2.2 Mitologi tentang pohon
Dari beberapa sketsa dibawah ini bisa kita lihat mitologi pohon berdasarkan namanya. Sebagai contoh mitologinya :
Kata Bonsai itu diserap dari bahasa Mandarin Pen-Zai Pen = Pot – Zai=pohon sebelumnya dalam bahasa Jepang disebut Hachi-no-ki =Pohon di
dalam Pot. Tidak bisa dipungkiri, bahwa Bonsai itu sebenarnya berasal dari Tiongkok. Seni mengerdilkan tumbuh-tumbuhan di Tiongkok lebih dikenal
dengan sebutan Penjing Pinyin. Pen = Pot Wadah Dulang - Ying = Panorama Alam. Penjing itu adalah merupakan seni mengerdilkan tanaman dengan
mengambil inspirasi dari bentuk panorama alam. Gambar siluet dari panorama alam inilah yang mereka tata dalam sebuah
tanaman yang dikerdilkan, hingga tanaman itu berbentuk lukisan alam yang indah dan hidup. Penjing bisa dibagi dalam tiga kategori: Penjing Pohon Shumu
Penjing, Penjing Pemandangan Alam Shanshui Penjing, Penjing Air dan Tanah Shuihan Penjing. Asal muasalnya dari seni Penjing berdasarkan mitologi;
konon ada seorang ahli sihir yang bernama Jiang Feng yang memiliki kemampuan menyihir sehingga apa saja yang disihir olehnya akan menjadi kecil. Sedangkan
He-Nian seorang pujangga ketika jaman Dinasti Yuan telah menulis beberapa
Universitas Sumatera Utara
puisi mengenai Penjing dan salah satu kalimatnya telah menjadi kredo: Yang Terkecil menjadi Yang Terbesar Seni Penjing sudah dikenal sejak jaman Dinasti
Tang, tetapi baru pada saat Dinasti Qin menjadi sangat terkenal dan digandrungi oleh para pejabat tinggi maupun para Bikshu, sehingga setiap tahunnya diadakan
lomba seni Penjing. Konon ketika kerajaan Shuhan; terjadi persaingan terselubung antara
kanselir Zhuge Liang Cukat Liang dengan Liu Bei. Untuk membuktikan tanda kesetiaannya Liu Bei terhadap Cukat Liang dan juga keinginan damainya. Liu Bei
menghadiahkan Penjing Pohon buah Pear. Melalui Pohon inilah hati sang kanselir akhirnya bisa luluh. Perlu diketahui bahwa Liu Bei juga adalah seorang satrawan
maka dari itu Penjing Pohon yang bentuknya lurus seperti pit kuas disebut Wenren Mu Pohon Para Pujangga dalam bahasa Jepang disebut Bunjingi. Bonsai
pertama kali diperkenalkan ke umum oleh Jepang pada tahun 1867 ketika Expo Dunia di Paris.
Seni mengerdilkan pemangkasan tanaman dikembangkan juga oleh para Biksu aliran Tao, karena Penjing ini juga merupakan lambang dari keseimbangan
serta keharmonisan manusia dengan alamnya. Dari pemeliharaan seni Penjing mereka bisa mendapatkan secara tidak langsung kepuasan batiniah yang tak
Universitas Sumatera Utara
ternilai. Para Biksu inilah juga yang membawa seni Penjing ke Jepang yang akhirnya dikembangkan menjadi seni Bonsai. Diperkirakan seni Penjing ini
pertama kali datang ke Jepang antara era Kaisar Kammu 737 - 806 hingga akhirnya masa kejayaan Kerajaan Edo pada kepemimpinan Shogun Dinasti
Tokugawa 1603 - 1867. Sedangkan sebagian pihak menganggap Bonsai hadir pada masa Dinasti Kamakura 1185 - 1333.
Hal ini terjadi karena adanya bukti otentik berupa lukisan seorang pejabat Shogun Kamakura dengan Bonsai. Hingga saat ini kita masih bisa menyaksikan
Bonsai hidup tertua yang usianya antara 400 sd 800 tahun milik koleksi dari Happo-en di Tokyo. Para penggemar Bonsai di Indonesia, pada umumnya beli
Bonsai tidak di Jepang melainkan di China atau di Taiwan sebab disana harganya jauh lebih murah daripada di Jepang yang bisa dua sampai tiga kali lipat lebih
mahal. Harga per Pohon di Taiwan bisa puluhan juta, kebalikannya di Indonesia orang masih ada yang bersedia bayar ratusan juta rupiah untuk bisa mendapatkan
satu Pohon Bonsai yang bagus.
Universitas Sumatera Utara
BAB III ANALISIS POHON DALAM KEPERCAYAAN JEPANG