Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial di Kabupaten Toba Samosir

(1)

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

SKRIPSI

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL

DI PEMERINTAH KABUPATEN TOBA SAMOSIR

OLEH

NAMA : LODEWIK MARPAUNG

NIM : 040503159

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi salah satu Syarat Untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara 2010


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial di Kabupaten Toba Samosir” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi program S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas dan dan benar adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia dikenakan sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan , 15 Juli 2010

Yang membuat pernyataan

LODEWIK MARPAUNG NIM : 040503159


(3)

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulilah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena telah memberikan rahmat dan anugrah-Nya, serta senantiasa memberikan kesehatan, kesempatan, dan kekuatan bagi penulis sehingga akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Universitas Sumatera Utara untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi. Judul Skripsi ini adalah “Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial di Kabupaten Toba Samosir”

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan berupa moriil, material, spiritual, maupun administrasi. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, AK selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, AK selaku Sekertaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak. selaku Dosen Pembimbing. Terima kasih atas semua waktu dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis selama proses penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Drs. M. Utama Nasution, MM, Ak. selaku Dosen Pembanding/Penguji I dan Bapak Drs. Wahidin Yasin, Msi, Ak. selaku Pembanding/Penguji II yang telah banyak membantu penulisan melalui saran dan kritik yang telah diberikan demi kesempurnaan skripsi ini.


(4)

5. Kepada Bupati dan Sekertaris Daerah, serta seluruh Staf Kedinasan Daerah Pemerintah Kabupaten Toba Samosir, juga Staf BKD. Saya ucapkan terima kasih atas izin dan dukungan untuk meneliti di instalasi Pemerintah Daerah Kabupaten Toba Samosir, serta bantuan yang telah diberikan sehingga dapat memudahkan terselesainya skripsi ini.

6. Kedua orang tua penulis, Ayahanda Alamat Marpaung, A.md dan alm. Ibunda Sartina Sinurat. Terima kasih atas semua kasih sayang, do’a, dukung , didikan, dan semangat yang sangat berarti. Semoga penulisan dapat menjadi anak yang dibanggakan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan krtik yang membangun sangat penulis harapkan dari pembaca untuk penulisan selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat berguna bagi para pembacanya.

Medan , 15 Juli 2010

Yang membuat Pernyataan

LODEWIK MARPAUNG NIM : 040503159


(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah partisipasi dalam penyusunan anggaran berbasis kinerja berpengaruh secara parsial terhadap kinerja keuangan Pemerintah Daerah kabupaten Toba Samosir. Metode penelitian ini adalah dengan menggunakan desain penelitian kasual, dengan jumlah sampel 52 responden dari 26 SKPD yang diteliti. Jenis data yang dipakai adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan mengirim data kuesioner langsung pada responden dan mengambilnya kembali setelah jangka waktu yang telah ditetapkan.

Penelitian ini mengunakan model analisis data yang digunakan regresi linear sederhana. Pengujian kualitas data yang digunakan adalah uji validitas dan uji reliabilitas. Uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji normalitas, dan uji heterokedastisitas. Pengujian hipotesis menggunakan Koefisien Determinan, uji signifikan parsial (uji – t).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial Pemerintah Daerah Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini menemukkan bahwa partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh pengaruh signifikan positif terhadap kinerja manajerial Pemerintah Daerah Kabupaten Toba Samosir.


(6)

ABSTRACT

This study aims to determine whether the application of performance-based budgeting is partially affect the financial performance of the Regional Government of Toba Samosir regency. This research method is to use a casual research design, with the number of samples from the 52 respondents surveyed SKPD 26. Types of data used is the primary data and secondary data. The primary data obtained by sending data directly to the respondents' questionnaires and took it back after a period of time has been set.

Data analysis model used is simple linear regression. Testing the quality of data used is the test validity and reliability testing. Classic assumption test was used for normality test, and test heterokedastisitas. Hypothesis testing using the coefficient of determinant, significant partial test (test - t).

The results showed that the impact of budgeting participation on the managerial performance of the Government of Toba Samosir Regency. This research found that the impact of budgeting participation positively significant influence on the managerial performance of the Government of Toba Samosir Regency.


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN... i

KATA PENGANTAR……….. ii

ABSTRAK ……….………...iv

ABSTRACT ………...v

DAFTAR ISI………. vi

DAFTAR TABEL ...x

DAFTAR GAMBAR ...xi

DAFTAR LAMPIRAN ...xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Perumusan Masalah ...9

C. Batasan Penelitian ...10

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...10

E. Originalitas Penelitian ...11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis ...13

1. Pengertian Anggaran ...13

2. Kegunaan Anggaran ...15

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan anggaran ...16

4. Prinsip-prinsip pokok dalam siklus anggaran...18

5. Pengertian dan ruang lingkup keuangan daerah...19


(8)

8. Kinerja manajerial ...33

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 35

C. Kerangka konseptual dan Hipótesis ... 39

1. Kerangka Konseptual ... 39

2. Hipotesis ... 41

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 42

B. Populasi dan sampel Penelitian ……….……. 42

1. Populasi Penelitian ………..42

2. Sampel Penelitian ………..44

C. Jenis dan Sumber Data ………. 45

D. Tehnik Pengumpulan Data ……… 46

E. Identifikasi dan Pengukuran Variabel Penelitian ………. 46

F. Metode Analisis Data ………..48

1. Pengujian Kualitas Data ………..48

a. Uji Validitas ………. 48

b. Uji Reliabilitas ………..49

2. Pengujian Asumís Klasik ………..49

a. Uji Normalitas Data ………. 49

b. Uji Heteroskedatisitas ………. 50

3. Pengujian Hipotesis ………. 50

a. Koefisien Determinan R2 ...51

b. Uji Signifikan Parsial (uji – t) ...51


(9)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ...53

1. Sejarah Singkat Kabupaten Toba Samosir ...53

2. Kondisi Geografis Daerah ...53

3. Pemeritahan ...54

4. Kependudukan ...54

B. Analisis Hasil Penelitian ...55

1. Analisis Statistik Deskriptif ...55

a. Paritisipasi Penyusunan Anggaran (X) ...56

b. Kinerja Manajerial Pemerintah Daerah Kabupaten Toba Samosir(Y) ... 58

2. Hasil Uji Kualitas Data ...62

a. Uji Validitas Variabel ...62

1.) Variabel Paritisipasi Penyusunan Anggaran (X) ... .62

2.) Variabel Kinerja Manajerial Pemerintah daerah Kabupaten Toba Samosir (Y) ...63

b. Uji Reliabilitas Variabel ...64

1.) Variabel Paritisipasi Penyusunan Anggaran ...65

2.) Variabel Kinerja Manajerial Pemerintah daerah Kabupaten Toba Samosir (Y)...65

3. Hasil Uji Asumsi Klasik ...66

a. Hasil Uji Normalitas ……….………..66

b. Hasil Uji Heteroskedatisitas ...69


(10)

b. Uji Signifikan Parsial (uji – t) ………73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...75

B. Keterbatasan Penelitian ... ...76

C. Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ...78


(11)

DAFTAR TABEL TABEL

No JUDUL Hal

Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu 37

Tabel 3.1 SKPD Pemerintah Daerah Kabupaten Toba Samosir 43

Tabel 3.2 Jumlah SKPD yang dijadikan sampel 44

Tabel 3.3 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variable 47

Tabel 3.4 Jadwal Peneltian 52

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Variabel Paritisipasi Penyusunan Anggaran 56 Tabel 4.2 Statiststik Deskriptif Kinerja Manajerial 59 Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Variabel Paritisipasi Penyusunan Anggaran 62 Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Variabel Kinerja Manajerial 63 Tabel 4.5 Hasil Uji Reliabilitas Paritisipasi Penyusunan Anggaran 65 Tabel 4.6 Hasil Uji Reliabilitas Paritisipasi Penyusunan Anggaran 65 Tabel 4.7 One – sample kolmogrov – smirnov test 68 Tabel 4.8 Variabel enter / removed Regresi linear sederhana 71

Tabel 4.9 Regresi linear 71

Tabel

4.10 Model Summary 72

Tabel

4.11 Regresi Linear 73


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar .no JUDUL Hal

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian 39

Gambar 4.1 Histogram 67

Gambar 4.2 Normal P - P Plot 67

Gambar 4.3 Scatterplot 70


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran JUDUL Hal

Lampiran i Kuesioner Penelitian 80

Lampiran ii

Tabulasi Hasil Kuesioner Partisipasi Penyusunan

Anggaran 85

Lampiran iii Tabulasi Hasil Kuesioner Kinerja Manajerial 87 Lampiran iv Reliability Partisipasi Penyusunan Anggaran 89

Lampiran v Reliability Kinerja Manajerial 90

Lampiran vi Regression 91

Lampiran vii Scatterplot 94


(14)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah partisipasi dalam penyusunan anggaran berbasis kinerja berpengaruh secara parsial terhadap kinerja keuangan Pemerintah Daerah kabupaten Toba Samosir. Metode penelitian ini adalah dengan menggunakan desain penelitian kasual, dengan jumlah sampel 52 responden dari 26 SKPD yang diteliti. Jenis data yang dipakai adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan mengirim data kuesioner langsung pada responden dan mengambilnya kembali setelah jangka waktu yang telah ditetapkan.

Penelitian ini mengunakan model analisis data yang digunakan regresi linear sederhana. Pengujian kualitas data yang digunakan adalah uji validitas dan uji reliabilitas. Uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji normalitas, dan uji heterokedastisitas. Pengujian hipotesis menggunakan Koefisien Determinan, uji signifikan parsial (uji – t).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial Pemerintah Daerah Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini menemukkan bahwa partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh pengaruh signifikan positif terhadap kinerja manajerial Pemerintah Daerah Kabupaten Toba Samosir.


(15)

ABSTRACT

This study aims to determine whether the application of performance-based budgeting is partially affect the financial performance of the Regional Government of Toba Samosir regency. This research method is to use a casual research design, with the number of samples from the 52 respondents surveyed SKPD 26. Types of data used is the primary data and secondary data. The primary data obtained by sending data directly to the respondents' questionnaires and took it back after a period of time has been set.

Data analysis model used is simple linear regression. Testing the quality of data used is the test validity and reliability testing. Classic assumption test was used for normality test, and test heterokedastisitas. Hypothesis testing using the coefficient of determinant, significant partial test (test - t).

The results showed that the impact of budgeting participation on the managerial performance of the Government of Toba Samosir Regency. This research found that the impact of budgeting participation positively significant influence on the managerial performance of the Government of Toba Samosir Regency.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Otonomi daerah di Indonesia yang didasarkan pada undang-undang nomor 22 tahun 1999 digantikan dengan undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah dan undang-undang nomor 25 tahun 1999 digantikan dengan undang-undang nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pusat dan daerah dengan sistem pemerintahan desentralisasi sudah mulai efektif dilaksanakan sejak 1 Januari 2001. Undang-undang tersebut merupakan kebijakan yang dipandang sangat demokratis dan memenuhi aspek desentralisasi pemerintah yang sesungguhnya.

