiap perempuan yang usianya lebih tua dari si pembicara. Cani termasuk pronomina yang tak sebenarnya karena dapat menggantikan pronomina sebenarnya galian dan inyo.
Contoh :
Windy : “Mangapo cani imbo ambo cako?” ‘Mengapa kakak panggil saya tadi?’ Aya : “Tolong bolikan gulo.”
‘Tolong belikan gula.’
7. Moncu ‘Paman’
Moncu ‘paman’ adalah pronomina persona tak sebenarnya yang dapat
menggantikan pronomina persona yang sebenarnya galian dan inyo. Pronomina persona moncu digunakan untuk panggilan kepada suami dari bibik saudara bapak.
Contoh:
Dian : “Jadi moncu ka Medan beko malam?” ‘Jadi paman ke Medan nanti malam?’
(49)
‘Jadi, mungkin jam delapan nanti malam dijemput taksi.’
Pronomina persona moncu dalam bahasa Pesisir Batahan dapat juga digunakan untuk setiap lawan bicara laki-laki yang usianya lebih tua dari si pembicara atau sebaya dengan paman si pembicara.
Contoh:
Andres : “Moncu si Yanti olah poi ka lading?” ‘Paman si Yanti sudah pergi ke ladang?’
8. Bunde ‘bibik’
Pronomina persona bunde ‘bibik’ adalah pronomina tak sebenarnya yang
dapat menggantikan pronomina sebenarnya galian/kalian dan inyo. Dalam bahasa Pesisir Batahan pronomina persona bunde digunakan untuk panggilan kepada adik ibu yang bungsu dan panggilan kepada istri paman.
Contoh:
Yenni : “Beko ambo poi samo bunde ka pasa.” ‘Nanti saya pergi dengan bibik ke pasar.’ Juli : “Poi mbo.”
‘Saya ikut.’
Pronomina persona bunde juga dapat digunakan untuk setiap lawan bicara perempuan yang usianya lebih tua dari si pembicara atau sebaya dengan bibik pembicara.
Contoh:
(50)
‘Mau kemana bibik?’
Bunde : “ Ondak ka Medan.” ‘Mau ke Medan.’
9. Mintuo’mertua’
Pronomina persona mintuo ‘mertua’ merupakan pronomina persona yang dapat menggantikan pronomina persona sebenarnya galian/kalian dan inyo. Pronomina persona mintuo digunakan untuk panggilan kepada orangtua dari istri oleh suami dan sebaliknya istri kepada orang tua suami.
Contoh:
Minantu : “Di mano mintuo ambo?” ‘Di mana mertua saya?’ Oliv: : “Di sumuo.”
‘Di sumur/kamar mandi.’
10. Minantu ‘menantu’
Pronomina persona minantu ‘menantu’ adalah pronomina tak sebenarnya yang digunakan untuk menggantikan pronomina sebenarnya galian/kalian dan
inyo. Pronomina persona mintuo digunakan untuk menggantikan lawan bicara
atau yang dibicarakan yaitu menantu ‘istri’ dari anak, baik menantu perempuan maupun menantu laki-laki.
Contoh:
(51)
‘Di mana menantu saya?’
Elsi : “Di ladang.” ‘Di ladang.’
11. Kau ‘ perempuan’
Pronomina persona kau ‘perempuan’ adalah pronomina persona tak sebenarnya yang digunakan untuk menggantikan pronomina persona sebenarnya
supiek dan inyo. Pronomina persona kau digunakan untuk menyebut lawan bicara
yang berjenis kelamin perempuan. Endra : “Kau cako di imbo umak.” ‘Kamu tadi di panggil ibu.’ Evti : “Io, sabonta lai ambo datang.” ‘Ia, sebentar lagi saya datang.’
12. Gadih ‘anak gadis’
Pronomina persona gadih ‘anak gadis’ merupakan pronomina persona tak sebenarnya yang dapat menggantikan pronomina persona sebenarnya kau dan
inyo. Pronomina persona gadih ‘anak gadis’ digunakan untuk menyebutkan lawan
bicara perempuan yang masih remaja dan belum menikah. Contoh:
Moncu : “Olah gadih si Rani kinin deh.” ‘Sudah gadis si Rini sekarang ya.’ Gadih : “ Iyo, Moncu.”
(52)
‘Ia, Paman.’