Sebenarnya pertimbangan mendasar terselenggaranya Otonomi Daerah (Otoda) adalah perkembangan kondisi di dalam negeri yang mengindikasikan bahwa rakyat menghendaki keterbukaan dan kemandirian (desentralisasi). Selain itu keadaan luar negeri yang juga menunjukkan bahwa semakin maraknya globalisasi yang menuntut daya saing tiap negara, termasuk daya saing pemerintah daerahnya. Daya saing pemerintah daerah ini diharapkan akan tercapai melalui peningkatan kemandirian pemerintah daerah. Selanjutnya peningkatan kemandirian pemerintah daerah tersebut diharapkan dapat diraih melalui Otoda (Halim 2001:2). Tujuan program otonomi daerah adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah, mengurangi kesenjangan antar daerah dan meningkatkan kualitas pelayanan publik agar lebih efisien dan


(17)

responsif terhadap kebutuhan, potensi maupun karakteristik di daerah masing-masing. Hal ini ditempuh melalui peningkatan hak dan tanggung jawab pemerintah daerah untuk mengelola rumah tangganya sendiri. (Bastian 2006).

Adapun misi utama undang-undang nomor 22 tahun 1999 digantikan dengan undang-undang nomor 32 tahun 2004 dan undang-undang nomor 25 tahun 1999 digantikan dengan undang-undang nomor 33 tahun 2004 tersebut bukan hanya keinginan untuk melimpahkan kewenangan pembangunan dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah, tetapi yang lebih penting adalah efisiensi dan efektifitas sumber daya keuangan. Untuk itu diperlukan suatu laporan keuangan yang handal dan dapat dipercaya agar dapat menggambarkan sumber daya keuangan daerah berikut dengan analisis prestasi pengelolaan sumber daya keuangan daerah itu sendiri (Bastian 2001:6). Hal tersebut sesuai dengan ciri penting dari suatu daerah otonom yang mampu menyelenggarakan otonomi daerahnya yaitu terletak pada strategi sumber daya manusia (SDM) dan kemampuan di bidang keuangan daerah

Penetapan UU No. 22 tahun 1999 dan UU No. 25 tahun 1999 oleh pemerintah, mengenai Pemerintah Daerah dan Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, berimplikasi pada tuntutan otonomi yang lebih luas dan akuntabilitas publik yang nyata yang harus diberikan kepada pemerintah daerah (Halim, 2001). Selanjutnya, UU ini diganti dan disempurnakan dengan UU No. 32 tahun 2004 dan UU No. 33 tahun 2004. Kedua undang-undang tersebut telah merubah akuntabilitas atau pertanggungjawaban pemerintah


(18)

daerah dari pertanggungjawaban vertikal (kepada pemerintah pusat) ke pertanggungjawaban horisontal (kepada masyarakat melalui DPRD). UU No. 33/2004, ps. 72 dan PP 58, ps. 36 menyatakan bahwa Satuan Kerja Perangakat Daerah (SKPD), bisa Badan, Dinas, Kantor dan unit lainnya, harus menyusun Rencana Kerja dan Anggaran SKPD yang kemudian disebut RKA SKPD. Realisasi APBD, RKA SKPD merupakan basis bagi manajer (pimpinan aparatur) SKPD dalam menjalankan tanggung jawab kinerjanya.

Satuan Kerja Perangka Daerah (SKPD) merupakan instrumen manajemen pembangunan daerah yang dipimpin oleh seorang kepala SKPD. Aspek-aspek dalam manajemen pembangunan daerah terwadahi dalam satu atau beberapa SKPD. Penyusunan kebijakan dan koordinasi diwadahi dalam sekretariat, pengawasan diwadahi dalam bentuk inspektorat, perencanaan diwadahi dalam bentuk badan, unsur pendukung dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik diwadahi dalam lembaga teknis daerah, sedangkan aspek pelaksana urusan daerah diwadahi dalam dinas daerah. Kinerja SKPD menentukan kinerja pada tiap aspek manajemen pembangunan daerah, yang pada gilirannya, menentukan kinerja daerah dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat di daerah.

Lingkup anggaran menjadi relevan dan penting di lingkungan pemerintah daerah. Hal ini terkait dengan dampak anggaran terhadap akuntabilitas pemerintah, sehubungan dengan fungsi pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Perencanaan dan penganggaran merupakan kegiatan yang saling terintegrasi. Anggaran Daerah (APBD) disusun


(19)

berdasarkan rencana kerja daerah yang telah disusun baik Rencana Kerja Jangka Panjang (RPJP), Rencana Kerja Jangka Menengah (RPJM) dan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD). Pada tingkat SKPD, anggaran juga disusun berdasarkan rencana jangka menengah SKPD yang sering disebut Renstra SKPD. Renstra SKPD dan RKPD menjadi acuan bagi SKPD untuk menyusun rencana kerja (Renja) SKPD. Renstra SKPD disusun dengan cara “duduk bersama” para anggota SKPD serta mengacu kepada RPJP dan RPJM baik nasional maupun daerah.

Draft Renja SKPD, khususnya Renja program pembangunan fisik disusun berdasarkan data akurat hasil survei di lapangan. Draft Renja SKPD yang akan dibahas pada Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) untuk Tingkat Kabupaten/Kota, dibahas terlebih dahulu pada Forum SKPD. Pada Forum SKPD, setiap SKPD memaparkan Renja SKPD dan mendiskusikan dengan pihak kecamatan, untuk menyelaraskan program/kegiatan yang telah disusun SKPD dengan hasil Musrenbang dari setiap kecamatan.

Dari hasil pengamatan Rahayu, dkk (2007) ditemukan proses Forum SKPD dan Musrenbang, dilaksanakan belum secara maksimal. Dalam diskusi kelompok bidang, setiap SKPD hanya diberikan waktu yang sangat singkat untuk memaparkan dan mendiskusikan Renja SKPD yang telah disusun. Fokus perhatian para peserta juga lebih dominan kepada program/kegiatan yang bersifat pembangunan fisik, sementara pembangunan non fisik tidak terlalu banyak dibahas.


(20)

antara lain oleh Johnson (1982) menggunakan pendekatan ethnometodologi dalam penelitian perilaku anggaran. Gordon dan Sellers (1984) membuktikan bahwa sistem informasi akuntansi sejalan dengan sistem penganggaran organisasi dan Munawar (2006) menunjukkan bahwa karakteristik tujuan anggaran berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku dan sikap aparat daerah.

Penelitian mengenai hubungan antara partisipasi anggaran dengan kinerja manajerial merupakan penelitian di bidang akuntansi manajemen yang masih dalam perdebatan karena hasil penelitian mengenai hubungan antara kedua variabel tersebut tidak konsisten. Milani (1975) menemukan adanya pengaruh negatif antara partisipasi anggaran dengan kinerja manajer, Brownell (1982) menemukan bahwa partisipasi dalam anggaran memiliki pengaruh yang rendah terhadap kinerja manajer, namun dalam pengujian selanjutnya (Brownell dan Mclness, 1986) menemukan bahwa anggaran partisipati memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja manajer. Supriyono dan Syakhroza (2003) menemukan partisipasi anggaran berasosiasi positif dengan kinerja manajer. Melani (1975) dan Kenis (1979) tidak dapat membuktikan adanya hubungan yang signifikan antara partisipasi anggaran dengan kinerja manajerial. Bahkan mereka menemukan bahwa partisipasi anggaran memiliki pengaruh negatif terhadap kinerja manajerial.

Pengaruh partisipasi anggaran pada kinerja manajerial merupakan tema pokok yang menarik dalam penelitian akuntansi manajemen, hal ini disebabkan karena partisipasi umumnya dinilai sebagai suatu pendekatan manajerial yang dapat meningkatkan kinerja anggota organisasi dan selain itu berbagai


(21)

penelitian yang menguji hubungan antara partisipasi anggaran dengan kinerja manajerial hasilnya sering bertentangan. Riyanto (2003) mengatakan perlunya penelitian mengenai pendekatan kontijensi dalam menguji faktor kontekstual yang mempengaruhi hubungan antara sistem pengendalian dengan kinerja. Sistem pengendalian termasuk sistem pengendalian akuntansi dan anggaran. Hasil penelitian-penelitian tentang hubungan karakteristik anggaran dengan implikasinya, menunjukkan hasil yang tidak konsisten antara satu peneliti dengan peneliti yang lainnya. Menurut Govindarajan dalam Lucyanda (2001), diperlukan upaya untuk merekonsiliasi ketidakkonsistenan dengan cara mengidentifikasikan faktor-faktor kondisional antara kedua variabel tersebut dengan pendekatan kontijensi. Penggunaan pendekatan kontijensi tersebut memungkinkan adanya variabel-variabel lain yang bertindak sebagai variabel moderating atau variabel intervening. Lebih lanjut Govindarajan dalam Lucyanda (2001) mengatakan pendekatan kontijensi berdimensi variabel intervening mempengaruhi hubungan antara partisipasi anggaran dengan kinerja manajerial pada saat hubungan antara partisipasi anggaran dengan kinerja manajerial tidak searah atau berbanding terbalik.

Indriantoro dan Supomo (2000) menemukan ada pengaruh positif budaya organisasi yang berorientasi pada orang dan pengaruh negatif pada budaya organisasi yang berorientasi pada pekerjaan terhadap keefektifan partisipasi anggaran dalam peningkatan kinerja manajerial. Ariadi (2006) menemukan terdapat pengaruh yang signifikan antara anggaran partisipatif dengan kinerja


(22)

dan motivasi kerja. Nursidin (2007) menemukan secara langsung anggaran partisipatif memiliki pengaruh negative terhadap kinerja manajerial. Anggaran partisipatif memiliki pengaruh positif terhadap kinerja manajerial melalui senjangan anggaran dan motivasi. Suhartono & Solichin (2006), menyimpulkan kejelasan tujuan anggaran berpengaruh negatif signifikan terhadap senjangan anggaran instansi pemerintah daerah kabupaten dan kota wilayah Provinsi Yogyakarta.

Fenomena tidak terbuktinya pengaruh atau adanya pengaruh negatif partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial merupakan ide utama yang mendasari dilakukannya replikasi dalam penelitian ini. Untuk men-generalisasi fenomena di atas, replikasi penelitian ini dilakukan pada Pemerintah Kabupaten Toba Samosir. Replikasi penelitian ini menggunakan variabel senjangan anggaran, kejelasan tujuan anggaran, motivasi kerja dan budaya organisasi sebagai variabel intervening.

Dalam konteks penerapan anggaran berbasis kinerja di Kabupaten Toba Samosir yang merupakan hasil audit BPK pada tahun 2005, kita dapat menemukan contoh kasus yang menjadi latar belakang penelitian ini. Dimana apakah ada perubahan setelah adanya rekomendasi dari BPK pada tahun 2005 ke pelaksanaan ke tahun-tahun berikutnya Temuan BPK tersebut terdapat pada pemberian honorarium tim teknis penggunaan dana annual fee PT. INALUM tahun anggaran 2005 sebesar Rp. 33.210.000,00 tidak didasarkan pada kegiatan yang jelas


(23)

INALUM kepada Pemerintah Pusat dhi. Menteri Keuangan, dan selanjutnya dibagikan kepada masing-masing Pemerintah Daerah yang wilayahnya terkait dengan Danau Toba, Aliran Sungai Asahan serta Lahan Bangunan Pabrik Pengolahan Alumunium dan Perumahan Karyawan yang dimanfaatkan oleh PT. INALUM Pemerintah Kabupaten Toba Samosir mendapat bagian dana annual fee Tahun Anggaran 2005 sebesar Rp5.839.536.877,92. Dalam APBD Kabupaten Toba Samosir Tahun Anggaran 2005 dianggarkan Biaya Tim Teknis Penggunaan Dana Annual Fee PT. INALUM ( kode kegiatan 01.05.03.02.01.01 ) sebesar Rp.134.000.000,00 dengan realisasi sebesar Rp.132.600.000,00 atau 98,96%.

Untuk merealisasikan anggaran tersebut Bupati Toba Samosir telah menerbitkan SK Bupati No. 183 Tahun 2005 tanggal 26 November 2005 tentang Pembentukan Tim Teknis Pelaksana Daerah Kabupaten atas Penggunaan Dana Annual Fee PT. INALUM Tahun Anggaran 2005. Tim ini bertugas:

1) Memberikan saran, usul, dan pendapat kepada Bupati Toba Samosir dalam merumuskan dan menetapkan berbagai kebijaksanaan penggunaan dana annual fee PT. INALUM.

2) Melaksanakan koordinasi dan konsultasi dengan Tim Teknis Penggunaan Dana Annual Fee tingkat Provinsi Sumatera Utara dan Tingkat Pusat.

3) Melaksanakan pendataan lapangan atas objek penilaian pembagian dana annual fee dan melaporkan hasilnya kepada Bupati Toba Samosir untuk


(24)

Pusat sebagai bahan dasar pertimbangan guna penetapan besarnya jumlah penerimaan Kabupaten Toba Samosir dari pembagian dana annual fee dari PT. INALUM.

Hasil pemeriksaan terhadap Surat Pertanggungjawaban (SPJ) atas Biaya Tim Teknis Penggunaan Dana Annual Fee tersebut pada Pemegang Kas Dinas Pendapatan diketahui terdapat pembayaran honorarium sebesar Rp33.210.000,00 yang dibebankan pada Belanja Honorarium Pengelola Kegiatan, namun kegiatan dari tim teknis tersebut tidak jelas dan tidak ada laporan hasil pendataan lapangan yang dilakukan oleh tim. Dengan demikian pembayaran honorarium tersebut tidak didasari kegiatan yang jelas. Selain itu SK Panitia yang ditetapkan pada tanggal 26 November 2005 tidak menyatakan dengan tegas masa tugas dari panitia.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah pasal 8 yang menyatakan bahwa APBD disusun dengan pendekatan kinerja, dan dalam penjelasan ayat tersebut menyatakan yaitu suatu sistem anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau input yang ditetapkan

Oleh sebab itu, berdasarkan latar belakang tersebut diatas, penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian berkaitan dengan: “Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial di Kabupaten Toba Samosir”


(25)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka perumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: ” Apakah Partisipasi Penyusunan Anggaran Berpengaruh secara Parsial Terhadap Kinerja Manajerial di Kabupaten Toba Samosir”

C. Batasan Penelitian

Agar tujuan penelitian dapat tercapai, maka peneliti membuat batasan penelitian. Adapun yang menjadi batasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Objek Penelitian ini adalah Kabupaten Toba Samosir

2. Periode penelitian yang diamati adalah tahun 2006 sampai dengan tahun 2008.

3. Penelitian dilakukan hanya melihat faktor anggaran berbasis kinerja

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian A. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial di Kabupaten Toba Samosir.


(26)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai berikut:

1. Bagi penulis, untuk menambah dan mengembangkan wawasan pengetahuan penulis khususnya mengenai partisipasi dalam penyusunan anggaran berbasis kinerja dan pengaruhnya terhadap kinerja manajerial.

2. Bagi pihak yang berkepentingan, sebagai salah satu informasi dalam mempertimbangkan pengambilan keputusan dan penetapan kebijakan sehubungan dengan anggaran yang terdapat di Kabupaten Toba Samosir. 3. Bagi Pemerintah Kabupaten Toba Samosir, sebagai salah satu bahan

pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk menetapkan kebijakan anggaran yang berbasis kinerja.

4. Bagi para akademisi, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi guna memperbanyak literatur dan bahan referensi tentang Akuntansi Sektor Publik untuk melakukan penelitian selanjutnya, khususnya penelitian yang berhubungan dengan partisipasi dalam penyusunan anggaran berbasis kinerja.

E. Originalitas Penelitian

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Essy Refhika (2009). Perbedaan penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Essy Refhika (2009), yaitu:


(27)

Penelitian yang ini dilakukan pada tahun 2010, sedangkan Essy Refhika melakukan penelitian tahun 2009.

2. Variabel penelitian.

Penelitian ini menggunakan 1 (satu) variabel terikat, yaitu Kinerja Manajerial di Kabupaten Toba Samosir, 1 (satu) variabel bebas, yaitu partisipasi penyusunan anggaran, Sedangkan penelitian Essy Refhika (2009) Penelitian ini menggunakan 1 (satu) variabel terikat, yaitu kinerja SKPD Pemerintah Kota Binjai dan 2 (dua) variable intervening, yaitu Partisipasi anggaran dan komitmen organisasi.

3. Sampel penelitian

Sampel yang diambil dalam penelitian ini ditetapkan oleh peneliti dari keseluruhan populasi dan penetapan ini dilakukan secara acak. Sampelnya adalah 22 dari 33 SKPD yang ada pada Pemerintah Kabupaten Toba Samosir. Sedangkan penelitian Essy Refhika (2009) menentukan siapa-siapa saja yang akan diberikan kuisioner dengan kriteria tertentu dari keseluruhan (15) SKPD yang ada pada Pemerintah Kota Binjai.


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Anggaran

Dalam pengelolaan perusahaan, terlebih dahulu manajemen menetapkan tujuan dan sasaran, dan kemudian membuat rencana kegiatan untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut. Dampak keuangan yang diperkirakan akan terjadi sebagai akibat dari rencana kerja tersebut, kemudian disusun dan dievaluasi melalui proses penyusunan anggaran.

Lebih jelas lagi Munandar (2001 : 1), mengungkapkan pengertian anggaran adalah “Suatu rencana yang disusun secara sistematis yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang.”

Dari pengertian tersebut, anggaran mempunyai empat unsur, yaitu : 1. Rencana

Yaitu suatu penentuan terlebih dahulu tentang aktivitas atau kegiatan yang akan dilakukan di waktu yang akan datang.

2. Meliputi

Yaitu mencakup semua kegiatan yang akan dilakukan oleh semua bagian-bagian yang ada dalam perusahaan.


(29)

3. Dinyatakan dalam unit moneter

Yaitu unit (kesatuan) yang dapat diterapkan pada berbagai kegiatan perusahaan yang beraneka ragam. Adapun unit moneter yang berlaku di Indonesia adalah unit “rupiah”.

4. Jangka waktu tertentu yang akan datang

Yaitu menunjukkkan bahwa anggaran berlaku untuk massa yang akan datang. Ini berarti apa yang dimuat di dalam anggaran adalah taksiran-taksiran tentang apa yang akan terjadi serta apa yang akan dilakukan dimasa yang akan datang.

Dari pengertian anggaran yang telah diutarakan di atas dapatlah diketahui bahwa anggaran merupakan hasil kerja (out put) terutama berupa taksiran-taksiran yang akan dilaksanakan di waktu yang akan datang. Karena suatu anggaran merupakan hasil kerja (out put), maka anggaran dituangkan dalam suatu naskah tulisan yang disusun secara teratur dan sistematis. Secara lebih terperinci Munandar ( 2001 : 16) menjelaskan proses kegiatan yang tercakup dalam anggaran sebagai berikut :

1. Pengumpulan data dan informasi yang diperlukan untuk menyususn anggaran.

2. Pengelolaan dan penganalisaan data dan informasi tersebut untuk mengadakan taksiran-takisiran dalam rangka menyusun anggaran.

3. Menyusun anggaran serta meyajikannya secara teratur dan sistematis 4. Pengkoordinasian pelaksanaan anggaran.


(30)

6. Pengolahan dan penganalisaan data tersebut untuk mengadakan interpretasi dan memperoleh kesimpulan-kesimpulan dalam rangka mengadakan penilaian terhadap kerja yang telah dilaksanakan.

Berdasarkan definisi-definisi dan pengertian anggaran dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Bahwa anggaran harus bersifat formal, artinya anggaran disusun dengan sengaja dan bersungguh-sungguh dalam bentuk tertulis.

2. Bahwa anggaran harus bersifat sistematis, artinya anggaran disusun dengan berurutan dan berdasarkan logika.

3. Bahwa suatu saat manajer dihadapkan pada suatu tanggung jawab untuk mengambil keputusan.

4. Bahwa keputusan yang diambil oleh manajer tersebut merupakan pelaksanaan fungsi manajer dari segi perencanaan, koordinasi dan pengawasan.

2. Kegunaan Anggaran

Anggaran disusun untuk membantu manajemen dalam kegiatan perencanaan dan pengawasan. Manajemen yang baik tidak ingin menghadapi periode yang akan datang dengan ketidakpastian.

Menurut Munandar ( 2001 : 10 ), anggaran mempunyai kegunaan pokok yaitu :


(31)

1. Sebagai pedoman kerja Anggaran berfungsi sebagai pedoman kerja dan memberikan arah serta sekaligus memberikan target-target yang harus dicapai oleh kegiatan-kegiatan perusahaan di waktu yang akan datang. 2. Sebagai alat pengkoordinasian kerja Anggaran berfungsi sebagai alat

untuk pengkoordinasian kerja agar semua bagian-bagian yang terdapat di dalam perusahaan dapat saling menunjang, saling bekerja sama dengan baik, untuk menuju kearah sasaran yang telah ditetapkan.