13. Moncik/todak ‘ ikan/tikus’
Pronomina persona moncik ‘tikus’ dan todak ‘sejenis ikan’ adalah pronomina tak sebenarnya yang dapat menggantikan pronomina sebenarnya
wa’ang dan inyo. Pronomina ini digunakan kepada lawan bicara atau yang
dibicarakan apabila si pembicara sudah akrab dengan lawan bicara. Apabila si pembicara belum akrab dengan lawan bicaranya maka pronomina persona moncik dan baledang tidak digunakan. Pemakaian pronomina persona moncik dan
baledang hanya digunakan dalam situasi nonformal atau dalam situasi santai.
Contoh
a.Henra : “Masih iduk wa’ang baledang?” ‘Masih hidup kamu ikan?’
b.Arif : “Io la… moncik.” ‘Ia la… tikus.’
4.3.2 Fungsi Pronomina Penunjuk
Pronomina persona dalam bahasa Pesisir Batahan berfungsi untuk menunjukkan seuatu yang bersifat umum seperti barang, benda dan lain-lain. Pronomina penunjuk juga berfungsi untuk menunjukkan tempat dan menunjukkan suatu hal.
(53)
4.3.2.1 Pronomina penunjuk umum
1. Iko ‘ini’
Dalam bahasa Pesisir Batahan pronomina penunjuk iko ‘ini’ adalah pronomina penunjuk umum. Pronomina penunjuk iko digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang sifatnya umum seperti barang, benda, orang, dan lain-lain. Pronomina penunjuk iko digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang letaknya dekat dengan lawan bicara ataupun sesuatu tersebut berada di tangan lawan bicara.
Contoh:
a.Umak : “Mano uci kau wik?” ‘Mana nenekmu wik?’ Dewi : “Ikonyo mak”
‘Ini dia mak’
b.Umak : “Iko baju kau di ateh meja” ‘Ini bajumu di atas meja” Dewi : “Io, mak”
‘Ia, bu”
2. Inin ‘itu’
Pronomina penunjuk inin ‘itu’ adalah pronomina penunjuk yang digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang bersifat umum. Pronomina penunjuk inin digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang letaknya jauh dari lawan bicara.
(54)
Contoh:
Abak : “Di mano salop ambo cako Vi?”
‘Di mana sandal saya tadi Vi?’ Evi : “Inin, di dalam karton bak.” ‘Itu, di dalam kardus yah/ayah.’
4.3.2.2 Pronomina penunjuk tempat
1. Di siko ‘di sini’
Pronomina penunjuk tempat di siko ‘di sini’ digunakan untuk menunjukkan tempat dan keberadaan sesuatu yang letaknya tidak jauh dari si pembicara. Pronomina penunjuk tempat di siko dapat menunjukkan apa saja dan siapa saja. Contoh:
Umak : ”Di siko umak si Vitri?” ‘Di sini ibu si Vitri?’ Henra : ”Io, masuok lah bu.” ‘Ia, masuk lah buk.’
2. Di sinin ‘di sana’
Pronomina penunjuk tempat di sinin ‘di sana’ digunakan untuk menunjukkan tempat keberadaan sesuatu yang letaknya jauh dari si pembicara dan lawan bicara.
(55)
Contoh:
Yeni : “Moh poi ito ka sinin.” ‘Ayo pergi kita ke sana.’ Kiki : “Moh la.”
‘Ayo la’
3. Ka sinin ‘ke sana’
Pronomina penunjuk tempat ka sinin ’ke sana’ digunakan untuk menunjukkan tempat tujuan. Pronomina penunjuk tempat ka sinin menunjukkan tempat tujuan yang jaraknya jauh dari si pembicara dan lawan bicara.
Contoh:
Yenni : “Ondak ka mano wa’ang?” ‘Mau ke mana kamu (laki-laki)’ Rudi : ”Ka sinin, Yen.”
‘Ke sana, yen.’
4. Ka siko ‘ke sini’
Pronomina penunjuk tempat ka siko ‘ke sini’ digunakan untuk menunjukkan tempat tujuan yang letaknya dekat dengan si pembicara dan lawan bicara.
Contoh:
Umak : “Kamano wa’ang?”
‘Kenama kamu (laki-laki)?’ Yuli : ”Kasiko mak.”
(56)
5. Dari sinin ‘dari sana’
Pronomina penunjuk tempat dari sinin ‘dari sana’ digunakan untuk menunjukkan tempat asal yang letaknya jauh dari si pembicara dan lawan bicara. Contoh:
Alex : “Dari mano kau ?”