3. Sebagai alat pengawasan kerja Anggaran berfungsi sebagai tolok ukur, sebagai pembanding untuk menilai (evaluasi) realisasi kegiatan perusahaan. Untuk bisa penaksiran secara lebih akurat, diperlukan sebagai data, informasi dan pengalaman yang merupakan factor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam menyusun anggaran.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyusunan Anggaran

Untuk bisa melakukan penaksiran secara lebih akurat, diperlukan berbagai data, informasi dan pengalaman yang merupakan factor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam menyusun anggaran.

Menurut Munandar (2001 : 11) faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan anggaran yaitu :

1. Faktor-faktor Internal

Yaitu data, informasi dan pengalaman yang terdapat di dalam perusahaan sendiri, Faktor-faktor tersebut antara lain :


(32)

a. Penjualan tahun-tahun yang lalu

b. Kebijaksanaan perusahaan yang berhubungan dengan masalah harga jual, syarat pembayaran barang yang dijual, pemilihan saluran distribusi dan sebagianya.

c. Kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan.

d. Tenaga kerja yangn dimiliki perusahaan, baik jumlahnya (Kuantutatif) maupun keterampilan dan keahliannya (Kualitatif).

e. Fasilitas-fasilitas lain yang dimiliki perusahaan.

Faktor-faktor intern ini masih dapat mengukur dan menyesuaikan dengan apa yang diinginkan untuk masa yang akan datang.

2. Faktor-faktor Eksternal

Yaitu data, informasi dan pengalaman yang terdapat di luar perusahaan, tetapi mempunyai pengaruh terhadap kehidupan perusahaan.

Faktor-faktor tersebut antara lain adalah : a. Keadaan persaingan.

b. Tingkat pertumbuhan penduduk c. Tingkat penghasilan masyarakat.

d. Berbagai kebijaksanaan pemerintah, baik dibidang politik, ekonomi, sosial, budaya maupun keamanan.

e. Keadaan perekonomian nasional maupun internasional, kemajuan teknologi dan sebagainya.


(33)

Faktor-faktor ekstern ini tidak mampu untuk mengatur dan menyelesaikan sesuai dengan apa yang diinginkan dalam periode anggaran yang akan datang.

4. Prinsip - prinsip pokok dalam siklus anggaran

Prinsip - prinsip pokok siklus anggaran perlu diketahui dan dikuasai dengan baik oleh penyelengara pemerintahan. Pada dasarnya prinsip-prinsip dan mekanisme penganggaran relatif berbeda antara sektor swasta dan sektor. Siklus anggaran meliputi empat tahap yang terdiri atas :

a. Tahap persiapan anggaran ( preparation )

Pada tahap persiapan anggaran dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar taksiran pendapatan yang tersedia. Yang perlu diperhatikan adalah sebelum menyetujui taksiran pengeluaran, hendaknya penaksiran pendapatan secara lebih akurat.

b. Tahap ratifikasi ( approval / ratification )

Tahap ini merupakan tahap yang melibatkan proses politik yang cukup rumit dan cukup berat. Pimpinan eksekutif dituntut tidak hanya memiliki manajerial skill namun juga harus mempunyai political skill, salesmenship dan coalition building yang memadai. Pada tahap ini pimpinan eksekutif harus mempunyai kemampuan untuk menjawab dan memberikan argumentasi yang rasional atas segala pertanyaan-pertanyaan dan bantahan-bantahan dari pihak


(34)

c. Tahap implementasi ( implementation )

Setelah anggaran disetujui oleh legeslatif, tahap berikutnya adalah pelaksanaan anggaran. Dalam tahap pelaksanaan anggaran, hal terpenting yang harus diperhatikan oleh manajer keuangan publik adalah dimilikinya sistem (informasi) akuntansi dan sistem pengendalian manajemen. Sistem akuntansi yang baik meliputi pula di buatnya sistem pengendalian intern yang memadai.

d. Tahap pelaporan dan evaluasi ( reporting & evaluation )

Tahap terakhir dari siklus anggaran adalah pelaporan dan evaluasi anggaran. Tahap persiapan, ratifikasi, dan implementasi anggaran terkait dengan aspek operasioanal anggaran, sedangkan tahap pelaporan dan evaluasi terkait dengan aspek akuntabilitas. Jika tahap implementasi telah didukung dengan sistem akuntansi dan sistem pengendalian menejemen yang baik, maka diharapkan tahap budget reporting and evaluation tidak akan menemui banyak masalah.

5. Pengertian dan Ruang Lingkup Keuangan Daerah

Sejak masa reformasi masalah keuangan daerah merupakan masalah yang banyak dibicarakan dalam konteks sektor publik. Halim (2001:19) mengartikan keuangan daerah sebagai semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu baik berupa uang maupun


(35)

barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum dimiliki/dikuasai oleh negara atau daerah yang lebih tinggi serta pihakpihak lain sesuai ketentuan/peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Sedangkan pengertian keuangan daerah menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri nomor 29 tahun 2002 tentang pedoman pengurusan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah serta tata cara penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, pelaksanaan tata usaha keuangan daerah dan penyusunan perhitungan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.

Adapun ruang lingkup dari keuangan daerah menurut Halim (2001:20) ada dua yaitu:

1. keuangan daerah yang dikelola langsung meliputi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) juga Barang - barang inventaris milik daerah,

2. kekayaan daerah yang dipisahkan, meliputi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).

Keuangan daerah dikelola melalui manajemen keuangan daerah. Adapun arti dari keuangan daerah sendiri yaitu pengorganisasian dan pengelolaan sumber daya/kekayaan yang ada pada suatu daerah untuk mencapai tujuan yang dikehendaki daerah tersebut, Halim (2001:20). Sedangkan alat untuk melaksanakan manajemen keuangan daerah yaitu tata usaha daerah yang terdiri


(36)

dari tata usaha umum dan tata usaha keuangan yang sekarang lebih dikenal dengan akuntansi keuangan daerah.

6. Anggaran Berbasis Kinerja

Anggaran Berbasis Kinerja merupakan metode penganggaran bagi manajemen untuk mengaitkan setiap biaya yang dituangkan dalam kegiatan-kegiatan dengan manfaat yang dihasilkan. Manfaat tersebut dideskripsikan pada seperangkat tujuan dan sasaran yang dituangkan dalam target kinerja pada setiap unit kerja. Anggaran Berbasis Kinerja yang efektif akan mengidentifikasikan keterkaitan antara nilai uang dan hasil, serta dapat menjelaskan bagaimana keterkaitan tersebut dapat terjadi yang merupakan kunci pengelolaan program secara efektif. Jika terjadi perbedaan antara rencana dan realisasinya, dapat dilakukan evaluasi sumber-sumber input dan bagaimana keterkaitannya dengan output/outcome untuk menentukan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan program.

Sebenarnya anggaran yang berorientasi pada kinerja dikenal pertama kali di Amerika pada tahun 1949, namun banyak mengalami kegagalan dan mulai ditinggalkan. Namun di era tahun ’90-an, beberapa hal yang penting dari Performance budgeting dan dianggap bermanfaat mulai dikembangkan bersamaan dengan reformasi administrasi publik.

Menurut pasal 1 ayat (35) PP 58/2005 ( tentang Pengelolaan Keuangan Daerah) “ Anggaran Berbasis Kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program


(37)

yang akan atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas yang terukur. ”.

Elemen utama anggaran kinerja adalah elemen-elemen yang digunakan sebagai kerangka dalam pengelolaan keuangan pemerintah daerah. Menurut penjelasan umum dan penjelasan pasal demi pasal pada pasal 39 ayat (2) PP 58/2005, bahwa elemen utama anggaran berbasis kinerja adalah sbb:

1) Standar analisa biaya

Standar analisa biaya memuat penilaian kewajaran biaya untuk setiap kegiatan untuk menghasilkan tingkat pelayanan tertentu sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Penilaian kewajaran didasarkan pada proporsionalitas antara alokasi biaya dan capaian kinerja yang diharapkan untuk mencapai suatu tujuan serta disinkronkan dengan tugas pokok dan fungsi unit kerja dalam pelayanan publik. 2) Tolak ukur kinerja

Tolak ukur kinerja merupakan ukuran keberhasilan yang dicapai pada setiap unit kerja perangkat daerah, disesuaikan dengan kebutuhan aspirasi masyarakat yang dituangkan dalam indikator kinerja yang ditetapkan dalam peraturan daerah. Penetapan tolak ukur yang tepat akan memberikan pengaruh pada interprestasi terhadap pencapaian kinerja input, output, outcome, bahkan dapat mengindikasikan kemungkinan benefit dan impact yang bakal muncul dalam satuan waktu tertentu.


(38)

Standar biaya merupakan harga satuan unit biaya yang berlaku bagi masing-masing daerah. Standar biaya dapat berfungsi sebagai alat pengontrol pengalokasian dana, sehingga terhindar dari mark-up dalam penyusunan anggaran serta dapat digunakan sebagai indikator sederhana dalam menilai efisiensi fan efektifitas anggaran.

4). Rencana Kinerja

Perencanaan kinerja adalah aktivitas analisis dan pengambilan keputusan ke depan untuk menetapkan tingkat kinerja yang diinginkan di masa mendatang. Pada prinsipnya perencanaan kinerja merupakan penetapan tingkat capaian kinerja yang dinyatakan dengan ukuran kinerja atau indikator kinerja dalam rangka mencapai sasaran atau target yang telah ditetapkan.Perencanaan merupakan komponen kunci untuk lebih mengefektifkan dan mengefisienkan pemerintah daerah. Sedangkan perencanaan kinerja membantu pemerintah untuk mencapai tujuan yang sudah diidentifikasikan dalam rencana stratejik, termasuk didalamnya pembuatan target kinerja dengan menggunakan ukuran-ukuran kinerja.

5) Indikator Kinerja

Bagian penting dalam penyusunan ABK adalah menetapkan ukuran atau indikator keberhasilan sasaran dari fungsi-fungsi belanja. Oleh karena aktivitas dan pengeluaran biaya dilaksanakan pada tiap satuan kerja perangkat daerah, maka kinerja yang dimaksud akan menggambarkant ingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan, program, dan kebijaksanaan dalam mewujudkan


(39)

sasaran, tujuan, misi, dan visi unit kerja tersebut. Pencapaian kinerja dapat dituangkan dalam Laporan Akuntabilitas Kinerjai nstansi Pemerintah (LAKIP).

Informasi dalam laporan tersebut dapat memberikan kontribusi pada:

- Pengambilan keputusan yang lebih baik yaitu dengan menyediakan informasi kepada pimpinan dalam melaksanakan fungsi pengendalian,

- Penilaian kinerja dengan menghubungkan dua hal yaitu kinerja individu dan kinerja organisasi dalam aspek manajemen personalia sekaligus memotivasi pegawai pemerintahan,

- Akuntabilitas, dengan membantu pimpinan dalam memberikan pertanggungjawaban,

- Pemberian pelayanan, dengan peningkatan kinerja layanan publik,

- Partisipasi publik dapat ditingkatkan dengan adanya laporan yang jelas atas ukuran kinerja. Masyarakat akan terdorong untuk memberikan perhatian lebih besar sekaligus memberikan motivasi atas pelayanan publik agar dapat memberikan jasa layanan yang lebih berkualitas dengan biaya yang rasional, - Perbaikan penanganan masalah masyarakat dengan jalan memberikan

pertimbangan kepada masyarakat guna memberikan jasa layanan yang lebih nyata dan spesifik.

Pada dasarnya penyusunan anggaran berbasis kinerja tidak terlepas dari siklus perencanaan, pelaksanaan, pelaporan/pertanggungjawaban atas anggaran itu


(40)

sendiri. Rencana stratejik yang dituangkan dalam target tahunan pada akhirnya selalu dievaluasi dan diperbaiki terus menerus. Siklus penyusunan rencana yang digambarkan berikut ini menunjukkan bagaimana ABK digunakan sebagai umpan balik (feed back) dalam rencana stratejik secara keseluruhan.

a). Jenis-jenis indikator kinerja

Dalam pendekatan proses pencapaian sasaran menurut fungsi belanja tersebut, memerlukan identifikasi indikator-indikator melalui sistem pengumpulan dan pengolahan data/informasi untuk menentukan capaian tingkat kinerja kegiatan/program. Mendefinisikan target kinerja dalam ukuran yang andal pada kondisi normal merupakan salah satu aspek yang sulit dalam penyusunan anggaran berbasis kinerja. Berikut ini akan dijelaskan beberapa indikator kinerja, kegunaan dan ilustrasinya :

• Masukan (input)

Masukan merupakan sumber daya yang digunakan untuk memberikan pelayanan pemerintah.

Indikator masukan meliputi biaya personil, biaya operasional, biaya modal, dan lain-lain yang secara total dituangkan dalam Pedoman belanja administrasi umum, belanja operasi dan pemeliharaan, dan belanja modal. Ukuran masukan ini berguna dalam rangka memonitor jumlah sumber daya yang digunakan untuk mengembangkan, memelihara dan mendistribusikan produk, kegiatan dan atau pelayanan.


(41)

Contoh-contoh :

- Rupiah yang dibelanjakan untuk peralatan; - Jumlah jam kerja pegawai yang dibebankan; - Biaya-biaya fasilitas;

- Ongkos sewa;

- Jumlah waktu kerja pegawai.

• Keluaran (output)

Produk dari suatu aktivitas/kegiatan yang dihasilkan satuan kerja perangkat daerah yang bersangkutan disebut keluaran (out put). Indikator keluaran dapat menjadi landasan untuk menilai kemajuan suatu kegiatan apabila target kinerjanya (tolok ukur) dikaitkan dengan sasaran-sasaran kegiatan yang terdefinisi dengan baik dan terukur. Karenanya, indikator keluaran harus sesuai dengan tugas pokok dan fungsi unit organisasi yang bersangkutan. Indikator keluaran (ouput) digunakan untuk memonitor seberapa banyak yang dapat dihasilkan atau disediakan. Indikator tersebut diidentifikasikan dengan banyaknya satuan hasil, produk-produk, tindakan-tindakan, dan lain sebagainya.


(42)

- Jumlah izin yang dikeluarkan;

- Jumlah panjang jalan yang diperbaiki; - Jumlah orang yang dilatih;

- Jumlah kasus yang dikelola; - Jumlah dokumen yang diproses; - Jumlah klien yang dilayani.

• Efisiensi

Ukuran efisiensi biaya berkaitan dengan biaya setiap kegiatan/aktivitas dan menjadi alat dalam membuat ASB serta menentukan standar biayanya. Ukuran efisiensi merupakan fungsi dari biaya satuan (unit cost) yang membutuhkan alat pembanding dalam mengukurnya. Indikator ini berguna untuk memonitor hubungan antara jumlah yang diproduksi dengan sumber daya yang digunakan. Ukuran efisiensi menunjukkan perbandingan input dan output dan sering diekspresikan dengan rasio atau perbandingan. Mengukur efisiensi dapat dilihat dari dua sisi yaitu biaya yang dikeluarkan per satuan produk (input ke output) atau produk yang dihasilkan per satuan sumber daya (output ke input).

Pada sisi pertama menggambarkan biaya per satuan, seperti : - Biaya per dokumen yang dikeluarkan;


(43)

- Biaya per m3 aspal yang dilapis; - Biaya per surat izin yang dikeluarkan; - Biaya per karyawan yang dilatih.

Sedangkan sisi lainnya, efisiensi dapat dipandang sebagai produktivitas sumber daya tersebut dalam satuan waktu/unit, seperti :

- Banyaknya produk yang dihasilkan per minggu; - Jumlah karyawan yang diajar per instuktur;

- Kasus yang ditangani atau dipecahkan per unit kerja; - Panggilan yang ditangani per jam.

• Kualitas (Quality)

Ukuran kualitas digunakan untuk menentukan apakah harapan konsumen sudah dipenuhi. Bentuk harapan tersebut dapat diklasifikasikan dengan: akurasi, memenuhi aturan yang ditentukan, ketepatan waktu, dan kenyamanan. Harapan itu sendiri hasil dari umpan balik lingkungan internal dan eksternal.

Perbandingan antara input-output sering digunakan untuk menciptakan ukuran kualitas dan mengidentifikasikan aspek yang pasti perihal pelayanan, produk dan aktivitas yang diproduksi unit kerja yang diperlukan masyarakat. Perbandingan antara output yang spesifik dengan keseluruhan output menciptakan ukuran akurasi, ketepatan waktu, dan aturan tambahan yang diperlukan.


(44)

Contoh-contoh:

- Persentase dari pelayanan minimum penyediaan air sesuai kualitasnya; - Tingkat kesalahan pembayar pajak dari jumlah restitusi pajak;

- Persentase kemampuan proses mengeluarkan SIM dalam satu jam.

Harapan masyarakat (dihubungkan dengan identifikasi umpan balik internal dan eksternal) dari data yang diperoleh dapat membentuk ukuran kualitas itu sendiri. Sebagai contoh :

- Persentase masyarakat yang secara relatif menyatakan pelayanan itu baik, sangat baik dan terbaik

- Persentase tingkat kepuasan klien yang telah berhasil direhabilitasi.

• Hasil (outcome)

Indikator ini menggambarkan hasil nyata dari keluaran (output) suatu kegiatan. Pengukuran indikator hasil seringkali rancu dengan pengukuran indikator output. Sebagai contoh penghitungan “jumlah bibit unggul” yang dihasilkan dari suatu kegiatan merupakan tolok ukur keluaran (output) namun penghitungan “besar produksi per ha” merupakan tolok ukur hasil (outcome).

Indikator hasil (outcome) merupakan ukuran kinerja dari program dalam memenuhi sasarannya. Pencapaian sasaran dapat ditentukan dalam satu tahun anggaran, beberapa tahun anggaran, atau periode pemerintahan. Sasaran itu


(45)

sendiri dituangkan dalam fungsi/bidang pemerintahan, seperti keamanan, kesehatan, atau peningkatan pendidikan.

Ukuran hasil (outcome) digunakan untuk menentukan seberapa jauh tujuan dari setiap fungsi utama, yang dicapai dari output suatu aktivitas (produk atau jasa pelayanan), telah memenuhi keinginan masyarakat yang dituju. Permasalahannya seringkali tujuan tersebut tidak dalam kendali satu unit kerja, misalnya program dari kepolisian untuk mengurangi tingkat kecelakaan di jalan tol dengan aktivitas mengeluarkan peraturan penggunaan sabuk pengaman. Harapannya, penggunaan sabuk pengaman mengurangi tingkat kecelakaan di jalan tol, padahal tingkat kecelakaan masih dipengaruhi faktor lain, seperti : kondisi jalan, mobil, tingkat pengemudi mabuk, kecepatan, dan lain sebagainya di luar jangkauan/kendali unit kerja tersebut.

6) Penetapan Target Kinerja

Penetapan target kinerja dimaksudkan untuk mengetahui target (sasaran kuantitatif) dari pelaksanaan kegiatan/program dan kebijaksanaan yang telah ditetapkan pemerintah daerah dan perangkat pemerintah daerah. Untuk itu perlu dibuat ukuran kinerja yang berkaitan dengan rencana stratejik yang telah dirumuskan.

Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam penetapan target kinerja adalah sebagai berikut:


(46)

2. Memperhatikan tingkat pelayanan minimum yang ditetapkan oleh pemerintah daerah terhadap suatu kegiatan tertentu.

3. Kelanjutan setiap program, tingkat inflasi, dan tingkat efisiensi menjadi bagian yang penting dalam menentukan target kinerja.

4. Ketersediaan sumber daya dalam kegiatan tersebut: dana, SDM, sarana, prasarana pengembangan teknologi, dan lain sebagainya.

5. Kendala yang mungkin dihadapi dimasa depan.

Penentuan indikator kinerja harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut :

1. Spesifik

Berarti unik, menggambarkan obyek/subyek tertentu, tidak berdwimakna atau diinterpretasikan lain.

2. Dapat Diukur

Secara obyektif dapat diukur baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif.

3. Relevan

Indikator kinerja sebagai alat ukur harus terkait dengan apa yang diukur dan menggambarkan keadaan subyek yang diukur, bermanfaat bagi pengambilan keputusan.

4. Tidak Bias


(47)

Sedangkan penetapan target kinerja (sasaran kuantitatif) harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Spesifik

Berarti unik, menggambarkan obyek/subyek tertentu, tidak berdwimakna atau diinterpretasikan lain.

2. Dapat diukur

Secara obyektif dapat diukur baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif.

3. Dapat Dicapai (attainable)

Sesuai dengan usaha-usaha yang dilakukan pada kondisi yang diharapkan akan dihadapi.

4. Realistis

5. Kerangka waktu pencapaiannya (time frame) jelas

6. Menggambarkan hasil atau kondisi perubahan yang diinginkan.

7. Partisipasi Penyusunan Anggaran

Partisipasi memberikan dampak positif terhadap perilaku karyawan, meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi dan meningkatkan kerjasama diantara para manajer. Namun demikian, Bentuk keterlibatan bawahan disini dapat bervariasi, tidak sama satu organisasi dengan yang lain. Tidak ada pandangan yang seragam mengenai siapa saja yang harus turut berpartisipasi,


(48)

seberapa dalam mereka terlibat dalam pengambilan keputusan dan beberapa masalah menyangkut partisipasi. Organisasi harus memutuskan sendiri batasan-batasan mengenai partisipasi yang akan mereka terapkan. dalam Sumarno (2005), partisipasi anggaran adalah tingkat keterlibatan dan pengaruh individu dalam penyusunan anggaran, sementara Chong (2002) menyatakan sebagai proses dimana bawahan diberikan kesempatan untuk terlibat dalam dan mempunyai pengaruh dalam proses penyusunan anggaran. Kesempatan yang diberikan diyakini meningkatkan pengendalian dan rasa keterlibatan dikalangan bawahan.