‘Dari mana kamu (perempuan) ?’ Vera : “Dari sinin.”
‘Dari sana.’
6. Dari siko ‘dari sini’
Pronomina penunjuk tempat dari siko ‘dari sini’ merupakan pronomina yang digunakan untuk menunjukkan tempat asal yang jaraknya dekat dari tempat keberadaan si pembicara dan lawan bicara.
Contoh:
Abak : “Dimano wa’ang boli baju iko?” ‘Dimana kamu beli baju ini?’ Epan : “Disiko bak.”
‘Disini yah.’
4.3.2.3 Pronomina penunjuk ikhwal
1. Bak iko ‘seperti ini’
Pronomina penunjuk bak iko ‘seperti ini’ merupakan pronomina penunjuk ikhwal yang terbentuk satu kata bak ‘seperti’ dan kata iko ‘ini’ maka arti
(57)
pronomina bak iko adalah seperti ini. Pronomina penunjuk bak iko digunakan untuk menyatakan sesuatu yang sama dengan sesuatu yang letaknya dekat dari lawan bicara.
Havis : “Bak iko uponyo sipat wa’ang.’
‘Seperti ini rupanya sipat mu (laki-laki).’ Putra : “Io, bak iko mangapo uponyo.”
‘Ia, seperti ini mengapa rupanya.’
2. Bak itu ‘seperti itu’
Pronomina penunjuk bak itu ‘seperti itu’ juga merupakan pronomina penunjuk ikhwal dalam bahasa Pesisir Batahan. Pronomina bak itu terdiri dari dua kata yaitu kata bak ‘seperti’ dan kata itu ‘itu’ maka arti kata bak itu adalah seperti itu. Pronomina penunjuk ikhwal bak itu digunakan untuk menyatakan sesuatu yang sama dengan sesuatu yang letaknya jauh dari pembicara dan lawan bicara. Contoh:
Septi : “Bak mano, sapatu nan ondak kau boli du?” ‘Seperti apa, sepatu yang mau kamu beli itu?’ Sevi : “Bak itu sep.”
‘Seperti itu sep.’
4.3.3 Fungsi Pronomina Penanya
Pronomina penanya dalam bahasa Pesisir Batahan berfungsi sebagai pemarkah (penanda) pertanyaan. Pronomina penanya digunakan untuk menanyakan orang, menanyakan barang, atau menanyakan pilihan.
(58)
1. Siapo ‘ siapa’
Pronomina penanya siapo ‘siapo’ digunakan untuk menanyakan orang yang belum dikenal ataupun yang sudah dikenal.
Contoh:
Kevin : “Namo wa’ang siapo?” ‘Nama kamu siapa?’ Erwin : “Erwin.”
‘Erwin.’
2. Apo ‘apa’
Pronomina penanya apa ‘apa’ digunakan untuk menanyakan tentang barang atau menanyakan sesuatu yang belum diketahui.
Contoh:
a. Esti : “Apo nan kau boli du?” ‘Apa yang kamu beli itu?’ Kirana : “Bonang.”
‘Benang.’
b. Sofia : ”Apo nan dikecekkan nyo du bak?” ‘Apa yang dibicarakannya itu yah?’
Abak : “Ontah, do tau mbonyo.” ‘Entah, saya tidak tau.’
(59)
3. Mano ‘mana’
Pronomina penanya mano ‘mana’ dalam bahasa Pesisir Batahan digunakan untuk menanyakan pilihan orang, pilihan barang, atau menanyakan sesuatu yang belum diketahui.
Contoh:
Heri : “Mak, mano baju lambayuong ambo du?” ‘Mak/bu, mana baju ungu saya itu?’
Umak : “Di ateh meja.” ‘Di atas meja.’
Eli : “Nan mano mak pule du ni?”
‘Yang mana pengantin laki-lakinya kak?’
(60)
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah diperoleh penulis dari lapangan, maka
penulis membuat simpulan sebagai berikut.
1. Dalam bahasa Pesisir Batahan di Kabupaten Mandailing Natal terdapat pronomina (kata yang dipakai untuk mengacu kepada nomina lain).