Peranan partisipasi memberikan manfaat yang sangat besar dalam penyesuaian anggaran. Hal ini dipertegas bass dan levit dalam hasil penelitiannya bahwa keikut sertaan pihak-pihak dalam penyusunan anggaran akan membuat mereka menjadi lebih produktif dan menyebabkan partisipan merasa tanggung jawab untuk menyelesaikan dan menjalankan apa yang telah di rencanakan yang lebih tanggung jawab ( Asnawi, 1997 ).

Sebenarnya, proses penyusunan anggaran yang efektif mengabungkan pendekatan ”atas-ke-bawah’ atau dari ”bawah-ke-atas”. Pembuat anggaran mempersiapkan draft pertama anggaran untuk bidang tanggung-jawab mereka, yang merupakan pendekatan dari bawah-ke-atas . tetapi mereka melakukan hal tersebut berdasarkan pedoman yang ditetapkan di tingkat yang lebih tinggi, yang merupakan pendekatan dari atas-ke-bawah. Manajer senior meninjau dan mengkritik anggaran yang diusulkan. Proses persetujuan yang keras membantu untuk memastikan bahwa pembuat anggaran tidak ”main-main” dengan sistem


(49)

penyusunan anggaran. Tetapi,proses peninjauan, sebaiknya harus dipandang adil, jika atasan mengubah jumlah anggaran, dia harus mencoba untuk meyakinkan pembuat anggaran bahwa perubahan itu wajar.

Penyusunan anggaran pertisipasif adalah sangat menguntungkan untuk pusat pertanggung jawaban yang beroperasi dalam lingkungan yang dinamis dan pasti karena manajer yang beranggungjawab atas pusat pertanggung jawaban semacam itu kemungkinan besar memiliki informasi terbaik mengenai variabel yang mempengaruhi pendapatan dan beban mereka.

Manfaat partisipasi dalam penyusunanan anggaran :

1. Orang yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran tidak saja task involved tapi juga ego involved dalam kerja mereka.

2. Keikut sertaan seseorang akan meningkatkan rasa kebersamaan dalam kelompok karena dapat meningkatkan kerjasama antar anggota kelompok dalam penetapan sasaran mereka. Selain itu dapat mengurangi rasa tertekan akibat adanya anggaran.

3. Megurangi rasa ketidak samaan didalam mengalokasikan sumberdaya yang ada diantara devisi-devisi yang ada dalam organisasi.

Dipihak lain terdapat juga beberapa keterbatasan yang berkaitan dengan partisipasi yaitu kemungkinan manajemen membentuk senjangan anggarn. Partisipasi semu serta status dan pengaruh seseoarang dalam organisasi yang


(50)

8. Kinerja Manajerial

Menurut Pabundu (2006 : 121) kinerja merupakan hasil-hasil fungsi pekerjaan atau kegiatan seseorang maupun kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu. Kinerja perusahaan adalah tingkat pencapaian hasil dalam rangka mewujudkan tujuan perusahaan. Menurut Stoner dalam Juniarti dan Evelyne (2003) pengertian kinerja manajerial yaitu ukuran seberapa efektif dan efisien manajer telah bekerja untuk mencapai tujuan organisasi. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja manajerial merupakan kegiatan yang penting dalam perusahaan atau organisasi yang di pengaruhi oleh beberapa faktor untuk mencapai tingkat efektif dan efesien untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam pencapainan tujuan organisasi.

Dalam pengukuran kinerja keuangan, kinerja manajerial merupakan salah satu bentuk pengukuran kinerja keuangan dengan standar dan kriteria yang telah ditetapkan. Digunakannya kinerja manajerial sebagai bentuk pengukuran kinerja keuangan disebabkan oleh kinerja manajerial mencakup Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Dalam hal ini Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) merupakan salah satu hal penting dalam sisi kinerja keuangan. Hal ini dikarenakan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) merupakan satuan unit kerja pemerintah daerah yang mempunyai tugas mengelolah anggaran dan belanja daerah.

Dalam penentuan pengukuran kinerja keuangan diperlukan hal – hal yang menyangkut dengan pedoman pengurusan, pertanggungjawaban dan pengawasan


(51)

keuangan daerah serta tata cara penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Hal – hal yang telah disebutkan diatas dapat diukur dengan kinerja manajerial. Kinerja manajerial diukur dengan menggunakan 9 (sembilan) item. Tingkat kinerja manajerial disetiap bidang yang meliputi:

1.) perencanaaan, 2.) investigasi,

3.) pengkoordinasian, 4.) evaluasi,

5.) pengawasan,

6.) pengaturan staf (staffing), 7.) negosiasi,

8.) perwakilan / representasi, 9.) kinerja secara keseluruhan.

Tingkat kinerja manajerial tersebut merupakan faktor – faktor terpenting untuk mengetahui seberapa efektif dan efisien suatu kinerja keuangan pemerintah daerah berdasarkan tolak ukur kinerja manajerial. Tingkat manajerial tersebut merupakan perhitungan partisipasi anggaran yang berbasis kinerja dan memiliki suatu bentuk yang efektif, efisien dan miliki akuntabilitas yang tinggi. Berdasarkan pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kinerja manajerial merupakan faktor penting dalam pengukuran kinerja keuangan.


(52)

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian ini mendapatkan ide dan pengetahuan dari penelitian terdahulu yang beragam dari : Hotmauli Hutagaol (2008) dengan judul Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Senjangan Anggaran Dalam Menyusun Anggaran Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Moderator pada PT.Carrefour Medan Fair dengan hasil penelitian Partisipasi anggaran memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesenjangan anggaran komitmen organisasi pada penelitian ini bukan merupakan variabel moderator, Khairul makhyar batubara (2008) dengan Judul Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Motivasi Kinerja Manajerial Pada PT.Siantar Top Tbk.Cabang Medan dan hasil penelitiannya adalah Partisipasi anggran dan motivasi berpengaruh terhadap kinerja manajerial dalam tingkat yang signifikan.

Penelitian ini menemukan pengaruh yang positif antara partisipasi anggaran dan motivasi terhadap kinerja manajerial, Essy Refika (2009) dengan Judul Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Komitmen OrganisasiTerhadap Kinerja SKPD Pemerintahan Kota Binjai dengan hasil penelitian secara Parsial menunjukan bahwa partisipasi anggaran tidak berpengaruh tehadap SKPD pemerintah kota binjai sedangkan komitmen organisasi berpengaruhsignifikan positif terhadap SKPD pemerintah kota binjai dan Partisipasi anggaran Juga dan komitmen organisasi secara simultan berpengaruh signifikan positif terhadap Kinerja SKPD pemerintah kota binjai. Diyah Oktavia (2009) Pengaruh partisipasi anggaran dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Manajerial Pada PT.Pos Indonesia (Persero) Medan dan hasil penelitian ini menunjukan bahwa partisipasi anggaran dan komitmen organisasi bengaruh terhadap kinerja manajerial


(53)

Tabel.2.1. Penelitian Terdahulu Nama Peneli ti / Tahu n

Judul Variabel Metode yang

digunakan Hasil Penelitian Maria Hotm auli Hutag aol (2008 ) Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Senjangan Anggaran Dalam Menyusun Anggaran Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Moderator pada PT.Carrefour Medan Fair Independen Variabel: Partisipasi Anggaran (X1) Komitmen Organisasi (X2) Dependen Variabel: Senjangan Anggaran (Y) Model regresi sederhana. Pengujian data menggunakan

analisis uji interaksi

regresi untuk pengujian hipotesis kedua. Uji kualitas data yang digunakan adalah uji reliabilitas dan uji validitas. Uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji

normalitas, uji multikolineritas,dan uji heteroskedatisitas. Partisipasi anggaran memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesenjangan anggaran komitmen organisasi pada penelitian ini bukan merupakan variabel moderator. Khair ul Makh yar Batub Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Motivasi Kinerja Independen Variabel: Partisipasi Anggaran (X1)

Data diperoleh dari persepsi manajer yang terlibat dalam penyusunan

anggaran, yaitu

Partisipasi

anggran dan motivasi

berpengaruh terhadap kinerja


(54)

(2008 ) Pada PT.Siantar Top Tbk.Cabang Medan kinerja (X2) Dependen Variabel: Kinerja Manajerial (Y)

manager penelitian

juga dilakukan dengan cara mengirimkan

kuisioner kepada 33 manajer. Model

analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda. dalam tingkat yang signifikan. Penelitian ini menemukan pengaruh yang positif antara partisipasi anggaran dan motivasi terhadap kinerja manajerial. Essy Refik ha (2009 ) Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Komitmen OrganisasiTer hadap Kinerja SKPD Pemerintahan Kota Binjai Independen Variabel: Partisipasi Anggaran (X1) Komitmen Organisasi (X2) Dependen Variabel : Kinerja SKPD Pemerintahan Kota Binjai (Y) Mengunakan desain kasual dengan jumlah sampel responden 15 dinas sebagai kepala SKPD yang diteliti. Jenis data yang digunakan dan data sekunder, data primer diperoleh dengan cara mengirim kuisioner. Data yang dikumpulkan dianalisis dan dilakukan pengujian asumsi klasik. Pengujian hipotesis menggunakan regesi berganda dengan uji F, uji t,dan uji koefisien determinasi 1.secara parsial menunjukan bahwa partisipasi anggaran tidak berpengauh terhadap kinerja SKPD pemerintahan Kota Binjai 2.komitmen organisasi berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja SKPD pemerintah Kota Binjai 3.Partisipasi anggaran dan


(55)

komitmen organisasi secara simultan berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja SKPD pemerintah Kota Binjai Diyah Oktav ia (2009 ) Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Manajerial Pada PT.Pos Indonesia (Persero) Medan Independen Variabel: Partisipasi Anggaran (X1) Komitmen Organisasi (X2) Dependen Variabel : Kinerja Manajerial Pada PT.Pos Indonesia (Persero) Medan (Y) Mengunakan assosiatif kasual teknik penentuan sampel yang digunakan adalah sensus. Data yang digunakan diperoleh melalui penyebaran kuisioner kepada 32 karyawan perusahaan yang berada dilevel manajemen model analisis data yang digunakan adalag regresi berganda. Pengujian kualitas data yang digunakan adalah validitas data dan uji reliabilitas. Uji asumsi klasik yang digunakan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa partisipasi anggaran dan komitmen organisasi bengaruh terhadap kinerja manajerial.