2. Pronomina yang terdapat dalam bahasa Pesisir Batahan ada tiga jenis yaitu: (1) Pronomina persona (pronomina yang dipakai untuk mengacu pada orang) contoh: ambo ‘saya’, engkau ’engkau’, wa’ang/kau’ kamu’, inyo ‘dia’,
baliau, ‘beliau’, (2) pronomina penunjuk (pronomina penunjuk dalam bahasa
Pesisir Batahan ada tiga jenis yaitu: pronomina penunjuk umum, contohnya:
ini, ‘iko’, itu’ ini’, pronomina penunjuk tempat, contoh: siko ‘sini’, situ ‘situ’, sinin ‘sana’, dan pronomina penunjuk ihwal, contoh: bak iko ‘seperti ini’, bak itu ‘seperti itu’, (3) pronomina penanya (pronomina yang dipakai sebagai
pemarkah pertanyaan) contoh: apo ‘apa’, siapo ‘siapa’, mangapo ‘mengapa’,
di mano ‘di mana’, barapo ‘berapa’, bak mano ‘bagaimana’, mano ‘mana’.
Jenis pronomina dalam bahasa Pesisir Batahan sama halnya dengan jenis pronomina dalam bahasa Indonesia.
3. Dalam bahasa Pesisir Batahan pronomina persona terbagi dua yaitu : (1) pronomina persona sebenarnya (2) pronomina persona tak sebenarnya. Jenis ini diuraikan lagi menjadi pronomina persona pertama, pronomina persona kedua, dan pronomina persona ketiga. Dalam bahasa Pesisir Batahan
(61)
pronomina sebenarnya meliputi ambo ‘saya’, engkau ‘engkau’, wa’ang/kau ‘kamu’, inyo ‘dia’, beliau ‘beliau’, dan pronomina persona tak sebenarnya dalam bahasa Pesisir Batahan meliputi umak ‘ibu’, abak ‘bapak/ayah’,
cani/teti ‘kakak’, uci ‘nenek’, ongku ‘kakek’, bunde ‘bibik’ dan sebagainya.
4. Pronomina dalam bahasa Pesisir Batahan harus dikuasai dengan baik oleh setiap penutur bahasa Pesisir Batahan untuk mencegah terjadinya kesalahpahaman antara penutur bahasa Pesisir Batahan.
5. Pronomina persona dalam bahasa Pesisir Batahan berfungsi untuk menggantikan orang pertama contoh: ambo, awak ‘saya, aku’, orang kedua contoh: wa’ang/kau, ‘kamu’, engkau ‘engkau’, dan orang ketiga contoh:
inyo, ‘dia’, beliau ‘beliau’, nyo ‘nya’. Penggunaan pronomina persona
tersebut disesuaikan dengan jenis kelamin, umur, status sosial.
6. Pronomina penunjuk dalam bahasa Pesisir Batahan berfungsi untuk menunjukkan tempat contoh: siko ‘sini’, situ ‘situ’, sinin ‘sana’, menunjukkan sesuatu yang bersifat umum seperti barang dan orang.
7. Pronomina penanya dalam bahasa Pesisir Batahan berfungsi sebagai pemarkah (penanda) pertanyaan. Pronomina penanya digunakan untuk menanyakan orang, pilihan dan untuk menanyakan barang.
5.2 Saran
Skripsi ini membahas pronomina bahasa Pesisir Batahan. Dalam bahasa Pesisir Batahan masih banyak unsur kebahasaan yang belum diteliti oleh para ahli bahasa. Mahasiswa Fakultas Sastra hendaknya tidak henti-hentinya mengadakan penelitian terhadap penggunaan bahasa daerah khususnya bahasa Pesisir Batahan,
(62)
agar meneliti unsur kebahasaan yang lain yang terdapat dalam bahasa Pesisir Batahan.
(63)
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Anwar, Khaidir. 1990. Fungsi dan Peranan Bahasa. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Arifin, Zaenal. 2008. Dasar-Dasar Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: Grasindo.
Badudu, J. S. 1987. Pelik-Pelik Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Prima.
Chaer, Abdul. 1997. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia: edisi revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Djajasudarma, Fatimah. 1993. Semantik 2 Pemahaman Ilmu Makna. Bandung: Erosco.
Gerth Van Wijk, D. 1985. Tata Bahasa Melayu. Jakarta: Djambatan.
Kridalaksana, Harimukti. 1980. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Mahsun, M. S. 1995. Dialektalogi Diakronik: Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Moeliono. dkk, 1993. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Moussay, Gerard. 1998. Tata Bahasa Minangkabau. Jakarta: Gramedia.
Samsuri. 1994. Analisis Bahasa: Memahami Bahasa Secara Ilmiah. Jakarta: Airlangga.
(64)
Kamus.