(56)

Sumber ; Hasil Pengelolahan Peneliti 2010

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari kejadian teori yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dan merupakan tuntutan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis dan merupakan tempat peneliti memberikan penjelasan tentang hal – hal yang berhubungan dengan variabel ataupun masalah yang ada dalam penelittian (Fakultas Ekonomi, 2004).

Hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual

uji multikolinearitas,

dan uji heterokedastisitas.

Pengujian hipotesisi yang digunakan adalah uji – F , uji – t, dan adjusted R2.

Partisipasi Penyusunan Anggaran

Kinerja Manajerial


(57)

Partisipasi adalah keterlibatan individu yang bersifat mental dan emosional dalam situasi kelompok bagi pencapaian tujuan bersama dan berbagi tanggungjawab bersama. Partisipasi yang diberikan oleh individu bukan hanya aktivitas fisik tetapi juga sisi psikologis, yaitu seberapa besar pengaruh yang dianggap memiliki seseorang dalam pengambilan keputusan.

Seseorang yang terlibat dalam pengambilan keputusan akan termotivasi dalam situasi kelompok karena diberi kesempatan untuk mewujudkan inisiatif dan daya kreatifitas. Tujuan bersama akan lebih mudah tercapai sehingga ada keterlibatan secara pribadi dan kesediaan untuk menerima tanggungjawab masing-masing.

Penyusunan anggaran partisipatif pada dasarnya mengijinkan manajer bawahan mempertimbangkan cara pembentukan anggaran. penyusunan anggaran partisipatif merupakan anggaran bottom-up yang melibatkan bawahan secara penuh untuk bertanggungjawab memenuhi target yang telah ditentukan dalam anggaran.

Adanya rasa tanggungjawab manajer level lebih rendah dapat memperkuat kreativitas manajer yang bersangkutan. Apabila manajer level lebih rendah diberi kesempatan untuk menyusun anggaran maka tujuan anggaran dapat menjadi tujuan personal dan akan menghasilkan goal congruence yang lebih besar.


(58)

dilakukan oleh Standard and Poor’s 500 Vs Companies terhadap 98 responden menyebutkan bahwa anggaran partisipatif lebih sering digunakan ketika manajer level lebih rendah memiliki pengetahuan yang lebih dibandingkan manajemen pusat (Zimmerman, 1995 dalam Alim, 2002).

Para pendukung model anggaran partisipatif mengklaim bahwa peningkatan tanggungjawab dan tantangan yang inheren dalam proses penyediaan insentif non moneter yang bisa menimbulkan tingkat kinerja dan kepuasan yang lebih tinggi. Individu yang terlibat dalam penyusunan anggaran akan bekerja lebih keras untuk mencapainya.

Para individu turut terlibat dan memiliki pengaruh dalam penentuan target anggaran dalam penyusunan anggaran partisipatif. Kinerja para individu akan dievaluasi dan dihargai berdasarkan pencapaian target anggaran yang telah ditetapkan.

Menurut Gibson (1989) dalam Alim (2002) kinerja adalah hasil yang diinginkan dari perilaku kinerja individu sebagai dasar kinerja organisasi. Oleh karena itu, penilaian kinerja individu dilakukan berdasar kinerja individu. Setelah itu akan dilakukan penilaian kinerja secara kelompok dalam organisasi.

2. Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh secara parsial terhadap kinerja manajerial Pemerintah Kabupaten Toba Samosir.


(59)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kasual, yaitu berguna untuk mengukur hubungan – hubungan antara variabel riset atau berguna untuk menganalisis bagaimana satu variabel mempengaruhi variabel lain (Umar, 2003:30). Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada pengaruh antara pemberlakuan anggaran berbasis kinerja sebagai variabel independen terhadap kinerja keuangan sebagai variabel dependen.

B. Populasi Dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas ; Objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2006;72). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini dirancang sebagai studi kasus, maka objek penelitian hanya pada satu pemerintahan daerah saja. Adapun pemerintah daerah yang dipilih adalah pemerintah daerah yang sudah menerapkan anggaran berbasis kinerja, yaitu Pemerintah Daerah Kabupaten Toba Samosir. Penelitian ini menggunakan pengukuran kinerja manajerial pada instalasi SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) yang merupakan bagian dari unit kinerja keuangan.


(60)

Rincian SKPD yang ada di Kabupaten Toba Samosir dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1

SKPD Pemerintah Daerah Kabupaten Toba Samosir

NO SKPD

1 Sekertaris Daerah 2 Sekertaris Dewan 3 Dinas Pendidikan

4 Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan

5

6 Dinas Sosial Pemuda dan Olah Raga 7 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

8

9 Dinas Kehutanan dan Perkebunan

10

11 Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan 12 Dinas Kesatuan Bangsa dan Ketertiban

13 Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan 14 Dinas Pekerjaan umum

15 Dinas Lingkungan Hidup dan Pertambangan 16 Dinas Tata Ruang dan Permukiman

17 Dinas Kependudukan dan catatan Sipil 18 Inspektorat

19 Badan Keuangan Daerah (BKD) 20 BPPKAB

21 DPPKKD

22 Badan Perencanaan Dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) 23 Rumah Sakit Umum daerah (RSUD)

24 Kantor Pelayanan dan PerbendaharaanNegara

25

26

27 Badan Kepegawaian Daerah

28 Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat

29

30 BKBPKS

31 Badan Kepegawaian Daerah 32 Badan Pertanahan

33 Kantor Satpol PP


(61)

2. Sampel Penelitian

Sampel berarti contoh,yaitu sebagian dari seluruh individu yang menjadi objek penelitian (Mardialis, 2005 : 55). Penelitian ini berbentuk sensus. Populasi dijadikan sampel, yang menjadi responden adalah Pejabat SKPD dan bagian anggaran dari masing – masing SKPD di Pemerintahan Daerah Toba Samosir

Tabel 3.2

Jumlah SKPD yang dijadikan Sampel

NO SKPD

1 Sekertaris Daerah 2 Sekertaris Dewan 3 Dinas Pendidikan

4 Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan

5

6 Dinas Sosial Pemuda dan Olah Raga 7 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

8

9 Dinas Kehutanan dan Perkebunan

10

11 Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan 12 Dinas Kesatuan Bangsa dan Ketertiban

13 Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan 14 Dinas Pekerjaan umum

15 Dinas Lingkungan Hidup dan Pertambangan 16 Dinas Tata Ruang dan Permukiman

17 Dinas Kependudukan dan catatan Sipil 18 Inspektorat

19 Badan Keuangan Daerah (BKD) 20 BPPKAB

21 DPPKKD

22 Badan Perencanaan Dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) 23 Rumah Sakit Umum daerah (RSUD)

24 Kantor Pelayanan dan PerbendaharaanNegara


(62)

dengan rincian sebagai berikut:

a. Pejabat SKPD : 26 Orang b. Bagian Anggaran : 26 Orang Jumlah Sampel 52 Orang

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder :

1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek penelitian. Dalam penelitian ini data primer berupa hasil kuisioner yang telah diisi oleh responden, kuisioner diambil dari penelitian sebelumnya yang telah teruji. Instrumen dalam kuisioner partisipasi penyusunan anggaran diadopsi dari Milani dalam Oktavia (2009), Kuisioner kinerja manajerial diadopsi dari Mahoney dalam Oktavia (2009). Dalam penelitian ini merupakan data cross section, yaitu data yang dikumpulkan pada satu waktu tertentu pada beberapa objek dengan tujuan menggambarkan keadaan (Sulisyanto, 2006: 134)

2. Data sekunder yaitu data olahan yang diperoleh dari pemerintah antara lain:

a. kondisi geografis, b. topografis,

c. demografis, d. potensi wilayah.


(63)

D. Tehnik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data primer yang digunakan adalah tehnik kuisioner. Tehnik ini merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan untuk mengumpulkan data dengan cara membagi daftar pertanyaan kepada responden agar responden tersebut memberikan jawabannya (Sulisyanto, 2006:14).

Variabel bebas (Independent Variable) yang digunakan dalam penelitian ini yaitu partisipasi dalam penyusunan anggaran dan variabel terikat (Dependent Variable) yang merupakan perhatian utama yakni kinerja manajerial. Instrumen dan alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel-variabel yang diadopsi dari peneliti terdahulu dengan beberapa modifikasi. Instrumen dimaksud adalah :

1. Variabel partisipasi diukur dengan instrumen yang diadopsi dari Milani (1975). Instrumen tersebut berisi enam butir pertanyaan yang mengukur tingkat partisipasi manajer dalam penyusunan anggaran, yaitu keikutsertaan manajer dalam penyusunan anggaran , revisi anggaran, pendapat ataupun usulan manajer dalam penyusunan anggaran, pengaruh manajer yang tercermin dalam anggaran akhir perusahaan, kontribusi manajer terhadap anggaran, dan frekuensi permintaan pendapat manajer oleh atasan dalam penyusunan anggaran. Responden diminta untuk memilih skala nilai satu sampai dengan tujuh pada setiap butir pertanyaan. Skala pengukuran adalah skala interval dari angka satu sampai tujuh. Berdasarkan jawaban responden dapat diukur


(64)

apakah para manajer ikut berpartisipasi dan memberikan kontribusi mereka dalam penyusunan anggaran perusahaan. Skor terendah adalah nilai satu yang menunjukkan ketidakikutsertaan manajer untuk berpartisipasi dalam penyusunan anggaran, dan skor tertinggi adalah nilai tujuh yang menunjukkan keikutsertaan atau partisipasi manajer dalam penyusunan anggaran.

2. Sedangkan variabel kinerja manajerial diukur dengan instrumen yang diadopsi dari Mahoney (1963) dalam Alfar (2006). Instrumen tersebut berisi sembilan butir pertanyaan yang mengukur perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, evaluasi, pengawasan, pemilihan staf, negosiasi, representasi dan penilaian kinerja secara keseluruhan.

Langkah – langkah yang dilakukan oleh peneliti dalam mengumpulkan data primer yang berupa kuisioner adalah sebagai berikut :

1. kuisioner langsung diantar ke responden dan diserahkan kepada semua sampel,

2. kuisioner dikumpul setelah 1 minggu,

3. setelah batas waktu yang telah ditentukan dan kuisioner telah dikembalikan oleh responden, maka peneliti akan mengolah data jika jumlah data yang tekumpul sudah lebih dari 30.


(65)

E. Identifikasi dan Pengukuran Variable Penelitian

Variabel penelitian terdiri dari variabel independen dan dependen. Variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel pemberlakuan anggaran berbasis kinerja sebagai variabel independen dan kinerja keuangan Pemerintah daerah Kabupaten Toba Samosir sebagai variabel dependen. Defenisi operasional dan pengukuran variabel dapat dilihat pada tabel 3.3

Tabel 3.3

Tabel Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Defenisi Operasional Pengukuran Variabel Independen (X)

Anggaran Berbasis Kinerja

Anggaran berbasis kinerja adalah anggaran yang disusun dengan menghubungkan keterlibatan individu dalam penyusunan target anggaran, pengeluaran dan hasil yang akan dicapai,

mengidentifikasikan

input,output dan outcome

yang dihasilkan oleh suatu program dan kegiatan.

Menggunakan indikator yang dikembangkan Milani (1975) dalam mas’ud (2004) meliputi:

1. kontribusi dalam penyusunan

2. keterlibatan dalam penyusunan

anggaran

3. alasan melakukan revisi anggaran,

4. usulan kepada atasan,

5. penyelesaian akhir dan meminta pendapat atasan.

Variabel ini diukur kuisioner, yaitu dengan mengukur sikap antara


(66)

ketidak setujuan responden terhadap pertanyaan yang diajukan.

Variabel dependen (Y) Kinerja keuangan pemerintah daerah kabupaten Toba Samosir

Kinerja adalah keluaran / hasil yang dicapai

sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas terukur. Menurut warsito (2005:103), kinerja organisasi publik adalah ; ”hasil akhir

(output)organisasi yang

sesuai tujuan organisasi , transparan dalam

pertanggungjawaban, efisien,sesuai dengan kehendak penguna jasa organisasi, visi dan misi organisasi, berkualitas, adil, serta diselengarakan dengan saran dan

prasarana yang memadai”

Kinerja keuangan daerah diukur melalau SKPD yang ada berdasarkan persepsi responden mengenai kinerja yang telah dicapai SKPD. Dilihat dari segi ekonomis, efisiensi dan efektifitas. Menggunakan indikator yang dikembangkan oleh Mahoney et al (1963) dalam mas’ud (2004) meliputi:

1. perencanaan 2. investigasi 3. koordinasi 4. evaluasi 5. pengawasan 6. pemilihan staf 7. negosiasi 8. perwakilan

9. kinerja keseluruhan Sumber : Hasil Pengolahan peneliti, 2010


(67)

F. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah regresi linear sederhana. Disamping itu, model analisis ini digunakan untuk melihat hubungan antara kedua variabel yang ada. Metode persamaan regesi untuk menguji hipotesis dengan formulasi:

Y = a + bX + e Keterangan :

Y = Kinerja Manajerial Pemerintah Daerah Kabupaten Toba Samosir a = Konstanta

b = Koefisien Regresi

X = Partisipasi penyusunan anggaran e = Error (Tingkat Kesalahan) 1. Pengujian Kualitas Data

a. Pengujian Validitas dan Reliabilitas 1.) Uji Validitas

” suatu ukuran yang menunjukan tingkat validitas atau kesahitan suatu instrument, sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang ingin diukurnya” (Sugiyono, 2004:105) kriteria pengujian validitas adalah sebagai berikut:

a). Jika r hitung positif dan r hitung > r tabel , maka butir pertanyaan tersebut valid


(68)

tersebut tidak valid.

2.) Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas setiap variabel dilakukan dengan tehnik

cronbach alpha. Uji reliabilitas berguna untuk menetapkan apakah

instrumen dalam hal ini kuisioner, dapat digunakan lebih dari satu kali, paling tidak oleh responden yang sama (Umar,2008:168). Tehnik ini merupakan pengujian yang paling umum pada pengujian reliabilitas inter – item, yaitu menggu nakan item – item pertanyaan yang berkala multipoint. ”suatu instrument dikatakan reliabel apabila memiliki nilai cronbach alpha lebih besar dari 0.6” (Nunnally, 1967 dalam Ghozali,2002). Pengujian reliabilitas dilakukan untuk menguji kestabilan dan konsistensi instrument dalam mengukur konsep. Selain itu, pengujian reliabilitas dilakukan untuk membantu menetapkan kesesuaian pengukuran. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS 15 (Statistic Package for

Sosial Science).

2. Pengujian Asumsi Klasik a. Uji Nomalitas

Uji ini digunakan dalam tahap awal dalam metode pemilihan analisis data. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian masing – masing variabel telah menyebar secara normal atau mendekati data normal. Uji normalitas perlu dilakukan untuk menentukan alat statistik yang dilakukan. Jika data yang diperoleh itu terdistribusi normal dan variansinya sama, maka pengujian hipotesis dilakukan dengan


(69)

alat statistik parametrik. Jika data yang diperoleh itu tidak terdistribusi dan variansinya tidak sama, maka pengujian hipotesi dilakukan dengan alat statistik nonparametrik.

Pengujian normalitas data dilakukan dengan melihat grafik penyebaran data dan uji kolmogorow – smirnov (Uji K - S). Jika tingkat signifikannya lebih besar dari 0,05, maka data itu terdistribusi normal. Jika nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 maka distribusi data adalah tidak normal. b. Uji Heteroskedasitas

Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual, dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut Homokedatisitas. Jika varians berbeda maka disebut heteroskedatisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas. Pengujian ini dilakukan dengan penggunaan Scatter – Plot menggunakan SPSS 15.0

3. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis bertujuan menguji ada tidaknya pengaruh dari variabel independen yaitu partisipasi penyusunan anggaran secara parsial berpengaruh terhadap kinerja manajerial Pemerintahan Kabupaten Toba Samosir sebagai variabel dependen. Hipotesis penelitian diuji dengan menggunakan analisa regresi linear (sederhana).


(70)

a. Koefisien Determinan R2

Pengujian koefisien determinan (R2) digunakan untuk mengukur proposi atau persentase sumbangan variabel independen yang diteliti terhadap variasi naik turunnya variabel dependen. Koefisien determinan berkisar antara nol sampai dengan satu (0 ≤ R 2 ≤ 1). Hal ini berarti R2 = 0 menunjukan tidak adanya pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen, bila R2 semakin besar mendekati 1, menunjukan semakin kuatnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dan bila R2 semakin kecil mendekati nol maka dapat dikatakan semakin kecilnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

b. Uji Signifikan Parsial ( Uji – T)

Uji statistik t disebut juga sebagai uji signifikan individual. Uji ini bertujuan untuk menunjukan seberapa jauh pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Bentuk pengujian yaitu:

Ho : b1,b2 = 0 artinya suatu variabel independen X (Partisipasi penyusunan anggaran) secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen Y (kinerja manajerial)

Ha : b1,b2 ≠ 0 artinya variabel independen X (Partisipasi penyusunan anggaran) secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen Y (kinerja manajerial)


(71)

Cara menguji hipotesis ini adalah dengan membandingkan nilai t hasil perhitungan dengan nilai t menurut tabel dengan tingkat signifikasi (a) = 5 % dan derajat kebebasan df = n – k

Kriteria pengambilan keputusan :

jika thitung > ttabel maka H0 ditolak (Ha diterima) jika thitung < ttabel maka H0 diterima (Ha ditolak)


(72)

G. Lokasi Dan Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilaksanaan di kantor Pemerintahan daerah Kabupaten Toba Samosir, Dinas Pengelolah Keuangan Daerah (PKD), Jl. Sutomo No. 1 Pagar Batu-Balige. Telp. 0632-322100 ,Kec. Balige, Kab. Toba Samosir, Propinsi Sumatera Utara.

Tabel 3.4

NO KEGIATAN

Bulan 2009 – 2010 Okt Nov

- Feb 2010

Mar Apr Mei Jun i

Jul i 201

0 1. Proposal Penelitian

Pencarian Data Awal Pengajuan Proposal Bimbingan Proposal dan Perbaikan Proposal Seminar Proposal 2 Penelitian

Pengiriman Kuesioner Pengembalian Kuesioner Pengumpulan dan

Pengolahan data Menyusun Hasil Penelitian


(1)

Lampiran vi

Regression

Variables Entered/Removed(b)

Mod el

Variables Entered

Variable s Remove

d Method 1 Pemberlakua

n Anggaran Berbasis Kinerja(a)

. Enter

a All requested variables entered. b. Dependent Variable: Kinerja Keuangan

Model Summary(b)

Mode

l R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .622(a) .387 .375 .6501

a. Predictors: (Constant), Pemberlakuan Anggaran Berbasis Kinerja b. Dependent Variable: Kinerja Keuangan


(2)

oefficientsa

Residuals Statistics(a)

a Dependent Variable: Kinerja Keuangan Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B

Std.

Error Beta

1 (Constant) 1.676 0.499 3.361 0.001

Pengaruh Anggaran

Berbasis Kinerja 0.115 0.020 0.622 5.623 0.000 a. Dependent Variable: Kinerja

Keuangan

Minimu m

Maxim

um Mean

Std.

Deviation N Predicted Value 3.515 5.700 4.433 .5119 52 Residual -1.5451 .9801 .0000 .6437 52 Std. Predicted

Value -1.792 2.475 .000 1.000 52


(3)

2

1

0

-1

-2

-3

12

10

8

6

4

2

0

Mean = 1.46E-16

Std. Dev. = 0.99

N = 52

Dependent Variable: Kinerja Manajerial

Histogram

Regression Standardized Residual

F

r

e

q

u

e

n


(4)

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0Observed Cum Prob

1.0 0.8 0.6 0.40.2 0.0

Expect

ed Cum Prob

Dependent Variable: Kinerja Keuangan

Normal P-P Plot of Regression Standardized...

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

Unstandardize d Residual

N 52

Normal Parameters(a,b)

Mean .0000000

Std. Deviation .8224 Most Extreme Differences Absolute .167

Positive .083

Negative -.167

Kolmogorov-Smirnov Z 1.206


(5)

Lampian Vii

3 2

1 0

-1 -2

Regression Standardized Predicted Value

2 1 0 -1 -2

Regression Standardized Residual

Dependent Variable: Kinerja Manajerial

Scatterplot


(6)

Lampiran viii


Dokumen yang terkait

Kinerja Parlemen Lokal: Analisis Kinerja DPRD Kabupaten Toba Samosir Periode Tahun 2004-2009

0 36 82

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN, PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN, GOAL COMMITMENT, DAN KEADILAN PROSEDURAL TERHADAP KINERJA MANAJERIAL.

0 3 14

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN, GOAL PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN, GOAL COMMITMENT, DAN KEADILAN PROSEDURAL TERHADAP KINERJA MANAJERIAL.

1 9 20

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA KOPERASI UNIT Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Pada Koperasi Unit Desa Kecamatan Jatinom.

0 2 13

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA KOPERASI UNIT Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Pada Koperasi Unit Desa Kecamatan Jatinom.

0 2 11

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN BERBASIS ANGGARAN KINERJA TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN BERBASIS ANGGARAN KINERJA TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Survey Pada

0 1 14

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN BUDAYA ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Survei Pada Rumah Sakit Di Kabupaten Klaten).

0 0 16

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL.

2 5 43

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN DAN DESENTRALISASI TERHADAP KINERJA MANAJERIAL.

1 3 91

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN DAN DESENTRALISASI TERHADAP KINERJA MANAJERIAL

0 0 19