Alwi, Hasan ddk. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus linguistik. Jakarta : Gramedia.
Skripsi S-I.
Tuojiman. 1998. Pronomina Persona di Stasiun Pinang Baris. Skripsi S-I
Yuanita, Arie. 2006. Pronomina dalam Bahasa Pesisir Sibolga. Skripsi S-I
Internet.
http://profil-daerah-kecamatan-natal.html/5/5/10
(65)
LAMPIRAN
DAFTAR INFORMAN
1. Nama : Arnawida Umur : 35 Tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Alamat : Desa Kuala Batahan
2. Nama : Lismanidar Umur : 38 Tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Alamat : Desa kuala Batahan
3.Nama : Dalni Umur : 36 Tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Desa kuala Batahan
4. Nama : Sufi Umur : 35 Tahun Pekerjaan : Wirasuwasta Alamat : Desa kuala Batahan
(66)
5. Nama : Alitafsir Umur : 39 Tahun Pekerjaan : Wirasuwasta Alamat : Desa kuala Batahan
6. Nama : Saripul Umur : 40 Tahun Pekerjaan : Wirasuwasta
Alamat : Desa Kuala Batahan
7. Nama : Siyuh Umur : 40 Tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Desa Kuala Batahan
8. Nama : Rosni Umur : 38 Tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Alamat : Desa Kuala Batahan
9. Nama : Nuraini Umur : 30 Tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Alamat : Desa kuala Batahan
(67)
10. Nama : Yusran Umur : 35 Tahun Pekerjaa : Wirasuwasta Alamat : Desa kuala Batahan
11. Nama : Meknur Umur : 40 Tahun Pekerjaan : Wirasuwasta Alamat : Desa Kuala Batan
(1)
agar meneliti unsur kebahasaan yang lain yang terdapat dalam bahasa Pesisir Batahan.
(2)
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Anwar, Khaidir. 1990. Fungsi dan Peranan Bahasa. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Arifin, Zaenal. 2008. Dasar-Dasar Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: Grasindo.
Badudu, J. S. 1987. Pelik-Pelik Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Prima.
Chaer, Abdul. 1997. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia: edisi revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Djajasudarma, Fatimah. 1993. Semantik 2 Pemahaman Ilmu Makna. Bandung: Erosco.
Gerth Van Wijk, D. 1985. Tata Bahasa Melayu. Jakarta: Djambatan.
Kridalaksana, Harimukti. 1980. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Mahsun, M. S. 1995. Dialektalogi Diakronik: Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Moeliono. dkk, 1993. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Moussay, Gerard. 1998. Tata Bahasa Minangkabau. Jakarta: Gramedia.
Samsuri. 1994. Analisis Bahasa: Memahami Bahasa Secara Ilmiah. Jakarta: Airlangga.
(3)
Kamus.
Alwi, Hasan ddk. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus linguistik. Jakarta : Gramedia.
Skripsi S-I.
Tuojiman. 1998. Pronomina Persona di Stasiun Pinang Baris. Skripsi S-I
Yuanita, Arie. 2006. Pronomina dalam Bahasa Pesisir Sibolga. Skripsi S-I
Internet.
http://profil-daerah-kecamatan-natal.html/5/5/10
(4)
LAMPIRAN
DAFTAR INFORMAN
1. Nama : Arnawida Umur : 35 Tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Alamat : Desa Kuala Batahan
2. Nama : Lismanidar Umur : 38 Tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Alamat : Desa kuala Batahan
3.Nama : Dalni Umur : 36 Tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Desa kuala Batahan
4. Nama : Sufi Umur : 35 Tahun Pekerjaan : Wirasuwasta Alamat : Desa kuala Batahan
(5)
5. Nama : Alitafsir Umur : 39 Tahun Pekerjaan : Wirasuwasta Alamat : Desa kuala Batahan
6. Nama : Saripul Umur : 40 Tahun Pekerjaan : Wirasuwasta
Alamat : Desa Kuala Batahan
7. Nama : Siyuh Umur : 40 Tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Desa Kuala Batahan
8. Nama : Rosni Umur : 38 Tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Alamat : Desa Kuala Batahan
9. Nama : Nuraini Umur : 30 Tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Alamat : Desa kuala Batahan
(6)
10. Nama : Yusran Umur : 35 Tahun Pekerjaa : Wirasuwasta Alamat : Desa kuala Batahan
11. Nama : Meknur Umur : 40 Tahun Pekerjaan : Wirasuwasta Alamat : Desa Kuala Batan